Ditemukan 110996 dokumen yang sesuai dengan query
Puspa Yunita
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk memahami kegiatan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan Permenkes No. 74 tahun 2016. Tugas khusus yang diberikan berjudul “Analisa Perubahan Regimen Terapi Antiretroviral (ARV) Periode Januari 2021 - Agustus 2022 pada Pasien ODHA di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit”, dimana tugas ini bertujuan untuk mengetahui perubahan regimen terapi ARV serta mengetahui regimen terapi ARV terbanyak yang digunakan pada pasien ODHA di Puskesmas Duren Sawit. Beberapa obat ARV yang digunakan sebagai regimen terapi pasien ODHA di Puskesmas Duren Sawit diantaranya ARV FDC dan obat lepasan.
Pharmacist Professional Work Practice at the Duren Sawit District Health Center to understand pharmaceutical activities at the Health Center in accordance with Permenkes No. 74 of 2016. The specific assignment given was entitled "Analysis of Changes in Antiretroviral Therapy (ARV) Regimen for the January 2021 - August 2022 Period for PLWHA Patients at the Duren Sawit District Health Center", where this assignment aims to find out changes in ARV therapy regimens and find out the most ARV therapy regimens used in PLHIV patients at the Duren Sawit Health Center. Some of the ARV drugs used as a therapy regimen for PLHIV patients at the Duren Sawit Health Center include ARV FDC (Fix Drug Combination) and separate drugs.<"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Febryani Angelica
"Profil penggunaan obat antihipertensi dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan perbekalan farmasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil peresepan obat antihipertensi pada resep BPJS di Apotek Kimia Farma Kemanggisan Raya. Penelitian ini menggunakan sampel resep BPJS untuk obat antihipertensi bulan Maret 2022. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi resep BPJS yang mengandung obat antihipertensi dan kriteria eksklusi resep yang tidak lengkap datanya, seperti nama dan jenis kelamin. Subyek penelitian berjumlah 529 dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki 56,71% dan perempuan 43,29%, karakteristik usia dengan persentase terbanyak pasien berusia ≥ 60 tahun, dan karakteristik kombinasi obat antihipertensi tunggal 16,64% dan obat kombinasi 83,36%. Berdasarkan profil penggunaan obat antihipertensi, obat yang paling banyak diresepkan adalah bisoprolol (30,08%) dan golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah golongan beta blocker (31,13%).
The profile of antihypertensive drugs usage can be used as a guideline to improve the effectiveness of pharmaceutical supply management and increase knowledge and skills in pharmaceutical services at pharmacy. The purpose of this assessment is to study about profile of antihypertensive drug prescriptions on BPJS prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy Kemanggisan Raya. This study used sample from BPJS prescriptions for antihypertensive drugs in March 2022. The sampling technique was carried out using a purposive sampling technique with the inclusion criteria of BPJS prescriptions containing antihypertensive drugs and the exclusion criteria for incomplete data of prescriptions, such as name and gender. There were 529 samples taken with characteristic of gender such as male 56,71% and female 43,29%, characteristic of age with the highest percentage of patients aged ≥60 years, and characteristic of drug combination which is single hypertensive drug 16,64% and combination 83,36%. Regarding to the profile of antihypertensive drugs usage, the most widely prescribed drug is bisoprolol (30,08%) and the most commonly prescribed drug class was beta blockers (31,13%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Annisa Larasati Putri
"Seorang apoteker yang profesional harus mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa studi dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan calon apoteker mengenai peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker serta mendapatkan gambaran pekerjaan kefarmasian, calon apoteker perlu melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker terlebih dahulu sebelum memasuki dunia kerja. Praktik kerja profesi apoteker dilakukan di Kimia Farma Apotek 001 Garuda periode Maret 2022, PT. Novell Pharmaceuticals Laboratories periode Mei-Juni 2022, Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk periode Juli 2022, PBF SamMarie Tramedifa periode Agustus 2022, dan Rumah Sakit Universitas Indonesia periode September - Oktober 2022. Setelah pelaksanaan praktik kerja profesi apoteker di Apotek, Industri, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), PBF, dan Rumah Sakit tersebut, calon apoteker diharapkan dapat memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang cukup sehingga siap untuk memasuki dunia kerja sebagai apoteker yang kompeten dan profesional.
A professional pharmacist must be able to apply the knowledge that has been acquired during the study period in carrying out pharmaceutical work. As an effort to increase the knowledge and skills of prospective pharmacists regarding the roles, functions and responsibilities of pharmacists and to get an overview of pharmaceutical work, prospective pharmacists need to carry out Pharmacist Professional Work Practice before entering the world of work. Pharmacist professional work practice is carried out at Kimia Farma Pharmacy 001 Garuda for the period of March 2022, PT. Novell Pharmaceuticals Laboratories for the period May-June 2022, the Kebon Jeruk District Health Center for the July 2022 period, PBF SamMarie Tramedifa for the August 2022 period, and the University of Indonesia Hospital for the September-October 2022 period. Community Health Centers), PBF, and Hospitals, prospective pharmacists are expected to have sufficient insight, knowledge, skills and experience so that they are ready to enter the world of work as competent and professional pharmacists."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Prima Windiastuti
"Masalah yang sering terjadi terkait penggunaan obat di masyarakat di antaranya ialah kurangnya pemahaman mengenai penggunaan obat yang tepat dan rasional, penggunaan obat bebas yang berlebihan, serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan benar. Selain itu dari pihak tenaga kesehatan pun dirasa masih kurang memberikan informasi tentang penggunaan obat yang mereka dapatkan. Tugas khusus ini dilakukan di Puskesmas Jatinegara dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur dengan disertai video pembelajaran mengenai DAGUSIBU. DAGUSIBU singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang obat dengan benar. Dapatkan obat dari tempat resmi seperti apotek untuk menjaga keamanan dan keaslian obat. Gunakan obat sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan atau informasi dari apoteker. Simpan obat sesuai dengan aturan penyimpanan obat tersebut. Buang obat jika sudah masa kadaluwarsa atau sudah rusak dengan memperhatikan cara buang obat dengan benar.
Problems that often occur related to the use of drugs in the community include a lack of understanding about appropriate and rational use of drugs, excessive use of over-the-counter drugs, as well as a lack of understanding on how to properly store and dispose of drugs correct. In addition, the health workers are still lacking information about their drug use. This special task was carried out at the Jatinegara Health Center using a qualitative method through study literature accompanied by learning videos about DAGUSIBU. DAGUSIBU stands for Get, Use, Store and Dispose of medicine correctly. Get medicine from official places such as pharmacies to maintain drug safety and authenticity. Use the drug according to the instructions for use listed on the package or information from the pharmacist. Store medication accordingly rules for storing the drug. Throw away the medicine if it has expired or damaged by paying attention to how to properly dispose of the drug."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ana Wulandari
"World Health Organization memperkirakan bahwa 50% lebih dari seluruh obat di dunia dijual, diberikan, atau diresepkan dengan cara yang tidak tepat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2019, Penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) non pneumonia dan diare non spesifik di puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah masih melewati batas toleransi yang telah ditetapkan yaitu 38,52% dan 24,92%. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menjadi faktor penyebab timbulnya resistensi antibiotik dan hilangnya efektivitas antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Pengambilan data secara retrospektif menggunakan desain cross-sectional dengan subjek penelitian pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati selama periode 1 April – 30 Juni 2023. Sampel penelitian yang digunakan yang berjumlah 126 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memenuhi standar POR Nasional (<8% diare, <14% ISPA non pneumonia). Namun, rerata item obat tiap lembar resep pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (<2,6 item obat) dan Wold Health Organization (1,8 – 2,2 item obat per satu resep).
The World Health Organization estimates that more than 50% of all medicines worldwide are sold, administered, or prescribed inappropriately. According to data from the Ministry of Health in 2019, the use of antibiotics among patients with non-pneumonic Acute Respiratory Tract Infections (ARI) and non-specific diarrhea in health centers in Central Kalimantan Province still exceeds the established tolerance limits, specifically 38.52% and 24.92% respectively. The irrational use of antibiotics can contribute to the emergence of antibiotic resistance and a decline in their effectiveness. This study aims to evaluate antibiotic usage in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea. Retrospective data collection utilized a cross-sectional design, with research subjects comprising patients with these conditions at the Kramat Jati District Health Center between April 1 and June 30, 2023. The study sample included 126 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results indicated that antibiotic usage among patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea at the Kramat Jati District Health Center complied with the National POR standards (<8% for diarrhea, <14% for non-pneumonic ARI). However, the average number of drug items per prescription for patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea did not meet the standards established by the Ministry of Health (<2.6 drug items) and the World Health Organization (1.8 – 2.2 drug items)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Annisa Larasati Nurhidayah
"Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat ke pasien yang tepat dengan kebutuhan terapi dalam periode waktu yang cukup dan harga yang terjangkau. Pengunaan obat rasional dinilai dari ketepatan penentuan kondisi pasien, pemberian informasi, dan tindak lanjut. Penggunaan obat rasional diterapkan untuk menjamin pasien mendapatkan pelayanan dan pengobatan sesuai kebutuhan untuk mencapai terget terapi dan mengindari risiko kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan dan penggunaan obat rasional pada pasien infeksi saluran akut non-Pneumonia dan diare non-spesifik sesuai indikator antibiotik pada Puskesmas Kecamatan Kramat Jati periode Januari-Februari 2023. Penelitian dilakukan dengan metode retrospektif pada data sekunder dengan purposive sampling pada resep pasien dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan akut non-pneumonia atau diare non-spesifik. Data diolah untuk menentukan persentase penggunaan antibiotik dan rasionalitas penggunaan obat. Hasil data menunjukkan pengobatan ISPA non-Pneumonia menggunakan antibiotik sebanyak 4% dan 16% (Januari dan Februari) yang masih berada dibawah batas maksimal (<20%). Pengobatan diare non-spesifik menggunakan antibiotik sebanyak 4% pada kedua periode, dimana angka ini masih direntang penerimaan (<8%). Penggunaan obat untuk peresepan antibiotik pada pasien ISPA non-Pneumonia dan diare non-spesifik berada pada rentang penerimaan menurut Kemenkes RI.
Rational drug use is right distribution of drug to patients enough to fulfill therapy needs in certain period of time and afforable price. Rational drug use is assessed by right diagnosis, providing information, and follow-up. Rational drug use is applied to assure patients are receiving adequate service and treatment to achieve therapeutic goal and reduce health risk. This study aims to evaluate prescriptions and drug use in patients with unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea based on antibiotic indicator at Kramat Jati Subdistrict Public Health Center in January-February 2023. This research use retrospective method in secondary database with purposive sampling on patients with unspecified acute respiratory infection or unspecified diarrhea diagnoses. Prescriptions and data were processed to determine antibiotic usage percentage and drug use rationality. Result shows 4% and 16% of unspecified acute respiratory infection treatment use antibiotic in Januari and February respectively which are still in acceptable rate of <16%. Unspecified diarrhea had 4% rate of treatment with antibiotic in both periods which is still in acceptable rate of <8%. Antibiotic usage for unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea are on acceptable rate according to Indonesia Health Department study."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Chrisandy Ramadhanti
"Obat merupakan bagian vital dalam setiap proses pelayanan kesehatan. Dengan adanya pemberian obat pada setiap proses pelayanan kesehatan, besar harapan bahwa penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Dalam upaya menjamin ketersediaan obat yang bermutu, maka dapat diwujudkan dalam bentuk pengelolaan obat secara baik dan benar. Pengelolaan obat meliputi serangkaian proses dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian hingga pencatatan dan pelaporan. Perencanaan obat merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah melalui proses rekapitulasi. Perencanaan yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan tenaga kefarmasian meliputi pengetahuan serta ketrampilan yang memadai tentang perencanaan obat. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa Rencana Kebutuhan Obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dilakukan dengan rekapitulasi perhitungan menggunakan metode konsumsi dengan memperkirakan kebutuhan obat selama 1 (satu) tahun dan memperkirakan harga obat sesuai pada e-catalogue, sehingga diperoleh jumlah total anggaran yang dibutuhkan untuk 96 item obat pada tahun anggaran 2022 sekitar Rp714.745.231,00.
Drugs are a vital part of every health care process. With the administration of drugs in every health service process, there is great hope that the illness suffered by the patient can be cured. In an effort to guarantee the availability of quality drugs, this can be realized in the form of good and correct drug management. Drug management includes a series of processes from planning, procurement, storage, distribution to recording and reporting. Drug planning is an activity that aims to determine the type and amount of drugs according to the needs of the community which has gone through a recapitulation process. Good planning can be influenced by the ability of pharmaceutical staff including adequate knowledge and skills regarding drug planning. Through this special assignment, it can be seen that the Drug Needs Plan at the Grogol Petamburan Subdistrict Health Center is carried out by recapitulating calculations using the consumption method by estimating drug needs for 1 (one) year and estimating drug prices according to the e-catalogue, so that the total budget needed for 96 items of medicine in the 2022 fiscal year around IDR 714,745,231.00."
Depok:
2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Siahaan, Uli Artha Br
"Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat di fasilitas distribusi harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) merupakan masalah yang sangat kompleks. Produk Rantai Dingin atau Cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang peka terhadap suhu adalah produk yang bersifat mudah rusak dan memerlukan pengawasan dan distribusi di lingkungan yang terkendali. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza dan CCP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) di KFTD Bogor dan evaluasi penyimpanan terhadap Produk Rantai Dingin/ Cold Chain Product (CCP) di KFTD Bogor. Hasil menunjukan penyimpanan napza dan CCP di KFTD Bogor dianggap telah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam CDOB.
Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat di fasilitas distribusi harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) merupakan masalah yang sangat kompleks. Produk Rantai Dingin atau Cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang peka terhadap suhu adalah produk yang bersifat mudah rusak dan memerlukan pengawasan dan distribusi di lingkungan yang terkendali. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza dan CCP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) di KFTD Bogor dan evaluasi penyimpanan terhadap Produk Rantai Dingin/ Cold Chain Product (CCP) di KFTD Bogor. Hasil menunjukan penyimpanan napza dan CCP di KFTD Bogor dianggap telah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam CDOB"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab terkait sediaan farmasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang pasti dan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam pelayanan kefarmasian, perlu adanya sebuah standar pelayanan kefarmasian yang dipergunakan sebagai tolak ukur dan pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanan kefarmasian. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk membuat laporan evaluasi penggunaan obat dengan menggunakan metode ATC/DDD di puskesmas Kebun Jeruk. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat. Pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat dilakukan dengan cara mengumpulkan data Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) setiap bulan selama tahun 2019 kemudian menyusun data LPLPO sesuai dengan metode ATC/DDD. Pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat (EPO) di Puskesmas Kebun Jeruk dapat dilakukan. Total item obat yang dipakai selama tahun 2019 sebanyak 197 item obat, diantaranya terdapat 139 item obat (70,56%) yang memiliki kode ATC dan DDD definitif, 21 item (10,66%) tidak memiliki DDD Definitif, dan 37 item (18,78%) yang tidak memiliki kode ATC dan tidak memiliki DDD definitif. Terdapat 27 item obat yang masuk ke dalam daftar DU 90% dan 170 item obat tidak termasuk ke dalam DU 90%. Didapatkan juga hasil dari 197 item obat, sebanyak 159 item (80,7%) sesuai dengan Formularium Nasional dan 38 item (19,30%) tidak sesuai dengan Formularium Nasional.
Pharmaceutical service is a direct and responsible service related to pharmaceutical preparations which aims to achieve definite results and to improve the quality of life of patients. In pharmaceutical services, it is necessary to have a pharmaceutical service standard that is used as a benchmark and guideline for pharmaceutical personnel in carrying out pharmaceutical services. In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to make an evaluation report on drug use using the ATC/DDD method at the Kebun Jeruk community health center. This special assignment aims to increase the understanding of prospective pharmacists regarding the preparation of drug use evaluation reports. Preparing drug use evaluation reports is carried out by collecting Usage Report and Drug Request Sheet (LPLPO) data every month during 2019 and then compiling LPLPO data according to the ATC/DDD method. Preparing a drug use evaluation report (EPO) at the Kebun Jeruk Community Health Center can be done. The total number of drug items used during 2019 was 197 drug items, of which 139 drug items (70.56%) had definitive ATC and DDD codes, 21 items (10.66%) did not have Definitive DDD, and 37 items (18 .78%) who do not have an ATC code and do not have a definitive DDD. There are 27 drug items that are included in the 90% DU list and 170 drug items are not included in the 90% DU list. Results were also obtained from 197 drug items, of which 159 items (80.7%) were in accordance with the National Formulary and 38 items (19.30%) were not in accordance with the National Formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
M. Hibban Arasy
"Penggunaan obat secara rasional sangat penting dalam mencapai layanan kesehatan yang berkualitas. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti peningkatan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit, timbulnya efek samping obat, biaya yang tinggi, dan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, praktik Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas diharapkan dapat membantu pasien menggunakan obat dengan efektif, efisien, dan aman. Kementerian Kesehatan RI menetapkan parameter Penggunaan Obat Rasional (POR) dengan mengacu pada prevalensi penyakit tertentu, seperti penyakit ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Parameter POR yang ditetapkan adalah batas penggunaan antibiotik untuk kasus ISPA dan diare adalah 20% dan 8%. Penggunaan antibiotik yang berlebihan terhadap kasus yang belum terkonfirmasi bakteri dapat meningkatkan resistensi antibiotik di masa depan. Hasil evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati 1 pada bulan April 2023 menghasilkan persentase penggunaan antibiotik untuk ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik masing- masing sebesar 5% dimana hasil ini memenuhi syarat keberterimaan penggunaan antibiotik <20% untuk ISPA non-pneumonia dan <8% untuk diare non spesifik.
The rational use of drugs is essential to achieve quality healthcare services. Irrational drug use can lead to various negative impacts, such as increased mortality and morbidity rates due to diseases, the emergence of drug side effects, high costs, and bacterial resistance to antibiotics. Therefore, the practice of Rational Drug Use (RDU) in Community Health Centers (Puskesmas) is expected to assist patients in using medications effectively, efficiently, and safely. The Indonesian Ministry of Health establishes parameters for Rational Drug Use (RDU) based on the prevalence of specific diseases, such as non-pneumonia acute respiratory infections (ISPA) and non-specific diarrhea. The set RDU parameters for ISPA and diarrhea cases are 20% and 8% of antibiotic use, respectively. Excessive antibiotic use for cases that have not been confirmed as bacterial infections can contribute to antibiotic resistance in the future. The evaluation result of rational drug use at Kelurahan Kramat Jati Community Health Care 1 in April 2023 shows that the percentage of antibiotic use for non-pneumonia ISPA and non-specific diarrhea is 5% each, meeting the acceptable criteria of antibiotic use <20% for non-pneumonia ISPA and <8% for non-specific diarrhea."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library