Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31099 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihana Izzatinisa
"HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus golongan RNA yang spesifik menyerang imunitas atau sistem kekebalan tubuh yang kemudian menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Semua orang dengan HIV dapat menghasilkan harapan hidup yang mendekati normal dan menekan pertumbuhan virus HIV jika tetap melakukan pengobatan dan kepatuhan jangka panjang terapi antiretroviral (ARV). Selama pandemi global COVID-19, menjadi semakin penting untuk memastikan ODHA memiliki akses pengobatan ARV melalui Multi-Month Dispensing dan juga menghindari kerumunan di fasilitas kesehatan. Laporan praktik kerja apoteker ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran pola peresepan MMD ARV pasien di Puskemas Kecamatan Cengkareng periode Mei 2022 – Agustus 2022. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data secara retrospektif pasien MMD ARV periode Mei 2022 sampai dengan Oktober 2022. Didapatkan kesimpulan sebagai berikut, Peresepan MMD ARV untuk ODHA di Puskesmas Kecamatan Cengkareng periode Mei hingga Oktober 2022 adalah 738 resep, dengan peresepan terbanyak FDC TLE (55,01%).

HIV or Human Immunodeficiency Virus is a type of RNA virus that specifically attacks the immune system which then causes Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). All people with HIV can have a near normal life expectancy and suppress the growth of the HIV virus if they are on medication and long-term adherence to antiretroviral therapy (ARV). During the global COVID-19 pandemic, it has become increasingly important to ensure that people living with HIV have access to ARV treatment through Multi-Month Dispensing and also to avoid crowds in health facilities. This pharmacist work practice report aims to describe the pattern of prescribing MMD ARV in patients at the Cengkareng District Public Health Center for the period May 2022 – August 2022. The research methodology used was a retrospective data collection method for MMD ARV patients for the period May 2022 to October 2022. The following conclusions were drawn, MMD ARV prescriptions for PLWHA at the Cengkareng District Health Center from May to October 2022 were 738 prescriptions, with the most prescriptions being FDC TLE (55.01%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Permatahati
"Tuberkulosis (TB) dan human immunodeficiency virus (HIV) saling berkaitan dan sering menghasilkan koinfeksi TB-HIV. Koinfeksi TB-HIV sering underdiagnosis karena gejala infeksi TB pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak spesifik. Pemeriksaan awal meliputi pemeriksaan sputum dahak, pemeriksaan cepat, dan pemeriksaan rontgen dada. Pasien yang telah didiagnosis TB dan HIV harus segera mendapatkan pengobatan dengan mendahulukan obat antituberkulosis (OAT) dan dilanjutkan dengan terapi antiretroviral (ARV). Tujuan laporan ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan OAT dan ARV pada pasien dengan koinfeksi TB-HIV periode bulan Mei-Oktober tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Metode yang digunakan adalah metode non-eksperimental yang dilakukan secara observasional berdasarkan data kunjungan pasien koinfeksi TB-HIV periode bulan Mei-Oktober tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Hasil yang diperoleh dari lima pasien menggunakan OAT, yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol (2HRZE + 4HR) ARV, yaitu tenofovir, lamivudin, dolutegravir (TLD + DTG) sesuai dengan acuan yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Tahun 2021, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019, dan World Health Organization (WHO) Tahun 2019.Kesimpulan yang didapatkan adalah terapi OAT yang digunakan untuk pasien koinfeksi TB-HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng pada periode Mei-Oktober 2022 adalah OAT kategori 1 dosis harian 2HRZE + 4HR serta untuk terapi ARV berupa TLD + DTG

Tuberculosis (TB) and human immunodeficiency virus (HIV) are interrelated and often result in TB-HIV co-infection. TB-HIV co-infection is often underdiagnosed because the symptoms of TB infection in people living with HIV/AIDS (PLWHA) are not specific. Initial investigations include sputum smear examination, rapid examination, and chest X-ray examination. Patients who have been diagnosed with TB and HIV should be treated immediately by prioritizing antituberculosis drugs (OAT) and continued with antiretroviral therapy (ARV). The purpose of this report is to evaluate the use of OAT and ARVs in patients with TB-HIV co-infection for the period May-October 2022 at the Cengkareng District Health Center. The method used is a non-experimental method carried out observational based on data on visits of patients with TB-HIV co-infection for the period May-October 2022 at the Cengkareng District Health Center. The results obtained from five patients using OAT, namely rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, ethambutol (2HRZE + 4HR) and ARVs, namely tenofovir, lamivudin, dolutegravir (TLD + DTG) in accordance with the references issued by the Indonesian Lung Doctors Association in 2021, the Minister of Health of the Republic of Indonesia in 2019, and the World Health Organization (WHO) in 2019. The conclusion obtained is that the OAT therapy used for TB-HIV co-infection patients at the Cengkareng District Health Center in the May-October 2022 period is OAT category 1 daily dose of 2HRZE + 4HR and for ARV therapy in the form of TLD."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menginfeksi sistem imun yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dari sebanyak 11.100 pasien HIV pada periode April – Juni 2022, sebanyak 8.972 pasien mendapatkan pengobatan ARV. Hingga saat ini, penyakit HIV belum dapat disembuhkan. Namun, infeksi dan replikasi HIV masih dapat dicegah dengan obat antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) selama seumur hidup. Dengan demikian, perencanaan pengadaan obat ARV perlu dilaksanakan dengan baik untuk mencegah kekosongan (stock out) agar tidak terjadi putus obat maupun kelebihan stok obat (overstock) dengan melakukan analisis terhadap pola peresepan obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit Universitas Indonesia, salah satunya menggunakan metode Minimum Maximum Stock Level (MMSL). Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa pola peresepan obat ARV di Rumah Sakit Universitas Indonesia dan melakukan perhitungan pengadaan maksimum dan minimum. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari - Maret 2023 yang diambil dari data gudang farmasi serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien HIV yang menerima obat ARV di RSUI periode Januari – Maret 2023 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki sebesar 75% dan kelompok usia terbanyak merupakan kelompok usia dewasa dengan rentang usia 20- 60 tahun sebesar 79,17%. Selain itu, hasil perhitungan stok minimum dengan MMSL menunjukkan titik kapan untuk pemesanan ulang adalah pada rentang 2-66 tablet ARV dan hasil stok maksimal yang menunjukkan batas dari pemesanan adalah pada rentang 29-1.049 tablet ARV.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects the immune system which causes a decrease in human immunity. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, out of 11.100 HIV patients in the April-June 2022 period, 8.972 patients received ARV treatment. HIV disease cannot be cured, but the replication can still be prevented with antiretroviral drugs (ARVs) which must be consumed by for a lifetime. Thus, planning for the procurement of ARV drugs needs to be implemented properly to prevent stock outs or overstock by conducting an analysis of the patterns of ARV drug prescribing in HIV patients at Rumah Sakit Universitas Indonesia with Minimum Maximum Stock Level (MMSL) method. The method used to compile this special assignment is a descriptive method to analyze patterns of prescription of ARV drugs at the University of Indonesia Hospital and to calculate the maximum and minimum procurement. The data was obtained retrospectively using drug use data from January - March 2023 which was taken from pharmaceutical warehouse data and literature study. The results showed that HIV patients who received ARV drugs at RSUI from January - March 2023 were more male by 75% and the largest age group was the adult age group with an age range of 20-60 years by 79.17%. The results of calculating the minimum stock with MMSL show the point when to reorder is in the range of 2-66 ARV tablets and the maximum stock results which show the limit of ordering is in the range of 29-1,049 ARV tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menginfeksi sistem imun yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dari sebanyak 11.100 pasien HIV pada periode April – Juni 2022, sebanyak 8.972 pasien mendapatkan pengobatan ARV. Hingga saat ini, penyakit HIV belum dapat disembuhkan. Namun, infeksi dan replikasi HIV masih dapat dicegah dengan obat antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) selama seumur hidup. Dengan demikian, perencanaan pengadaan obat ARV perlu dilaksanakan dengan baik untuk mencegah kekosongan (stock out) agar tidak terjadi putus obat maupun kelebihan stok obat (overstock) dengan melakukan analisis terhadap pola peresepan obat ARV pada pasien ODHA di Rumah Sakit Universitas Indonesia, salah satunya menggunakan metode Minimum Maximum Stock Level (MMSL). Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa pola peresepan obat ARV di Rumah Sakit Universitas Indonesia dan melakukan perhitungan pengadaan maksimum dan minimum. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari - Maret 2023 yang diambil dari data gudang farmasi serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien HIV yang menerima obat ARV di RSUI periode Januari – Maret 2023 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki sebesar 75% dan kelompok usia terbanyak merupakan kelompok usia dewasa dengan rentang usia 20- 60 tahun sebesar 79,17%. Selain itu, hasil perhitungan stok minimum dengan MMSL menunjukkan titik kapan untuk pemesanan ulang adalah pada rentang 2-66 tablet ARV dan hasil stok maksimal yang menunjukkan batas dari pemesanan adalah pada rentang 29-1.049 tablet ARV.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects the immune system which causes a decrease in human immunity. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, out of 11.100 HIV patients in the April-June 2022 period, 8.972 patients received ARV treatment. HIV disease cannot be cured, but the replication can still be prevented with antiretroviral drugs (ARVs) which must be consumed by for a lifetime. Thus, planning for the procurement of ARV drugs needs to be implemented properly to prevent stock outs or overstock by conducting an analysis of the patterns of ARV drug prescribing in HIV patients at Rumah Sakit Universitas Indonesia with Minimum Maximum Stock Level (MMSL) method. The method used to compile this special assignment is a descriptive method to analyze patterns of prescription of ARV drugs at the University of Indonesia Hospital and to calculate the maximum and minimum procurement. The data was obtained retrospectively using drug use data from January - March 2023 which was taken from pharmaceutical warehouse data and literature study. The results showed that HIV patients who received ARV drugs at RSUI from January - March 2023 were more male by 75% and the largest age group was the adult age group with an age range of 20-60 years by 79.17%. The results of calculating the minimum stock with MMSL show the point when to reorder is in the range of 2-66 ARV tablets and the maximum stock results which show the limit of ordering is in the range of 29-1,049 ARV tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu Nur Laila Praptiwi
"Latar Belakang: Cakupan pemberian obat antiretroviral (ARV) yang semakin luas berdampak positif dengan menurunnya angka kematian dan kesakitan pasien HIV/AIDS. Waktu inisiasi pemberian terapi ARV pada pasien HIV juga berhubungan erat dengan penurunan angka kematian dan kesakitan. Tertundanya inisiasi terapi ARV pada pasien HIV menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi yaitu 10% dibanding yang tidak tertunda. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi ARV penting untuk diketahui sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian terhadap faktor-faktor tersebut sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien HIV.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi ARV pada pasien HIV.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien HIV rawat jalan dewasa di UPT/HIV RSUPNCM yang memulai ARV pertama kali selama periode Januari 2013-Desember 2014. Data klinis dan laboratorium didapatkan dari rekam medis pasien. Tertundanya inisiasi terapi ARV dinyatakan bila pasien belum memulai terapi ARV 10 minggu setelah diagnosis HIV. Faktor-faktor yang diteliti adalah jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, Indeks Massa Tubuh (IMT), status fungsional, stadium klinis HIV, dan infeksi oportunistik. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan tertundanya inisiasi terapi ARV.
Hasil: Terdapat 444 pasien yang memulai terapi ARV pertama kali, 107 pasien (24,1%) yang tertunda inisiasi terapi ARV dan 337 pasien (75,9%) tidak tertunda. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan 3 variabel yang memiliki kemaknaan statistik yaitu stadium klinis lanjut (p<0,001), status fungsional rendah (p<0,001) dan adanya infeksi oportunistik (p<0,001). Pada analisis multivariat lebih lanjut terdapat dua variabel yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi ARV pada pasien HIV yaitu stadium klinis lanjut (OR: 2,92, IK95% 1,53-7,40, p=0,02) dan adanya infeksi oportunistik (OR 1,99, IK95% 1,21-3,29, p=0,01).
Simpulan: Stadium klinis lanjut menurut WHO dan adanya infeksi oportunistik merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi ARV pada pasien HIV.

Background: Increase access towards antiretroviral therapy (ART) contribute to global decrease of HIV/AIDS-associated morbidity and mortality. Time to initiation of ART in eligible HIV-infected patients is associated with reduction of mortality and morbidity. Delayed initiation of antiretroviral therapy can lead to increase of mortality rate more than 10% compared to early initiation. It is important to identify factors associated with delayed initiation ART among HIV patient in order to control these factors and thus lower the mortality and morbidity in HIV patients.
Objectives: To identify factors associated with delayed initiation of ART in HIV patients.
Methods: This study was a cross sectional study among adult HIV patients in Out-patient Clinic of HIV Integrated Clinic Cipto Mangunkusumo General Hospital who started ARV therapy for the first time (ART-naïve patients) enrolled from January 2013 to December 2014. Clinical and laboratory data were extracted from medical records. Delayed initiation ART was defined as eligible patients didn?t initiate ART within 10 weeks after the diagnosis of HIV infection. Factors identified were gender, education level, employment, marital status, WHO clinical stage, BMI, functional status, and the presence of opportunistic infection. Logistic regression test was used to find factors associated with delayed initiation of ART.
Results: There were 444 subjects in this study, which consisted of 107 patients (24.1%) who delayed initiation of ART and 337 patients (75.9%) who didn?t delayed initiation of ART. Based on the bivariate analysis, there were three variables statistically significance, which were advanced WHO clinical stage (p<0.001), lower functional status (p<0.001) and the presence of opportunistic infection (p<0.001). Further multivariate analysis showed that there were two variables associated with delayed initiation of ART, which were advanced WHO clinical stage (OR: 2.92, 95%CI 1.53-7.40, p=0.02) and the presence of opportunistic infection (OR 1.99, 95%CI 1.21-3.29, p=0.01).
Conclusion: Advanced WHO clinical stage and the presence of opportunistic infections are factors associated with delayed initiation of ART among HIV patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspasari
"Infeksi HIV bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik tetapi juga dapat mengakibatkan kecemasan atau depresi berkaitan dengan mortalitas, terapi, dan stigma, yang kemudian berdampak pada kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif dan mengumpulkan sebanyak 121 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas hidup kurang baik (63,6%), mayoritas responden memiliki dimensi kesehatan fisik yang kurang baik yaitu (60,3%). Pada dimensi psikologis responden memiliki nilai yang kurang baik (75,2 %). Dalam dimensi interaksi sosial, mayoritas responden juga memiliki nilai yang kurang baik (57,9%). Dalam dimensi lingkungan (62,8%) nilainya kurang baik. Dari dimensi tingkat kemandirian, mayoritas responden (70,2%) nilainya kurang baik. Sedangkan dimensi spiritual, sebanyak 68 orang (56,2%) nilainya kurang baik.

HIV Infection not only affects physical health but also causes anxiety or depression related to mortality, therapy, and stigma, and then influence quality of life. The purpose of this study was to determine the picture quality of life of people living with HIV / AIDS (PLWHA) in Bhayangkara Hospitals Indramayu. This study used a descriptive study design and collect as much as 121 respondents.
The results showed that most of respondents have a poor quality of life (63.6%), more specically, all dimention the of qualiti of life majority respondents showed less than expected. Dimention of physical health, (60.3%), (75.2%), social interaction (57.9%), environmental (62.8%), level of independence (70.2%), and spiritual dimension (56.2%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwanti Estiasari
"Latar belakang. Infeksi HIV dapat memicu inflamasi kronik dan reaktifasi CMV yang dan dapat mempengaruhi limfosit T. Gambaran seperti ini juga ditemukan pada usia lanjut dan berhubungan dengan penyakit degeneratif termasuk gangguan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh CMV dan limfosit T terhadap fungsi kognitif pada pasien HIV usia muda.Metode. JakCCANDO JAKarta CMV and Candida in HIV patients on ART, evaluation in CArdiology, Neurocognitive, Dentistry and Ophthalmology study, merupakan studi prospektif yang dilakukan di RSUPN. dr. Cipto Mangunkusumo. Studi ini melibatkan 80 pasien HIV 19-44 tahun yang belum pernah mendapat terapi antiretroviral ARV dengan limfosit T CD4

Background. HIV can trigger chronic inflammation and CMV reactivation that affect T cell. These feature is also found in old age population and associated with degenerative disease including cognitive impairment. In this study we investigated the effects of CMV and T cells on cognitive function of younger HIV patients.Methods. JakCCANDO JAKarta CMV and Candida in HIV patients on ART, evaluation in CArdiology, Neurocognitive, Dentistry and Ophthalmology is a prospective study of patients at Cipto Mangunkusumo hospital. This study involved 80 HIV antiretroviral therapy ART naive patients 19 44 years with baseline CD4 T cell counts "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Alfio Andhika
"Di Indonesia, kasus HIV/AIDS pada anak dari tahun 2010 sampai 2016 cenderung mengalami peningkatan. Salah satu penyakit penyerta yang sering muncul atau yang disebut dengan infeksi oportunistik pada klien dengan HIV/AIDS yaitu diare. Sampai dengan 60 dari orang yang hidup dengan HIV melaporkan diare. Diare adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak dan terutama mereka yang terinfeksi HIV. Salah satu intevensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi BAB yaitu dengan terapi pijat yang merupakan salah sati terapi keperawatan komplementer. Terapi pijat dilakukan pada seluruh tubuh sebanyak dua hari dalam sehari selama tiga hari berturut-turut. Setelah dilakukan intervensi tersebut, tampak terjadi penurunan frekuensi BAB cair pada anak dengan diare persisten.

In Indonesia, HIV AIDS cases in children from 2010 to 2016 tend to increase. One of common comorbid illness or so called opportunistic infection in clients with HIV AIDS is diarrhea. Up to 60 of people living with HIV report diarrhea. Diarrhea is a major cause of morbidity and mortality in infants and children, especially those who are HIV infected. One of the nursing intervention that can be done to reduce the frequency of diarrhea with massage therapy that one of complementary nursing therapy. Massage therapy is performed on the whole body twice a day for three consecutive days. After the intervention, there appears to be a decrease in frequency of diarrhea in children with persistent diarrhea."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octaryana
"Jumlah kasus AIDS di Indonesia semakin meningkat, sampai periode Juni 2013 sebesar 43.667 kasus. ABK merupakan mobile migrant population yang memiliki perilaku seksual berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS pada ABK di Poliklinik KKP Kelas I Tanjung Priok. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian yaitu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ABK yang melakukan kegiatan Medical Check Up (MCU) di poliklinik KKP Tanjung Priok. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ABK yang melakukan kegiatan MCU dengan kriteria inklusi berjenis kelamin laki-laki, masa kerja minimal 3 bulan, WNI, dan menandatangani informed consent.
Hasil penelitian menunjukkan 30,7% ABK memiliki perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS. Karakteristik ABK terbanyak pada umur >30 tahun (56,7%), menikah (59,3%), pendidikan terakhir SMP keatas (78,7%), pulang ke daerah asal kurang dari 9 bulan sekali (78,7%), lama berlabuh ≤ 3 hari (59,3%), usia seks pertama >21 tahun (51,3%), tingkat pengetahuan kurang (53,3%), sikap negatif (54,7%), dan kurang terpapar informasi HIV/AIDS (56,7%). Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko adalah status pernikahan, pendidikan, frekuensi pulang ke daerah asal, lama berlabuh, usia seks pertama, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media informasi. Sehingga perlu diberikan KIE mengenai HIV/AIDS dan penggunaaan kondom yang berkesinambungan serta penyediaan ATM kondom.

The number of AIDS cases in Indonesia has increased, until the period of June 2013 amounted to 43.667 cases. The crew of ship is a mobile migrant population who have HIV/AIDS-risk sexual behaviors. This research aims to have description of the factors correlation with risk sexual behavior related to HIV/AIDS in the crew at the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. This research is an observational research using cross-sectional design study. Research population was entire the crew that have Medical Check Up (MCU) in the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. Research sample was partially of the crew that have Medical Check Up (MCU) with inclusion criteria male, work period at least 3 months, Indonesian, and signed informed consent.
The result showed 30,7% of the crew have HIV/AIDS-risk sexual behavior. Most of the crew characteristic are above 30 years old (56,7%), get married (59,3%), educational grade over junior high school (78,7%), back to their hometown less than once in 9 months (78,7%), longer anchore less than 3 days (59,3%), age of first sex in over 21 years old (51,3%), level of knowledge low (53,3%), negative demeanor (54,7%), and less exposure to HIV/AIDS information (56,7%). The factors that are statistically have correlation with risk sexual behavior was marital status, education, frequency back to their hometown, longer anchored, age of first sex, knowledge, attitudes and media exposure information. So that needs to be given information, education and communication about HIV/AIDS and sustainable use of condoms and provision of condoms ATM.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sakinah Qur`ani
"HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan berbagai negara di dunia. Menurut WHO (World Health Organization) pada akhir 2021 terdapat 38,4 juta orang yang terinfeksi HIV yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 650.000 orang meninggal karena terinfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengobatan antiretroviral dan kesesuaian pengobatan antiretroviral untuk pasien HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.87 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan metode pengumpulan data secara retrospektif, menggunakan data pasien di bulan Mei – Oktober 2022. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi antiretroviral yang sering digunakan adalah FDC TLE (Tenofovir + Lamivudin + Efavirenz) sebanyak 266 pasien (54,46%) untuk regimen ARV lini pertama dan FDC TLD (Tenofovir + Lamivudin + Dolutegravir) sebanyak 88 pasien (21,20%) untuk regimen ARV lini kedua. Untuk kesesuaian kombinasi regimen ARV adalah 100% sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.87 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral dan dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.

HIV is a health problem that threatens Indonesia and various countries worldwide. According to the World Health Organization (WHO), by the end of 2021, there were 38.4 million people infected with HIV globally, and approximately 650,000 people died due to HIV infection. This study aims to determine the patterns of antiretroviral treatment and the appropriateness of antiretroviral treatment for HIV patients at the Puskesmas Kecamatan Cengkareng in accordance with the standards set by the Minister of Health Regulation No.87 of 2014 on Antiretroviral Treatment Guidelines and the Minister of Health Decree No. HK.01.07/Menkes/90/2019 on the National Guidelines for HIV Medical Management. The research employed a cross-sectional study design with retrospective data collection, using patient data from May to October 2022. Based on the research findings, the frequently used antiretroviral therapy was FDC TLE (Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz) for the first-line ARV regimen, with 266 patients (54.46%), and FDC TLD (Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir) for the second-line ARV regimen, with 88 patients (21.20%). The combination of ARV regimens showed 100% compliance with the standards set by the Minister of Health Regulation No.87 of 2014 on Antiretroviral Treatment Guidelines and the Minister of Health Decree No. HK.01.07/Menkes/90/2019 on the National Guidelines for HIV Medical Management."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>