Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Peracikan obat merupakan salah satu bentuk praktik pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang membutuhkan perhatian khusus karena adanya risiko kontaminasi, ketidaksesuaian kekuatan, penyalahgunaan, serta peningkatan waktu tunggu pasien. Terkait hal ini, Klinik Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sebagai klinik dengan persentasi peresepan racikan yang signifikan membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dengan resep obat racikan dan pola peresepan obat racikan, serta menyusun standardisasi formula peresepan obat racikan pada Klinik Rehab Medik RSUI selama tahun 2021.
Penelitian dilakukan secara deskriptif melalui pengolahan data yang diperoleh dari sistem informasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Selain itu, dilakukan random sampling berdasarkan data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penilitian ini adalah mayoritas pasien merupakan perempuan berusia 45 s.d. 65 tahun dengan penjaminan berobat secara umum dengnan empat macam pola peresepan obat racikan. Penulis juga memberikan rekomendasi standarisasi formula peresepan obat racikan sesuai regimen terapi.

Drug compounding is a form of pharmaceutical service practice in hospitals that requires precise attention because of the risk of contamination, incompatible potency, mishandling, and increased patient waiting time. In this regard, the University of Indonesia Hospital Medical Rehabilitation Clinic (RSUI), a clinic with a significant percentage of extemporaneous prescriptions, requires special attention. Therefore, this study aims to determine the characteristics of patients with extemporaneous prescriptions and patterns of drug prescriptions and develop standardized formulas for prescribing concoction drugs at the RSUI Medical Rehab Clinic in 2021.
The research was carried out in alignment with retrospective data processing obtained from the information system at the University of Indonesia Hospital (RSUI). In addition, random sampling was carried out based on data that met the inclusion and exclusion criteria. This research concludes that most patients are women aged 45 to 65 with a general treatment guarantor, with four different patterns of prescribing concoction drugs. The author also recommends standardizing prescription formulas for concoction drugs according to therapeutic regimens.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Nuril Romadhoni
"Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Salah satu yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian adalah pengelolaan obat. Pengelolaan obat yang paling vital dalam menjamin mutu obat adalah pada proses penyimpanan. Penyimpanan obat merupakan kegiatan untuk mengamankan obat-obatan agar terhindar dari berbagai kerugian, seperti kehilangan, kerusakan fisik maupun kimia, atau penggunaan yang tidak bertanggung jawab. Proses penyimpanan obat yang tidak sesuai akan berdampak pada kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien. Adapun penulisan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait penyebab kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien. Pelaksanaan tugas khusus dilakukan berdasarkan studi literatur yang berkaitan dengan kesalahan pemberian obat kedaluwarsa kepada pasien berdasarkan pendekatan root cause analysis (RCA). RCA merupakan suatu pendekatan analisis yang digunakan untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah atau peristiwa yang tidak diinginkan. Hasil penyebab kesalahan pemberian obat berdasarkan identifikasi menggunakan teknik mengapa, analisis penyimpangan, dan analisis barier adalah SOP yang tidak dijalankan dengan baik oleh petugas akibat ketipahaman. Sedangkan berdasarkan identifikasi berdasarkan fishbone analysis disebabkan karena metode yang kurang efisien yaitu berupa tidak ada pembaruan SOP dan tidak ada sistem pengendalian obat kedaluwarsa berdasarkan sistem komputer.

Pharmaceutical service is an integrated activity with the aim of identifying, preventing and solving drug problems and health -related problems. One of the things included in pharmaceutical services is drug management. The most vital drug management in guaranteeing the quality of the drug is in the storage process. Drug storage is an activity to secure drugs to avoid various losses, such as loss, physical and chemical damage, or irresponsible use. Inappropriate drug storage processes will have an impact on the error of giving expiration drugs to patients. The writing of the Pharmacist Professional Work Practice Report aims to identify problems related to the cause of errors in giving expiration drugs to patients. The implementation of special tasks is carried out based on literature studies related to errors in giving expiration drugs to patients based on the Root Cause Analysis (RCA) approach. RCA is an analysis approach used to find the root of the cause of an unwanted problem or event. The results of the cause of drug administration errors based on identification using the technique of why, irregular analysis, and barrier analysis are SOP that are not carried out properly by officers due to understanding. Whereas based on identification based on Fishbone Analysis is caused by an inefficient method in the form of no SOP update and no drug control system is expired based on a computer system."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qinthara Alifya Pramatiara
"Pada pelaksanaan beberapa pelayanan di Puskesmas Kecamatan Ciracas, kegiatan penyerahan obat yang merupakan salah satu pelayanan kefarmasian juga dilakukan dengan bantuan dari tenaga kesehatan non farmasi. Meskipun begitu, demi memberikan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar yang berlaku, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan non farmasi yang melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut, maka perlu dilakukan Sosialisasi Pelayanan Kefarmasian. Oleh karena itu, tugas khusus ini bertujuan untuk memastikan terlaksananya kegiatan dan mengetahui capaian pengetahuan dari peserta kegiatan sosialisasi pelayanan kefarmasian kepada tenaga medis lain yang didelegasikan. Tugas khusus ini disusun dengan mengumpulkan dokumen dari kegiatan sosialisasi pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan sejak tahun 2017 hingga tahun 2022, kemudian diperiksa kelengkapan dan bukti pelaksanaan kegiatan. Setelahnya, dilakukan perekapan pada nilai post test yang telah dikerjakan oleh peserta sebagai parameter keberhasilan penyampaian sosialisasi pelayanan kefarmasian apakah telah dipahami atau tidak. Sosialisasi pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Ciracas sudah berjalan dengan baik setiap tahunnya dari 2017 sampai 2022. Rata-rata persentase peserta yang terdiri atas Dokter gigi, Bidan, dan Perawat, untuk lulus sebesar 98,75% dalam lima tahun (2017, 2018, 2019, 2021, dan 2022) dan telah memahami materi terkait pelayanan kefarmasian serta didelegasikan sebagai tenaga kesehatan non farmasi yang dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian.

In the implementation of several services at the Ciracas District Health Center, drug delivery activities, which are one of the pharmaceutical services, are also carried out with the assistance of non-pharmaceutical health workers. However, in order to provide pharmaceutical services that comply with applicable standards, as well as to increase the knowledge and skills of non-pharmaceutical health workers who carry out these pharmaceutical services, it is necessary to carry out Socialization of Pharmaceutical Services. Therefore, this special task aims to ensure the implementation of activities and determine the knowledge achievements of participants in socialization activities on pharmaceutical services to other delegated medical personnel. This special task was prepared by collecting documents from socialization activities for pharmaceutical services that had been carried out from 2017 to 2022, then checking for completeness and proof of implementation of the activities. Afterwards, a recap of the post test scores that had been completed by the participants was carried out as a parameter for the success of delivering socialization on pharmaceutical services, whether they had been understood or not. Socialization of pharmaceutical services at the Ciracas District Health Center has been going well every year from 2017 to 2022. The average percentage of participants consisting of dentists, midwives and nurses to graduate is 98.75% in five years and have understood the material related to pharmaceutical services and have been delegated as non-pharmaceutical health workers who can carry out pharmaceutical services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif dan efisien. Perencanaan obat dengan metode kombinasi analisis ABC-VEN. Analisis ABC atau Pareto adalah suatu analisis yang dapat digunakan dalam menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi dimana dengan kelompok A 80%, kelompok B 15%, dan kelompok C 5% dari keseluruhan dana, sementara analisis VEN untuk menetapkan prioritas pembelian obat dalam kelompok obat vital (V), essensial (E) dan non essensial (N). Pengadaan dilakukan dengan melakukan pemesanan melalui E-catalogue atau pemesanan langsung melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF).

The management of drugs and health supplies in Puskesmas aims to ensure the availability and affordability of effective and efficient drug services. Drug planning by the combined method of ABC-VEN analysis. ABC or Pareto analysis is an analysis that can be used in analyzing consumption patterns of pharmaceutical supplies where group A is 80%, group B is 15%, and group C is 5% of the total funds, while VEN analysis is to determine drug purchase priorities in vital (V), essential (E) and non-essential (N) drug groups. Procurement is carried out by placing orders through E-catalogue or direct orders through Pharmaceutical Wholesalers (PBF)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifatha Amartya Naufal
"Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, beberapa tugas apoteker dalam pelayanan farmasi klinik yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat adalah pelaksanaan pelayanan informasi obat dan konseling. Pemberian konseling juga penting terutama pada pasien dengan penyakit kronis agar pasien memahami terkait pengobatan yang dilakukan, memiliki pengetahuan mengenai penyakitnya, dan mengetahui resiko jika tidak meminum obat secara tepat. Pengamatan kepatuhan dilakukan di Puskesmas Matraman di bagian Instalasi Farmasi dari pukul 07.30 – 16.00 dengan menggunakan kuisioner MMAS-8 dan wawancara terhadap pasien yang diresepkan obat Diabetes Mellitus dengan teknik accidental sampling. Kepatuhan pasien diabetes mellitus di Puskesmas Matraman dalam menggunakan obat adalah sebanyak 18 responden memiliki kepatuhan yang rendah, 13 responden dengan kepatuhan sedang, dan 2 responden dengan kepatuhan yang tinggi. Karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan adalah umur dan lama pengobatan. Hal ini disebabkan karena semakin lama responden telah melakukan pengobatan, semakin menunjukkan pemahamannya dalam tujuan dari pengobatan yang dilakukan serta umur responden mempengaruhi proses degenerasi dari organ tubuh manusia, salah satunya penurunan memori yang menyebabkan meningkatnya resiko kelupaan pasien dalam meminum obat. Peran apoteker dalam meningkatkan dan mempertahankan kepatuhan pasien dalam minum obat diabetes melitus adalah dengan melakukan pelayanan informasi obat secara tepat dan konseling dengan baik agar tersampaikannya informasi dengan baik mengenai pengobatan yang sedang dilaksanakan pasien.

According to Minister of Health Regulation No. 74 of 2016 concerning Standards for Pharmaceutical Services at Community Health Centers, some of the duties of pharmacists in clinical pharmacy services that can increase patient compliance in taking medication are the implementation of drug information and counseling services. Counseling is also important, especially for patients with chronic diseases so that patients understand the treatment being carried out, have knowledge about their disease, and know the risks if they do not take the medicine properly. Observation of compliance was carried out at the Matraman Health Center in the Pharmacy Installation section from 07.30 – 16.00 using the MMAS-8 questionnaire and interviewing patients prescribed Diabetes Mellitus drugs using accidental sampling techniques. Compliance with diabetes mellitus patients at the Matraman Health Center using the drug was 18 respondents who had low adherence, 13 respondents who had moderate adherence, and 2 respondents who had high adherence. Characteristics that have a significant relationship with adherence are age and duration of treatment. This is because the longer the respondent has been taking treatment, the more he shows his understanding of the purpose of the treatment being carried out, and the age of the respondent affects the degeneration process of the human body's organs, one of which is memory loss which causes an increased risk of patient forgetfulness in taking medication. The role of pharmacists in improving and maintaining patient adherence to taking diabetes mellitus medication is to provide appropriate drug information services and good counseling so that good information is conveyed regarding the treatment being carried out by the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Gozali
"Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan mengupayakan kesehatan masyarakat tingkat pertama secara promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Keadaan kegawatdaruratan medis memungkinkan pasien menunjukkan gejala yang ringan namun memburuk dengan cepat hingga mengancam nyawa. Emergensi kit dibutuhkan oleh puskesmas untuk penanganan kegawatdaruratan pasien yang mengalami syok anafilaktik, preeklamsia berat, dan hemorragic post partum. Tujuan penyusunan tugas khusus ini untuk mengevaluasi penggunaan obat dan BMHP dalam syok anafilaktik kit, preeklamsia berat set, dan hemorragic post partum set di Puskesmas Kecamatan Matraman periode April 2023 dibandingkan dengan standar pedoman di puskesmas. Metode penelitian ini menggunakan sampel berupa daftar obat dan BMHP syok anafilaktik kit, preeklamsia berat set, dan hemorragic post partum set yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Matraman periode April 2023. Kebutuhan minimum dalam syok anafilaktik kit yang disediakan yaitu ringer laktat, NaCl 0,9%, epinefrin, difenhidramin HCl, deksametason, infus set, IV, dan spuit. Kebutuhan minimum dalam preeklamsia berat set yang disediakan yaitu ringer laktat, MgSO4 40%, kalsium glukonat 10% injeksi, transfusi set, IV catheter, folley catheter, kantong urin dewasa, spuit, aquabidest, film IV dressing/Tegaderm, dan sarung tangan steril. Kebutuhan minimum obat dan BMHP dalam hemmoragic post partum set yang disediakan oleh yaitu ringer laktat, NaCl 0,9%, aquabidest, transfusi set, infuset dewasa, IV catheter no. 18, folley catheter no. 16, kantong urin dewasa, film IV dressing/Tegaderm, kondom kateter, sarung tangan steril, dan spuit. Kesimpulan yang diperoleh yaitu sebagian besar daftar obat dan BMHP dalam emergensi kit sudah sesuai dengan standar pedoman PONED dalam penanganan kegawatdaruratan pasien.

Health center, as a health service facility, strives for first-level public health in a promotive, preventive, curative, and rehabilitative manner. A medical emergency allows patients to show mild symptoms but quickly worsen to the point of being life-threatening. Emergency kits are needed by health centers to treat patients experiencing anaphylactic shock, severe preeclampsia, and postpartum hemorrhage. The purpose of this assignment is to evaluate the use of drugs and BMHP in anaphylactic shock kits, severe preeclampsia kits, and postpartum hemorrhagic kits at the Matraman District Health Center for the period April 2023 compared to the standard guidelines at the health center. This research method uses samples in the form of a list of drugs and BMHP anaphylactic shock kits, severe preeclampsia sets, and hemorrhagic postpartum sets available at the Matraman District Health Center for the period April 2023. The minimum requirements for the anaphylactic shock kits provided are Ringer's lactate, NaCl 0.9%, epinephrine, diphenhydramine HCl, dexamethasone, infusion set, IV, and syringe. The minimum requirements for severe preeclampsia are the sets provided Ringer's lactate, MgSO4 40%, calcium gluconate 10% injection, transfusion set, IV catheter, Folley catheter, adult urine bag, syringe, aquabidest, IV dressing/Tegaderm film, and sterile gloves. The minimum requirements for the hemorrhagic postpartum set are provided Ringer's lactate, NaCl 0.9%, Aquabidest, transfusion set, adult infusion set, IV catheter no. 18, Folley catheter no. 16, adult urine bag, IV dressing/Tegaderm film, catheter condom, sterile gloves, and syringe. The conclusion obtained is that the majority of the list of drugs and BMHP in the emergency kit is in accordance with the standard PONED guidelines for handling patient emergencies.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Salah satu kegiatan dalam standar pelayanan kefarmasian Puskesmas adalah pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Tujuan dari kegiatan tersebut ialah tercapainya kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan BMHP yang efisien, efektif, dan rasional. Dalam menilai efektivitas perencanaan, dapat dilakukan analisa terhadap perencanaan obat. Persentase perencanaan kebutuhan obat idealnya sebesar 100% dari kebutuhan. Dalam rangka menilai efektivitas perencanaan obat pada tahun 2023, dilakukan evaluasi ketepatan perencanaan obat pada tahun 2023 berdasarkan data pemakaian obat pada bulan Januari hingga September 2022 di Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan nilai ketepatan perencanaan yang tepat 100% sebanyak satu jenis obat, yaitu Nistatin 100.000 IU/mL.

A community health center (Puskesmas) is a health service facility that organizes first-level Public Health Efforts (UKM) and Individual Health Efforts (UKP. One of the activities in the pharmaceutical service standards of Puskesmas is the management of pharmaceutical preparations and Medical Consumables (BMHP). The purpose of this activity is to achieve the continuity of availability and affordability of efficient, effective, and rational pharmaceutical and BMHP preparations. In assessing the effectiveness of planning, analysis of drug planning can be carried out. The percentage of planning drug needs should ideally be 100% of the needs. In order to assess the effectiveness of drug planning in 2023, an evaluation of the accuracy of drug planning in 2023 was carried out based on drug usage data from January to September 2022 at the Puskesmas Kecamatan Cakung. The results showed the value of 100% precise planning accuracy as much as one type of drug, namely Nystatin 100,000 IU / mL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Ramadhanti
"Syok anafilaktik, preeklampsia berat, dan perdarahan pascapersalinan merupakan contoh kasus kegawatdaruratan dimana keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi kontak pertama dengan masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya untuk menyusun sebuah panduan sebagai gambaran dalam menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat kepada para tenaga kesehatan yang diharapkan dapat mengurangi kejadian kegawatdaruratan. Penyusunan panduan dilakukan dengan cara penelusuran literatur kemudian menyaring informasi yang terpercaya dan menyusunnya dengan baik. Sehingga dihasilkan tiga sebuah panduan dalam penanganan syok anafilaktik, preeklampsia berat, dan perdarahan pascapersalinan yang masing-masing memuat informasi tentang penegakkan diagnosis, tanda dan gejala, tatalaksana terapi, dan juga upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Panduan ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dalam menjalankan peran puskesmas promotif dan preventif.

Anaphylactic shock, severe preeclampsia, and postpartum hemorrhage are examples of emergency cases where the patient's clinical condition requires immediate medical action to save life and prevent disability. Subdistrict Health Center (Puskesmas) is a primary health care facility that is the first contact with the community. Therefore, it is important to develop a guide as an illustration in making a diagnosis and providing appropriate treatment to health workers which is expected to reduce the incidence of emergencies. The preparation of the guide was carried out by searching the literature, then filtering reliable information and compiling it well. As a result, three guidelines were produced for treating anaphylactic shock, severe preeclampsia, and postpartum hemorrhage, each of which contains information about making a diagnosis, signs and symptoms, therapeutic management, and also preventive measures that can be taken. It is hoped that this guide can increase collaboration in carrying out the promotive and preventive role of community health centers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Hadiqotul Aini
"Kegiatan pengadaan yang merupkan bagian dari pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di puskesmas merupakan salah satu hal yang krusial karena berhubungan dengan perealisasian perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis pakai di puskesmas. Adapun, pengadaan di puskesmas dapat dilakukan dengan permintaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota maupun secara mandiri dengan pembelian. Pengadaan berdasarkan katalog elektronik dapat dilakukan melalui e-Purchasing dan secara manual. E-katalog dinilai dapat meningkatkan efisiensi pengadaan obat, namun pada prakteknya masih mengalami hambatan. Pada saat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Matraman, dilakukan analisa terkait efektifitas pengadaan obat secara E-katalog di Puskesmas dan diketahui bahwa pengadaan obat melalui E-katalog masih belum berjalan secara efektif.

Activities related to the acquisition of pharmaceuticals, medical equipment, and disposable medical materials play a crucial role in managing stock at community health centers, directly impacting the implementation of resource planning at these facilities. Procuring necessary supplies at community health centers can be facilitated through requests or independently through direct purchasing. Procurement can be executed via e-Purchasing or manual methods. Despite expectations that e-Catalogs would improve the efficiency of drug procurement, practical challenges persist. As part of Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) at Puskesmas Matraman, an analysis was conducted on the effectiveness of drug procurement via e-Catalogs, revealing that e-Catalog-based procurement has not yet been effectively implemented.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alti
"Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi manajemen farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Apoteker di puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan memberikan pelayanan farmasi klinik kepada pasien dengan efektif dan efisien, tepat sasaran, dan memprioritaskan pasien. Pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik berupa rangkaian kegiatan mulai dari peracikan obat, penyerahan obat hingga pemberian informasi obat kepada pasien. Pelayanan resep di Puskesmas Kecamatan Ciracas telah menerapkan sistem resep terintegrasi dengan komputer sejak tahun 2022. Penerapan sistem tersebut masih tergolong baru, maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi kepada pasien atau pengujung mengenai alur pelayanan resep elektronik di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Penyusunan laporan khusus ini bertujuan untuk memberikan panduan berupa video mengenai alur pelayanan resep elektronik di Puskesmas Kecamatan Ciracas sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan resep. Panduan berupa video mengenai alur pelayanan resep elektronik di Puskesmas Kecamatan Ciracas ditayangkan menggunakan media elektronik dekat ruang farmasi di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Video tersebut diharapkan dapat membantu bagi pasien atau pengujung Puskesmas Kecamatan Ciracas untuk menjadi lebih tertib dan memahami mengenai langkah-langkah pelayanan resep elektronik.

Pharmaceutical service standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services. Pharmaceutical service standards at puskesmas include pharmacy management and clinical pharmacy services. Apothecary at puskesmas have the duties and responsibilities of ensuring the management of pharmaceutical preparations and consumable medical materials and providing clinical pharmacy services to patients in an effective and efficient manner, on target, and prioritizing patients. Prescription service is one of the clinical pharmacy service activities in the form of a series of activities starting from dispensing drugs, dispensing drugs to providing drug information to patients. Prescription services at the Ciracas District Health Center have implemented a prescription system integrated with computers since 2022. The application of this system is still relatively new, therefore it is necessary to socialize to patients or visitors regarding the flow of electronic prescription services at the Ciracas District Health Center. The purpose of preparing this special report is to provide guidance in the form of a video regarding the flow of electronic prescription services at the Ciracas District Health Center as an effort to increase the effectiveness and efficiency of prescription services. A guide in the form of a video regarding the flow of electronic prescription services at the Ciracas District Health Center is displayed using electronic media near the pharmacy room at the Ciracas District Health Center. It is hoped that this video will help patients or visitors to the Ciracas District Health Center to become more orderly and understand the steps for electronic prescription services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>