Ditemukan 154767 dokumen yang sesuai dengan query
Suharianto Permana
"Tulisan ini membahas mengenai penamaan dan sejarah penamaan masjid-masjid kuno di Jakarta dan relasi sejarah penamaan masjid pada masjid-masjid kuno di Jakarta dengan bangunan atau bentuk masjid tersebut dengan menggunakan dua puluh tiga masjid sebagai objek kajian. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore (2003, hlm. 156) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek penelitian diketahui delapan cara atau pengambilan nama pada masjid-masjid kuno di Jakarta, yaitu berdasarkan vegetasi, berdasarkan bersejarah, berdasarkan pemberian, berdasarkan wilayah, berdasarkan nama tempat atau unsur rupa bumi, berdasarkan nama- nama asing, berdasarkan arsitektur bangunan, dan berdasarkan akronim. Selain itu, diketahui pula bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek kajian, hanya ada dua masjid yang memiliki relasi antara bentuk bangunan masjid dengan sejarah penamaannya, yaitu Masjid Langgar Tinggi dan Masjid Agung Sunda Kelapa.
This paper discusses the naming and history of the naming of ancient mosques in Jakarta and the historical relation of the naming of mosques to ancient mosques in Jakarta and the buildings or forms of these mosques by using twenty-three mosques as the object of study. The research method used is archaeological research according to Sharer and Ashmore (2003, p. 156) which consists of several stages, namely formulation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. This research resulted in the conclusion that of the twenty-three mosques that were used as research objects, there were eight ways or names of ancient mosques in Jakarta, namely based on vegetation, based on history, based on gift, based on area, based on place names or elements of the earth, based on foreign names, based on building architecture, and based on acronyms. In addition, it is also known that of the twenty-three mosques that were used as the object of study, there were only two mosques that had a relationship between the shape of the mosque building and the history of its name, namely the Langgar Tinggi Mosque and the Sunda Kelapa Grand Mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anwar Hafidz Al Kautsar
"Masjid Jami Cikini Al Makmur merupakan masjid yang terletak di daerah Cikini Jakarta Pusat yang selesai didirikan pada tahun 1932 dengan prakarsa tokoh-tokoh muslim nasional yang ditujukan untuk menampung jumlah jamaah yang lebih banyak dan menghindarkan konflik dengan perusahaan Belanda terhadap keberadaan masjid. Masjid ini memiliki keragaman arsitektur dan ornamen yang mendapatkan pengaruh dari beberapa unsur budaya, sehingga diketahui terdapat sebuah hibriditas yang merupakan bentuk transformasi akibat adanya interaksi antar kelompok budaya. Namun, dari beberapa unsur budaya yang berinteraksi terdapat dominasi budaya sehingga muncul pertentangan sebuah kelompok yang disebut budaya resistensi. Penelitian ini membahas bagaimana bentuk hibriditas di Masjid Jami Cikini Al Makmur pada abad ke-20 berdasarkan komponen variasi bentuk arsitektural dan ornamental serta mengungkapkan budaya resistensi yang terdapat pada bangunan masjid tersebut sebagai bentuk pertentangan terhadap adanya dominasi budaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada penelitian arkeologi oleh Robert H Sharer dan Wendy Ashmore (2003) meliputi: formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan survei secara langsung pada bangunan Masjid Jami Cikini Al Makmur. Hasil penelitian menunjukan terdapat unsur hibriditas pada bentuk arsitektur dan ornamental yang berasal dari unsur budaya lokal yakni budaya Jawa dan Betawi serta unsur budaya asing seperti budaya Arab, Cina dan juga Eropa. Sedangkan bentuk resistensi didasarkan pada penggunaan atap tumpang limasan dan tiang saka guru yang merujuk pada unsur budaya Jawa yang digunakan sebagai perlawanan dominasi bentuk bangunan bergaya kolonial di wilayah Cikini. Dari Hal tersebut dapat diketahui bahwa interaksi budaya dapat menghasilkan sebuah percampuran budaya pada bentuk arsitektur bangunan dan ornamen yang menghiasinya, serta bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya dapat ditunjukkan melalui berdirinya sebuah bangunan agar eksistensi jati diri dari unsur budaya dapat terlihat.
The Jami Cikini Al Makmur Mosque is a mosque located in the Cikini area, Central Jakarta, which was completed in 1932 with the initiative of national Muslim figures aimed at accommodating a larger number of worshipers and avoiding conflicts with Dutch companies over the existence of mosques. This mosque has architectural diversity and ornaments that are influenced by several cultural elements, so it is known that there is a hybridity which is a form of transformation due to interaction between cultural groups. However, from several interacting cultural elements there is cultural domination so that there is opposition to a group called resistance culture. This research discusses the form of hybridity at the Jami Cikini Al Makmur Mosque in the 20th century based on the components of architectural and ornamental form variations and reveals the culture of resistance contained in the mosque building as a form of opposition to cultural domination. The methods used in this research refer to archaeological research by Robert H Sharer and Wendy Ashmore (2003) including: formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. Data collection was carried out by literature study and direct survey of the Jami Cikini Al Makmur Mosque building. The results showed that there were elements of hybridity in architectural and ornamental forms derived from local cultural elements, namely Javanese and Betawi cultures and foreign cultural elements such as Arabic, Chinese and European cultures. While the form of resistance is based on the use of pasan overlapping roofs and saka guru poles that refer to Javanese cultural elements that are used as resistance to the dominance of colonial-style building forms in the Cikini area. From this it, can be seen that cultural interaction can produce a mixture of cultures in the form of building architecture and ornaments that decorate it, and a form of resistance to cultural domination can be shown through the establishment of a building so that the existence of the identity of cultural elements can be seen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dalimunthe, Rizky
"Masjid-masjid kuno di Provinsi Banten memiliki sejumlah ornamen yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Kajian tersebut ditinjau secara arkeologis dan objek kajiannya adalah ornamen yang ada pada masjid-masjid kuno di Provinsi Banten yang berjumlah 13 masjid. Tujuan kajian adalah untuk menguraikan motif ornamen yang muncul, keletakkannya pada bangunan masjid, dan kecenderungan persebaran dan perkembangannya. Metode yang digunakan berupa klasifikasi dan analogi sejarah. Hasil yang didapat adalah bahwa motif-motif hias yang muncul sebagian besar merupakan motif yang telah dikenal pada masa sebelum Islam datang, yaitu masa Hindu-Buda dan prasejarah. Selain itu, terdapat pula motif hias yang berasal dari Timur Tengah berupa kaligrafi Arab. Motif-motif hiasan tersebut, ada yang berfungsi sebagai hiasan, juga ada yang memiliki makna simbolis. Berdasarkan keletakan masjid, terlihat kecenderungan berlanjutnya gaya ornamentasi masjid dari daerah pusat kesultanan ke masjid-masjid yang letaknya menjauhi pusat kesultanan ke arah selatan dan barat yaitu ke arah wilayah Serang, Pandeglang, Lebak, dan Cilegon.
This research is a study about the style of ornamentation on ancient mosques in Banten province, in terms of the shape, figurative meaning and distribution of ornaments. The research data is all kinds of ornament on the ancient mosques in the province of Banten, whether the architectural or the ornamental. The study was conducted with the aim to elaborate on any ornamental motifs that appear and where it?s placed on the building on the ancient mosques in Banten as well as the tendency of its distribution. Methods used are classification and historical analogy. In conclusion, decorative motifs that appear mostly a motif that has been recognized in the period before Islam came, the prehistoric period and the Hindu- Buddhism. Among those ornate motifs, in addition to there being only to beautify, may also have symbolic meaning. In terms of the style of ornamentation based on mosques location, it appears that the continuing style of ornamentation tendency is visible from the mosques located in central area of the Sultanate, to the mosques away from the center of the empire, to the south and west toward the region of Serang, Pandeglang, Lebak, and Cilegon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53620
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jones, Tom B.
Homewood, Ill.: Dorsey Press, 1978
930.1 JON f
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Thanti Felisiani
"Skripsi ini membahas mengenai pawestren sebagai tempat shalat perempuan pada masjid-masjid agung kuno di Jawa pada abad ke 15-20 M. Penelitian terfokus pada pawestren di enam masjid agung yang berada di Jawa, yakni pawestren pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Agung Kota Gede. Pawestren muncul sebagai wujud sosiofak dari gagasan ideologis pada masyarakat Jawa Islam. Pawestren merupakan salah satu bentuk benda budaya yang dibuat oleh manusia mengandung makna atau maksud dan tujuan tertentu. Pawestren dibangun pada masyarakat Jawa Islam sebagai bentuk apresiasi bagi kaum perempuan bahwa mereka dapat turut serta berperan aktif dalam hal beribadah dan sosial di tempat umum.
AbstractThis undergraduate thesis is studying about pawestren, as a praying room specifically for women in the ancient great mosques in Java about 15-20 Century. The focus of this research is about pawestren, which are in six great mosques at Java at Demak Great Mosque, Cirebon Great Mosque, Banten Great Moque, Yogyakarta Great Mosque, Kota Gede Great Mosque and Surakarta Great Mosque. Pawestren was an emerge sociofak from ideology concept or idea to Islamic (Muslim) Java. Pawestren is one of material culture which made by human that has meaning and purpose. Pawestren built in the communities as appreciation for women that they can participate and praying and social actively at public space."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12027
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nur Malita Dewi
"Bangunan sudut merupakan salah satu peninggalan dari masa kolonial Belanda di Indonesia yang dapat memperlihatkan adanya perpaduan antara pengaruh arsitektur Eropa dan Indonesia. Hal ini terjadi karena dalam pembangunannya, masyarakat Belanda melakukan penyesuaian terhadap lingkungan untuk kenyamanan pemakaian namun tetap mengadaptasi bentuk seperti di negara asalnya. Salah satu wilayah yang memiliki bangunan sudut dan sampai saat ini masih dapat dilihat berada di Kota Lama Surabaya. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan keletakan dan bentuk-bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya (1900 – 1940), serta kaitannya dengan aspek lingkungan di kawasan tersebut. Sebanyak 14 bangunan sudut yang letaknya di persimpangan jalan menjadi objek dalam penelitian ini. Kemudian metode yang digunakan adalah metode analisis kontekstual dan analisis komparasi dengan membandingkan keletakan dan bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya, Kota Lama Semarang, dan Bandung. Hasilnya, letak bangunan sudut di Kota Lama Surabaya yang berada di persimpangan ganda memiliki dua bentuk sudut. Selain itu, sebagian besar memiliki kesamaan karakteristik dengan bangunan sudut di Bandung, namun tidak ditemukan bentuk kurva linear di Kota Lama Surabaya. Kemudian, adanya pengaruh lingkungan pada letak dan bentuk bangunan sudut di Kota Lama Surabaya menyebabkan adanya perbedaan dengan bangunan-bangunan sudut di Kota Lama Semarang dan Bandung.
The corner building is one of the relics of the Dutch colonial period in Indonesia which can show the combination of European and Indonesian architectural influences. This happened because in its construction, the Dutch people made adjustments to the environment for comfortable use but still adapted the form as in their home country. One of the areas that has corner buildings and can still be seen today is in Surabaya Old City. Thus, this study intends to describe the layout and forms of corner buildings in Surabaya Old City (1900 – 1940), as well as their relation to environmental aspects in the area. There are 14 corner buildings located at the crossroads that became the object of this study. Then, the method used is the method of contextual analysis and comparative analysis by comparing the layout and form of the corner buildings in Surabaya Old City, Semarang Old City, and Bandung. As a result, the location of the corner building in Surabaya Old City which is at a double intersection has two corner shapes. In addition, most of them have similar characteristics with corner buildings in Bandung, but there is no linear curve found in Surabaya Old City. Then, the influence of the environment on the layout and form of the corner buildings in Surabaya Old City causes a difference with the corner buildings in Semarang Old City and Bandung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Leick, Gwendolyn
London: Routledge, 1999
930 LEI w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Umiati Rochmat
Cibulan: Dep. P dan K , 1977
930.1 UMI p (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
930.1 DEP l
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Th. Aq. Soenarto
Cibulan: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
930.1 SOE t
Buku Teks Universitas Indonesia Library