Laminoplasti merupakan teknik dekompresi medulla spinalis dengan rekonstruksi lamina. Beberapa teknik telah diusulkan untuk mengisi defek lamina dengan menggunakan spacer. Perancah dirancang tiga dimensi sebagai pengisi celah/spacer untuk mengurangi potensi penolakan jaringan atau transmisi penyakit seperti pada penggunaan allograft serta mengurangi morbiditas yang ditimbulkan akibat pengambilan donor jaringan dari tempat lain di tubuh pasien (autograft). Penelitian pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti dengan hasil perancah dari PLA terbukti biokompatibel secara invitro. Penelitian ini bertujuan untuk melanjutkan uji biokompatibilitas in vivo pada perancah PLA dan mengetahui pengaruh terhadap penambahan injeksi HA/Alginat serta seeding sel punca mesenkimal (SPM). Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain pre-test dan post-test control group untuk mengetahui efek aplikasi dari perancah menggunakan uji biokompatibilitas perancah in vivo pada hewan coba. Model laminoplasti dibuat pada 15 kelinci yang dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jenis perancah yang dipakai untuk mengisi defek laminoplasti: Autograft, PLA, PLA+HA/alginat, PLA+ SPM, PLA+HA/Alginat+SPM. Secara umum tidak ditemui tanda inflamasi (derajat 1) pada sebagian besar sampel (47%) serta tidak ada sampel (0%) dengan area nekrosis (derajat 5). Penilaian mikroarsitektur perancah dengan Scanning Electrone Microscope menunjukkan integrasi jaringan yang baik ke dalam perancah. Tidak ada perbedaan bermakna pada hasil penilaian mikroskopis histopatologi dan mikrostruktur antara kelima kelompok. Hal ini menunjukan perancah sintetis sama baiknya dengan penggunaan autograft dan dapat direkomendasikan untuk penelitian translasional ke manusia agar seterusnya dapat diaplikasikan sebagai biomaterial yang biokompatibel untuk mengisi defek tulang.
Kata Kunci: Perancah, PLA, Sel Punca Mesenkimal, Laminoplasti, Biokompatibilitas
Laminoplasty is a spinal decompression technique by lamina reconstruction. Several techniques have been proposed to fill the bone gap and maintaining widened canal by using spacers. A 3-dimensional perancah is used as spacer to reduce the potential for tissue rejection or disease transmission as in the use of allograft and reduce the risk of donor site morbidity as seen in autograft. A preliminary study has been conducted by author to prove the PLA biocompatibility in vitro. This study aims to evaluate biocompatibility of PLA scaffold in vivo and see whether the addition of alginate / HA and mesenchymal stem cell (MSCs)injections can improve the biocompatibility and tissue-perancah integration in vivo. This study is an experimental study with a pre-test and post-test control group design. A total of 15 laminoplasty rabbit model were divided into 5 groups based on type of spacer used: Autograft, PLA, PLA+HA/alginate, PLA+ MSc, PLA+HA/Alginate+MSc. perancah. In general, there were no signs of inflammation (grade 1) in most samples (47%) and there were no samples (0%) with areas of necrosis (grade 5). From the microarchitectural study using Scanning Electrone Microscope (SEM) most sample shown a decrease in porosity which indicates a good tissue-perancah integration. There were no significant differences in the histopathological results and microstructural assessment between the five groups. This result showed that synthetic scaffold has similar tissue reaction and tissue integration profile as autograft. Thus, we can recommend for further translational study to human so that this biocompatible fabricated perancah can be used to fill bone defect.
"
Cedera hati kronis dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, gangguan metabolik, toksin atau gangguan sirkulasi yang jika berlanjut dapat menjadi cedera hati parah sampai sirosis hati jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Disamping itu, hati memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi untuk membantu pemulihan pasca cedera. Berbagai model cedera hati hewan coba tikus secara khusus dibuat untuk menyerupai penyakit hati kronis pada manusia. Pada penelitian ini, dikembangkan model hewan coba untuk mempelajari proses regenerasi hati menggunakan 2-AAF/CCl4. 2-Acetylaminoflourene (2-AAF) yang menghambat proliferasi hepatosit, sedangkan Carbon tetrachlorida (CCl4) digunakan untuk menginduksi fibrosis hati dan sirosis hati. Setelah pembuatan model hewan coba 2-AAF/CCl4 kemudian diberikan sel punca mesenkimal asal tali pusat manusia dengan harapan dapat memberikan efek positif pada cedera hati kronis yang dinilai dari parameter kadar ALT, Albumin, perubahan anatomi dan histologi dari jaringan hati tikus. Dalam penelitian ini, dalam pembuatan model hewan coba menggunakan tikus winstar jantan dengan pemberian CCl4 dua kali seminggu (2ml/kg) diencerkan dalam olive oil, pemberian secara subkutan selama 12 minggu. Kemudian dikombinasikan dengan 2-AAF setiap hari diencerkan dalam polietilen glikol, pemberian secara intragastrik. Kelompok percobaan terlihat peningkatan kadar ALT, tidak ada perbedaan untuk kadar Albumin, perubahan warna hati menjadi lebih terang dengan permukaan kasar dan bernodul serta memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kontrol yang memiliki hati dengan warna merah gelap, permukaan licin tanpa nodul. Selanjutnya dilakukan juga pemeriksaan histopatologis dengan pewarnaan HE, masson trichome dan imunohistokimia (ekspresi kaspase 3), didapatkan hasil yang menunjukkan adanya kerusakan hati (fat degeneration, nekrosis, cell swelling, inflamasi dan fibrosis hati, serta kematian hepatosit). Pada kelompok yang diberikan sel punca asal tali pusat manusia dapat memperbaiki kerusakan hati yang ditandai dengan kecenderungan penurunan kadar ALT, kecenderungan peningkatan kadar albumin, perbaikan anatomi berupa warna hati merah gelap dengan permukaan licin, perubahan histologi yaitu perbaikan jaringan, penurunan derajat fibrosis dan penurunan kematian sel.
Chronic liver injury can be caused by a variety of infections, metabolic disorders, toxins or circulatory disorders which, if it continues, can become severe liver injury to cirrhosis of the liver if it does not receive adequate treatment. Besides that, the liver has a high regeneration ability to help with post-injury recovery. Various models of animal liver injury in rats tried specifically made to resemble chronic liver disease in humans. In this research, an experimental animal model was developed to study the process of liver regeneration using 2-AAF/CCl4. 2-Acetylaminoflourene (2-AAF) which inhibits hepatocyte proliferation, while Carbon tetrachloride (CCl4) is used to induce liver fibrosis and liver cirrhosis. After making 2-AAF/CCl4 experimental animal models, human umbilical cord derived mesenchymal stem cells were given in the hope that they would have a positive effect on chronic liver injury assessed by parameters of ALT, albumin, anatomic and histological changes in rat liver tissue. In this study, in making animal models using male winstar rats by administering CCl4 twice a week (2ml/kg) diluted in olive oil, administering subcutaneously for 12 weeks. Then combined with 2-AAF daily diluted in polyethylene glycol, administered intragastrically. The experimental group saw an increase in ALT levels, there was no difference in albumin levels, changes in the color of the liver became brighter with rough and boiled surfaces and had a larger size compared to controls that had hearts with dark red, slippery surfaces without nodules. Histopathological examination was also performed by staining HE, masson trichome and immunohistochemistry (expression of caspase 3), the results showed liver damage (fat degeneration, necrosis, cell swelling, inflammation and fibrosis of the liver, and death of hepatocytes). In groups given human umbilical cord derived mesenchymal stem cells can repair liver damage marked by a tendency to decrease ALT levels, tendency to increase albumin levels, anatomic improvements in the form of dark red heart color with a slippery surface, histological changes, namely tissue repair, decreased degrees of fibrosis and decreased mortality cell.
"