Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Pradana
"Upaya Cina untuk mengembangkan kekuatan maritimnya, menghasilkan pencapaian status Cina sebagai negara dengan kapabilitas maritim blue water navy yang terutama ditandai dengan kepemilikan Cina atas sebuah kapal induk. Pencapaian ini merupakan hasil dari kebijakan strategis Cina yang ditujukan untuk dapat berdiri sebagai negara dominan, sebagai hegemon, di wilayah Asia terutama di kawasan Laut Cina Selatan. Terdapat hubungan kausalitas antara konsep blue water navy dengan tujuan utama Cina untuk menjadi regional hegemon melalui pemenuhan indikator-indikator bagi sebuah negara untuk menjadi regional hegemon. Tulisan ini berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong Cina untuk mengembangkan kapabilitas blue water navy dalam upayanya untuk berdiri menjadi negara hegemon di Laut Cina Selatan. Temuan penulis dari analisa yang dilakukan adalah, setidaknya terdapat tiga faktor utama yang melatarbelakangi pembangunan kapabilitas tersebut, yaitu: Laut Cina Selatan sebagai kawasan untuk melakukan proyeksi kekuatan, Laut Cina Selatan sebagai kawasan dengan sumber daya energi dan non-energi, dan upaya kontrol atas rute perdagangan di Laut Cina Selatan.

China’s effort to develop and expand its navy has resulted in possession of a blue water navy capability which was heavily marked by the possession of an aircraft carrier. This achievement was a result of China’s set of strategic policies that aim is to make China stand as a dominant state in the area, as a hegemon, specifically on the South China Sea. There is a causality between China’s acquirement  of a posession blue water navy capability, and its aim to be a regional hegemon. This thesis looks at the indicators for a states’s achievement of regional hegemon status in order to prove the causality between a possession of a blue water navy capabilites and its aim to be a hegemon in the South China Sea. There are at least three factors that drive China to pursue a blue water navy capability, which are: the importance if South China Sea a region for projecting power, South China Sea as a region with abundant amount of natural energy and non-energy resources, and the need to control trade route at the South China Sea."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ersan Ricardo
"ABSTRAK
Istilah Air Hijau sudah sering terdengar di berbagai kalangan kehidupan manusia. Air hijau adalah air hujan yang jatuh dan telah diserap oleh tanah atau tanaman. Sedangkan istilah tersebut juga sangat erat kaitannya dengan istilah Blue Water yang berarti air dari sungai, danau dan air tanah. Keterikatan Green Water dan Blue Water terkait dengan paradigma lama pengelolaan air yang hanya mempertimbangkan air biru (debit sungai, danau dan air tanah) sedangkan paradigma baru justru memasukkan Green Water sebagai komponen penting. Green Water merupakan bentuk penghematan air yang tidak akan mengganggu badan air di bumi ini. Green Water juga dapat dimanfaatkan oleh daerah yang mengalami kekeringan, seperti Kabupaten Majalengka yang pada tahun 2017 mengalami kekeringan di 27 desa menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Salah satu pemanfaatan air hijau adalah untuk membangun tempat penampungan air hujan atau disebut juga dengan waduk. Embung berfungsi sebagai bangunan konservasi air berupa kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk menunjang pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah yang potensial untuk dibangun daerah resapan air hujan atau waduk. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan reservoir yang ada dengan potensi daerah atau kesesuaian penelitian ini. Identifikasi daerah potensial diprioritaskan pada daerah rawan kekeringan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan menurut kondisi hidrogeologi. Selain itu, penentuan kawasan potensial juga menggunakan 4 variabel fisik yaitu penggunaan tanah, tekstur tanah, curah hujan dan kemiringan lereng. Melalui teknik overlay keempat variabel fisik tersebut digabungkan di Kabupaten Majalengka dan diberi skor setelah itu dilakukan metode akumulasi aliran untuk melihat akumulasi aliran dari Kabupaten Majalengka guna menentukan titik lokasi potensial atau kesesuaiannya. Setelah itu, potensi daerah atau kesesuaian yang telah dibuat akan dibandingkan dengan reservoir yang telah dibangun. Sehingga dapat diketahui bahwa wilayah yang berpotensi untuk dibangun waduk adalah wilayah utara Kabupaten Majalengka yang terindikasi merupakan wilayah yang rawan kekeringan dan merupakan wilayah yang potensial sesuai dengan kesesuaian wilayahnya.

ABSTRACT
The term Green Water has often been heard in various circles of human life. Green water is rainwater that falls and has been absorbed by the soil or plants. While the term is also very closely related to the term Blue Water which means water from rivers, lakes and groundwater. The attachment of Green Water and Blue Water is related to the old paradigm of water management which only considers blue water (river discharge, lakes and groundwater) while the new paradigm actually includes Green Water as an important component. Green Water is a form of water saving that will not interfere with water bodies on this earth. Green Water can also be utilized by areas experiencing drought, such as Majalengka Regency which in 2017 experienced drought in 27 villages according to the Regional Disaster Management Agency. One of the uses of green water is to build rainwater reservoirs or also known as reservoirs. Embung functions as a water conservation building in the form of a pond to accommodate rainwater and runoff water as well as other water sources to support agriculture, plantations and livestock, especially during the dry season. This study aims to identify areas that have the potential to build rainwater catchment areas or reservoirs. In addition, this study also compares the existing reservoir with the potential of the area or the suitability of this study. Identification of potential areas is prioritized in drought-prone areas according to the Regional Disaster Management Agency and according to hydrogeological conditions. In addition, the determination of potential areas also uses 4 physical variables, namely soil use, soil texture, rainfall and slope. Through the overlay technique, the four physical variables are combined in Majalengka Regency and given a score after which the flow accumulation method is carried out to see the accumulation of flow from Majalengka Regency in order to determine potential location points or suitability. After that, the potential area or suitability that has been made will be compared with the reservoir that has been built. So it can be seen that the area that has the potential to build a reservoir is the northern region of Majalengka Regency which is indicated to be a drought-prone area and is a potential area according to the suitability of the region."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Firdaus
"Secara umum, instalasi pengolahan air minum yang ada di Indonesia menggunakan metode konvensional dan menghasilkan by product berupa lumpur dalam prosesnya. Kandungan bahan kimia dalam lumpur dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan sekitar sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kemudian, salah satu limbah pencemar yang berbahaya dan sering digunakan dalam industri tekstil adalah methylene blue. Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut, penelitian ini akan memanfaatkan lumpur IPAM sebagai adsorben polutan biru metilen. Lumpur IPAM akan dikarakterisasi menggunakan SEM-EDX, XRD, BET, PSA, pHpzc berturut-turut untuk melihat kondisi morfologi, komposisi mineral, luas permukaan, dan distribusi partikelnya serta nilai pH muatan nol dari adsorben.
Hasil karakterisasi menunjukan, lumpur alum didominasi oleh unsur silika dalam bentuk quartz dengan luas permukaan 65,58 m2/gr dan terdistribusi pada ukuran 0,006 μm - 2,669 μm. Hasil pengujian pHpzc pada lumpur alum menunjukan nilai 6,25 sehingga lumpur alum dapat bekerja secara netral pada pH ini. Hasil eksperimen parametrik pada penelitian ini menunjukan bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi adsorben dan pH, persentase removal MB mengalami peningkatan pula. Hal tersebut berbanding terbalik dengan faktor peningkatan konsentrasi polutan yang menyebabkan penurunan persentase removal MB. Lebih lanjut, untuk faktor peningkatan suhu tidak menunjukan pengaruh yang signifikan. Efektivitas adsorpsi mengikuti pola isotherm mengikuti isotherm Langmuir dengan nilai konstanta a dan b adalah 37,453 dan 1,103 serta qe sebesar 36,93 mg/g. Kemudian menurut permodelan kinetika, hasil penelitian ini mengikuti model pseudo second order dengan nilai konstanta k2 adalah 1,77 x 10-3 g/mg.min dan qe sebesar 38,91 mg/g. Sebagai kesimpulan, lumpur alum yang berasal dari IPA Citayam, Depok dapat digunakan sebagai adsorben polutan biru metilen.

In general, drinking water treatment plants in Indonesia use conventional methods and produce by-products in the form of mud in the process. The chemical content in mud can cause pollution in the surrounding environment so that it requires further processing. Then, one of the hazardous and often used in the textile industry is methylene blue. To overcome these two problems, this study will utilize IPAM sludge as an adsorbent for methylene blue pollutants. The IPAM mud will be characterized using SEM-EDX, XRD, BET, PSA, pHpzc respectively to see the morphological conditions, mineral composition, surface area, particle distribution and the pH value of the zero charge of the adsorbent.
The results of the characterization show that alum sludge is dominated by silica elements in the form of quartz with a surface area of 65.58 m2 / gr and distributed at sizes of 0.006 μm-2.669 μm. The pHpzc test results on alum sludge showed a value of 6.25 so that alum sludge can work neutrally at this pH. The parametric experimental results in this study show that along with the increase in the concentration of the adsorbent and pH, the percentage of MB removal has also increased. This is inversely proportional to the factor increasing the concentration of pollutants which causes a decrease in the percentage of MB removal. Furthermore, for an increase in temperature factor it does not show a significant effect. The effectiveness of adsorption following the isotherm pattern of The Langmuir isotherm with constants a and b being 37.453 and 1.103 and qe of 36.93 mg/g. Then according to kinetics modeling, the results of this study followed the pseudo second order model with a k2 constant value of 1.77 x 10-3 g/mg.min and qe of 38.91 mg/g. In conclusion, alum sludge from IPA Citayam, Depok can be used as an adsorbent for methylene blue pollutants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Naomi Putri Anggita
"ABSTRAK
Kepulauan Spratly adalah sebuah wilayah di Laut Cina Selatan dimana terdapat terumbu karang dan pulau-pulau kecil. Wilayah Kepulauan Spratly bersama-sama dengan Laut China Selatan telah menjadi wilayah sengketa negara-negara tersebut yang mengelilingi Laut Cina Selatan. China adalah salah satu negara yang disengketakan, dengan mengklaim Laut Cina Selatan dan pulau-pulaunya, termasuk Nusantara Spratlys, sebagai bagian dari kedaulatannya. Pada akhir 2013, Cina melakukannya konstruksi pada 7 fitur karang di wilayah Kepulauan Spratly, yaitu Cuarteron Terumbu Karang, Terumbu Fiery Cross, Terumbu Gaven, Terumbu Hughes, Terumbu Johnson, Terumbu Mischief, dan Subi Reef, dan membuat pulau buatan baru. Status ketujuh fitur ini juga dipertanyakan dan apakah pembangunan pulau buatan ini bisa membuat China memperoleh kedaulatan atas Laut Cina Selatan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis status pulau buatan yang dibangun di atas tujuh fitur di wilayah tersebut Kepulauan Spratly dan apakah di pulau-pulau ini Cina bisa mendapatkan zona maritim untuk memperluas wilayah kedaulatannya di atas Laut Cina Selatan. Di
Tulisan ini menggunakan penelitian yuridis normatif dengan menganalisis peraturan perundang-undangan laut internasional tentang pulau dan pulau buatan, latar belakang klaim China terhadap
Laut Cina Selatan tiba di pembangunan tujuh fitur, serta putusan
Permanen Pengadilan Arbitrase pada perselisihan antara Cina dan Filipina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status tujuh fitur ditentukan dengan melihat kondisi aslinya sebelum dibangun oleh China, dan dengan status itu, China tidak dapat memperoleh zona ekonomi eksklusif di atas Kepulauan Spratly secara langsung secara keseluruhan, sehingga pembangunan tidak memberi Cina perluasan
kedaulatannya.
ABSTRACT
The Spratly Islands are an area in the South China Sea where there are coral reefs and small islands. The area of ​​the Spratly Islands together with the South China Sea has become a disputed territory of these countries which surrounds the South China Sea. China is one of the disputed countries, claiming the South China Sea and its islands, including the Spratlys Archipelago, as part of its sovereignty. In late 2013, China carried out construction on 7 coral features in the Spratly Islands region, namely Cuarteron Coral Reef, Fiery Cross Reef, Gaven Reef, Hughes Reef, Johnson Reef, Mischief Reef, and Subi Reef, and created a new artificial island. The status of these seven features is also questioned and whether the construction of these artificial islands can allow China to gain sovereignty over the South China Sea. This article aims to analyze the status of artificial islands built on seven features in the Spratly Islands region and whether in these islands China can get a maritime zone to expand its sovereign territory over the South China Sea. In This paper uses normative juridical research by analyzing international maritime laws and regulations regarding artificial islands and islands, the background of China's claims to The South China Sea arrived at the construction of the seven features, as well as the verdict
Permanent Court of Arbitration on disputes between China and the Philippines. The results show that the status of the seven features is determined by looking at their original condition before being built by China, and with that status, China cannot obtain an exclusive economic zone over the Spratly Islands directly in its entirety, so development does not give China an expansion.
his sovereignty."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Supriyanto
"Fokus dari skripsi ini adalah membahas mengenai kerja sama yang dilakukan oleh negara pantai dalam memberantas pembajakan di laut. Pembajakan di laut merupakan salah satu bentuk kejahatan yang cukup tua. Hukum internasional khususnya UNCLOS 1982, menyatakan bahwa pembajakan harus terjadi di laut lepas di luar yurisdiksi suatu negara. Namun demikian, saat ini berkembang bentuk pembajakan baru di mana pembajakan tidak terjadi di laut lepas melainkan di perairan pedalaman, laut teritorial, dan zona tambahan, contohnya yang ada di Selat Malaka. Selain di Selat Malaka pembajakan yang terjadi di Laut Cina Selatan sendiri masih terdapat perdebatan mengenai apakah pembajakan yang terjadi di Laut Cina Selatan masuk ke dalam pembajakan sebagaimana di maksud oleh UNCLOS 1982. Lebih lanjut, letak dari Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang berbatasan dengan beberapa negara pantai menimbulkan pertanyaan mengenai yurisdiksi negara manakah yang berwenang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Upaya tunggal yang dilakukan oleh satu negara pantai tidak cukup untuk memberantas pembajakan dan luasnya lautan membutuhkan kerja sama dari negara-negara pantai untuk memberantas piracy dan armed robbery di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.

Focus of the research is explaining regional cooperation which conducted by littoral states to combat piracy and armed robbery. Piracy is an old time crime. International law, particularly UNCLOS 1982 emphasized that piracy shall occur in the high seas beyond jurisdiction of any states. However, in modern times, a new form of piracy appeared. New form of piracy that so called armed robbery occurred in internal water, teritorial water, contigous zone of state, for instance piracy in Malacca Strait. Meanwhile, in South China Sea itself contention still exist to determine whether piracy that occurred in South China Sea can be classified as piracy within scope of UNCLOS 1982 or not. Moreover, Location of Malacca Strait and South China Sea which adjacent to littoral states raised a question with regard to jurisdiction to solve this problem. Effort from single state is not sufficient to combat piracy in the area it goes beyond vast of the sea required littoral states to cooperate to combat piracy and armed robbery in South China Sea and Malacca Strait."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S43294
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asril
"Dalam konsep WTU dikedepankan bahwa wilayah- wilayah yang terletak pada ketinggian 0 sampai 7 meter dpi. merupakan wilayah rawa dan endapan dengan air tanah tawar terbatas. Wilayah 7 sampal 25 meter dpi. merupekan wilayah pemusatan penduduk dan memiliki air tanah tawar banyak. (Sandy, 1982; Depdagri, 1983)
Salah satu penyebab keterbatasan air tanah tawar di wilayah ketinggian 0 sampai 7 meter dpi. tersebut adalah intrusi air laut yang menyebabkan air tanah menjadi payau/asin (Ruili, 1987; PAM Jaya, 1929) Bila melihat kemampuan PAM Jaya yang saat ini baru mampu melayani 60 persen dari kebutuhan penduduk, maka adanya pemakaian air gerobak di wilayah wilayah dengan ketinggian 0-7 meter dpl.
Sehubungan dengan hal tersebut, masaiah yang dibahas adalah:
1. Bagairnana pola distribusi pemakai air gerobak di DKI Jakarta?
2. Bagaimana kaitan antara distribusi pemakai air gerobak dengan wilayah pelayanan PAM, wilayah intrusi air laut, kepadatan penduduk dan kepadatan sumur artesis yang digunakan oleh industri, perdagangan dan jasa ? "
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rully Indrawan
"Titanium dioksida (TiO2) memiliki sifat yang ramah lingkungan seperti nontoxic, relatif tidak terlalu mahal dan stabil. Karena kelebihannya, TiO2 terus dikembangkan untuk kegiatan yang positif bagi lingkungan, salah satunya untuk mendegradasi polutan organik. Akan tetapi, energi band gap dari TiO2 yang cukup lebar (sekitar 3,2 eV) yang setara dengan cahaya UV sehingga aktifitas fotokatalitiknya hanya terbatas pada daerah UV dan tidak dapat digunakan pada daerah sinar tampak. Sementara itu sistem Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) relatif sukses mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik. Sistem ini kemudian dikembangkan dengan mengganti dye (zat warna) dengan quantum dots CdS, dan memodifikasi bagian TiO2 yang tidak dilapisi TiO2 sebagai zona katalisis. Terkait permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana preparasi TiO2 termodifikasi dalam degradasi methylene blue dengan sistem zona katalis berbasis QDSSC. Penelitian ini dilakukan dengan metode anodisasi untuk mendapatkan TiO2 dengan morfologi nanotube yang dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 450⁰C untuk membentuk fasa kristal TiO2. Imobilisasi CdS nanopartikel pada TiO2 nanotube (TNTAs) dilakukan dengan metode SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction)-Ultrasonikasi. Karakterisasi terhadap TNTAs/TNTAs-CdS meliputi Field Emmision Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-ray Diffraction (XRD), dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Pada proses degradasi, dengan sistem QDSSC termodifikasi, yang dilakukan selama 30 menit terjadi penurunan konsentrasi methylene blue sebesar 59%.

Titanium dioxide (TiO2) is an environmentally friendly such as nontoxic, relatively inexpensive and stable. Because of its advantages, TiO2 has been being developed for activities that are positive for the environment, one of them is to degrade organic pollutants. However, the energy band gap of TiO2 is quite wide (about 3.2 eV) which is equivalent to UV light so that the photocatalytic activity is confined to the UV region and can not be used in the visible light region. While the Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) system is relatively success converting sunlight to electricity. This system subsequently further developed by replacing dye with CdS quantum dots, and modify parts of TiO2 which is uncoated as catalysis zone. Related to these problems, researcher is interested to know how the modified DSSC can be utilized in degrading methylene blue. The TiO2 nanotube (TNTAs) morphology was obtained by anodizing titanium metal, followed by calcination at 450⁰C temperature to get a crystal phase of TiO2. Immobilization of CdS nanoparticles on TiO2 nanotube (TNTAs) was conducted by using SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction) method. Characterization of TNTAs/TNTAs-CdS include Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-Ray Diffraction (XRD) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). The catalyze zone of modified QDSSC was applied to degrade methylens blue (MB) in water, where approximately 59% MB was eliminated during 30 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasuri Sa`at
"Perkembangan suatu kota ditandai dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan makin lengkapnya fasilitas kota untuk menuju kota metropolitan yang mandiri dengan harapan perkembangan ekonomi yang tinggi. Depok pada tahun 2010 berpenduduk 1.675.213 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 1.145.091 jiwa, maka sudah terjadi perkembangan penduduk kota Depok sebesar 530.122 jiwa dengan pertambahan sebesar 31,655 % dalam kurun waktu 10 tahun atau rata-rata perkembangan 3,64% per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan beberapa konsekuensi perubahan fungsi lahan meliputi, kebutuhan lahan untuk pembangunan daerah pemukiman dan fasilitas ? fasilitas lainnya. Seterusnya juga memacu perubahan penggunaan lahan, khusus lahan yang tadinya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) berubah menjadi ruang tertutup bangunan (non RTH). Dampak lain dari pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya kebutuhan akan air untuk menjalankan kehidupan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi daya dukung sumber air hujan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok tahun 2010. Dikota Depok terdapat sumber-sumber air yaitu Kali, Situ dan Air tanah. Saat ini pemakaian air tanah lebih dominan sebesar 82,5% dari total penduduk memakai air tanah dari pada air permukaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pasokan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Depok disamping air permukaan yang ada berkualitas kurang baik, sehingga perlu pengolahan lengkap lebih dahulu untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan kualitas kesehatan.
Menurut hasil penelitian potensi sumber air hujan sangat mencukupi karena curah hujan dikota Depok sangat tinggi (1106-4579 mm) per tahun, sehingga menghasilkan nilai surplus debit andalan di masing-masing luasan kecamatan, kecuali Kecamatan Beji terjadi defisit pada bulan September dan Oktober.

A city development is indicated by population growth and more complete facilities compare to rural area. Depok is one of city with massive development nowadays with high economic potential. In 2010, Depok population is 1.675.213 peoples, this number has increase by 31.65% compare to 2000 (1.145.091 peoples), the average population growth is 3.64% per year.
In line with high population growth and changing on people dynamic, most of Green Open Space Area (RTH) has shifting the function into Used Spaced with many buildings is develop nowadays for residential (house, apartment), office building, restaurant, etc.
For supporting population growth, one of the most important factor need to consider is the availability of reserved water for supporting people?s daily life. The main objective of this study was to determine the potential capacity of rain water sources to the spatial plan of Depok City in 2010. Some of water source for covering all Depok area are Kali, Situ & Ground Water. Currently, the usage of ground water is more dominant (used by 82.5% of total population).
Based on the research result, potential source of rain water in Depok is sufficient because the annual rainfall duration is very high (1106 ? 4579 mm), resulting on the surplus value of dependable flow in each districts, except in Beji District during dry season, in September and Oktober.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31207
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Maulana
"Penelitian ini membahas mengenai klaim kedaulatan Cina di Laut Cina Selatan dengan mengkaji perspektif Cina dan menganalisa bukti-bukti sejarah yang digunakan Cina sebagai basis legalitasnya. Cina mengklaim sebagian Laut Cina Selatan sebagai wilayah kedaulatan negaranya. Klaim tersebut didukung dengan adanya bukti-bukti sejarah. Penulis memulai penelitian dengan menginterpretasi latar belakang yang memicu konflik Laut Cina Selatan menggunakan pendekatan historis dan studi kualitatif, kemudian mengkaji pernyataan resmi pemerintah Cina dan menganalisa bukti-bukti sejarah yang digunakan Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klaim Cina tidak sesuai dengan data-data sejarah. Perspektif yang dimiliki oleh Cina merupakan hasil penafsiran data sejarah yang kurang akurat.

This study discusses China's sovereignty claims in the South China Sea by examining China's perspective and analyzing historical evidence that China uses as its legal basis. China claims part of the South China Sea as its sovereign territory. This claim is supported by historical evidence. The author begins the research by interpreting the background that triggers the South China Sea conflict using a historical approach and qualitative studies, then examines the official statements of the Chinese government and analyzes historical evidence used by China. The results shows that China's claims are not in accordance with historical data. China's perspective is the result of inaccurate interpretation of historical data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>