Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ilyas
"Aspergillus section Nigri adalah salah satu kelompok kapang yang memiliki peran penting dalam bidang mikologi pangan, kedokteran, dan bioteknologi. Kapang tersebut merupakan kandidat yang sering digunakan untuk rekayasa genetika dan pemerintah Amerika Serikat melalui Food and Drug Administration (FDA) memberikan status GRAS (Generally Regarded As Safe) dalam penggunaannya di bidang industri dan bioteknologi. Secara sistematika dan taksonomi, kapang Aspergillus section Nigri memiliki sejumlah permasalahan karena kapang tersebut sukar untuk diidentifikasi dan diklasifikasi. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi dan analisis filogenetik terhadap 20 strain Aspergillus section Nigri terseleksi asal Kebun Raya Eka Karya, Bedugul Bali. Identifikasi kapang terseleksi dilakukan melalui pendekatan morfologi dan molekuler. Karakterisasi morfologi dilakukan dengan mengamati karakter fenotip di media CzA, MEA, CYA, MEA37, dan CY20S. Adapun analisis molekuler dilakukan melalui analisis sekuensing gen pada lokus ITS rDNA, gen ß-tubulin dan calmodulin. Analisis filogenetik dilakukan menggunakan analisis statistik neighbor-joining (NJ). Hasil analisis morfologi dalam penelitian ini belum dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan ke-20 strain pada tingkat takson spesies. Hasil analisis molekuler menunjukkan 7 strain memiliki kedekatan secara genotip dengan A. aculeatus pada kisaran homologi 97-99%, 4 strain memiliki kedekatan dengan A. niger pada kisaran homologi 99-100%, dan 9 strain memiliki kedekatan genotip dengan A. tubingensis pada kisaran homologi 97-100%. Hasil analisis molekuler juga menunjukkan 10 strain yaitu P03, P08, P09,P10, P12, P15, P16, P18, P19, dan P20 memiliki homologi yang rendah pada lokus gen ß-tubulin dan calmodulin sehingga secara genotip strain tersebut kemungkinan merupakan kandidat spesies yang berbeda. Hasil tersebut diperkuat oleh hasil analisis filogenetik NJ pada ketiga lokus. Berdasarkan hasil analisis filogenetik multilokus strain P01, P02, P11, dan P17 adalah takson A. tubingensis, strain P04, P05, P06, dan P07 adalah takson A. niger, dan strain P13 dan P14 adalah takson A. aculeatus. Hasil analisis filogenetik juga menunjukkan adanya spesies tersembunyi (cryptic species) dari beberapa strain Aspergillus hitam yang disolasi dari rhizosfer Piper asal Kebun Raya Eka Karya, Bedugul Bali, yaitu strain P03, P08, P09, P10, P12, P15, P16, P18, P19, dan P20.

The black aspergilli (Aspergillus section Nigri ) are an important group of species in food mycology, medical mycology, and biotechnology. They are also candidates for genetic manipulation in the biotechnolology industries since A. niger used under certain industrial condition has been granted the GRAS (Generally Regarded As Safe) status by the Food and Drug Administration of the US government. Black aspergilli are one of the more difficult groups regarding classification and identification. In spite of the taxonomy of the Aspergillus species of the Nigri section being regarded as troublesome. This work aimed to identify and analyse the phylogeny of 20 selected strains of black aspergilli from Eka Karya Botanical Garden, Bedugul Bali. Morphological character were observed from culture were grown on CzA, MEA, CYA, MEA37, and CY20S. Meanwhile, molecular analysis have been conducted based on the ITS rDNA, ß-tubulin, and calmodulin genes. Morphological data result are useful for preliminary identification but it did not having been totally effective in describing and elucidating 20 selected strains into species level. Further molecular analysis showed that from 20 selected strains, seven strains have 97-99% similarity with A. aculeatus, four strains have 99-100% similarity with A. niger, and nine strains have 97-100% similarity with A. tubingensis. Based on molecular analysis particularly ß-tubulin and calmodulin genes, 10 strains (P03, P06, P08, P09, P10, P12, P15, P16, P18, P19, and P20) can be presumed as new species because of the low homology value to their closest related species. Based on the phylogenetic analysis strains of P01, P02, P11, and P17 were identified as A. tubingensis; strain P04, P05, P06, and P07 were identified as A. niger, and strain P13 and P14 were identified as A. aculeatus. Ten strains, namely, P03, P08, P09, P10, P12, P15, P16, P18, P19, and P20, form distinct lineage separated from other recognized Aspergillus in this section. Cryptic species probably exist among the Aspergillus section Nigri strains inhabiting Piper rhizosphere from Eka Karya Botanical Garden, Bedugul Bali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian untuk mendapatkan enzim protease dari galur-galur Rhizopus koleksi biakan University of Indonesia Culture Collection (UICC) telah dilakukan. Hasil skrining dengan menggunakan medium Skim Milk Agar (SMA) menunjukkan bahwa semua galur Rhizonus nempunyai aktivitas proteolitik. Lima belas (15) dari 103 Rhizopus spp. yang diuji mempunyai aktivitas tinggi ditumbuhkan pada medium Barrow cair pada suhu inkubasi 35°C dan 40°C. R. oliwosposus UICC 8 dan UICC 116 nenunjukkan aktivitas enzim tinggi pada suhu inkubasi 35°C, " aktivitas terendah terdapat pada R. orvzae UICC 1. Pada suhu 40°C aktivitas tertinggi ada pada kapang R. orvzae UICC 85 dan terendah pada S. cohnii, UICC 30. Pengujian sifat-sifat enzim protease terhadap suhu optimum protease R. oligosporus UICC 116 nemberikan hasil 600C, sedangkan $i orvz.se UICC 85 yang diinkubasikan pada suhu 40°C nenunjukkan suhu optimum 90°C. pH optimum pada kedua kapang juga menunjukkan perbedaan yaitu pada L oliaosporus UICC 116 pH optimum adalah 3,0, sedangkan untuk $~ oryzae UICC 85 pH optimun adalah 4,5. Nilai Km = 0,105 dan Vmax = 0,027, pada $~ oliaosporus UICC 116. Nilai Km = 0,069 dan Finax = 0,014 pada L. oryzae UICC. 85.

The Proteolytic Activity of UICC Rhizopus at 35°C and 40°CA research on protease of Rhizopus spp. from the University of Indonesia Culture Collection (UICC) has been carried out. Screening of the proteolytic activity carried out using Skim Milk Agar as media showed, that 15 among 103 Rhizopus spp. strains exhibited a high proteolytic activity. Further examination on Barrow liquid medium at 35°C ad 40°C revealed that R. oligosporus UICC 8 dan UICC 116 showed the highest activity, while B? orvzae UICC 1 the lowest. At 40°C incubation oryza,e UICC 85 was the most active strain and R cohnii UICC 30 the lowest. The optimum temperature of the enzyme activity of R. olioosoorus UICC 116 grown at 35°C was 60°C, and for R. oryzae UICC 85 grown at 40°C was 90°C. The optimum pH activity of $i oligosporus'UICC 116 and L. oryzae UICC 85 was 3.0 and 4.5, respectively. The value of gin=0.105 and Amax=0.021 for g, Dligosnore$ UICC 116 and ism=4.069 and Vmax=0.014 for L. oryzae UICC 85.
"
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah
"Asupan gizi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh adalah lemak. Asam lemak esensial merupakan jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia sehingga perlu asupan dari luar, diantaranya jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti AA, DHA, dan EPA. Sumber asam lemak ini umumnya dari minyak ikan, namun ketersediaannya dari ikan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sudah mulai digunakan mikroorganisme sebagai sumber bahan baku. Aspergilus oryzae adalah mikroorganisme yang dipilih dalam penelitian ini. A.oryzae dikultur dengan metode submerged fermentation memanfaatkan limbah padat tapioka dan tahu sebagai substrat. Variabel bebas yang dipilih untuk meningkatkan akumulasi lipid adalah variasi rasio C:N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield biomassa dan yield lipid maksimum ada pada rasio 30:1, dengan persentase berturut-turut 24,43% (w/w) dan 13, 44% (w/w). Jenis asam lemak yang mendominasi pada rasio ini adalah omega-9 yaitu 49,26% (w/w). Sedangkan persentase AA, DHA, dan EPA secara berturut-turut adalah 0,51% (w/w); 2,54% (w/w); dan 0,24% (w/w). Berdasarkan pada hasil ini, pemanfaatan A.oryzae serta limbah padat tapioka dan tahu cukup potensial untuk produksi asam lemak tak jenuh.
Nutritional intake is one of the basic requirement for human life. Variouse types of have a role in the provision of energy, growth, development, and other health aspects. One of the important nutrients is fatty acid, especially unsaturated fatty acid like omega-3, omega-6, and omega-9. For the more polyunsaturated fatty acid (PUFA) such as AA, DHA, and EPA also important for human body particulary for the fetus. This compounds are produce from fish oil, but it has limitation factor. Microorganism such as yeast, algae, fungus, and bactery commonly use as the alternative source. In this research, Aspergillus oryzae is used to produce the essential fatty acid using solid waste tofu and tapioca industry as the substrat. Limitation of C:N ratio from this substrate expected give high lipid accumulation, so we use C:N ratio from 20:1 until 80:1 with submerged fermentation method to culture this fungus. This research given a result that maximum lipid and biomass accumulation in 30:1 carbon and nitrogen ratio. Biomass and lipid yield maximum are 24.42% (w/w) and 13.44% (w/w). Fatty acid compotition in this ratio is dominated with monounsaturated fatty acid attain 49.26% (w/w), and total polyunsaturated fatty acid is 18.10% (w/w). The percentase of AA, DHA, and EPA as the PUFAs group are 0.51% (w/w), 2.54 % (w/w), and 0.24% (w/w). It’s potetially to produce AA, DHA, and EPA using A. oryzae in solid waste tofu and tapioca industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswarini Krisanti Dewi
"ABSTRAK
Waktu inkubasi tnerupakan salah satu inasalah penting
dalam proses ferinentasi enzim, yang diperlukan untuk
ineinperoleh aktivitas enzim yang tinggi.
Penelitian .ini bertujuan inembandingkan aktivitas
glukoainilase Aspergillus awainori UICC 314 pada 8 variasi
waktu inkubasi, yaitu 16, 18, 20, 24, 28, 30, 36, dan 42
jam serta inencari waktu inkubasi yang optimal untuk
peinanenan enzim.
Pada proses fermentasi digunakan medium Sakai
inodifikasi. Pengujian aktivitas glukoainiiase dilakukan
dengan inetoda Nishise dkk. modifikasi. Aktivitas
giukoamilase dinyatakan dalam satuan unit/mi. Satu unit
aktjvitas glukoamilase setara dengan satu pmol giukosa
yang dilepas per menit. Pengukuran kadar glukosa
dilakukan dengan inetoda Somogyi-Nelson.
Hasil pengujian statistik menunjukkan adanya
perbedaan aktivitas giukoatnilase A. awainori UICC 314
antara waktu inkubasi 16 jam dengan 18, 20, 24, 28, 30,
36, dn 42 jam; 18 jam dengan 20, 24, 28, 30, 36; dan 42
jam; 20 jam dengan 24, 28, 30, 36, dan 42 jam; 24 jam
dengan 28, 30, 36, dan 42 jam; 28 jam dengan 30, 36, dan
42 jam; 36 jam dengan 42 jam. Aktivitas giukoamilase
tertinggi diperoleh pada waktu inkubasi 16 jam.
viii + 57 him; gbr.; lamp.; tab.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wamid Antaboga
"Pembuatan model perhitungan kapasitansi telah dikembangkan untuk memprediksi nilai kapasitansi per sel dari Aspergillus niger. Model ini dikembangkan dengan mengasumsikan kondisi sel yang terdistribusi adalah homogeny dalam mediumnya dan sel-sel tersebut tersusun secara parallel dan/atau seri dengan sel-sel lainnya. Data yang digunakan berdasarkan data hasil eksperimen yang dilakukan di laboratorium untuk menghitung nilai kapasitansi dari suspense sel dan sel pada kertas saring. Nilai kapasitansi per sel dari Aspergillus niger yang diprediksi sebesar 3,00 x 10-12 F dimana tidak begitu berbeda jauh dengan hasil eksperimen yaitu 2,75 x 10-12 F.

Capacitor Method A simple model of calculation of capacitance have been developed to predict the capacitance of one cell for Aspergillus niger. This model have been developed under assuming condition that the cells are distributed homogently in its media and they are arranged parallel and or series among each others. The input data are based on the experimental data, which conducted in laboratorium to measure the capacitance of cell suspension and cells in filter paper. The capacitance of an Aspergillus niger is predicted 3,00 x 10-12 F which is approximately the same with the experimentally results 2,75 x 10-12 F."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29374
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Rohman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sabrina
"Minyak sel tunggal dianggap sebagai sumber minyak alternatif yang menjanjikan karena komposisinya mirip dengan asam lemak minyak nabati. Akan tetapi, biaya tinggi dalam media kultur membuat minyak sel tunggal kurang kompetitif secara ekonomi. Pada penelitian ini, dilakukan pemanfaatan minyak jelantah sebagai alternatif substrat pertumbuhan kapang Aspergillus niger dalam menghasilkan lipid untuk mengurangi biaya produksi. Penelitian ini juga mengkaji pengaruh variasi kondisi kultur terhadap yield lipid yang dihasilkan. Ekstraksi lipid dilakukan menggunakan metode Bligh Dyer. Hasil penelitian menunjukkan yield lipid optimum didapatkan sebesar 52,76%.

Single cell oil is considered as a promising alternative source of oil since fatty acid composition similar to vegetable oil. However, the high cost of the culture medium make single cell oil less economically competitive. In this study, conducted the utilization of used cooking oil as an alternative substrate culture of Aspergillus niger in producing lipids to reduce production costs. This study also examines the influence of variations in the conditions of inoculation against yield lipid. Lipid extraction will be performed using the method of Bligh Dyer. The results showed the optimum yield lipid obtained was 52.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reihana Zahra
"Latar belakang: Aspergilosis paru kronik (APK) merupakan komplikasi yang sering menyebabkan munculnya sekuela respiratori pada pasien bekas tuberkulosis (TB) paru. Diagnosis APK dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologi IgG spesifik Aspergillus. Metode tersebut memerlukan waktu tertentu, sumber daya, dan fasilitas khusus, sehingga sulit diterapkan di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas. Metode baru Immunocromatography Test (ICT) LD Bio Aspergillus dilaporkan lebih mudah digunakan, cepat dan murah; tetapi akurasi diagnostiknya belum diketahui di Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik LD Bio ICT Aspergillus dibandingkan dengan IgG spesifik Aspergillus pada pasien bekas TB.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan dari April 2019 – Oktober 2020. Perekrutan subjek dilakukan di RSUP Persahabatan dan prosedur pemeriksaan mikologi dilakukan di Laboratorium Parasitologi FKUI. Serum pasien bekas TB diperiksa menggunakan LD Bio ICT Aspergillus dan IgG spesifik Aspergillus Dynamiker ELISA. Hasil kedua pemeriksaan dibandingkan untuk melihat akurasi diagnosis LD Bio ICT.
Hasil: Dari 82 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi, terdapat 57 pasien (69,5%) laki-laki, rerata usia pasien 51,27±12,55 tahun. Median IMT 18,67 (10,38-31,18). Sebanyak 40 pasien (48,7%) menunjukkan hasil positif IgG spesifik Aspergillus. Adapun hasil positif LD Bio ICT Aspergillus didapatkan pada 35 pasien (42,7%). Sensitivitas dan spesifisitas LD Bio ICT dibandingkan dengan pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus adalah 50,0% dan 64,3%, sedangkan nilai duga positif dan negatifnya adalah 57,1% dan 57,5%.
Simpulan: LD Bio ICT dapat digunakan untuk mendiagnosis APK pada pasien bekas TB Paru di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas.

Background: Chronic pulmonary aspergillosis (CPA) is a common complication following prior pulmonary tuberculosis (TB) causing respiratory sequelae. Although CPA may lead to worse prognosis, it is still underdiagnosed. Serology test such as Aspergillus-specific IgG is the recommended test for CPA diagnosis. However, this diagnostic procedure is time-consuming, require a lot of resources and certain skills, making this procedure not always easy to implement in limited facilities. The LDBio Diagnostic introduced a novel, affordable, and easy to use serology test, LD Bio Immunocromatography Test (ICT). Nevertheless, LD Bio ICT’s diagnostic accuracy in Indonesia is still unknown.
Study aims: This study aimed to determine the diagnostic accuracy of LD Bio ICT with Aspergillus-specific IgG as comparison in previous pulmonary TB patients.
Methods: This cross-sectional study was conducted in April 2019 – October 2020. Subject recrutment was done in National Referral Centre Persahabatan Hospital and serological test was conducted in the Parasitology Laboratory, Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Eighty two sera of previous pulmonary TB patients were serologically tested using LD Bio ICT Aspergillus (France) and Aspergillus-specific IgG was tested using Dynamiker ELISA kit. Results of both tests were then compared to determine the diagnostic accuracy of LD Bio ICT.
Results: Of 82 patients met the inclusion criteria, 57 patients (69.5%) were men, the mean age was 51.27±12.55 years old. The BMI median was 18.67 (10.38-31.18). Forty patients (48.7%) showed positive Aspergillus-specific IgG Dynamiker results. Meanwhile, 35 patients (42.7%) showed positive results of LD Bio ICT Aspergillus. Compared to this finding, LD Bio ICT sensitivity and specificity were 50.0% and 64.3% respectively. In addition, the positive and negative prediction value of LD Bio ICT in this study were 57.1% and 57.5%.
Summary: LD Bio ICT is useful for the diagnosis of CPA in previous pulmonary TB patients in resource-limited settings.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naili Karima
"Onggok adalah ampas tapioka yang masih mengandung kadar pati tinggi sehingga berpotensi sebagai pakan. Namun alternatif tersebut mempunyai kendala karena kandungan proteinnya rendah, serat kasarnya tinggi dan adanya sianida dapat menyebabkan keracunan. Untuk mengatasinya perlu dilakukan perbaikan misalnya melalui proses fermentasi dengan kapang Aspergillus niger UICC 159 yang mempunyai enzim amilase sehingga dapat memecahkan pati menjadi glukosa sebagai sumber hidupnya. Untuk peningkatan kadar proteinnya, media tersebut ditambahkan dengan urea karena urea dapat dipecah oleh Aspergillus niger menjadi amoniak dan CO2 kemudian disintesisnya menjadi asam-asam amino.
Untuk mendapatkan produk fermentasi (biomassa) dengan kadar protein tinggi dilakukan variasi ketebalan media (1, 2 dan 3 cm), kadar air (30, 40 dan 50%) serta perbandingan sumber N dari (NH4)2SO4 dan urea (1:4; 2:3; 3:2; dan 4:1). Hasil optimum didapatkan pada ketebalan media 2 cm, kadar air 30% dan perbandingan (NH4)2SO4 dan urea 1:4. Biomassa tersebut mengandung protein kasar 10,05%, lemak kasar 3,60%, serat kasar 19,00% dan energi metabolis sebesar 3140,00 kkal/kg.
Evaluasi biologis biomassa terhadap broiler dilakukan dengan mensubstitusikan biomassa sebesar 10% (R-|) dan 20% (R2) terhadap ransum kontrol/ransum tanpa produk biomassa (Ro) serta membandingkannya terhadap ransum komersial (R3) sampai usia 24 hari. Berat badan broiler yang didapat dari RO adalah 611,88 g, R-| adalah 618,13 g, R2 adalah 573,30 g dan R3 adalah 873,00 g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Ruhiyat
"Kayu merupakan salah satu basil hutan yang terpenting, dimana teknologi
pemanfaatannya banyak menghasilkan limbah seperti dari eksploitasi hutan
menghasilkan cabang, ranting dan daun, serta dari industri pengolahannya
(penggergajian, pembuatan kajoi lapis, alat-alat rumah tangga dan konstruksi) berupa
serpihan kayu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut merupakan sumber karbohidrat
yang murah.
I
Sel tanaman umumnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Dari ketiga komponen tersebut kanduhgan selulosa
merupakan yang terbesar. Selulosa adalah polimer dari glukosa yang berikatan 1,4-Pglukosida,
yang dapat dihidrolisis dengan enzim selulase yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus niger menjadi monosakaridanya. Tetapi dalam prosesnya selulosa yang berasal dari kayu (serbuk gergaji) relatif sukar dihidrolisis karena memiliki struktur
kokoh yang dilindungi jaringan yang terdiri dari lignin dan hemiselulosa sehingga
enzim tidak bekerja secara optimal sebagaimana diharapkan.
Pada penelitian ini dicari kondisi hidrolisis yang optimal dengan menyiapkan
I
substrat selulosa (serbuk' kayu) dalam bentuk yang mudah difermentasikan
(delignifikasi), yaitu dengan melarutkan serbuk kayu dalam NaOH untuk
menghilangkan hemiselulosa kemudian dilakukan isolasi selulosa dengan larutan
Kadoksen. Selanjutnya dilakukan hidrolisis dengan mengatur kondisi pertumbuhan
kapang Aspergillus niger yang meliputi berat substrat dan pH. Untuk mengetahui
basil hidrolisis dilakukan penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Somogyi-
Nelson dan hasilnya dibandingkan terhadap kontrol yaitu serbuk kayu yang tidak
didelignifikasi.
Hasil penehtian ini menunjukkan bahwa kandungan gula pereduksi tertinggi
didapatkan pada hari ke-6 sebesar 38,23 ppm pada serbuk kayu yang didelignifikasi
dan 26,47 ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi, dengan berat substrat 2
gram. Untuk variasi pH, diperoleh konsentrasi gula pereduksi tertinggi pada hari ke-6
dengan pH 5,5 yaitu 48,81 ppm untuk serbuk kayu yang didelignifikasi dan 24,68
ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>