Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Balai Pustaka, 2018
899.221 TIM h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Balai Pustaka, 1934
899.221 HIK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mas Hardjawiraga
Weltevreden: B. Poestaka, 1929
D 899.23 H 15
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khalid Bin Muhammad Hussain
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1972
S10879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edel, Jan
Meppel Ten Brink 1938
I 899.231 E 80
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan yang dikerjakan oleh staf Panti Boedaja pada bulan Maret 1931 ini merupakan alih aksara dari Lor 1822, dibuat rangkap empat. Pada tanggal 14 April 1931 sudah selesai dikoreksi oleh Mandrasastra. Naskah berisi teks Bayan Budiman, menjabarkan pendidikan moral dar Raja Sam kepada Cantri melalui berbagai contoh cerita, misalnya Bayan Budiman, Raden Pekik, Gluga Slusur Sari, Jugul Mudha, Kuntara Manawa, Udayana, dsb. Adapun naskah LOr 1822 sudah pernah diuraikan agak panjang pada Vreede 1892:309-313. Pengkajian luas tentang Bayan Budiman dimuat pada seri makalah Brandes dalam TBG (1895, 1899). Bandingkan pula dengan Behrend 1990: 249 untuk uraian singkat dalam bahasa Indonesia tentang korpus sastra Bayan Budiman. Tembusan karbon naskah ini ada pada koleksi Museum Sonobudoyo di Yogyakarta, ialah MSB/L.34. Untuk daftar pupuhnya lihat deskripsi naskah tersebut dalam Behrend 1990: 250. Salinan tembusan karbon lain ada juga di FSUI, yaitu CL.14 (rangkap dua) di bawah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.13-G 34
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah tembusan karbon (rangkap dua) dari CL.13 di atas. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.14-HA 34
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
M.R. Dajoh
Djakarta: Balai Pustaka, 1960
899.22 DAJ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>