Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Wulandari
"Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah Sakit memiliki formularium rumah sakit yang berisikan daftar obat yang disepakati oleh staf medis dan disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) serta ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit terdiri dari daftar obat-obatan yang mengacu pada formularium nasional dan tidak mengacu pada formularium nasional atau yang disebut dengan obat non fornas. Obat yang mengacu pada formularium nasional digunakan pada pasien yang menggunakan asuransi kesehatan pemerintah seperti BPJS Kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yululano (2020) pada pasien BPJS rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado diketahui kesesuaian peresepan obat dengan formularium nasional sebesar 58,68%. Nilai ini masih di bawah indikator yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 80%. Ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium nasional ini akan mempengaruhi mutu instalasi farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rumah sakit memiliki kepatuhan untuk meresepkan obat sesuai dengan formularium nasional khususnya pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel penelitian ini 50 resep obat pasien BPJS Kesehatan periode September – Oktober 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian peresepan obat terhadap formularium nasional di Rumah Sakit Universitas Indonesia (90,45%) sudah memenuhi standar kesesuaian menurut indikator mutu pelayanan kesehatan rumah sakit (≥80%).

Pharmaceutical services are an integral part of the healthcare system in hospitals. Hospitals have a hospital formulary that contains a list of drugs agreed upon by medical staff, compiled by the Pharmacy and Therapeutics Committee (PTC), and approved by hospital management. The hospital formulary consists of a list of drugs that either reference the national formulary or do not (known as nonnational formulary drugs). Drugs referenced in the national formulary are used for patients covered by government health insurance such as BPJS Kesehatan. Based on research conducted by Yululano (2020) on outpatient BPJS patients at Bhayangkara Hospital Manado, the compliance of drug prescriptions with the national formulary was found to be 58.68%. This value is below the established indicator of 80%. Non-compliance with the national formulary in drug prescriptions can affect the quality of the pharmacy installation. This study aims to determine whether hospitals adhere to prescribing drugs according to the national formulary, especially for BPJS Kesehatan patients at Universitas Indonesia Hospital. This research is a non-experimental study with retrospective data collection. The study sample consists of 50 drug prescriptions for BPJS Kesehatan patients from September to October 2023. The research findings indicate that the compliance of drug prescriptions with the national formulary at Universitas Indonesia Hospital (90.45%) meets the standard of healthcare service quality indicators for hospitals (≥80%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Maulana
"Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Analisis kesesuian Formularium Nasional (Fornas) di rumah sakit dapat dilakukan salah satunya dengan melihat kepatuhan peresepan obat. Peresepan obat di rumah sakit harus sesuai dengan Formularium Rumah Sakit (FRS) dan Fornas yang telah disusun. Peresepan obat yang tidak sesuai dengan FRS dan Fornas dapat mengakibatkan turunnya mutu pelayanan rumah sakit, besarnya anggaran pelayanan kesehatan, bahkan dapat mengurangi penilaian dalam akreditasi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan indeks kesesuian peresepan obat pasien terhadap Formularium Nasional. Indeks Kesesuaian tersebut diupayakan dapat meningkatkan kualitas layanan oleh rumah sakit Universitas Indonesia dalam aspek pelayanan farmasi kepada pasien dan kepuasan dari pasien. Metode pengambilan data dan analisis indeks kesesuaian dilakukan berdasarkan resep pasien melalui system AFYA. Hasil analisis data indeks kesesuaian peresepan obat dengan Formularium Nasional (Fornas) di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2023, diperoleh persentase kesesuaian resep obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia belum mencapai 100% sesuai dengan Fornas. Meskipun demikian, peresepan obat di rumah sakit tersebut telah melebihi standar kesesuaian yang ditetapkan berdasarkan indikator mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit, dengan persentase kesesuaian lebih dari 80%.

The National Formulary is a list of selected drugs that are needed and available in health service facilities as a reference in the implementation of National Health Insurance. One way to analyze the compliance of the National Formulary (Fornas) in hospitals is by looking at compliance with drug prescribing. Prescription of medicines in hospitals must be in accordance with the Hospital Formulary (FRS) and National Fornas that have been prepared. Prescribing drugs that are not in accordance with the FRS and Fornas can result in a decrease in the quality of hospital services, the size of the health service budget, and can even reduce the assessment of hospital accreditation. This research aims to increase the index of conformity of patient drug prescriptions to the National Formulary. The Conformity Index is intended to improve the quality of service by the University of Indonesia hospital in the aspect of pharmaceutical services to patients and patient satisfaction. Data collection methods and suitability index analysis are carried out based on patient prescriptions through the AFYA system. The results of data analysis on the conformity index of drug prescriptions with the National Formulary (Fornas) at the University of Indonesia Hospital in 2023, it was found that the percentage of suitability of drug prescriptions at the University of Indonesia Hospital had not yet reached 100% according to Fornas. However, drug prescribing at the hospital has exceeded the conformity standards set based on the hospital's health service quality indicators, with a conformity percentage of more than 80%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Suvina Febrila
"Tuberkulosis sensitif obat (TB SO) adalah penyakit infeksius yang utamanya disebabkan Mycobacterium tuberculosis tanpa bukti strain resisten terhadap Rifampisin dan Isoniazid. Pada tahun 2022, WHO menerima jumlah kasus baru TB paling banyak yang pernah dilaporkan (7,5 juta kasus) dan Indonesia menyusun kasus TB paling banyak kedua dari total kasus (10% kasus). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum OAT harus ditelaah untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan OAT. Tujuan penelitian adalah menganalisis kepatuhan pengobatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya secara signifikan terkait regimen TB SO di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).  Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien TB SO di RS UI dalam periode 2 tahun (1 Januari 2022–31 Desember 2023). Kepatuhan dihitung dengan proportion of days covered (PDC) dan hubungan antarvariabel dianalisis dengan Fisher’s Exact Test, dilanjutkan dengan analisis regresi logistik multivariat untuk mengontrol pengaruh variabel-variabel penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 103 pasien TB SO rawat jalan di RS UI, 94 pasien tergolong memiliki kepatuhan tinggi (PDC ≥90%), 8 pasien tergolong memiliki kepatuhan moderat (PDC 80–89%), dan hanya 1 pasien tergolong tidak patuh (PDC <80%). Hasil uji Fisher’s Exact Test menggambarkan hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kepatuhan (p = 0,044). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa berdasarkan Charlson Comorbidity Index (CCI), pasien tanpa derajat keparahan komorbiditas 8,3 kali lebih patuh dalam penggunaan obat dibandingkan pasien dengan derajat keparahan komorbiditas berat (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). Kesimpulan penelitian adalah derajat keparahan komorbiditas pasien berhubungan signifikan secara statistik terhadap kepatuhan pengobatan.

Drug sensitive tuberculosis (DS TB) is an infectious disease mainly caused by Mycobacterium tuberculosis without proof of strain resistance against Rifampicin and Isoniazid. In 2022, WHO received the highest number of TB new cases ever reported (7,5 million cases) and Indonesia comprised the second most out of total cases (10% of cases). Factors associated with anti-tuberculosis drugs adherence should be analyzed to increase TB treatment success rate. The purpose of the study is to analyze medication adherence and the factors significantly associated with DS TB regimen in the University of Indonesia Hospital (RS UI). The study design used is cross-sectional using medical record data of DS TB patients in RS UI within a 2 year period (1 January 2022–31 December 2023). Adherence is measured with proportion of days covered (PDC) and the relationship between variables is analyzed using Fisher’s Exact Test, continued with multivariate logistic regression to control the effect of study variables. This study found that within 103 DS TB outpatients in RS UI, 94 patients had high adherence (PDC ≥90%), 8 patients had moderate adherence (PDC 80–89%), and only 1 patient was classified as non-adherent (PDC <80%). Fisher’s Exact Test showed a significant relationship between gender and adherence (p = 0,044). Multivariate logistic regression analysis found that based on Charlson Comorbidity Index (CCI), group with no degree of comorbidity severity is 8,3 times more likely to adhere in taking medications than group with severe degree of comorbidity (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). This study concluded that severity of comorbidity has a statistically significant relationship with medication adherence."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faathimah Adiibah
"Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum dan berbahaya di dunia. Penderita penyakit jantung seringkali memerlukan pengobatan jangka panjang yang melibatkan penggunaan beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengendalikan gejala, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi obat ini dapat menjadi kompleks, dan penggunaan obat-obatan yang berbeda secara bersamaan meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memahami kemungkinan interaksi antara obat-obatan yang diberikan kepada pasien penyakit jantung di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif berdasarkan data resep pasien yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama periode September - Oktober 2023. Hasil kajian menunjukkan adanya beberapa interaksi obat yang berpotensi menurunkan efektivitas pengobatan atau meningkatkan risiko efek samping. Pemahaman yang lebih baik tentang interaksi obat diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien penyakit jantung.

Heart disease is one of the most common and dangerous chronic diseases in the world. Patients with heart disease often require long-term treatment that involves the use of multiple types of medications simultaneously to control symptoms, reduce the risk of complications, and improve quality of life. This drug therapy can be complex, and the use of different medications together increases the risk of drug interactions. This study aims to evaluate and understand the potential interactions between medications given to heart disease patients at the University of Indonesia Hospital. The research was conducted using a descriptive analysis method based on patient prescription data undergoing treatment at the University of Indonesia Hospital during the period of September - October 2023. The study results indicate several drug interactions that may reduce treatment effectiveness or increase the risk of side effects. Better understanding of drug interactions is expected to improve the quality of care for heart disease patients.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Waktu pelayanan yang baik berhubungan dengan kepuasan pelanggan, sehingga rumah sakit harus dapat mengontrol waktu pelayanan untuk mencapai kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis alur pelayanan resep rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sehingga pelayanan dapat memenuhi standar waktu tunggu obat. Waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI untuk obat jadi pada bulan Maret dan April berturut-turut sebesar 41,52% dan 45,67%, sementara untuk obat racik sebesar 54,22% dan 61,67%. Dimana hasil tersebut masih belum memenuhi standar waktu tunggu obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan obat racik yaitu ≤ 60 menit. Oleh karena itu, alternatif solusi untuk menurunkan waktu tunggu pelayanan obat dapat dilakukan dengan memperbaiki alur pelayanan resep yaitu pada tahap pembayaran pasien umum, penyerahan berkas BPJS/Asuransi lain, konfirmasi resep, pengkajian dan verifikasi resep, pemisahan resep, dan verifikasi obat.

A hospital is a health service institution that provides plenary individual health services that include inpatient, outpatient, and emergency services. Good service time is related to customer satisfaction, so hospitals must be able to control service time to achieve patient satisfaction. The purpose of this study is to analyze the flow of outpatient prescription services at the University of Indonesia Hospital (RSUI) so that services can meet drug waiting time standards. The waiting time for prescription services at the RSUI Outpatient Pharmacy Depot for finished drugs in March and April was 41.52% and 45.67%, respectively, while for mixed drugs it was 54.22% and 61.67%. These results still do not meet the standard waiting time for finished drugs, which is ≤ 30 minutes, or mixed drugs, which is ≤ 60 minutes. Therefore, alternative solutions to reduce waiting times for drug services can be found by improving the flow of prescription services, namely at the stages of general patient payment, submission of BPJS or other insurance files, prescription confirmation, prescription assessment and verification, prescription separation, and drug verification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Fitriasari
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan. Terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dari tahun ke tahun, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan keberhasilan terapi tuberkulosis, salah satunya manajemen interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 2022 - 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional, jenis data restrospektif dari rekam medis pasien TBSO dan TBRO mulai usia anak hingga lansia. Analisis interaksi menggunakan Lexi-Interact®. Pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia mayoritas berjenis kelamin laki-laki (51,8%), berusia dewasa (38,2%), memiliki jenis tuberkulosis sensitif obat (56,4%), dan mayoritas pasien memiliki komorbid (81,8%). Hasil analisis menunjukkan dari 110 pasien tercatat sebanyak 256 jenis interaksi obat, berdasarkan kategori risiko sebanyak 14,8% interaksi tergolong kategori B (No action needed), 66.4% interaksi kategori C (Monitor therapy), 15,6% interaksi kategori D (Consider modification therapy), dan 3,1% interaksi kategori X (Avoid combination). Berdasarkan mekanisme, tercatat 33,2% interaksi memiliki mekanisme farmakokinetik, 50,4% mekanisme farmakodinamik, 1,9% mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik, dan 14,5% mekanisme tidak diketahui. Berdasarkan tingkat keparahan 24,2% termasuk kelompok minor, 62,9% kelompok moderate, dan 12,9% kelompok major. Berdasarkan tingkat reliabilitas hanya 0,8% dari 256 jenis interaksi termasuk poor, selain itu 62,1% termasuk fair, 31,6% termasuk good, dan 5,5% termasuk excellent. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan adanya korelasi antara jumlah potensi interaksi obat dengan jumlah obat (p<0,05). Selain itu, hasil uji beda rerata menunjukkan adanya perbedaan rerata interaksi obat pada variabel komorbid, kategori tuberkulosis, dan usia (p<0,05). Dapat disimpulkan terdapat berbagai macam interaksi obat yang berpotensi terjadi pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia, sehingga tenaga kesehatan perlu mempertimbangkan adanya modifikasi terapi dan pemantauan lanjutan terhadap efek samping yang mungkin timbul dari adanya interaksi obat.

Tuberculosis is a respiratory infectious diseases. There is an increase in tuberculosis cases, so drug interaction management is needed to improve the therapy. This study aimed to analyze the potential drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital for the period 2022 - 2023. The design is cross-sectional study, using retrospective data from all of pulmonary TB patients in age children until elderly. Interaction analysis using Lexi-Interact®. The majority of pulmonary tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital were male (51.8%), aged adults (38.2%), had drug-sensitive tuberculosis (56.4%), and the majority of patients had comorbidities (81.8%). The results showed from 110 patients, 256 types of drug interactions were recorded. Based on the risk category, 14.8% category B (No action needed), 66.4% category C (Monitor therapy), 15.6% category D (Consider modification therapy), and 3.1% category X (Avoid combination). Based on mechanism, 33.2% of interactions had pharmacokinetic mechanism, 50.4% pharmacodynamic mechanism, 1.9% dual mechanism, and 14.5% unknown mechanism. Based on severity, 24.2% in the minor group, 62.9% in the moderate group, and 12.9% in the major group. Based on the level of reliability, only 0.8% from 256 types of interactions were poor, 62.1% were fair, 31.6% were good, and 5.5% were excellent. Spearman's rho correlation test results showed a correlation between the number of potential drug interactions with the number of drugs (p<0.05). Besides that, the mean difference test results showed a difference in the mean of drug interactions between variable comorbidities, tuberculosis categories, and age (p<0.05). The conclusion is there are various types of drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital, so health workers should consider modifying therapy and monitoring of side effects that may arise from drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pada pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), ada kemungkinan pasien mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). KTD serius dapat menyebabkan kematian, keadaan yang mengancam yang jiwa, kecacatan permanen, dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Maka dari itu, setiap fasilitas kesehatan TB RO perlu mencatat dan melaporkan KTD Serius. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mencatat dan menganalisis KTD Serius pada pasien TB RO di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Juli – November 2022. KTD Serius pada pasien TB RO dilihat dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada sistem AFYA Rumah Sakit Universitas Indonesia. Kemudian KTD serius dicatat ke dalam Formulir Pelaporan KTD Serius dan dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan 8 pasien TB RO yang mengalami KTD serius dan 3 pasien diantaranya mengalami KTD serius sebanyak 2 kali sehingga total ada 11 laporan KTD serius. KTD serius yang ditemukan pada pasien antara lain sesak napas (72,7%), mual muntah (36,4%), nyeri (36,4%), gangguan pencernaan (18,2%), demam (18,2%), batuk darah (9%), dan ruam gatal (9%). Kesimpulannya adalah terdapat sebanyak 11 laporan KTD serius pada pasien TB RO dan KTD serius yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah sesak napas.

In the treatment of drug-resistant Tuberculosis (DR TB), there is a possibility that the patient will experience an adverse event. Serious adverse events can cause death, life-threatening conditions, permanent disability, and hospitalization. Therefore, every DR TB health facility needs to record and report serious adverse events. The purpose of this special assignment was to record and analyze serious adverse events in DR TB patients at the Universitas Indonesia Hospital in the period July – November 2022. Serious adverse events in DR TB patients can be seen from the integrated patient progress record in the Universitas Indonesia Hospital AFYA system. Then the serious adverse event was recorded on the serious adverse event reporting form and analyzed. The results showed that there were 8 DR TB patients who had serious adverse events, and 3 of them had two serious adverse events, for a total of 11 serious adverse events reported. Serious adverse events found in patients included shortness of breath (72.7%), nausea, vomiting (36.4%), pain (36.4%), digestive disorders (18.2%), fever (18.2%), coughing up blood (9%), and an itchy rash (9%). In conclusion, there were 11 reports of serious adverse events in DR TB patients, and the most common serious adverse event found in patients was shortness of breath."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Peresepan obat yang ada di rumah sakit harus sesuai dengan Fornas dan Formularium Rumah Sakit (FRS) dengan target 100% sesuai dengan FRS dan memenuhi standar minimal kesesuaian peresepan sebesar ≥80%. Kesesuaian peresepan berdasarkan formularium dapat meningkatkan kualitas layanan dan ketersediaan obat bagi pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi pengobatan sehingga tercapai penggunaan obat yang rasional. Berdasarkan hasil analisis di RSUI, terdapat 189 jumlah item obat yang diresepkan dari 50 resep pasien selama periode September-Oktober 2023 dengan rincian 171 item obat sesuai dengan Fornas dan 18 item obat tidak sesuai dengan Fornas. Oleh karena itu, persentase kesesuaian peresepan obat pasien BPJS dengan Fornas sudah melampaui standar indikator mutu pelayanan kesehatan RS karena menunjukkan kesesuaian item obat yang diresepkan terhadap Fornas 2021 sebesar 90,48%. Diharapkan instalasi farmasi RSUI dapat memonitoring secara berkala minimal satu bulan sekali terkait peresepan obat di seluruh departemen di RS serta mengingatkan kepada dokter untuk meresepkan obat sesuai dengan daftar obat yang ada di Fornas. Selain itu, peran apoteker sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di RSUI dengan aktif memberikan edukasi serta pengenalan kepada pasien maupun dokter terkait obat-obatan yang terdapat dalam Fornas.

Prescription of drugs in the hospital must be following the Fornas and Hospital Formulary (FRS) with a target of 100% by the FRS and meet the minimum standard of prescribing suitability of ≥80%. The suitability of prescribing based on the formulary can improve the quality of service and availability of drugs for patients and can improve the quality of health services through increasing the effectiveness and efficiency of treatment to achieve rational use of drugs. Based on the results of the analysis at RSUI, there were 189 total drug items prescribed from 50 patient prescriptions during the September-October 2023 period with details of 171 drug items by Fornas and 18 drug items not following the Fornas. Therefore, the percentage of conformity of BPJS patient drug prescriptions with Fornas has exceeded the standard of hospital health service quality indicators because it shows that the conformity of the prescribed drug items to Fornas 2021 is 90.48%. It is hoped that the RSUI pharmaceutical installation can monitor regularly at least once a month regarding drug prescriptions in all departments in the hospital and remind doctors to prescribe drugs according to the list of drugs in Fornas. In addition, the role of pharmacists is needed to improve pharmaceutical services at RSUI by actively providing education and introduction to patients and doctors regarding drugs contained in Fornas.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Apotek termasuk salah satu sarana pelayanan kefarmasian sebagai tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahun serta keterampilannya dalam memberikan informasi obat kepada pasien serta memberikan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker juga harus menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan penyerahan obat dalam proses pelayanan sehingga perlu diidentifikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan penyerahan obat. Salah satu upaya untuk menjamin kesehatan masyarakat adalah melakukan penyerahan obat dengan tepat yaitu dilakukan pengkajian resep terlebih dahulu sebelum melakukan pelayanan resep obat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dalam pemberian informasi obat kepada pasien sehingga meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan optimal. Pengkajian resep dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang terdiri dari aspek administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Dari hasil analisis, kelima resep dinyatakan tidak lengkap secara administratif karena tidak mencantumkan secara lengkap mengenai umur pasien, berat badan pasien, alamat dokter, dan nomor telepon dokter. Pada aspek farmasetik, resep 2 dan 5 telah memenuhi kesesuaian farmasetik sedangkan resep 1, 3, dan 4 tidak memenuhi syarat karena tidak lengkap mencantumkan bentuk dan kekuatan sediaan. Pada aspek kesesuaian klinis, hanya 1 resep yang tidak terjadi interaksi obat yaitu resep 4.

Pharmacy is one of the pharmaceutical service facilities as a place for pharmacists to practice pharmacy. Pharmacists are required to improve their knowledge and skills in providing drug information to patients and providing counseling to patients in need. Pharmacists must also be aware of the possibility of drug administration errors in the service process so that they need to be identified in advance. One of the efforts to ensure public health is to deliver drugs appropriately, namely by assessing the prescription first before carrying out prescription drug services. This is done to increase the effectiveness of providing drug information to patients so as to minimize errors in drug administration and can improve the quality of life of patients optimally. Prescription review can be done by considering several aspects consisting of administrative aspects, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. From the analysis, the five prescriptions were declared administratively incomplete because they did not include the patient's age, weight, doctor's address, and doctor's telephone number. In the pharmaceutical aspect, prescriptions 2 and 5 have met the pharmaceutical suitability while prescriptions 1, 3, and 4 did not meet the requirements because they did not include the dosage form and strength. In terms of clinical suitability, only 1 prescription did not have drug interactions, namely prescription 4.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juise Fennia Putri
"Salah satu standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek adalah pengkajian resep. Pengkajian resep bertujuan untuk menganalisis adanya masalah yang terkait dengan peresepan obat. Masalah terkait obat yang mungkin terjadi akibat kesalahan penulisan resep diantaranya obat yang tidak tepat, dosis kurang atau berlebih, alergi obat, inkompatibilitas obat, interaksi obat, duplikasi pengobatan, serta penggunaan obat yang tidak tepat. Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun. Penanganan penyakit diabetes dengan cara pendekatan pasien memerlukan kolaborasi tenaga kesehatan, dalam hal ini dokter sebagai penentu diagnosa, apoteker mendampingi khususnya dalam terapi obat merupakan salah satu tugas profesi kefarmasian. Proses pengkajian dilakukan dengan observasi dan studi literatur. Pengkajian resep secara administratif yang dilakukan terhadap resep terdapat beberapa aspek administratif yang tidak lengkap, seperti jenis kelamin, berat badan pasien, dan nomor telepon dokter tidak tercantum pada resep. Hal ini dapat diatasi dengan konfirmasi oleh petugas farmasi atau apoteker. Berdasarkan pengkajian aspek klinis terdapat adanya polifarmasi dan interaksi obat. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan edukasi atau pemberian informasi obat kepada pasien.

One of the standard pharmaceutical services carried out in pharmacies is prescription review. The prescription review aims to analyze the existence of problems related to drug prescribing. Drug-related problems that may occur due to prescription errors include incorrect medication, insufficient or excessive dosage, drug allergies, drug incompatibility, drug interactions, duplication of medication, and inappropriate drug use. The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia has increased from 1.5% in 2013 to 2.0% in 2018 based on doctor's diagnosis in residents aged ≥ 15 years. Handling diabetes using a patient approach requires collaboration between health workers, in this case the doctor as the determiner of the diagnosis, the pharmacist assisting, especially in drug therapy, is one of the duties of the pharmaceutical profession. The administrative review of prescriptions carried out on prescriptions contained several administrative aspects that were incomplete, such as the patient's gender, weight, and the doctor's telephone number not being listed on the prescription. This can be overcome by confirmation by a pharmacy officer or pharmacist. Based on the clinical aspect assessment, there is polypharmacy and drug interactions. This can be overcome by providing education or providing drug information to patient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>