Ditemukan 110169 dokumen yang sesuai dengan query
Ana Wulandari
"World Health Organization memperkirakan bahwa 50% lebih dari seluruh obat di dunia dijual, diberikan, atau diresepkan dengan cara yang tidak tepat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2019, Penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) non pneumonia dan diare non spesifik di puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah masih melewati batas toleransi yang telah ditetapkan yaitu 38,52% dan 24,92%. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menjadi faktor penyebab timbulnya resistensi antibiotik dan hilangnya efektivitas antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Pengambilan data secara retrospektif menggunakan desain cross-sectional dengan subjek penelitian pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati selama periode 1 April – 30 Juni 2023. Sampel penelitian yang digunakan yang berjumlah 126 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memenuhi standar POR Nasional (<8% diare, <14% ISPA non pneumonia). Namun, rerata item obat tiap lembar resep pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (<2,6 item obat) dan Wold Health Organization (1,8 – 2,2 item obat per satu resep).
The World Health Organization estimates that more than 50% of all medicines worldwide are sold, administered, or prescribed inappropriately. According to data from the Ministry of Health in 2019, the use of antibiotics among patients with non-pneumonic Acute Respiratory Tract Infections (ARI) and non-specific diarrhea in health centers in Central Kalimantan Province still exceeds the established tolerance limits, specifically 38.52% and 24.92% respectively. The irrational use of antibiotics can contribute to the emergence of antibiotic resistance and a decline in their effectiveness. This study aims to evaluate antibiotic usage in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea. Retrospective data collection utilized a cross-sectional design, with research subjects comprising patients with these conditions at the Kramat Jati District Health Center between April 1 and June 30, 2023. The study sample included 126 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results indicated that antibiotic usage among patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea at the Kramat Jati District Health Center complied with the National POR standards (<8% for diarrhea, <14% for non-pneumonic ARI). However, the average number of drug items per prescription for patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea did not meet the standards established by the Ministry of Health (<2.6 drug items) and the World Health Organization (1.8 – 2.2 drug items)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
M. Hibban Arasy
"Penggunaan obat secara rasional sangat penting dalam mencapai layanan kesehatan yang berkualitas. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti peningkatan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit, timbulnya efek samping obat, biaya yang tinggi, dan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, praktik Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas diharapkan dapat membantu pasien menggunakan obat dengan efektif, efisien, dan aman. Kementerian Kesehatan RI menetapkan parameter Penggunaan Obat Rasional (POR) dengan mengacu pada prevalensi penyakit tertentu, seperti penyakit ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Parameter POR yang ditetapkan adalah batas penggunaan antibiotik untuk kasus ISPA dan diare adalah 20% dan 8%. Penggunaan antibiotik yang berlebihan terhadap kasus yang belum terkonfirmasi bakteri dapat meningkatkan resistensi antibiotik di masa depan. Hasil evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati 1 pada bulan April 2023 menghasilkan persentase penggunaan antibiotik untuk ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik masing- masing sebesar 5% dimana hasil ini memenuhi syarat keberterimaan penggunaan antibiotik <20% untuk ISPA non-pneumonia dan <8% untuk diare non spesifik.
The rational use of drugs is essential to achieve quality healthcare services. Irrational drug use can lead to various negative impacts, such as increased mortality and morbidity rates due to diseases, the emergence of drug side effects, high costs, and bacterial resistance to antibiotics. Therefore, the practice of Rational Drug Use (RDU) in Community Health Centers (Puskesmas) is expected to assist patients in using medications effectively, efficiently, and safely. The Indonesian Ministry of Health establishes parameters for Rational Drug Use (RDU) based on the prevalence of specific diseases, such as non-pneumonia acute respiratory infections (ISPA) and non-specific diarrhea. The set RDU parameters for ISPA and diarrhea cases are 20% and 8% of antibiotic use, respectively. Excessive antibiotic use for cases that have not been confirmed as bacterial infections can contribute to antibiotic resistance in the future. The evaluation result of rational drug use at Kelurahan Kramat Jati Community Health Care 1 in April 2023 shows that the percentage of antibiotic use for non-pneumonia ISPA and non-specific diarrhea is 5% each, meeting the acceptable criteria of antibiotic use <20% for non-pneumonia ISPA and <8% for non-specific diarrhea."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Annisa Larasati Nurhidayah
"Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat ke pasien yang tepat dengan kebutuhan terapi dalam periode waktu yang cukup dan harga yang terjangkau. Pengunaan obat rasional dinilai dari ketepatan penentuan kondisi pasien, pemberian informasi, dan tindak lanjut. Penggunaan obat rasional diterapkan untuk menjamin pasien mendapatkan pelayanan dan pengobatan sesuai kebutuhan untuk mencapai terget terapi dan mengindari risiko kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan dan penggunaan obat rasional pada pasien infeksi saluran akut non-Pneumonia dan diare non-spesifik sesuai indikator antibiotik pada Puskesmas Kecamatan Kramat Jati periode Januari-Februari 2023. Penelitian dilakukan dengan metode retrospektif pada data sekunder dengan purposive sampling pada resep pasien dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan akut non-pneumonia atau diare non-spesifik. Data diolah untuk menentukan persentase penggunaan antibiotik dan rasionalitas penggunaan obat. Hasil data menunjukkan pengobatan ISPA non-Pneumonia menggunakan antibiotik sebanyak 4% dan 16% (Januari dan Februari) yang masih berada dibawah batas maksimal (<20%). Pengobatan diare non-spesifik menggunakan antibiotik sebanyak 4% pada kedua periode, dimana angka ini masih direntang penerimaan (<8%). Penggunaan obat untuk peresepan antibiotik pada pasien ISPA non-Pneumonia dan diare non-spesifik berada pada rentang penerimaan menurut Kemenkes RI.
Rational drug use is right distribution of drug to patients enough to fulfill therapy needs in certain period of time and afforable price. Rational drug use is assessed by right diagnosis, providing information, and follow-up. Rational drug use is applied to assure patients are receiving adequate service and treatment to achieve therapeutic goal and reduce health risk. This study aims to evaluate prescriptions and drug use in patients with unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea based on antibiotic indicator at Kramat Jati Subdistrict Public Health Center in January-February 2023. This research use retrospective method in secondary database with purposive sampling on patients with unspecified acute respiratory infection or unspecified diarrhea diagnoses. Prescriptions and data were processed to determine antibiotic usage percentage and drug use rationality. Result shows 4% and 16% of unspecified acute respiratory infection treatment use antibiotic in Januari and February respectively which are still in acceptable rate of <16%. Unspecified diarrhea had 4% rate of treatment with antibiotic in both periods which is still in acceptable rate of <8%. Antibiotic usage for unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea are on acceptable rate according to Indonesia Health Department study."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nur Firdiena Titian Ratu
"Layanan resep elektronik adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menurunkan kesalahan peresepan obat. Pada pelaksanaannya, pelayanan resep elektronik juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kesalahan input obat oleh pemberi resep, biaya sistem terkait, serta kurangnya keamanan informasi medis pasien. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan resep elektronik untuk mengembangkan dan menyempurnakan sistem yang telah ada demi meningkatkan keamanan pasien. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan studi literatur dan identifikasi masalah di lapangan sebagai sumber untuk mengevaluasi keabsahan atau legalitas dan keselamatan pasien dalam sistem peresepan elektronik. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa penggunaan resep elektronik memberikan manfaat berupa penurunan kesalahan membaca obat, ketidaklengkapan penulisan informasi, serta kecepatan waktu pelayanan sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien. Permasalahan peresepan elektronik terkait keselamatan pasien berupa kesalahan input obat dapat diantisipasi dengan menambahkan fitur alarm atau peringatan terkait peresepan pada aplikasi peresepan elektronik meliputi indikasi, interaksi, dosis, serta efek samping yang dapat terjadi pada pasien sehingga angka kejadian medication error semakin dapat berkurang.
Electronic prescription services are one of the efforts that can be made to prevent and reduce drug prescribing errors. In practice, electronic prescription services also have several weaknesses, such as drug input errors by prescribers, related system costs, and the lack of security of patient medical information. Based on this, it is necessary to evaluate the implementation of electronic prescription services to develop and perfect the existing system to improve patient safety. The research was conducted qualitatively by studying the literature and identifying problems in the field as a source for evaluating the legitimacy or legality and patient safety of the electronic prescribing system. The results obtained show that the use of electronic prescriptions provides benefits in the form of reducing drug reading errors, incomplete information writing, and speed of service time so as to improve patient safety. Electronic prescribing problems related to patient safety in the form of drug input errors can be anticipated by adding prescribing-related alarm or warning features to electronic prescribing applications including indications, interactions, doses, and side effects that can occur in patients so that the incidence of medication errors can be reduced."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab terkait sediaan farmasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang pasti dan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam pelayanan kefarmasian, perlu adanya sebuah standar pelayanan kefarmasian yang dipergunakan sebagai tolak ukur dan pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanan kefarmasian. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk membuat laporan evaluasi penggunaan obat dengan menggunakan metode ATC/DDD di puskesmas Kebun Jeruk. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat. Pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat dilakukan dengan cara mengumpulkan data Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) setiap bulan selama tahun 2019 kemudian menyusun data LPLPO sesuai dengan metode ATC/DDD. Pembuatan laporan evaluasi penggunaan obat (EPO) di Puskesmas Kebun Jeruk dapat dilakukan. Total item obat yang dipakai selama tahun 2019 sebanyak 197 item obat, diantaranya terdapat 139 item obat (70,56%) yang memiliki kode ATC dan DDD definitif, 21 item (10,66%) tidak memiliki DDD Definitif, dan 37 item (18,78%) yang tidak memiliki kode ATC dan tidak memiliki DDD definitif. Terdapat 27 item obat yang masuk ke dalam daftar DU 90% dan 170 item obat tidak termasuk ke dalam DU 90%. Didapatkan juga hasil dari 197 item obat, sebanyak 159 item (80,7%) sesuai dengan Formularium Nasional dan 38 item (19,30%) tidak sesuai dengan Formularium Nasional.
Pharmaceutical service is a direct and responsible service related to pharmaceutical preparations which aims to achieve definite results and to improve the quality of life of patients. In pharmaceutical services, it is necessary to have a pharmaceutical service standard that is used as a benchmark and guideline for pharmaceutical personnel in carrying out pharmaceutical services. In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to make an evaluation report on drug use using the ATC/DDD method at the Kebun Jeruk community health center. This special assignment aims to increase the understanding of prospective pharmacists regarding the preparation of drug use evaluation reports. Preparing drug use evaluation reports is carried out by collecting Usage Report and Drug Request Sheet (LPLPO) data every month during 2019 and then compiling LPLPO data according to the ATC/DDD method. Preparing a drug use evaluation report (EPO) at the Kebun Jeruk Community Health Center can be done. The total number of drug items used during 2019 was 197 drug items, of which 139 drug items (70.56%) had definitive ATC and DDD codes, 21 items (10.66%) did not have Definitive DDD, and 37 items (18 .78%) who do not have an ATC code and do not have a definitive DDD. There are 27 drug items that are included in the 90% DU list and 170 drug items are not included in the 90% DU list. Results were also obtained from 197 drug items, of which 159 items (80.7%) were in accordance with the National Formulary and 38 items (19.30%) were not in accordance with the National Formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Diva Ratna Shabrina
"Penggunaan obat rasional (POR) merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria, seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian, dan waspada efek samping. Pada penelitian ini dilakukan tinjauan terhadap penggunaan obat dengan mengkaji rekam medik dan dilihat persentase peresepan antibiotik pada penyakit ISPA non-pneumonia dan diare non selektif sebagai bentuk penerapan evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Penelitian dilakukan dengan mengkaji secara retrospektif berdasarkan rekam medik kasus ISPA non-pneumonia dan diare non spesifik bulan Januari- Maret 2023. Data pasien diambil dari register harian e-puskesmas dengan dipilih 25 sampel kasus per diagnosis terpilih setiap bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata penggunaan antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia dan diare non spesifik sudah sesuai dengan standar Kemenkes dengan nilai 9,3% dan 7%. Penerapan penggunaan obat rasional pada kasus ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kramat Jati telah berjalan dengan baik.
The use of rational drugs (POR) is the use of drugs that are in accordance with the criteria, such as the right drug, the right diagnosis, the right indication, the right way of use, the right time of administration, the right patient's condition, the right time of administration, and the right side effects. In this study, a review of drug use was carried out by reviewing medical records and looking at the percentage of antibiotic prescribing in non-pneumonia and non-selective diarrhea as a form of implementation of rational drug use evaluation at the Kramat Jati District Health Center. The study was conducted retrospectively based on medical records of non-specific cases of ISPA and non-specific diarrhea from January to March 2023. Patient data is taken from the daily register of the e-puskesmas with 25 sample cases selected per selected diagnosis every month. The conclusion of this study is that the average use of antibiotics in cases of non-pneumonia and non-specific diarrhea is in accordance with the Ministry of Health's standards with values of 9.3% and 7%. The application of rational drug use in cases of non-pneumonia and non-specific diarrhea at the Kramat Jati Health Center has gone well."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Edenia Saumi
"Rinosinusitis merupakan inflamasi simtomatik yang terjadi pada sinus paranasal dan rongga hidung. Prevalensi rinosinusitis di dunia, termasuk di Indonesia, cukup tinggi. Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian, salah satu contohnya adalah pengkajian resep obat, oleh Apoteker. Pengkajian resep penting dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, serta sebagai upaya Apoteker untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat pada pasien (medication error), sehingga pasien dapat menggunakan obat secara rasional. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengkajian resep di Apotek. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengkaji resep obat rinosinusitis yang terdapat di Apotek Roxy Sawangan periode Desember 2022 berdasarkan aspek administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan pemilihan resep obat rinosinusitis, melakukan studi literatur, dan melakukan pengkajian resep. Berdasarkan pengkajian, didapat kesimpulan bahwa masih terdapat beberapa persyaratan aspek yang belum terpenuhi. Pada aspek administratif, diketahui alamat pasien, berat dan tinggi badan pasien, serta tanggal penulisan resep tidak dituliskan pada resep. Pada aspek kesesuaian farmasetik, bentuk sediaan untuk semua obat serta kekuatan sediaan untuk beberapa sediaan tidak tertulis pada resep. Selain itu berdasarkan aspek pertimbangan klinis, diketahui terdapat ketidaktepatan dosis dan cara pemakaian pada beberapa sediaan.
Rhinosinusitis is a symptomatic inflammation that occurs in the paranasal sinuses and nasal cavity. The prevalence of rhinosinusitis in the world, including Indonesia, is quite high. A pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical practice is carried out, one example of which is the review of drug prescriptions by pharmacists. Reviewing prescriptions is important to analyze any problems related to medicines, as well as as an effort by pharmacists to prevent errors in administering medicines to patients (medication errors), so that patients can use medicines rationally. Therefore, it is important to review the prescription at the pharmacy. The purpose of writing this special assignment report is to examine prescriptions for rhinosinusitis medication available at the Roxy Sawangan Pharmacy for the period December 2022 based on administrative aspects, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. This writing was done by selecting a prescription for rhinosinusitis medication, conducting a literature study, and reviewing the prescription. Based on the study, it was concluded that there were still several aspects of the requirements that had not been met. In the administrative aspect, it is known that the patient's address, the patient's weight and height, and the date the prescription was written are not written on the prescription. In the aspect of pharmaceutical suitability, the dosage form for all drugs and the dosage strength for some preparations are not written on the prescription. Based on aspects of clinical consideration, it is known that there are inaccuracies in the dosage and method of use in some preparations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sandra Febrianti
"Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar setiap tahunnya dapat diketahui bahwa penyakit masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia serta diakibatkan oleh tidak tepatnya tata laksana diare baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap Rekam medik balita yang mengalami diare yang datang ke poli Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini dibagi kedalam 5 kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, penggunaan obat dan bentuk obat, dan tempat dosis. Hasil menunjukkan bahwa Pasien diare balita berjenis kelamin laki-laki memiliki kasus terbanyak yaitu 32 pasien (51.6%) dan perempuan berjumlah 30 pasien (48.4%). Jumlah usia pasien diare pada balita usia 0 tahun berjumlah 16 pasien (25.8%) dan usia 1 – 5 tahun berjumlah 46 pasien (74.2%). Kelompok indeks masa tubuh pasien diare pada balita berdasarkan standar WHO yaitu kelompok indeks masa tubuh kurang berjumlah yang diberikan 58 pasien (93.5%) dan indeks masa tubuh normal berjumlah 4 pasien (6.5%). Berdasarkan penggunaan obat dan bentuk sediaan obat diperoleh penggunaan obat pada pasien diare balita di poli MTBS lebih ke terapi supportif dengan oralit dan zinc. Pengobayan diare tepat dosis pada obat oralit dan zinc sebanyak 0 kasus (100%), dan cotrimoxazole tepat dosis sebanyak 2 kasus (66.67 %) dan terdapat 1 kasus (33.33%) tidak tepat dosis.
Based on the Household Health Survey, Mortality Study and Basic Health Research every year it is seen that disease is still the main cause of under-five mortality in Indonesia and is caused by improper handling of diarrhea both at home and in health. Facility. This research was conducted on the medical records of toddlers who experienced diarrhea who came to the Integrated Management of Sick Toddlers at the Pasar Rebo District Health Center. This study was divided into 5 groups based on gender, age, body mass index, drug use and drug form, and place of drug administration. The results showed that male toddlers with diarrhea had the most cases, namely 32 sufferers (51.6%) and 30 female sufferers (48.4%). The number of diarrhea sufferers in toddlers aged 0 years was 16 sufferers (25.8%) and aged 1-5 years were 46 sufferers (74.2%). Based on WHO standards, the body mass index group for diarrhea sufferers was less than 58 patients (93.5%) and 4 patients (6.5%) had normal body mass index. Based on the use of drugs and drug dosage forms, it was found that the use of drugs in children with diarrhea under five at the MTBS poly was more supportive of therapy with ORS and zinc. Treatment of diarrhea with ORS and zinc was dosed correctly in 0 cases (100%), and co-trimoxazole was dosed correctly in 2 cases (66.67%) and there was 1 case (33.33%) wrong dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Chrisandy Ramadhanti
"Obat merupakan bagian vital dalam setiap proses pelayanan kesehatan. Dengan adanya pemberian obat pada setiap proses pelayanan kesehatan, besar harapan bahwa penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Dalam upaya menjamin ketersediaan obat yang bermutu, maka dapat diwujudkan dalam bentuk pengelolaan obat secara baik dan benar. Pengelolaan obat meliputi serangkaian proses dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian hingga pencatatan dan pelaporan. Perencanaan obat merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah melalui proses rekapitulasi. Perencanaan yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan tenaga kefarmasian meliputi pengetahuan serta ketrampilan yang memadai tentang perencanaan obat. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa Rencana Kebutuhan Obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dilakukan dengan rekapitulasi perhitungan menggunakan metode konsumsi dengan memperkirakan kebutuhan obat selama 1 (satu) tahun dan memperkirakan harga obat sesuai pada e-catalogue, sehingga diperoleh jumlah total anggaran yang dibutuhkan untuk 96 item obat pada tahun anggaran 2022 sekitar Rp714.745.231,00.
Drugs are a vital part of every health care process. With the administration of drugs in every health service process, there is great hope that the illness suffered by the patient can be cured. In an effort to guarantee the availability of quality drugs, this can be realized in the form of good and correct drug management. Drug management includes a series of processes from planning, procurement, storage, distribution to recording and reporting. Drug planning is an activity that aims to determine the type and amount of drugs according to the needs of the community which has gone through a recapitulation process. Good planning can be influenced by the ability of pharmaceutical staff including adequate knowledge and skills regarding drug planning. Through this special assignment, it can be seen that the Drug Needs Plan at the Grogol Petamburan Subdistrict Health Center is carried out by recapitulating calculations using the consumption method by estimating drug needs for 1 (one) year and estimating drug prices according to the e-catalogue, so that the total budget needed for 96 items of medicine in the 2022 fiscal year around IDR 714,745,231.00."
Depok:
2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Lola Miftahul Fidini
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek terutama dalam aspek profesional yang mencakup mencakup ilmu kefarmasian dan pelayanan kefarmasian dan aspek managerial. Tugas khusus yang diberikan adalah penilaian farmasi klinik resep obat Covid-19. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengkaji kelengkapan aspek administrasi, farmasetika, dan klinis yang terdapat pada 2 (dua) resep untuk pasien Covid-19.
Pharmacist Internship Program at Atrika Apotek aims to determine the role and functions of pharmacists in pharmacies primarily in the professional aspects of pharmacy which includes covers science and pharmaceutical services and managerial aspects. The specific task given was clinical pharmacy assessment of Covid-19 drug prescriptions. The aim of this special assignment is to examine the completeness of the administrative, pharmaceutical and clinical aspects in 2 prescriptions for Covid-19 patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library