Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Fauziyah Khairunnisa
"Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara penduduk terbanyak di dunia. Pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini adalah 1,1 persen per tahun dengan angka kelahiran total 2,4 anak per perempuan. Preferensi fertilitas wanita untuk memiliki anak lagi merupakan variabel prediksi perilaku fertilitas yang berperan penting untuk mengetahui rencana kehamilan wanita di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi preferensi fertilitas wanita memiliki anak lagi. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah wanita berstatus menikah, telah memiliki anak dari pernikahannya, telah memutuskan keinginannya untuk anak lagi di masa mendatang, dan masih dalam masa suburnya, dari kriteria tersebut didapatkan sebanyak 7.610 sampel wanita. Analisis yang dilakukan meliputi univariat, bivariat, dan multivariat. Hasilnya menunjukan bahwa 39,6 persen wanita di Indonesia masih menginginkan anak lagi. Peresentase wanita yang menginginkan anak lagi paling tinggi terdapat pada kategori umur 15-24 tahun sebanyak 88,3 persen, wanita dengan status tidak bekerja 43,1 persen, wanita dengan suami berpendidikan SMP/SMA sebanyak 42,0 persen, wanita yang memiliki satu anak sebanyak 84,1 persen, wanita yang memiliki anak laki-laki saja sebanyak 60,1 persen, dan wanita dengan indeks kesejahteraan sangat miskin sebanyak 44,0 persen. Berdasarkan hasil regresi logistik ditemukan bahwa variabel yang berhubungan dengan keinginan wanita menambah anak lagi diantaranya adalah umur wanita, pendidikan suami, jumlah anak hidup, komposisi jenis kelamin anak dan indeks kesejahteraan. Sedangkan status pekerjaan tidak berhubungan secara statistik dengan wanita yang menginginkan anak lagi di Indonesia. Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa umur merupakan faktor paling dominan, dengan peluang 23,6 kali lebih besar pada wanita umur 15-24 tahun. Peluang menginginkan anak lagi akan semakin kecil seiring bertambahnya umur wanita.

Indonesia's population growth is still relatively high compared to most population countries in the world. Current population growth in Indonesia is 1.1 percent per year with a total fertility rate (TFR) of 2.4 children per woman. Women's fertility preferences for having another children are predictive variable of fertility behavior that plays important role in knowing future female pregnancy plans. This study aims to determine the description and relationship of factors that can affect fertility preferences of women for having another children. The data used in the study is the data of the Indonesian Demographic Health Survey (DHS) in 2017. The samples used are married women, have children from their marriages, have decided their wishes for more children in the future, and still in their fertile period, from these criteria there were 7,610 female samples. The analysis carried out included univariate, bivariate, and multivariate. The result shows that 39.6 percent of women in Indonesia still want more children. The highest percentage of women who want more children is in the category of 15-24 years old 88.3 percent, women with unemployed status 43.1 percent, women who had husbands with junior high / high school education 42.0 percent, women who have one child 84.1 percent, women who have only boys 60.1 percent, and women in a very poor wealth index 44.0 percent. Based on the results of logistic regression, it was found that variables related to women's fertility preferences for having another children are included the age of the woman, husband's education, the number of children living, children gender composition and wealth index. While the employment status is not statistically related to women who want more children in Indonesia. Based on multivariate analysis, it is known that age is the most dominant factor, with an opportunity of 23.6 times greater in women aged 15-24 years. Opportunities for more children will be smaller as increasing of women age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lexington, MA: LexingtonBooks, 1981
304.63 PRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Triska Alya Muthi`ah
"Indonesia menghadapi permasalahan penduduk berupa jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan total fertility rate (TFR) yang lebih besar dari rata-rata ASEAN dan TFR ideal suatu negara. Penggunaan kontrasepsi, khususnya MKJP, merupakan salah satu bentuk terlaksananya program Keluarga Berencana. Namun berdasarkan hasil SDKI 2017, hanya terdapat 13,4% penggunaan MKJP. Terlihat pula bahwa dari tahun ke tahun, penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh pengguna wanita dibandingkan pria, terutama pada MKJP yaitu 13,2% diantaranya merupakan pengguna wanita dan hanya 0,2% adalah pengguna pria. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberdayaan wanita dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada wanita usia subur (15-49 tahun) yang telah menikah di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder (data SDKI 2017). Variabel dependen penelitian ini adalah penggunaan MKJP dengan variabel independen utama adalah pemberdayaan wanita. Analisis deskriptif, bivariat dan stratifikasi digunakan untuk melihat gambaran tiap variabel dan mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen dan mengetahui variabel perancu antara hubungan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa wanita yang berdaya memiliki risiko 1.15 [95% CI=1,03-1,27] kali lebih tinggi untuk menggunakan MKJP daripada wanita yang tidak berdaya. Diketahui bahwa variabel pendidikan wanita dan indeks kekayaan rumah tangga merupakan variabel perancu pada hubungan antara pemberdayaan wanita dengan penggunaan MKJP. Penggunaan MKJP yang masih rendah merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Adanya hubungan antara pemberdayaan wanita dengan penggunaan MKJP dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi instansi pemerintahan untuk mengembangkan kesehatan dengan berfokus pada peran wanita

Indonesia faces population problems such as a high number and rate of population growth with a total fertility rate (TFR) which is bigger than ASEAN average and ideal standard of TFR. The utilization of contraception, especially LAPMs, is one of program to ensure the implementation of family planning program. However, based on the results of the 2017 IDHS, there was only 13.4% of women used LAPMs. And from year to year, the utilization of contraception in Indonesia is still dominated by female users compared to men, especially in MKJP, namely 13.2% of them are female users and only 0.2% are male users. This study aims to examine the association between women's empowerment and the utilization of long-acting and permanent contraceptive (LAPMs) among married women aged 15-49 years in Indonesia based on analysis of IDHS data 2017. This study was a quantitative study with a cross-sectional design and uses secondary data (2017 IDHS data). The dependent variables of this study is the utilization of LACPMs with the main independent variables were women's empowerment. Descriptive, bivariate and stratified analysis were used to see the description of each variable and to examine the association between the dependent and independent variables and to examine the confounding variables between them. In result, empowered women had 1.15 [95% CI=1.03-1.27] times higher risk of using MKJP than powerless women. The result of this study also found that women's education and household wealth index are confounding variables in the association between women's empowerment and the utilization of LACPMs. The utilization of LACPMs which is low is one of the public health challenges in Indonesia. The association between women's empowerment and the utilication of LACPMs can be taken into considerations for government agencies to develop health by focusing on the role of women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Meningkatnya angka prevalensi kontrascpsi telah memberikan kontribusi yang bosar bagi penurunan fertilitas yang mantap di Indonesia dan telah berhasil menekan Iaju pertumbuhan penduduk. Narnun tidak semua wanita marnpu mempertahankan ukuran keluarga yang mereka inginkan dengan konsisten. Hal ini mengakibatkan tingginya angka fertilitas tidak di Indonesia. Jika kelahiran anak yang tidak diinginkan dapat dicegah maka seharusnya angka fertilitas di Indonesia akan dapat ditunmkan hingga mencapai 2,2 anak per wanita pada tahun 2007 .
Dengan menggunakan data Survei Dcmograii dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 (SDKI2007), penelitian ini menemukan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi keputusan wanita untuk mengalami fenilitas tidak diinginkan. Semalcin tinggi pendidikan wanita semakin kecil peluangnya untuk mengalami fertilitas tidak. Pengaruh pendidikan wanita bekerja melalui penunman preferensi fertilitas, dimana mereka yang menginginkan anak lebih sedildt (0-2 anak) mempunyai peluang yang Iebih kccil untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan Sementara status bekerja wanita dan tingkat kekayaan rumah tangga tidak dapat menjelaskan pengaruh pendidikan terhadap keputusan wanita untuk mengalami fertilitas tidak Dimana wanita yang bekelja cenderung tmtuk mengalami fertilitas tidak diinginkan dan semakin tinggi tingkat kekayaan rumah tangga maka semakin cenderung untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan.
Kemampuan wanita untuk mencegah fertilitas tidak diinginkan yang dilihat dari keoepatan wanita untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan olch pendidikan wanita karena mereka yang bcrpendidikan SMP keatas berisiko lebih cepat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan. Namun kecepatan wanita untuk mcngalami fertilitas tidak diinginkan lebih dapat dijelaskan oieh penurunan preferensi fertilitas dan status bekezja mereka dimana mereka yang menginginkan anak lebih sedikit berisiko lebih laznbat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan demikian pula mereka yang bekerja bedsiko lebih Iambat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan. Selain itu semakin tinggi tingkat kekayaan rumah tangga semakin bcrisiko lebih lambat untuk mengalami ferlilitas yang tidak diinginkan.

The increasing of contraceptive prevalence rate had a high contribution for sustain fertility decline in Indonesia Unfortimately, women’s control over reproduction is far from perfect, and, as a consequence, the number of unwanted reproductive events is substantial in Indonesia. If unwanted birth could be eliminated than total fertility rate in Indonesia would be 2,2 children per women rather than 2,6 children per women in 2007.
Using the Indonesian Demographic and Health Survei 2007 (IDHS 2007), this research find that women’s education is an important factor in iniluence women’s decision to have unwanted fertility. Women with lower levels of education are more likely to have unwanted fertility than women with higher education. The elfect of women’s education works through the decline of fertility preferences, which women who want large number of children are more likely to have unwanted fertility. While women’s working status and levels of household's wealth can't explain how women’s education work to women’s decision of having unwanted fertility. Which women with working status and women with higher levels of household’s wealth are more likely to have unwanted fertility.
Women's ability to avoid unwanted fertility, which in this research is from the women's speed to have unwanted fertility is clearly can’t explain by women education Women with secondary level of education are more risk to have unwanted fertility quickly than women with lower education. Women's ability are more clear to explain with the decline of fertility preferences and women's working status. Women who want large number of children are more risk to have unwanted fertility quickly and women with "not working status" are more risk to have unwanted fertility quicldy. While women with lower levels of household's wealth are more risk to have unwanted fertility quickly than women with higher levels of household's wealth.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34299
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
N. Haidy Ahmad Pasay
Jakarta: Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 1982
304.63 HAI f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
United Nations
New York: United Nations, 1983
312.1 UNI f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sya Bani Wulandari M.D.
"Tren keinginan menambah anak pada wanita kawin di Indonesia sejak tahun 2002 mengalami peningkatan. Sedangkan angka kelahiran stagnan dari tahun 2002 hingga tahun 2012 dan peningkatan angka pemakaian kontrasepsi pun rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan menambah anak pada wanita kawin di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan menambah anak pada wanita kawin di Indonesia tahun 2012 adalah umur, tempat tinggal, jumlah anak masih hidup, jumlah anak yang diinginkan, kelengkapan anak menurut jenis kelamin, keinginan suami terhadap anak, pendidikan, dan kuintil kekayaan. Dengan demikian, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesadaran norma keluarga kecil pada masyarakat berdasarkan faktor-faktor tersebut.

Trends of desire for more childberaing among married women in Indonesia since 2002 has increased. While the Total Fertility Rate (TFR) was stagnan from 2002 to 2012 and an increase of the Contraceptive Prevalence Rate was low. This study aims to determine the factors associated with the desire for more childbearing among currently married women in Indonesia at 2012 . This study uses data Indonesian Demographic and Health Survei ( IDHS ) 2012 with a cross-sectional approach. Data analysis is univariate, bivariate and multivariate analyzes.
The results showed that desire for more childbearing was significantly associated with age, residence, number of children alive, number of ideal children, completeness of children by sex, husband’s desire for children, educational level, and wealth quintile. Thus , efforts need to be done to raise awareness of small family norm in society based on these factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubro, Mincie H.
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola dan perbedaan fertilitas dan juga mempelajari faktor sosio-ekonomi, budaya dan demografi yang mempengaruhi fertilitas di kawasan Indonesia Timur. Data yang digunakan adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 dengan menerapkan metode analisis tabulasi silang dan regresi logistik biner. Wanita yang memiliki tiga anak atau lebih, cenderung lebih tinggi pada wanita yang berumur 35 ? 49 tahun, berpendidikan rendah, wanita dengan preferensi jenis kelamin anak laki-laki, menikah pada umur kawin pertama ≤ 20 tahun, tinggal didaerah perdesaan, bekerja dan yang pernah mengalami kematian anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi, budaya dan demografi secara statistik signifikan mempengaruhi fertilitas di Indonesia Timur. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas di Indonesia Timur adalah adalah umur wanita, pendidikan wanita, preferensi jenis kelamin anak, umur kawin pertama dan kematian anak.

The objectives of this paper is to studying the patterns and differences of fertility and also studying the socio-economic, culture and demographic factor that affecting fertility in Eastern Indonesia. The data used are from results of Indonesia Demographic and Health Survey, 2012 The analysis using crosstabulation and binary logistic regression. lower educated, women with gender preference son, first married at age ≤ 20 years of marriage, living in the rural areas, worked and women who have experienced child mortality. The results showed the socioeconomic, culture and demographic factor significantly affect fertility in Eastern Indonesia. Women who have three more children is higher in women aged 35-49 years, The factors significant affected fertility in Eastern Indonesia is women aged, education, child gender preference, first age at marriage and child mortality.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" Since Indonesia does not have a good vita! statistics registration
system, fertility rates for the country as a whole and any administrative
subdivisions must be estimated indirectly. This paper summarizes estimates
resulting from the application of four brdu-ect estimation techniques to seven
Indonesian data sets. The own-children method, the last live birth method, the
Palmore method and the Rele method were applied to all seven data sets:
Estimates were prepared for the whole country and its three major regions for
1971 through 1991. Estimates for individual provinces were also calculated for
some dates. In addition, estimates from other methods, available for some
dates and subnational areas, are presented The data sets used are the 1971
Census, the 1976 Intercensal Survey, the 1980 Census, the 1985 Intercensal
way; the 1987 National Indonesia Contraceptive Prevalence Survey; the I 990
Census, and the 1991 Indonesia Demographic and Health Survey. The results
show that fertility in Indonesia fell by at least thirty-nine percent between 1971
and 1991, but the various methods do not agree on the levels of fertility,
particularly the earliest dates .By 1991, however; three estimates of the total
fertility rate for Indonesia as a whole are in as a whole are in a small range:
from a low estimate of 3.22 to a high of 3.35. Fertility declined rapidly in all
of the major regions of the country, although fertility started at higher levels
outside of Java and Bali and hence remains at higher levels today despite
rapid declines.
"
Journal of Population, 1 (1), June 1995 : 45-70, 1995
JOPO-1-1-Jun1995-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Freedman, Ronald
New York: The Population Council, 1974
304.630 72 FRE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>