Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafli Amiruddin Alhaq
"Indonesia merupakan negara yang berfokus terhadap percepatan sektor pendidikan dalam gagasan cita-cita nya menjadi negara maju. Salah satu cara mencapai percepatan tersebut adalah dengan meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi. Studi ini berupaya mengetahui perubahan pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi dan Latar Belakang Keluarga yang memengaruhi peluang partisipasi perguruan tinggi di Indonesia setelah adanya pandemi Covid-19. Dengan model Ordinary Least Square (OLS) menggunakan data SUSENAS, ditemukan adanya perubahan pengaruh kondisi sosial ekonomi dan latar belakang keluarga terhadap angka partisipasi perguruan tinggi setelah adanya Pandemi Covid-19.

Indonesia is a country that focuses on accelerating the education sector with the idea of becoming a developed country. One way to achieve this acceleration is to increase the enrollment rate in tertiary education. This study seeks to discover the changes in the influence of Socioeconomic Conditions and Family Background that have affected opportunities for tertiary participation in Indonesia after the Covid-19 pandemic. With the Ordinary Least Square (OLS) model using SUSENAS data, it was found that there was a change in the effect of socioeconomic conditions and family background on tertiary enrollment rates after the Covid-19 Pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Ratna Sari
"Saat ini, pandemi COVID-19 telah mengganggu kondisi sosial ekonomi. Hampir 15% penduduk usia produktif terdampak, pengangguran meningkat sampai 7%, dan penduduk miskin bertambah hingga 2,4 juta per Maret 2021. Kemudian, infeksi COVID-19 yang cepat juga mendorong rumah tangga mengubah pola belanjanya. Rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi tinggi cenderung belanja lebih tinggi untuk kesehatan karena mereka memiliki kepedulian yang baik untuk melindungi anggota keluarganya dari penyakit, sebaliknya pada rumah tangga dengan status ekonomi rendah. Ketimpangan belanja kesehatan berpotensi melebar selama pandemi COVID-19 dan meluasnya transmisi penyakit menyebabkan eksternalitas negatif bagi masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat ketimpangan belanja kesehatan pada sebelum dan masa pandemi COVID-19 serta dekomposisi ketimpangannya berdasarkan tingkat sosial ekonomi.
Berbagai sumber data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Maret 2019 dan 2021, Survei Potensi Desa, dan data surveilans COVID-19 digunakan untuk menangkap ketimpangan belanja kesehatan dan faktor yang berkontribusi. Pertama, tingkat ketimpangan diukur dengan menggunakan kurva dan indeks konsentrasi. Kemudian, faktor yang berkontribusi pada ketimpangan akan dianalisis menggunakan Ordinary Least Square (OLS) regresi dan Oaxaca Decomposition.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan belanja kesehatan meningkat pada masa pandemi COVID-19. Seluruh variabel independen pada model memiliki hubungan yang signifikan pada belanja kesehatan dan berkontribusi pada ketimpangan. Namun, variabel independen yang terhimpun pada explained component hanya dapat menjelaskan 10-20% ketimpangan belanja kesehatan sebelum dan pada masa pandemi COVID-19. Untuk mengurangi ketimpangan, penguatan pelayanan kesehatan primer (dalam hal ini puskesmas) sebagai gatekeeper dan peningkatan cakupan kepesertaan JKN adalah aspek esensial untuk mengurangi ketimpangan kesehatan berdasarkan tingkat sosial ekonomi.

Currently, the COVID-19 pandemic has disrupted the socioeconomic situation. Over 15% of people in the productive age group are affected, the unemployment rate rises to 7%, and the number of poor people rises to over 2,4 million by March 2021. Furthermore, the rapid infection of COVID-19 also drives the household expenditure pattern. High socioeconomic level households tend to spend more on health services due to good awareness to protect against illness, otherwise in households with low socioeconomic. The health expenditure inequality potentially widens during the COVID-19 pandemic and the transmission of the disease will spill over to the society. This study will capture the inequality level of household expenditure on health before and during the COVID-19 pandemic and the difference decomposition by socioeconomic degree.
The multisource data from the National Social Economics Survey March 2019 and 2021, Village Potential Survey, and COVID-19 surveillance data are employed to capture the health expenditure inequality and its explanatory factors. Firstly, the concentration curve and index are utilized to measure inequality. The contributory factors of inequality will be analyzed by using OLS regression and Oaxaca Decomposition.
The results reveal that health expenditure inequality at rises during the pandemic COVID-19. All covariates in the model have statistically significant to the health expenditure and contribute to inequality. However, an explained component could only exhibit 10-20% of out-of-pocket inequality. Strengthening the primary health care function as a gatekeeper and improving social health insurance coverage are fundamental to reduce health inequality between different socioeconomic levels
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Adi Pramono
"Tesis ini membahas tentang ?Pengaruh Pendidikan Orang Tua, Sosio Ekonomi Keluarga dan Lingkungan Pendidikan terhadap Risiko Anak Putus Sekolah di Kota Bekasi dalam Perspektif Ketahanan Keluarga?. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan observasi dan survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pendidikan orang tua, sosio ekonomi keluarga, dan lingkungan pendidikan terhadap risiko anak putus sekolah di Kota Bekasi dalam perspektif ketahanan keluarga. Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan positif pada tingkat sangat kuat antara pendidikan orang tua, sosio ekonomi keluarga, dan lingkungan pendidikan secara bersama- sama dengan risiko anak putus sekolah dengan nilai r sebesar 0,986.
Dari hasil analisis regresi juga memperlihatkan bahwa pengaruh yang ditunjukkan pendidikan orang tua, sosio ekonomi keluarga, dan lingkungan pendidikan secara bersama-sama terhadap risiko anak putus sekolah adalah positif dan signifikan dengan nilai R Square sebesar 0,973 dan F hitung sebesar 1123,294. Hal ini berarti 97,3 % risiko anak putus sekolah dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor pendidikan orang tua, sosio ekonomi keluarga, lingkungan pendidikan dan 2,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan, jika pendidikan orang tua, sosio ekonomi keluarga, dan lingkungan pendidikan ditingkatkan, maka dapat mengurangi risiko anak putus sekolah dan kesempatan melanjutkan pendidikan menjadi lebih besar.

This thesis discusses about ?The Effect of Parent Educational Background, Family Socio Economic, and Environmental Education to Children Dropout risk in Kota Bekasi in The Perspective of Family Resilience?. This Research using quantitative method by observation and surveys. The results showed that there is a significant effect of Parent Educational Background, Family Socio Economic, and Environmental Education to Children Dropout risk in Kota Bekasi in The Perspective of Family Resilience. Correlation analysis showed there was a positive relationship at a very strong level of Parent Educational Background, Family Socio Economic, and Environmental Education in common with dropout children by r value 0.986.
From the results of the regression analysis also showed that the effect of Parent Educational Background, Family Socio Economic, and Environmental Education jointly against dropout children is positively and significantly to the value of R Square 0.973 and F count of 1123,294. This means that 97,3% dropout children affected by Parent Educational Background, Family Socio Economic, Environmental Education and 2,7% affected by other factors. According with the analysis can be concluded that if The Parent Educational Background, Family Socio Economic, and Environmental Education enhanced accordingly can be reduced Children Dropout risk and the continuing education opportunities will be even greater."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashabul Fahrozi Mujaddid
"Kondisi sosial ekonomi para nelayan di Kelurahan Kolakaasi menggambarkan aktivitas kerja, relasi dalam masyarakat dan pemanfaatan aset sebagai modal dalam mengembangkan kapasitas. Penelitian kondisi sosial ekonomi nelayan dilaksanakan untuk mennggambarkan aktivitas perekonomian dan situasi sosial masyarakat pesisir di Kelurahan Kolakaasi sebagai bentuk potensi dan pengembangan kapasitas untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi komunitas nelayan. Para nelayan Kapal Bagan melakukan aktivitas melaut pada kurun waktu 3 hingga 4 bulan di laut. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi nelayan tangkap bagan apung dan upaya nelayan dalam mengembangkan kapasitasnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan dengan teknik purposive sampling pada kriteria nelayan tangkap pemilik Bagan Apung dan buruh nelayan. Hasil penelitian menunjukkan kondisi sosial ekonomi nelayan dideskripsikan oleh beberapa indikator. Pertama, identitas nelayan pemilik kapal bagan memiliki karakteristik sebagai commercial fisher pada usaha komersial karena status pemilik kapal mampu mengatur manajemen operasional kegiatan penangkapan ikan dan pola kerja anak buah kapal. Strategi pemasaran dilaksanakan pada sektor lokal, domestik, dan ekspor. Nelayan pemilik kapal motor memiliki karakteristik sebagai post peasant fisher dengan usaha post tradisional karena memanfaatkan aset yang dimiliki sebagai akomodasi operasional kerja nelayan bagan apung. Buruh nelayan memiliki karakteristik peasant fisher atau subsistence fisher dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kedua, nelayan memiliki aset yang digunakan dalam bekerja seperti kapal operasional dan alat-alat penangkapan ikan sebagai modal fisik, keterampilan kerja sebagai nelayan dan manajemen penangkapan ikan sebagai modal manusia, dan memanfaatkan kelompok nelayan sebagai sumber swadaya dan modal sosial. Ketiga, modal ekonomi nelayan dideskripsikan dengan pengelolaan aset finansial yang diperoleh dari hasil melaut dan selain melaut. Adapun pengembangan kapasitas nelayan dideskripsikan dengan pengembangan tingkat individu sebagai kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang diperoleh dari penyuluhan dan pengalaman kerja. Kemudian pengembangan tingkat institusional yang berupa pengembangan kelompok nelayan dalam meningkatkan mekanisme kerja dan diskusi kelompok. Serta pengembangan tingkat sistem dengan pemanfaatan teknologi dan alat-alat penangkapan ikan, kapasitas dalam strategi kepemimpinan, dan interaksi sosial nelayan.

The socioeconomic condition of fishermen in Kolakaasi Village describes work activities, relationships in the community and the utilization of assets as capital in developing capacity. Research on the socioeconomic condition of fishermen was carried out to describe the economic activities and social situation of coastal communities in Kolakaasi Village as a form of potential and capacity building to realize community empowerment, especially for the fishing community. They worked in three to four months at the sea. The purpose of this research is to describe the socio-economic conditions of floating chart fishing fishermen and the efforts of fishermen in developing their capacity. This research was conducted using qualitative methods with descriptive types. In-depth interviews were conducted using purposive sampling technique on the criteria of catch fishermen who are floating chart owners and fishermen laborers. The results showed that the fishermen's socio-economic conditions were described by several indicators. First, the identity of the fisherman who owns the floating chart has characteristics as a commercial fisher in a commercial business because the status of the ship owner is able to regulate the operational management of fishing activities and the work patterns of the crew. The marketing strategy is implemented in the local, domestic and export sectors. Fishermen who own motor boats have characteristics as post peasant fisher with traditional post businesses because they use their assets as operational accommodation for floating chart fishermen. Fishermen workers have the characteristics of peasant fisher or subsistence fisher by earning a living to meet their daily needs. Second, fishermen have assets that are used in work, such as operational boats and fishing gear as physical capital, work skills as fishermen and fishing management as human capital, and utilize fishermen groups as a source of self-help and social capital. Third, the economic capital of fishermen is described by the management of financial assets obtained from fishing and other than fishing. The development of fishermen's capacity is described by individual level development as the capacity of human resources (HR) obtained from counseling and work experience. Then the institutional level development in the form of developing fishermen groups in improving work mechanisms and group discussions. As well as developing the system level by utilizing fishing technology and tools, capacity in leadership strategies, and fishermen's social interactions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
En Wu, Chin
"This article explores the relationship between socioeconomic status and support for the opposition by examining six legislative elections in the democratic transition period between 1980 and 1995. We demonstrate how political economic environment, framed by the constitutional, economic, and cross-strait policies of the main parties, influences voters’ vote choice. Before the launching of democratic reforms in 1986, individuals of a higher socioeconomic status tend to embrace democratic values but fail to translate into concrete electoral support for the opposition camp due to the concerns about the potential shocks to the stability of the political economic system. It is only after the onset of democratic reforms that this group begins to reveal their support for the opposition camp. In contrast, the relationship between occupations and vote choices was largely stable in the decade of the 1980s. Both petty bourgeois and blue-collar labor were consistently in favor of the opposition party. With the democratic reforms come to an end and the convergence of the two main parties’ policies, the significant relationship between socioeconomic status and voting choice vanished in the 1992 and 1995 elections."
Taipei: Taiwan Foundation for Democracy, 2021
059 TDQ 18:4 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin
"Sudah 15 tahun Indonesia mengalami stagnasi pertumbuhan di tingkat pendapatan menengah. Untuk menghindari middle income trap Indonesia diharuskan mengubah basis pertumbuhan ke arah produktivitas dimana pengetahuan menjadi sangat penting. Studi ini berupaya menganalisis pengaruh kemampuan kognitif terhadap keputusan berpartisipasi di pendidikan tinggi. Dengan model binomial logit menggunakan data IFLS, ditemukan adanya hubungan positif antara kemampuan kognitif dan keputusan partisipasi ke pendidikan tinggi.

Sudah 15 tahun Indonesia mengalami stagnasi pertumbuhan di tingkat pendapatan menengah. Untuk menghindari middle income trap Indonesia diharuskan mengubah basis pertumbuhan ke arah produktivitas dimana pengetahuan menjadi sangat penting. Studi ini berupaya menganalisis pengaruh kemampuan kognitif terhadap keputusan berpartisipasi di pendidikan tinggi. Dengan model binomial logit menggunakan data IFLS, ditemukan adanya hubungan positif antara kemampuan kognitif dan keputusan partisipasi ke pendidikan tinggi."
Depok: FAkultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ferry Agrayanto Parda Kusuma
"Komersialisasi Bandar Udara (Bandara) Halim Perdanakusuma (HLP) sejak tahun 2014 menyebabkan eksternalitas negatif yang tidak terhindarkan yaitu peningkatan kebisingan pesawat terbang. Pengurangan kebisingan pesawat terbang adalah elemen kunci keberlanjutan bandara. Persepsi risiko mulai dari kebisingan lingkungan sampai sosial ekonomi, dan pola karakteristik masyarakat di permukiman sekitar Bandara HLP menjadi faktor penting yang harus dikaji dalam rangka pengelolaan bandara berkelanjutan.
Tujuan dari riset ini adalah menganalisis kondisi kebisingan, persepsi risiko mulai dari kebisingan lingkungan sampai sosial ekonomi, dan korelasi antara karakteristik responden yang meliputi waktu domisili dan tingkat pendidikan dengan persepsi risiko kebisingan lingkungan di permukiman masyarakat sekitar Bandara HLP.
Desain riset ini adalah cross-sectional dengan metode campuran (kuantitatif dan kualitatif). Tingkat kebisingan lingkungan di permukiman masyarakat sekitar Bandara HLP berdasarkan 16 jam pengukuran kebisingan (67.01─70.19 dBA) tidak memenuhi baku tingkat kebisingan untuk kawasan permukiman (55 dBA) sesuai regulasi.
Output riset ini adalah pemetaan kebisingan Bandara HLP berbasis perhitungan WECPNL (73.80─79.72), kawasan permukiman ideal di sekitar Bandara HLP menariknya terletak di jalur take-off pesawat terbang (berjarak 600 m dari runway 06 HLP dengan WECPNL = 73,80). Persepsi risiko mayoritas responden mulai dari kebisingan lingkungan sampai dengan sosial ekonomi termasuk kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertukaran yang dapat diterima dengan bertempat tinggal di sekitar Bandara HLP. Berdasarkan uji korelasi statistik Kendalls Tau-b diketahui waktu domisili dan tingkat pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap persepsi risiko kebisingan lingkungan.

The commercialization of Halim Perdanakusuma (HLP) Airport since 2014 has caused an inevitable negative externality which is noise aircraft increasing. Aircraft noise abatement is a key element of airport sustainability. The risk perception from environmental noise to social-economic and the characteristics pattern of society settlement in the HLP Airports vicinity are critical factors that must be studied in the framework of sustainable airport management.
The purpose of this research is to analyze noise ambience, risk perception from environmental noise to social-economic, and correlation between respondents characteristics which are domicile time and education level with the environmental noise risk perception in society settlement of HLP Airports vicinity.
This research using a cross-sectional design and mixed-method (quantitative and qualitative). The environmental noise level in society settlements in the HLP Airports vicinity based on 16-hour noise measurement (67.01─70.19 dBA) does not comply with noise level standard for settlement area (55 dBA) based on regulation.
The research output is the HLP Airports noise mapping based on WECPNL calculations (73.80─79.72), the ideal settlement area in the HLP Airports vicinity interestingly located in the flight path for take-off (distance 600 m from runway 06 HLP with WECPNL = 73,80). In the term of risk perception from environmental noise to social-economic, most respondents are in the moderate category which means there is an acceptable trade-off by living in the HLP Airports vicinity. Based on the statistical correlation test using Kendalls Tau-b, the domicile time and education level of respondents did not affect the environmental noise risk perception.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Maharani
"ABSTRAK
Fokus utama dalam penelitian ini adalah menganalisis peran faktor ekonomi, sosial, dan demografis dalam mempengaruhi permintaan terhadap pendidikan tinggi. Model yang dipilih untuk analisis ini adalah model binomial logit. Dengan menggunakan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012, penelitian ini menemukan bagaimana pengaruh biaya langsung, pendapatan yang dikorbankan, dan karakteristik sosial-ekonomi rumah tangga (pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan orang tua), yang dikontrol dengan variabel kemampuan nonkognitif, lokasi tempat tinggal, dan gender, terhadap keputusan individu untuk berpartisipasi di pendidikan tinggi. Biaya langsung dan pendapatan yang dikorbankan terbukti menurunkan probabilitas individu berpartisipasi di pendidikan tinggi secara signifikan, sedangkan karakteristik sosial-ekonomi rumah tangga memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan berpartisipasi di pendidikan tinggi.

ABSTRACT
The main focus of this study is to analyze the role of economic, social, and demographic in influencing the demand for higher education. The model selected for this analysis is a binomial logit model. Using data from Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012, this study found how the influence of direct costs, forgone earnings, and households? socio-economic characteristics (household income and education level of parents), which are controlled by noncognitive ability, location, and gender, on individual's decision to participate in higher education. The direct costs and forgone earnings have significantly lower the likelihood of participation in higher education, while households? socio-economic characteristics have a positive effect on higher educational choice."
2016
S64629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damia Liana
"Inovasi pada suatu daerah akan berdampak pada daerah disekitarnya dikarenakan adanya transfer teknologi antar daerah sehingga akan terbentuk difusi teknologi baru. Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai pengaruh dari inovasi terhadap pertumbuhan ekonomi regional 33 provinsi di Indonesia pada periode 2009-2014. Model spasial error digunakan untuk menganalisis pengaruh inovasi terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Pendidikan digambarkan dengan jumlah angkatan kerja dengan minimal pendidikan strata 1 (S1) digunakan sebagai proksi dari inovasi, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja dan penanaman modal asing digunakan sebagai variabel kontrol bagi pertumbuhan ekonomi regional. Data dari variabelvariabel ini tersedia dari Badan Pusat Statistik Indonesia. Melalui pendekatan spasial ekonometrika didapatkan hasil bahwa inovasi dan TPAK memiliki dampak yang signifikan, namun inovasi memiliki dampak negatif sebesar 0.35% terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Sedangkan untuk penanaman modal asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Innovations in a region will have an impact on the surrounding region due to the transfer of technology between regions that will form the diffusion of new technologies. In this paper will discuss the effect of innovation on regional economic growth from 33 provinces in Indonesia in the period of 2009-2014. Spatial error models used to analyze the impact of innovation on regional economic growth. Education is described by the number of students is used as a proxy of innovation, while the labor force participation rate and foreign investment is used as a control variable for regional economic growth. Data from these variables available from Statistics Indonesia. Through spatial econometric approach showed that innovation and LFPR have a significant impact, but innovation has a negative impact of 0.35% on the growth of regional economies. As for foreign investment does not have a significant effect on regional economic growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paris: UNESCO, 1978
378 INT r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>