Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmadianti Sukma Hanifa
"Bunuh diri merupakan salah satu masalah kesehatan global yang masih terjadi dan merupakan penyebab kematian ke-2 pada kelompok usia 15-29 tahun. Berdasarkan estimasi terakhir yang dilakukan oleh WHO, prevalensi kematian akibat bunuh diri yang terjadi di Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan sebuah pemodelan yang dilakukan oleh WHO, ditemukan bahwa dari setiap orang yang meninggal akibat bunuh diri, diperkirakan ada 20 orang lainnya yang melakukan percobaan dan merencanakan untuk bunuh diri yang kemudian dikenal sebagai perilaku bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia dengan menggunakan desain studi campuran (mix method) kuantitatif potong lintang dan kualitatif wawancara mendalam. Analisis multivariat regresi logistik dilakukan terhadap 8.949 responden Global School Based Health Survey Indonesia Tahun 2015, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap pelajar SMP dan SMA di Kota Malang, guru bimbingan konseling sekolah terkait, dan pakar pencegahan bunuh diri di Indonesia, dengan jumlah informan sebanyak 11 orang. Hasil penelitian menunjukan prevalensi gangguan perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia adalah sebesar 1,7%. Analisis risiko menunjukan bahwa menjadi perempuan, memiliki perilaku merokok, memiliki perilaku penyalahgunaan alkohol, memiliki perilaku penggunaan obat-obatan, sering atau selalu merasa cemas berlebihan dan kesepian, serta mengalami peristiwa perundungan, merupakan faktor risiko dari gangguan perilaku bunuh diri. Intervensi untuk mengurangi angka gangguan perilaku bunuh diri diantaranya adalah dengan mengintegrasikan usaha kesehatan jiwa pada tingkat sekolah secara lebih komprehensif.

Suicide remains as one of global public health problem and the second leading cause of mortality among 15-29 years old people. Based on WHO’s estimation, it is known that the prevalence of suicide death in Indonesia 2016 was 3.4 per 100,000 people. Furthermore, based on a modelling by WHO, it is stated that behind every suicide death, there are approximately 20 more people having suicide attempt or suicide plan that are further known as suicidal behavior. This study aimed to discover the associated factors of suicidal behavioral disorder among high school students in Indonesia by using mix method study design. Logistic regression analysis was done to 8,949 Global School Based Health Survey Indonesia 2015’s respondents and in-depth interview was done to high school students in Malang, related counselour teachers, and suicidologist in Indonesia. The study showed that the prevalence of suicidal behavior disorder was 1.7%, while risk analysis showed that being female, smokers, substance abuser, alcohol misuser, anxious most of the time, lonely most of the time, having no friends, and bullied were the risk factors for developing suicidal behavior disorder. One of the interventions that can be done to address this finding is by integrating mental health effort on school bases comprehensively."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uweisha Eraz Puteri
"Bunuh diri termasuk penyebab kematian ketiga pada remaja usia 10 hingga 19 tahun. Pada tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia diestimasikan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri adalah sebuah fenomena gunung es, dimana besarnya masalah akan terlihat lebih jelas jika perilaku bunuh diri dimasukkan dalam perhitungan. Salah satu faktor utama perilaku bunuh diri remaja usia sekolah adalah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara bullying dengan perilaku bunuh diri ada pelajar SMP dan SMA di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder Global School Based Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 12-17 tahun (n = 8733). Analisis yang digunakan adalah analiss univariat, bivariat dan multivariabel dengan level kepercayaan 95%. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda, menunjukkan rasio odds terjadinya perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia yang pernah mengalami bullying dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah mengalami bullying adalah 2,27 (95% CI: 1,92-3,53). Selain itu, hasil analisis multivariabel juga mununjukan adanya variabel interaksi (variabel moderator/effect modifier) yaitu perilaku berkelahi dan kekerasan seksual. Strategi pencegahan bullying dan perilaku bunuh diri berbasis sekolah sangat diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri pada pelajar.

Suicide is the third leading cause of death in adolescents aged 10 to 19 years old. In 2016, the death rate due to suicide in Indonesia was estimated at 3.4 per 100,000 population. Complete suicide is an iceberg phenomenon, where the problem will be seen more clearly if suicidal behavior was involved. One of the main factors that could intensify suicidal behavior risk among high school students is bullying. This study examined the association between bullying and suicide among high school student in Indonesia after adjusting for confounder variables. It was a secondary analysis of Global School Based Health Survey Indonesia 2015 which used cross sectional study design. Univariate, bivariate, and multivariable analyses were performed at 95% confidence level. Multivariable regression logistic model showed that students who had been bullied had 2.27 times greater odds of having suicidal behavior compared to students who had never experienced bullying (OR: 2,27; 95% CI: 1,92-3,53). Besides, we indicated that physical fighting, and sexual abuse as effect modifiers (moderator or interaction variables) that affect the association between bullying and suicidal behavior. School-based bullying and suicidal behavior prevention strategies are needed to reduce the risk of suicidal behavior among students."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarkat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Miladia Sari
"Angka hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2007 hingga 2017. Berbagai penelitian menemukan bahwa remaja usia pertengahan (pelajar SMA) lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja usia awal (pelajar SMP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor determinan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP dan pelajar SMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data sekunder Global School-based Student Health Survey (GSHS) tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 11 – 18 tahun yang terdapat pada data GSHS 2015. Hasil penelitian menunjukkan 5,8% pelajar SMP dan 3,7% pelajar SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP terdiri dari keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, pendidikan seksualitas dan HIV/AIDS di sekolah, keinginan bunuh diri, dan konsumsi alkohol. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMA, yaitu usia, keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, keinginan bunuh diri, merokok, dan konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol menjadi faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah, baik pada pelajar SMP maupun pelajar SMA.

Prevalence of premarital sexual intercourse among adolescents in Indonesia did not decrease during 2007 to 2017. Various studies found that middle-aged adolescents (high school students) had more premarital sexual intercourse experience than early adolescents (junior high school students). This study was conducted to determine the determinants of premarital sexual intercourse behavior in junior high and high school students in Indonesia. This study is a quantitative study with cross sectional design and uses secondary data from the Global School-based Student Health Survey 2015. The sample of this study was junior and high school students aged 11-18 years in the GSHS 2015. The results showed 5,8% of junior high school students and 3,7% high school students in Indonesia ever had premarital sex. It found that factors related to premarital sexual behavior in junior high school students consisted of parental connectedness, role of peers, education on sexuality and HIV/AIDS at school, suicidal ideation, and alcohol consumption. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior in high school students, namely age, parental connectedness, role of peers, suicidal ideation, smoking, and alcohol consumption. Alcohol consumption is the most related factor to premarital sexual behavior, both in junior high school students and high school students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Nur Khaliza
"Salah satu penyakit yang menjadi beban terbesar di kalangan remaja adalah depresi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, kelompok umur 15-24 tahun memiliki prevalensi depresi lebih tinggi (6,2%) dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun (5,4%). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan desain studi yang digunakan yaitu cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak sekolah pada tingkat SMP dan SMA di Indonesia yang berusia 12-17 tahun. Sementara total sampel yang digunakan sebanyak 8.517 responden. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 20,7%. Berdasarkan hasil analisis multivariabel faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsumsi alkohol, merokok, bullying, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual. Disarankan bagi pihak sekolah menerapkan sekolah ramah anak untuk mengurangi peristiwa bullying dan kekerasan yang dapat memengaruhi gejala depresi.

One of the diseases that become the biggest burden among teenagers is depression. Based on the results of Riskesdas 2018, the group with age range of 15-24 years old has a higher prevalence of depression (6,2%) than the group with age range of 25-34 years old (5,4%). The purpose of this study was to determine the factors associated with the symptoms of depression in junior and high school students in Indonesia in 2015. This study used secondary data from the result of Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 with a study design that used cross sectional and implement the quantitative approaches. The sample in this study were student at the junior and senior high school in Indonesia within aged range of 12-17 years old and total sample used in current study was 8.517 respondents. The results of multivariable analysis of the factors associated with symptoms of depression in this study, namely gender, education level, alcohol consumption, smoking, bullying, physical violence, and sexual violence showed that the prevalence of depressive symptoms in junior and senior high school students in Indonesia in 2015 was 20,7%. By this, it is recommended for schools to implement child-friendly schools to reduce bullying and violence that can affect symptoms of depression."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Putri Atmini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri pada siswa SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten Gunung Kidul dipilih sebagai lokasi penelitian karena angka bunuh diri di Gunung Kidul cukup tinggi. Kebahagiaan psikologis diukur menggunakan Ryff rsquo;s Scale of Psychological Well-Being RPWB, sementara itu ideasi bunuh diri diukur menggunakan Scale for Suicide Ideation SSI. Penelitian melibatkan 249 siswa di tiga sekolah SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis korelasi menunjukkan hasil r = -,131;p = 0,039, signifikan pada L.o.S 0,05. Penelitian menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri.

This research was conducted to find the correlation between psychological well being and suicide ideation among High School student in Gunung Kidul Regency. Gunung Kidul regency was chosen as location in this research beacuse suicide rate in Gunung Kidul is quite high. Psychological well being was measured by using Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being RPWB and suicide ideation was measured by using Scale for Suicide Ideation SSI. The participants of this research were 249 high school students of three school in Gunung Kidul regency. Correlation analysis showed r 131 p 0,039 significant at L.o.S 0,05. The result of this research showed that psychological well being negatively correlated significantly with suicide ideation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivid Ivearni Patriana Leodewi Darwanto
"Prevalensi perilaku sedentari di Indonesia pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko menyebabkan penyakit diabetes tipe II, hipertensi, gangguan jantung, dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan lama waktu sedentari pada remaja di Indonesia dan mengetahui faktor apa yang paling dominan.
Desain studi potong lintang, dengan menggunakan data GSHS 2015. Sampel penelitian remaja (11-18 tahun) yang memiliki data variabel lengkap sebesar 9973 sampel. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji beda proporsi dan analisis multivariate dilakukan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 3 jam per hari pada remaja sebesar 27,7% (95% CI = 24,6%-30,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja (OR=3,344; 95% CI=2,410-4,642), indeks massa tubuh (OR=1,324; 95% CI=1,141-1,539), konsumsi makanan berisiko (OR=1,738; 95% CI=1,127-2,678), dan konsumsi alkohol (OR=1,643; 95% CI=1,294-2,088). Faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel dari faktor lingkungan.

The prevalence of sedentary behavior in Indonesia among adolescents is higher compared to other age groups. Sedentary behavior is a risky behavior that causes diabetes type II, hypertension, heart problems, and depression. This study aims to determine what factors are related to sedentary behavior among adolescents in Indonesia and to know what factors are the most dominant.
Cross-sectional study design, using data from GSHS 2015. The samples are adolescents (11-18 years) who have complete variable data. The total samples are 9973 samples. Bivariate analysis was performed using a different proportion test (Chi Square) and multivariate analysis was performed using logistic regression tests.
The results of the study showed that the prevalence of sedentary behavior for a period ≥ 3 hours per day in adolescents was 27.7% (95% CI = 24.6% -30.9%). Factors related to sedentary behavior were adolescent age groups (OR = 3.344; 95% CI = 2,410-4,642), body mass index (OR = 1,324; 95% CI = 1,141-1,539), consumption of foods at risk (OR = 1,738 ; 95% CI = 1,127-2,678), and alcohol consumption (OR = 1,643; 95% CI = 1,294-2,088). The most dominant factor associated with sedentary behavior is the age group of adolescents. Further research is needed by including variables from environmental factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukuh Tri Anjarsari
"Latar Belakang: Remaja usia 10-19 tahun merupakan 16% dari populasi dunia dan secara umum berkontribusi sebanyak 35% terhadap beban kesehatan dunia. Di Indonesia, persentase kelompok usia 15-19 tahun sebagian besar berada di tingkat Sekolah Menengah Atas, dengan proporsi disabilitas pada tahun 2018 sebesar 3,3% berupa agresivitas. Perilaku agresif pada remaja dikatakan dapat memprediksi adanya gangguan psikiatri dan sebaliknya karena usia remaja akhir merupakan masa periode peralihan dari anak-anak menuju dewasa sehingga menjadi waktu yang kritis dalam perkembangan individu dan perilakunya cenderung akan menetap di dewasa muda. Penting untuk mengetahui faktor yang terkait dengan prediksi adanya agresivitas pada remaja, karena masih memungkinkan untuk dilakukan intervensi dini mencegah risiko kriminalitas pada usia dewasa dan juga pendekatan pada kelompok usia yang lebih muda. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran masalah emosi dan perilaku serta faktor-faktor terkait perilaku agresif pada pelajar SMA di Indonesia. Metode: Penelitian dilaksanakan secara potong lintang dengan metode komparatif analitik. Sampel sebanyak 227 pelajar dari seluruh SMA di Indonesia. Pengambilan data dilakukan melalui media daring menggunakan kuesioner demografis, kuesioner Buss-Perry Agression Questionnare (BPAQ)-Versi Indonesia, dan kuesioner Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ)-Versi Indonesia. Data dianalisis dengan bivariat Chi Square dan multivariat regresi logistik. Hasil: Jenis kelamin perempuan, masalah emosional, masalah perilaku, dan hiperaktivitas memiliki hubungan yang bermakna dengan indikasi perilaku agresif tinggi (p<0,05). Berdasarkan uji multivariat, faktor-faktor yang terkait indikasi perilaku agresif tinggi adalah jenis kelamin perempuan (p=0,029), masalah emosional (p=0,004), masalah perilaku (p=0,014), dan hiperaktivitas (p=0,077), dengan R2 sebesar 0,232. Simpulan: Empat faktor yang paling memprediksi terjadinya perilaku agresif pada pelajar SMA, yaitu jenis kelamin perempuan, masalah emosional, masalah perilaku, dan hiperaktivitas.

Background: Adolescents aged 10-19 years constitute 16% of the world's population and in general contribute as much as 35% of the world's health burden. In Indonesia, the percentage of the 15-19 year age group is mostly at the high school level, with the proportion of disabilities in 2018 being 3.3% in the form of aggressiveness. Aggressive behavior in adolescents is said to be able to predict the presence of psychiatric disorders and vice versa because late adolescence is a period of transition from children to adults so that it becomes a critical time in individual development and behavior tends to settle in young adults. It is important to know the factors associated with predicting the presence of aggressiveness in adolescents, because it is still possible for early intervention to prevent the risk of crime in adulthood and also approaches in younger age groups. This study aims to describe the emotional and behavioral problems as well as factors related to aggressive behavior in high school students in Indonesia. Methods: The research was carried out in a cross-sectional manner using a comparative analytic method. The sample is 227 students from all high schools in Indonesia. Data were collected through online media using a demographic questionnaire, the Buss-Perry Aggression Questionnare (BPAQ)-Indonesian version, and the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ)-Indonesian version. Data were analyzed by Chi Square bivariate and multivariate logistic regression. Results: Female gender, emotional problems, behavioral problems, and hyperactivity had a significant relationship with high indications of aggressive behavior (p<0.05). Based on the multivariate test, the factors related to the indication of high aggressive behavior were female gender (p=0.029), emotional problems (p=0.004), behavioral problems (p=0.014), and hyperactivity (p=0.077), with R2 of 0.232. Conclusion: The four factors that most predict the occurrence of aggressive behavior in high school students are female gender, emotional problems, behavioral problems, and hyperactivity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Theresa Ayu Febrinia
"Pendahuluan. Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja dan dewasa muda secara global. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 62% pasien mengalami readmisi psikiatri dengan risiko bunuh diri sebagai alasan terbanyak. Saat ini tidak banyak penelitian yang menilai faktor risiko yang memengaruhi readmisi pada pasien berisiko bunuh diri. Berdasarkan kebutuhan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang mempelajari tentang profil dan karakteristik pasien-pasien yang mengalami readmisi berulang karena risiko bunuh diri serta hubungannya dengan kejadian readmisi. Metode. Penelitian dengan rancangan studi potong lintang dengan melibatkan 38 rekam medis pasien yang dirawat inap psikiatri dengan indikasi risiko bunuh diri selama Januari 2020 hingga Juni 2022. Kedatangan ke Ruang Rawat Inap Psikiatri RSCM ditelusuri dari Electronic Health Record. Analisis data menggunakan uji chi-square, uji regresi logistik biner, dan Independent Sample T-test. Hasil. Terdapat 33 (86,84%) sampel yang mengalami rawat inap psikiatri berulang dalam satu tahun di RSCM. Tidak ditemukan hubungan bermakna profil demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan), frekuensi rawat inap sebelumnya, derajat risiko bunuh diri dan profil kepribadian terhadap kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri. Terdapat hubungan bermakna antara episode depresi dengan kejadian rawat inap berulang psikiatri atas indikasi risiko bunuh diri, dengan peningkatan risiko 21,333 kali, namun tidak dapat digeneralisasi pada populasi umum karena interval kepercayaan yang lebar. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik, dan menerapkan evaluasi panduan tatalaksana bunuh diri yang menekankan pada kelompok yang rentan mengalami perawatan berulang atas indikasi risiko bunuh diri.

Introduction. Suicide is one of the leading causes of death in adolescents and young adults globally. Study found 62% of patients had psychiatric readmissions with the risk of suicide being the most common factor. There were few literatures for risk factors in psychiatric readmission due to suicide risk. It is necessary to carry out research that studies the profiles and characteristics of patients who experience repeated readmissions due to the risk of suicide and its association to psychiatric readmissions. Method. The research was a cross-sectional study design involving 38 patient medical records who admitted to psychiatric ward RSCM with suicide risk in January 2020 – June 2022. Admission to the psychiatric ward were traced from the Electronic Health Record. Data analysis used chi-square test, fisher exact’s test, binary logistic regression test and independent sample t-test. Result. There were 33 samples (86,84%) who had psychiatric readmission within one year with suicide risk. No significant relationship was found between demographic factor (sex, age, working status, marital status), suicide risk severity, history of previous admission, and personality with readmissions due to the risk of suicide. There was significant relationship between depressive episode with readmissions due to the risk of suicide, which heighten the risk 21,333 folds. Nevertheless, high range of confidence interval indicates that this finding cannot be applied in general population. Conclusion. This study highlighted the need for a better study method and evaluating suicide risk management guideline with emphasis on group at risk for readmission due to suicide risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita
"ABSTRAK
Hubungan seksual pranikah merupakan salah satu permasalahan kesehatan reproduksi
remaja yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Analisis data sekunder menggunakan
hasil Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia Tahun 2011.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
hubungan seksual pranikah pada pelajar dan mahasiswa di 16 provinsi di Indonesia
adalah umur, jenis kelamin, perilaku merokok, konsumsi alkohol, penggunaan
narkoba, ketaatan beribadah dan kegiatan prososial.
Untuk menghindarkan pelajar dan mahasiswa dari hubungan seksual pranikah
diharapkan terdapat mata pelajaran kesehatan reproduksi terintegrasi, penyuluhan
yang inovatif dan pelayanan kesehatan reproduksi yang mudah diakses.

ABSTRACT
Pre-marital intercourse is one of the reproduction problems among adolescences
affected by many factors. Secondary data analysis using national survey result of the
development of drugs misuse and trafficking among high school and college students
within 16 provinces in Indonesia in 2011.
Bivariate analysis result shows that the affecting factor of premarital course among
high school and college students are age, sex, smoking habit, alcohol consumtion,
drugs use, obedience towards religion values, and prosocial activities.
To avoid premarital intercourse behavior among high school and college students, we
suggest there be a reproduction health school subject, innovative counseling, and
easily accessible reproduction health service"
2014
S54576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Munirah Bulqini
"Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun gambaran perilaku seksual remaja di Kota Tasikmalaya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional (n = 373). Sebagian besar siswa berperilaku seksual risiko rendah (83,6%) sementara 16,4% siswa berperilaku seksual risiko tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah sikap, relijiusitas, komunikasi teman sebaya, jenis kelamin. Sedangkan variabel paling dominan adalah Sikap. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin secara sinergi dan berkelanjutan.

Despite extensive research, little is known about the sexual behavior of adolescent high school students in 2013 Kota Tasikmalaya. The aim of this research is to establish a coherent understanding of sexual behavior among the adolescent. This research used a quantitative method with cross sectional design (n = 373). There were 83,6% students have low sexual behavior risk, while 16,4% students have high sexual behavior risk, in relation with variables such as: attitude,peer communication, gender and religious obedience.The most significant variable is attitude. It is imperative to encourage good partnership among stakeholders to initiate an adolescent reproductive health program synergically, sustainably and as imminent as possible."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>