Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kanita Klara
"Seorang apoteker yang melaksanakan praktik kefarmasian di apotek memiliki tanggung jawab yaitu pelayanan farmasi klinik dan melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai. Salah satu pelaksanaan pengelolaan adalah pengadaan, dimana setiap apotek memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengadakan produk karena sangat bergantung kepada ketersediaan dana dan nilai investasi yang dimiliki. Laporan ini dilakukan dengan tujuan menganalisis suplemen makanan di Apotek Kimia Farma THI dengan menggunakan metode Pareto ABC untuk mengetahui pengelompokkan produk supaya dapat dijadikan acuan dalam melakukan pengadaan dan peningkatan efisiensi siklus pengelolaan produk di apotek. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pengumpulan data daftar obat Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah yang akan dianalisis. Data tersebut meliputi nama produk, frekuensi penjualan, dan harga jual satuan. Pengelompokkan data didasarkan pada metode pareto ABC Kimia Farma yang berada di SOP yang merupakan data jumlah item obat dan persentase dana investasi, dimana kelompok A merupakan akumulasi 0 hingga 80%, kelompok B merupakan obat dengan akumulasi 80,01 hingga 95%, dan obat yang termasuk dalam kelompok C adalah obat dengan akumulasi 95,01 hingga 100%. Dari 148 item suplemen makanan, sebanyak 69 item termasuk dalam kelompok Pareto A atau 46,62% dari total item dengan nilai jual Rp16.241.938 atau 69,78% dari total nilai jual. Kelompok Pareto B terdiri dari 42 item atau 28,378% dari total item dengan nilai jual sebesar Rp4.698.650 atau 20,19% dari total nilai jual dan kelompok Pareto C terdiri dari 37 item atau 25% dari total item dengan nilai jual atau revenue sebesar Rp2.335.506 atau 5,12 % dari total nilai jual.

A pharmacist who practices pharmacy in a pharmacy has the responsibility of providing clinical pharmacy services and managing pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables. One of the implementation of management is procurement, where each pharmacy has a different capacity in procuring products because it is very dependent on the availability of funds and the investment value they have. This report was conducted with the aim of analyzing food supplements at Kimia Farma THI Pharmacy using the Pareto ABC method to determine product grouping so that it can be used as a reference in conducting procurement and increasing the efficiency of the product management cycle in pharmacies. The method used is descriptive analytic research by collecting drug list data from Kimia Farma Pharmacy Taman Harapan Indah which will be analyzed. The data includes product name, sales frequency, and unit selling price. Data grouping is based on Kimia Farma's ABC pareto method which is in the SOP which is data on the number of drug items and the percentage of investment funds, where group A is an accumulation of 0 to 80%, group B is drugs with an accumulation of 80.01 to 95%, and drugs that included in group C are drugs with an accumulation of 95.01 to 100%. Of the 148 food supplement items, 69 items were included in the Pareto A group or 46.62% of the total items with a selling price of IDR 16,241,938 or 69.78% of the total selling value. Pareto group B consists of 42 items or 28.378% of the total items with a selling price of IDR 4,698,650 or 20.19% of the total sales value and Pareto group C consists of 37 items or 25% of the total items with a sales value or revenue of IDR 2 .335,506 or 5.12% of the total selling price."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Apotek merupakan salah satu sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan suatu layanan yang dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi di apotek perlu dilakukan dokumetasi yang baik. Hal ini berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, terdapat beberapa indikator evaluasi mutu pelayanan yang dapat digunakan salah satunya ialah lama waktu tunggu pelayanan resep. Evaluasi waktu tunggu pelayanan obat tersebut dilakukan di KFA THI pada periode Januari 2023 sesuai dengan standar yang berlaku. Waktu tunggu pelayanan yang dilakukan KFA THI telah memenuhi standar Kemenkes RI dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Namun tidak memenuhi standar yang ditetapkan KFA, yaitu untuk resep racikan maksimal 30 menit dan resep nonracikan maksimal 15 menit.

Pharmacy is one of the facilities or facilities of health services. Pharmaceutical services in pharmacies are services that are carried out directly and responsibly to patients related to pharmaceutical preparations with the intention of improving the quality of life of patients. Every activity carried out in pharmacy services in pharmacies needs to be done good documentation. This is useful for evaluating activities in an effort to improve service quality. In the implementation of the evaluation, there are several indicators of service quality evaluation that can be used, one of which is the length of waiting time for prescription services. The evaluation of the waiting time for drug services will be carried out at KFA THI in the January 2023 period in accordance with applicable standards. The waiting time for services carried out by KFA THI has met the standards of the Indonesian Ministry of Health in pharmaceutical services at pharmacies. However, it does not meet the standards set by the KFA, namely for concoction recipes for a maximum of 30 minutes and non-concocted recipes for a maximum of 15 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian oleh Apoteker di Apotek wajib mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 73 tahun 2016. Implementasi penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker di Apotek berawal dari kegiatan manajerial (menjamin ketersediaan dan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu serta terjangkau) hingga pelayanan farmasi klinis yang berorientasi pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan swamedikasi terkait dengan keluhan batuk pilek merupakan salah satu pelayanan kefarmasian klinis yang umum dilakukan oleh Apoteker di Apotek. Dokumentasi pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Jalan Raya Lenteng Agung No 39 dilakukan dengan melakukan observasi langsung dan membandingkan kesesuaiannya dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta pelayanan swamedikasi di Apotek Kimia Farma Jl Raya Lenteng Agung No 39 sudah cukup baik dan sesuai dengan PMK No. 73 Tahun 2016.

The implementation of pharmaceutical services by pharmacists at pharmacies must follow the pharmaceutical service standards listed in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 73 of 2016. Implementation of pharmaceutical services by pharmacists at pharmacies starts with managerial activities (ensuring the availability and management of pharmaceutical preparations, medical devices safe, quality and affordable) to patient-oriented clinical pharmacy services to improve the quality of life of patients. Self-medication services related to complaints of cough and cold are one of the clinical pharmacy services that are commonly performed by pharmacists at pharmacies. Documentation of pharmaceutical services at Kimia Farma Pharmacy Jalan Raya Lenteng Agung No. 39 is carried out by direct observation and comparing compliance with applicable regulations. Based on the results of observations, the implementation of management activities for pharmaceutical preparations, medical devices and BMHP as well as self-medication services at Kimia Farma Pharmacy Jl Raya Lenteng Agung No 39 is quite good and in accordance with PMK No. 73 of 2016."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia. Program Rujuk Balik (PRB) merupakan program BPJS Kesehatan yang bertujuan untuk menjamin pasokan obat bagi pasien dengan penyakit kronis, termasuk hipertensi. Namun, pelaksanaan PRB seringkali tidak sesuai dengan harapan karena kurangnya responsivitas pasien terhadap program ini (Noverdita, 2017). Penelitian ini dilakukan di Apotek Kimia Farma 0254 Pos Pengumben dengan menggunakan metode pengumpulan data secara retrospektif terhadap pasien hipertensi yang mengikuti PRB dari Maret 2023 hingga April 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 689 pasien hipertensi yang mengambil obat selama periode Maret-April 2023, sebanyak 397 pasien atau 57,62% patuh dalam mengikuti pengobatan, 179 pasien atau 25,98% tidak patuh, dan 113 pasien atau 16,40% merupakan pasien baru.

Non-communicable diseases (NCDs), such as hypertension, are significant public health issues in Indonesia. The Referral Back Program (RBP) is a program by BPJS Health aimed at ensuring medication supply for patients with chronic diseases, including hypertension. However, the implementation of RBP often does not meet expectations due to patients' lack of responsiveness to this program (Noverdita, 2017). This research was conducted at Kimia Farma Pharmacy 0254 Pengumben Branch using a retrospective data collection method on hypertensive patients participating in the RBP from March 2023 to April 2023. The results showed that out of a total of 689 hypertensive patients who took medication during the March-April 2023 period, 397 patients or 57.62% were compliant with their medication, 179 patients or 25.98% were non-compliant, and 113 patients or 16.40% were new patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 berdasarkan kelengkapan dan kerasionalan resep yang diterima serta kebutuhan pasien terhadap produk farmasi melalui analisis hasil kegiatan konseling, swamedikasi, dan telefarmasi, serta mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dengan metode Pareto ABC dalam kegiatan perencanaan sediaan farmasi. Pada tugas khusus ini, dalam mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 dilakukan pengkajian administratif, farmasetika, dan klinis terhadap 32 resep, konseling terhadap 71 pasien, pelayanan swamedikasi terhadap 90 pasien, dan pelayanan telefarmasi terhadap 43 pasien. Dalam mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi, jumlah dan harga seluruh sediaan obat dianalisis dengan menghitung nilai investasi masing-masing sediaan dan diurutkan dari yang terbesar, kemudian dijumlahkan secara kumulatif baik harga maupun persentase untuk dikelompokkan menjadi Grade A (80%), B (15%), dan C (5%). Dari analisis Pareto ABC, diperoleh jumlah investasi kelompok A sebesar Rp719.953.455,00 dengan 3 item tertinggi, yaitu Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, dan Cataflam Tablets 50 mg. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian farmasetik dan klinis dari 32 resep sudah cukup baik, namun tidak dengan kesesuaian administratif. Pasien yang mendapatkan pelayanan konseling dan telefarmasi didominasi oleh pasien geriatrik dengan jenis pelayanan BPJS, sehingga membutuhkan pemantauan berkala dan konseling. Pada kegiatan konseling dan swamedikasi, ditemukan bahwa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, batuk, flu, dan sakit tenggorokan adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di area sekitar apotek.

The special assignment at Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 aims to evaluate pharmaceutical services by assessing prescription completeness, rationality, and patient pharmaceutical needs through counseling, self-medication, and telepharmacy analysis. The evaluation also includes an assessment of pharmaceutical supply needs using the Pareto ABC method. Administrative, pharmaceutical, and clinical evaluations were conducted on 32 prescriptions, counseling for 71 patients, self-medication for 90 patients, and telepharmacy for 43 patients. The Pareto ABC analysis revealed a total investment of Rp719,953,455.00 for Group A, highlighting the top three items: Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, and Cataflam Tablets 50 mg. While the pharmaceutical and clinical appropriateness of prescriptions was deemed satisfactory, administrative aspects fell short. Patients benefiting from counseling and telepharmacy services were mainly geriatric with BPJS coverage, necessitating regular monitoring and counseling. Counseling and self-medication activities identified high prevalences of hypertension, diabetes mellitus, heart disease, cough, flu, and sore throat in the pharmacy's vicinity. Overall, the assessment provides insights into improving administrative aspects and tailoring pharmaceutical services to address prevalent health issues in the community."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aqqilla Rinanda Arenta Putri
"Perencanaan merupakan tahapan yang penting karena faktor perencanaan obat yang baik dapat mencegah terjadinya kekurangan dan kelebihan stok obat, serta pemborosan anggaran. Perencanaan merupakan kegiatan penentuan penyusunan daftar kebutuhan obat (jenis dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, sebelum dilakukannya proses pengadaan. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan pada perencanaan, diantaranya Metode Konsumsi, Metode Morbiditas dan Metode Proxy Consumption. Pada tahap perencanaan juga terdapat analisis atau evaluasi rencana kebutuhan sediaan farmasi yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan efesiensi anggaran. Analisis perencanaan pengadaaan obat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu Analisis ABC, Analisis VEN, dan Analisis Kombinasi. Diantara ketiga metode tersebut, metode analisis ABC pareto merupakan metode evaluasi perencanaan perbekalan farmasi di apotek yang sering digunakan. Analisis ABC Pareto digunakan untuk mengetahui prioritas item yang digunakan di apotek dengan melihat persentase kumulatif dari jumlah pemakaian (nilai pakai), persentase kumulatif dari jumlah investasi (nilai investasi), serta nilai indeks kritis (melalui skor total dari nilai pakai dan nilai investasi). Analisis ABC Pareto dapat membantu Apoteker untuk merencanakan obat- obat atau barang dengan nilai ekonomi paling menguntungkan, sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih banyak dan lebih cepat dengan penjualan obat- obat tersebut.

Procurement is an important stage because good drug planning can prevent shortages and excesses of drug stock, as well as wasting the budget. Procurement is the activity of determining the preparation of a list of drug requirements (type and quantity) in accordance with needs and budget, before the procurement process is carried out. There are three methods that can be used to calculate needs in procurement, including the Consumption Method, Morbidity Method and Proxy Consumption Method. At the planning stage there is also an analysis or evaluation of the planned need for pharmaceutical supplies which aims to ensure drug availability and budget efficiency. Analysis of drug procurement planning can be carried out using various methods, namely ABC Analysis, VEN Analysis and Combination Analysis. Among these three methods, the ABC Pareto analysis method is a method for evaluating pharmaceutical supply planning in pharmacies that is often used. ABC Pareto analysis is used to determine the priority of items used in pharmacies by looking at the cumulative percentage of the amount of use (use value), the cumulative percentage of the investment amount (investment value), as well as the critical index value (through the total score of use value and investment value). ABC Pareto analysis can help pharmacists to plan medicines or goods with the most profitable economic value, so that they can gain more and faster profits from selling these medicines.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novia
"Apotek Kimia Farma Unit 389 merupakan salah satu apotek yang melayani resep pasien BPJS di Depok. Laporan ini disusun untuk mengkaji dan menganalisis resep di Apotek Kimia Farma Unit 389 Depok sehingga dapat memberikan informasi mengenai kelengkapan resep dan kejadian 'drug related problems' (DRPs) pada resep. Sampel yang digunakan berjumlah lima resep pasien BPJS kronis poli penyakit dalam di Apotek Kimia Farma Unit 389 periode April 2023. Hasil pengkajian dan analisis resep menunjukkan bahwa semua resep tidak lengkap ditinjau dari aspek administratif, aspek farmasetik, dan aspek klinis berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kejadian DRPs terjadi pada semua resep. DRPs yang berkaitan dengan masalah efektivitas terapi terjadi pada resep 1 dan 3, sedangkan yang berkaitan dengan masalah keamanan terapi terjadi pada resep 1, 2, 4, dan 5.

Kimia Farma Pharmacy Unit 389 is one of the pharmacies that serve prescriptions for BPJS patients in Depok. This report was prepared to assess and analyze prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy Unit 389 Depok so that it can provide information about the completeness of prescriptions and the incidence of drug related problems (DRPs) in prescriptions. The sample used consisted of five prescriptions for chronic BPJS patients of internal medicine poly at Kimia Farma Pharmacy Unit 389 for the period of April 2023. The results of the assessment and analysis of prescriptions showed that all prescriptions were incomplete in terms of administrative aspects, pharmaceutical aspects, and clinical aspects based on the Regulation of the Minister of Health Number 73 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies. DRPs occurred in all prescriptions. DRPs related to therapeutic effectiveness issues occurred in prescriptions 1 and 3, while those related to therapeutic safety issues occurred in prescriptions 1, 2, 4, and 5.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"Apoteker sebagai pelaku usaha harus mengelola dan mengembangkan bisnis apotek dengan mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang strategis. Metode yang dapat dilakukan untuk membantu hal tersebut adalah dengan melakukan analisis basket size. Analisis ini dapat memahami pola perilaku konsumen dan hubungannya terhadap transaksi tunai. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian target basket size di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah. Nilai rata-rata basket size (ABS) dapat dihitung melalui pembagian antara total stock keeping unit (SKU) dengan total transaksi. Jumlah SKU yang dicatat dikelompokkan menjadi obat over the counter (OTC), upaya pengobatan diri sendiri (UPDS), dan resep. Analisis dilakukan dari hasil observasi 7 jam per hari selama 10 hari. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai ABS untuk obat bebas, UPDS, dan resep berturut-turut adalah 1,54; 1,38; dan 2,60. Berdasarkan hasil tersebut, basket size Apotek Kimia Farma THI belum mencapai target yang diharapkan, yaitu sebesar 2.

Pharmacists as business actors must manage and develop the pharmacy business by identifying problems and making strategic decisions. The method that can be done to help with this is to do a basket size analysis. This analysis can understand consumer behavior patterns and their relationship to cash transactions. In addition, this analysis was conducted to determine the achievement of the target basket size at Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy. The average basket size (ABS) value can be calculated by dividing the total stock-keeping unit (SKU) by the total transactions. The number of SKUs recorded was grouped into over-the-counter (OTC) drugs, self-medication (UPDS), and prescriptions. The analysis was carried out from the results of observations 7 hours per day for 10 days. The result of ABS values for over-the-counter drugs, UPDS, and prescriptions were 1.54; 1.38; and 2.60. Based on these results, the basket size of Kimia Farma THI Pharmacy has not reached the expected target, which is 2."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>