Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martiana Noviopy Rae Rato
"Pencampuran dua budaya menjadi suatu budaya baru merupakan pengertian dari akulturasi budaya. Salah satunya yakni percampuran budaya Indonesia dengan Cina. Banyak hasil akulturasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia utamanya dalam makanan. Namun makanan tersebut tidak diketahui oleh banyak orang bahwa makanan yang sering mereka konsumsi adalah hasil dari akulturasi. Adapun hasil dari akulturasi tersebut yang kini lebih dikenal sebagai makanan khas Yogyakarta, yakni Bakpia. Dengan adanya akulturasi budaya, Bakpia diolah dengan resep dan bahan yang disesuaikan untuk masyarakat Yogyakarta sehingga dapat diterima dengan baik dan digemari oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan manajemen yang baik dalam berbisnis dan juga dapat melihat peluang, produsen bakpia semakin menjamur dan konsumen pun semakin meningkat. Dari situlah Bakpia sebagai produk hasil dari akulturasi budaya Cina-Indonesia dapat menjadi makanan khas dari Yogyakarta bahkan mengalahkan makanan asli dari Indonesia.

Cultural acculturation is the mixing of two cultures into a new cultures. One of them is the mixing of Indonesian and Chinese cultures. Many results of acculturation have been embedded in the daily lives of Indonesian people, especially in food. But food is not known to many people that the food they often consume is the result of acculturation. The result of this acculturation is now better known as Yogyakarta's specialty food, namely Bakpia. With cultural acculturation, Bakpia is processed with recipes and ingredients thare are tailored to the people of Yogyakarta so that it can be well received and favored by the public. Over time, with good management in doing business and also able to see good opportunities, Bakpia producers are mushrooming and consumers are increasing. From there, Bakpia as a product of Chinese-Indonesian cultural acculturation can become a specialty food from Yogyakarta and even beat the original food from Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Arsanti Lestari, 1975-
"Information on the nutritional content of traditional food from Yogyakarta, Indonesia."
Bulaksumur, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2014
613.2 LIL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Heidi Joewono
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai akulturasi musik yang terjadi dalam Tsugaru-jamisen masa kini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik studi kepustakaan. Hasil temuan skripsi ini adalah bahwa akulturasi musik tersebut menyebabkan pertumbuh kembangan Tsugaru-jamisen yang dapat dilihat dari terciptanya berbagai lagu Tsugaru-jamisen baru dalam notasi Jepang juga Barat, pemanfaatannya sebagai instrumen musik modern yang dapat dimodifikasi, serta bagaimana Tsugaru-jamisen kini digunakan dalam berbagai genre musik; dan terbaginya pemain Tsugaru-jamisen saat ini ke dalam tiga kategori: pemain yang kursus di ryaha atau iemoto; pemain yang secara otodidak berlatih lagu-lagu minya; dan pemain yang secara otodidak belajar memainkan Tsugaru-jamisen untuk memainkan lagu-lagu di luar genre minya. Simpulannya adalah bahwa sebuah tradisi budaya harus dinamis: tetap hidup, bertumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakatnya. Budaya yang dapat berkembang seiring dengan zaman tanpa kehilangan ciri khasnya akan lestari, sementara tradisi yang stagnan semakin lama akan semakin sedikit peminat hingga akhirnya tenggelam. Budaya yang berubah pun bila terlampau jauh maka dapat memisahkan diri dan membentuk aliran baru, sementara budaya aslinya ditinggalkan.

ABSTRACT
The focus of this study is music acculturation in the present Tsugaru-jamisen. The study uses the method of descriptive analysis literature review. The find is that said music acculturation caused two things: the growth and development of Tsugaru-jamisen and the categorization of the recent Tsugaru-jamisen players into three types. The growth can be seen from new songs created in both classical Japanese and Western notation, how it is modifiable as a modern musical instrument, and that it can be used in various genres. The three category of Tsugaru-jamisen players are: they who affiliated themselves with certain ryaha or iemoto; self-taught people aiming for minya professionals; and players learning Tsugaru-jamisen autodidactically in other genres. The conclusion is that a cultural tradition has to stay alive, growing and developing together with the people. Cultures that can manage to develop abreast the time without losing its main characteristic will remain longlast, while stagnated ones would slowly lose inheritor, nearing extinction. Too much cultural change might result in separation: the new culture a derivative or branch while the original continues to decline."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuha Afina Khalish
"Batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO. Batik besurek merupakan salah satu kain batik di Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Kain batik besurek memiliki kekhasan pada motifnya, yaitu kaligrafi Arab yang menjadikan hal tersebut sebagai bentuk akulturasi budaya. Akulturasi budaya dalam kain batik besurek juga menghasilkan motif kain besurek baru hasil perkembangan dari perajin kain besurek di Bengkulu. Dalam penelitian ini dibahas tentang hasil akulturasi budaya Arab dengan budaya Indonesia pada batik besurek Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dan wawancara. Data-data diperoleh dari artikel jurnal, laporan penelitian, dan buku serta wawancara dengan narasumber. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi budaya dari Koentjaraningrat. Hasil dari akulturasi budaya dalam kain batik besurek berupa perkembangan motif kain besurek yang terdapat bunga raflesia yang merupakan ikon dari Provinsi Bengkulu.

Batik has been designated as one of Indonesia's intangible cultural heritage by UNESCO. Besurek batik is a batik cloth in Indonesia originating from Bengkulu. Besurek batik cloth has a unique motif, namely Arabic calligraphy, which makes it a form of cultural acculturation. Cultural acculturation in besurek batik cloth also produces new besurek cloth motifs as a result of developments from besurek cloth craftsmen in Bengkulu. This study discusses the results of the acculturation of Arabic culture with Indonesian culture in Bengkulu besurek batik. This research is a qualitative research using literature and interview methods. The data were obtained from journal articles, research reports and books as well as interviews with source person. The theory used in this study is the theory of cultural acculturation from Koentjaraningrat. The result of cultural acculturation in the development of besurek batik cloth is in the form of besurek cloth motifs which contain rafflesia flowers which are icons of Bengkulu province."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Candrika Putri
"ABSTRAK
Balbek adalah sebuah kota kuno yang terletak di lembah Beqaa di sebelah utara kota Beirut di Lebanon, yang terkenal dengan peninggalan-peninggalan bangunan kuno berupa kuil-kuil yang dahulu antara sekitar 1200 SM hingga 1500 SM digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Baal atau dewa Matahari oleh bangsa Fenisia. Di bawah pemerintahan bangsa Fenisia pada waktu itu, Balbek pernah diperebutkan dan bahkan dikuasai oleh imperium besar dunia yaitu Romawi dan Arab secara bergantian. Adanya ekspansi tersebut menyebabkan Balbek menjadi pusat tumbuh dan berkembangnya berbagai budaya akulturatif. Skripsi ini akan membahas peninggalan bangsa Fenisia khususnya kota Balbek di Lebanon yang mencerminkan terjadinya akulturasi antara budaya Romawi dan budaya Arab. Tujuannya untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses akulturasi dan wujud kebudayaan baru hasil dari proses tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah metode kualitatif dengan menerapkan teori unsur-unsur kebudayaan dan wujud kebudayaan sebagai sistem nilai, sistem sosial dan sistem material menurut Koentjaraningrat.

ABSTRACT
Balbek is an old city that located at Beqaa valley in the north of Beyrout, that known of ancients as temples about 1220 BC 1500 BC used to idolatry place of Baal or known as The Sun God by Phoenician. Under reign of Phoenician, Balbek was conquered and expand by the great dynasty in the world that is Romans and Arabs as periodically. Because of its expansion made Balbek as a center of grew and increase of various acculturative cultures. This script will explain ancient of Phoenician specifically Balbek city in Lebanon that proved acculturation process between cultures of Romans and Arabs. The purposes is to know more about acculturation process and new culture rsquo s changes as a result of those process.The methods of this script is qualitative based on unsures culture theory and result of the cultures as value system, social system, and material system by Koentjaraningrat."
2017
S69079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Aditya
"Skripsi ini membahas tentang akulturasi tradisi Banya Rusia dengan Massage Bali dalam industri Spa di Moskow. Banya Rusia kini di Moskow menjadi budaya populer. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya Banya yang berkembang di Mosow. Selain itu kini Banya masuk ke dalam industri Spa akibat dari Globalisasi. Dengan adanya koneksi yang luas memungkin Banya Rusia berakulturasi denga tradisi dari negara lain contohnya tradisi Massage Bali.

The focus of the study explains about the acculturation of Russian Banya tradition with Balinese massage in the Spa industry in Moscow. Russian Banya in Moscow has become popular culture. It is characterized by a growing number of Banya in Mosow. In addition it is now Banya Spa industry into the consequences of globalization. Given the extensive connections allow the Russian Banya acculturated premises traditions of other countries for example the tradition of Balinese Massage."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42226
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Chintya
"Pertunjukkan Pawai Tatung dalam perayaan Cap Go Meh berasal dari Kalimantan
Barat, tepatnya Kota Singkawang. Tradisi Tatung di Kalimantan Barat merupakan tradisi yang dibawa langsung oleh suku Hakka yang berasal dari Cina Selatan. Hal yang menarik dari Pawai Tatung di Kota Singkawang adalah tradisi ini merupakan perpaduan antara tiga budaya yakni budaya Dayak, Melayu serta Cina. Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk implementasi akulturasi etnis Cina dengan kebudayaan lokal dalam Pawai Tatung di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer berupa video dokumentasi penuh Perayaan Cap Go Meh Singkawang 2020 dari halaman Youtube “Pojok Inspirasi”. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk implementasi akulturasi dalam Pawai Tatung tidak hanya terletak dari keikutsertaan masyarakat dari masing-masing ketiga budaya tersebut serta kostum khas dari masing-masing budaya, melainkan keterlibatan dewa-dewi Cina dengan roh lokal setempat ( Datuk & Latuk ). Akulturasi yang terjadi dalam Pawai Tatung menunjukkan tumbuhnya kesetiaan orang Cina terhadap penunggu / roh nenek moyang setempat serta rasa persaudaraan yang terjalin diantara ketiga budaya ini dan berhasil berpengaruh terhadap eksistensi Pawai Tatung yang masih ada hingga saat ini di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

The Tatung Parade in the Cap Go Meh celebration originally from Singkawang City,
West Kalimantan. The Tatung tradition in West Kalimantan was brought by the Hakka people from South China. The interesting thing about the Tatung Parade in Singkawang City is that this tradition is a collaboration between three cultures ; The Dayak, Malay, and Chinese. The main problem in this research is how the implementation of the acculturation between the Dayak, Chinese and Malay in the Tatung Parade is. The research method is qualitative method. The primary source in this research is a full documentation video of the 2020 Cap Go Meh Singkawang Celebration from Youtube account "Pojok Inspirasi". The result of this research indicates that the form implementation of acculturation in the Tatung Parade did not only lie in the participation of the Dayak, Malay, and Chinese, but it is the involvement of Chinese gods / goddesses with local spirits (Datuk & Latuk). The acculturation that occurs in the Tatung Parade shows the loyalty of the Chinese to the local ancestors of West Kalimantan and the brotherhood between these three cultures. This acculturation has proven influent on the existence of Tatung Parade in Singkawang City until right now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dzar Ghiffari Rahman
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi faktor-faktor yang menjadi penentu niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Peneliti menggunakan pendekatan theory of planned behavior sebagai dasar penelitian yang dimodifikasi dengan mengikutsertakan faktor ciri-ciri kepribadian terkait makanan yaitu food neophobia dan food involvement. Dalam penelitian ini, food neophobia dimasukkan untuk menilai efek moderasi pada setiap hubungan pada model, kecuali pada food involvement. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner daring kepada Warga Negara Indonesia yang bukan merupakan penduduk asli Sumatera Utara. Diperoleh sebanyak 1.319 responden yang masuk ke dalam kriteria pada penelitian ini dan kemudian dilanjutkan ke tahap analisis data. Untuk menganalisa hubungan antar variabel, digunakan metode partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) dengan alat analisis SmartPLS 3.0. Ditemukan bahwa attitude, subjective norm, perceived behavioral control, dan food involvement secara signifikan dan positif memengaruhi niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Sedangkan efek moderasi dari food neophobia hanya ditemukan pada hubungan antara perceived behavioral control terhadap niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan bagi pebisnis kuliner terutama yang menyediakan hidangan khas daerah Sumatera Utara, Pemerintah Daerah, dan juga Kementerian Pariwisata agar dapat menentukan strategi yang tepat sehingga meningkatkan minat konsumen Indonesia untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara.

The purpose of this study is to predict the factors that determine intention to consume Sumatera Utara food. The researcher used the theory of planned behavior approach as the basis method and modified research by including food-related personality traits, food neophobia and food involvement. In this study, food neophobia was included to assess the moderating effects of each relationship in the model, except for food involvement. Data collection is carried out quantitatively by distributing online questionnaires to Indonesian citizens who are not Sumatera Utara people. There were 1,319 respondents who matched the criteria in this study and then proceeded to the data analysis stage. To analyze the relationship between variables, the partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) method is used with the SmartPLS 3.0 analysis tool. It was found that attitude, subjective norms, perceived behavioral control, and food involvement significantly and positively influenced the intention to consume Sumatera Utara food. While the moderating effect of food neophobia was only found in the relationship between perceived behavioral control and the intention to consume Sumatera Utara food. The results of this study can be used as additional insights for culinary businesses (especially those that provide Sumatera Utara food), Regional Government, and the Ministry of Tourism in order to determine the right strategy to increase the intention of Indonesian consumers to consume Sumatera Utara food."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fiki Maulana
"Fenomena Korean Wave membuat berbagai macam produk Korea lebih dikenal terutama melalui drama Korea dan musik pop Korea. Fenomena ini membuat konsumen tertarik untuk mempelajari kebudayaan Korea secara lebih luas mulai dari tradisi, bahasa, gaya berpakaian dan makanan khas Korea. Fenomena ini menghasilkan peluang yang coba dimanfaatkan oleh PT. XYZ untuk bekerjasama dengan salah satu restoran makanan Korea terkenal di Indonesia yaitu Mujigae untuk memproduksi dan meluncurkan makanan ready to eat khas Korea dengan merek dagang Mujigae. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui target pasar perusahaan menggunakan strategi segmentation, targeting dan positioning terkait dengan produk makanan ready to eat khas Korea. Kemudian penulis juga menganalisis implementasi social media marketing yang diterapkan oleh perusahaan pada divisi makanan khas Korea PT. XYZ. Penelitian ini menggunakan metode mixed methods yang datanya berasal dari interview kepada manajer dan konsumen serta data internal perusahaan. Penelitian ini menghasilkan informasi bahwa strategi target pasar yang digunakan oleh perusahaan adalah mass market, perusahaan masih berfokus untuk mengenalkan produk dan implementasi social media marketing sangat dominan menggunakan influencers untuk menyampaikan opini kepada konsumen melalui media sosial serta menggunakan official akun media sosial yang masih membutuhkan banyak peningkatan dan cara yang saat ini dilakukan adalah mempelajari referensi media sosial brand lain.

The Korean Wave phenomenon has made various kinds of Korean products become wellknown, especially through Korean dramas and Korean Pop music. This phenomenon drives consumers interested in learning more about Korean culture, starting from the traditions, language, style of dress and Korean food. These opportunities resulted from the Korean Wave phenomenon, has brought PT. XYZ to cooperate with one of the famous Korean food restaurants in Indonesia, called Mujigae to produce and launch Korean ready-to-eat food with the Mujigae trademark. This research aims to determine PT. XYZ target market using segmentation, targeting and positioning strategies related to Korean ready-to-eat food products. Then the author also analyzes the implementation of social media marketing conducted by the company in the Korean food division of PT. XYZ. The method used in this research is mixed methods which data comes from interviews with the managers and consumers as well as internal company data. Based on the research conducted, some information was obtained including the target market strategy used by the company is the mass market, how the company is still focused on introducing products and implementing social media marketing predominantly using influencers. This is carried out to deliver opinions to consumers through social media and official social media accounts which are still need improvements and the way that’s being used currently is to study the reference of other brands’s social media."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>