Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurfil Laili Murni
"Halusinasi merupakan gejala positif dari skizofrenia yang timbul dari respons maladaptif. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak nyata. Diantara beberapa jenis halusinasi, halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada pasien dengan skizofrenia. Halusinasi pendengaran dapat memberikan dampak yang negatif, terutama jika isi halusinasi merendahkan pasien. Kasus nyata terjadi pada Ny. A (29 tahun) masuk rumah sakit jiwa dengan skizofrenia dan masalah keperawatan halusinasi. Pada saat pengkajian di hari perawatan ke-8, pasien mengatakan masih mendengar suara-suara yang mengancam kepada pasien. Pasien terkadang menjadi emosi dan amarahnya tidak stabil ketika suara tersebut muncul sehingga halusinasinya sulit untuk dikendalikan. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah tindakan keperawatan ners dan penerapan expressive writing. Implementasi dilakukan selama tujuh hari, yakni dua hari pemberian intervensi tindakan keperawatan ners dan lima hari penerapan expressive writing. Evaluasi dilakukan setiap pertemuan menggunakan instrumen tanda dan gejala halusinasi oleh mahasiswa residen FIK UI 2018 dan AVHRS-Q, evaluasi tanda dan gejala halusinasi, dan evaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan expressive writing dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Sehingga penerapan expressive writing apat menjadi salah satu strategi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan halusinasi.

Hallucinations are a positive symptom of schizophrenia that arise from maladaptive responses. Hallucinations are false sensory perceptions or perceptual experiences that are not real. Among several types of hallucinations, auditory hallucinations are most common in clients with schizophrenia. Auditory hallucinations can have a negative impact, especially if the contents of the hallucination demean the client. The real case happened to Mrs. A (29 years) entered a psychiatric hospital with schizophrenia and hallucination nursing problems. At the time of assessment on the 8th day of treatment, the client said he still heard voices threatening the client. The client sometimes becomes emotional and his anger is unstable when the sound appears so that his hallucinations are difficult to control. The implementation of nursing carried out is nursing actions and the application of expressive writing. The implementation was carried out for seven days, namely duo days of nursing interventions and five days of expressive writing. Evaluation is carried out at each meeting using the hallucination signs and symptoms instrument by FIK UI 2018 resident students and AVHRS-Q, evaluation of signs and symptoms of hallucinations, and evaluation of the client's ability to control hallucinations. Researchers concluded that the application of expressive writing can reduce signs and symptoms of hallucinations. So that the application of expressive writing can be one of the strategies in providing nursing care to clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Mansye Soeli
"ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan jiwa kronis yang ditunjukkan dengan adanya perubahan proses pikir, persepsi, perilaku serta penurunan fungsi sosial. Tanda gejala yang muncul diantaranya berupa halusinasi dan risiko perilaku kekerasan. Penanganan kasus ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tanda gejala dan kemampuan pasien halusinasi dan risiko perilaku kekerasan setelah diberikan tindakan keperawatan ners, ners spesialis terapi kognitif perilaku dan latihan asertif dengan menggunakan teori Stuart dan Hubungan Interpersonal Peplau. Penanganan kasus ini menggunakan pendekatan multiple case study yaitu kasus halusinasi dan risiko perilaku kekerasan dengan jumlah pasien 17 orang. Hasil penanganan kasus menunjukan terjadinya penurunan tanda gejala halusinasi dan risiko perilaku kekerasan terutama pada aspek kognitif dan perilaku setelah diberikan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis berupa terapi kognitif perilaku dan latihan asertif dengan menggunakan pendekatan teori Stuart dan Hubungan Interpersonal Peplau. Rekomendasi dari penanganan kasus ini adalah latihan asertif bisa diprioritaskan karena menurunkan tanda gejala lebih banyak pada diagnosis halusinasi dan risiko perilaku kekerasan.ABSTRACT Schizophrenia is a chronic mental disorder characterized by a change of thought processes, perceptions, behaviors and decline in social function. Symptoms that appear include hallucinations and the risk of violent behavior. The handling of this case aims to analyze the change of symptoms and the ability of patients hallucinating and the risk of viole nt behavior after being given nursing actions ners, specialist ners cognitive behavioral therapy and assertiveness training using Stuart 39 s theory and Peplau Interpersonal Relations. The handling of this case using a multiple case study approach that is the case of hallucinations and the risk of violent behavior with the number of patients 17 people. The results of case management showed the decrease of hallucinations symptoms and the risk of violent behavior especially on the cognitive and behavioral aspects after ners and ners specialist treatment were given in the form of behavioral cognitive therapy and assertiveness training using Stuart 39 s theory approach and Peplau Interpersonal Relationship. The recommendation of this case is that assertiveness training can be prioritized because it decreases more symptoms on hallucinatory diagnoses and the risk of violent behavior."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Laura Peby Sinta
"Salah satu gejala positif yang paling banyak ditemui pada klien dengan skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan, terhadap sumber yang tidak nyata. Halusinasi pendengaran merupakan gejala psikosis yang paling banyak terjadi. Dampak dari halusinasi pendengaran yang terjadi pada klien dapat menganggu kehidupan sehari-hari seperti sering mengalami ketakutan, kecemasan, bahkan depresi akibat halusinasi, yang dapat meningkatkan risiko melakukan bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran terkait penerapan intervensi kegiatan bermain catur sebagai distraksi pada Tn M.I dengan halusinasi pendengaran. Intervensi yang diberikan kepada klien yaitu intervensi keperawatan jiwa generalis dengan ditambahkan dengan distraksi dengan kegiatan bermain catur. Pemberian intervensi dilakukan dari tanggal 04 April-14 April 2023. Pengukuran tingkat keparahan halusinasi menggunakan instrument Auditory Vocal Hallucination Rating ScaleQuestionnaire (AVHRS-Q). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat keparahan halusinasi yang dialami dari 9 menjadi 4 dan terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi dari 28 menjadi 12 tanda dan gejala yang tersisa. Penelitian ini membuktikan bahwa kegiatan bermain catur dapat digunakan sebagai salah satu teknik distraksi dalam mengontrol halusinasi yang muncul terutama pada pasien dengan halusinasi pendengaran.

One of the most common positive symptoms in clients with schizophrenia is hallucinations. Hallucinations are a symptom of a mental disorder in the form of a response from the five senses, namely sight, hearing, smell, touch and taste, to sources that are not real. Auditory hallucinations are the most common symptom of psychosis. The impact of auditory hallucinations that occur on clients can interfere with daily life such as often experiencing fear, anxiety, and even depression due to hallucinations, which can increase the risk of committing suicide. The purpose of this study is to provide an overview regarding the application of chess playing interventions as a distraction to Mr. M.I with auditory hallucinations. The intervention given to the client is a generalist psychiatric nursing intervention with added distraction by playing chess. The intervention was carried out from 04 April to 14 April 2023. The measurement of the severity of hallucinations used the Auditory Vocal Hallucination Rating Scale-Questionnaire (AVHRS-Q) instrument. The results showed that there was a decrease in the severity of hallucinations experienced from 9 to 4 and there was a decrease in signs and symptoms of hallucinations from 28 to 12 remaining signs and symptoms. This study proves that playing chess can be used as a distraction technique in controlling hallucinations that appear especially in patients with auditory hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rosa Arlina
"Halusinasi menjadi salah satu gejala yang paling sering muncul dari gangguan jiwa skizofrenia. Gejala ini memberikan stimulus tidak nyata yang mampu merubah persepsi panca indra dan berdampak pada kesehatan jiwa klien. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberhasilan penerapan aktivitas terjadwal yang berfokus pada terapi psikoreligious dzikir terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran dan penglihatan pada Ny.I. Karya ilmiah ini menggunakan instrumen tanda dan gejala halusinasi yang telah dikembangkan mahasiswa residen FIK UI 2018 dan AVHRS-Q. Proses pemberian asuhan keperawatan generalis dilakukan sebanyak 12 pertemuan pada 18 hingga 27 April 2022, 6 pertemuan berfokus pada aktivitas terjadwal dengan dzikir. Hasil yang didapatkan dari intervensi ini yaitu adanya penurunan tanda dan gejala halusinasi dari skor 18 menjadi 2 dan penurunan halusinasi pendengaran dari skor 10 menjadi 2. Intervensi ini terbukti efektif untuk menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran, tetapi kurang efektif pada halusinasi penglihatan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi intervensi yang lebih efektif dalam mengatasi halusinasi penglihatan.

Hallucinations consider as one of the most common symptoms of schizophrenia. This symptom provides an unreal stimulus that can change the perception of the five senses and have an impact on the client's mental health. The aim of this paper is to identify the successful application of scheduled activities that focus on psycho religious dhikr therapy on reducing signs and symptoms of auditory and visual hallucinations in Ny.I. This paper using the instrument of signs and symptoms of hallucinations have been developed by resident students of FIK UI 2018 and AVHRS-Q. The process of providing generalist nursing care was carried out in 12 meetings from 18 to 27 April 2022, with 6 meetings focused on scheduled activities with dhikr. The results obtained from this intervention are a decrease in signs and symptoms of hallucinations from a score of 18 to 2 and a decrease in auditory hallucinations from a score of 10 to 2. This intervention is effective in reducing signs and symptoms of auditory hallucinations, but less effective in visual hallucinations. Further research is needed to identify interventions that are more effective in treating visual hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Fitri Ananda
"Halusinasi merupakan gejala positif dari skizofrenia yang timbul dari respons maladaptif. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak nyata. Diantara beberapa jenis halusinasi, halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada klien dengan skizofrenia. Halusinasi pendengaran dapat memberikan dampak yang negatif, terutama jika isi halusinasi merendahkan klien. Kasus nyata terjadi pada Tn. A (39 tahun) masuk rumah sakit jiwa dengan skizofrenia dan masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Pada saat pengkajian di hari perawatan ke-9, klien mengatakan masih mendengar suara-suara yang mencela dan berkata kasar kepada klien. Klien terkadang menjadi emosi dan amarahnya tidak stabil ketika suara tersebut muncul sehingga halusinasinya sulit untuk di kendalikan. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah tindakan keperawatan ners dan penerapan activity daily living non vokasional. Implementasi dilakukan selama sebelas hari, yakni empat hari pemberian intervensi tindakan keperawatan ners dan tujuh hari penerapan activity daily living tipe non vokasional. Evaluasi dilakukan setiap pertemuan menggunakan instrumen PSYRATS, evaluasi tanda dan gejala halusinasi, dan evaluasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan activity daily living non vokasional efektif terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi. Sehingga penerapan activity daily living non vokasional dapat menjadi salah satu strategi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan halusinasi.

Hallucinations are positive symptoms of schizophrenia that arise from maladaptive responses. Hallucinations are false sensory perceptions or unreal perceptual experiences. Among several types of hallucinations, auditory hallucinations are most common in clients with schizophrenia. Auditory hallucinations can have a negative impact, especially if the content of the hallucination demeans the client. The real case happened to Mr. A (39 years old) was admitted to a mental hospital with schizophrenia and auditory hallucinations nursing problems. At the time of the assessment on the 9th day of treatment, the client said he still heard voices that criticized and said rudely to the client. Clients sometimes become emotional and their anger is unstable when the voice appears so that the hallucinations are difficult to control. The implementation of nursing carried out is the action of nursing nurses and the application of non-vocational daily living activities. Implementation was carried out for eleven days, namely four days of providing nursing interventions for nurses and seven days of implementing non-vocational type daily living activities. Evaluation is carried out at each meeting using the PSYRATS instrument, evaluation of signs and symptoms of hallucinations, and evaluation of the client's ability to control hallucinations. The researcher concluded that the application of non-vocational daily living activities was effective in reducing signs and symptoms of hallucinations. So that the application of non-vocational daily living activities can be one of the strategies in providing nursing care to clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina
"ABSTRAK
Masalah keperawatan terbanyak di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta adalah halusinasi. Asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar belum diterapkan secara optimal. Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan terhadap penurunan intensitas tanda dan gejala halusinasi di RS Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain prepost test, dengan jumlah responden 80 orang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing dengan jumlah responden 40 orang. Intervensi yang dilakukan adalah melatih perawat tentang penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi untuk melaksanakannya pada kelompok intervensi. Setelah pelatihan perawat menerapkan pada klien yang dirawat dalam 5 sesi pertemuan. Kemampuan klien diukur melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor mengontrol halusinasi dan perbedaan intensitas tanda dan gejala sesudah dilakukan intervensi diuji secara statistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor yang bermakna terhadap kemampuan mengontrol halusinasi dan penurunan intensitas tanda dan gejala halusinasi secara bermakna setelah klien dirawat oleh perawat yang telah dilatih (P<0.05). Kemampuan kognitif dan psikomotor mengontrol halusinasi pada klien yang dirawat oleh perawat yang telah dilatih lebih meningkat secara bermakna dibandingkan dengan klien yang dirawat oleh perawat yang belum dilatih. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan menurunkan intensitas tanda dan gejala halusinasi sehingga dapat menurunkan efek lanjut dari halusinasi yang dialami.
Sebagai tindak lanjut disarankan melatih perawat untuk menerapkan standar asuhan keperawatan halusinasi dan menerapkan asuhan keperawatan halusinasi sesuai standar pada seluruh pasien halusinasi yang dirawat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

ABSTRACT
Most of nursing problems at RSJ Dr. Soeharto Heerdjan in Jakarta is hallucination. Hallucination nursing care based on standard has not been applied optimally. The purpose of this research is to describe the effect of applying of hallucination nursing care based on standard of client's cognitive and psychomotor ability in controlling hallucination and minimizing the signs and symptoms of hallucination at RSJ Dr.Soeharto Heerdjan in Jakarta.
The research used a quasi experiment using pre-post test design for 80 respondents. The intervention was designed to nurse who had been trained in applying hallucination nursing care based on standard. After training, nurse was expected to apply intervention to patient in 5 meeting sessions. Patient's ability was measured by a questionnaire which has been tested by validity and reliability tests. The analysis of ability difference on controlling hallucination and difference of sign's and
symptom's intensity after intervention was tested by statistic.
The test result indicated that there was significant different of client's ability in controlling hallucination and minimizing sign's and symptom's intensity of hallucination for client who were cared by nurse who had been trained (P<0.05).
The conclusion of this research is that applying the standardization of nursing care for hallucination could improve the client's cognitive and psychomotor ability in controlling hallucination and minimizing the intensity of sign's and symptom's of hallucination that will reduce a continuing effect of hallucination. As follow-up, it is suggested to apply the standardization of nursing care for hallucination for all hallucination patients which have been taken care at RSJ Dr. Soeharto Heerdjan in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Massachusetts: Clark Unioversity Press, 1955
400 ON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The work aims to provide an overview of the field of contemporary hallucinations research. In that it intends to cover many different types of hallucination, and to approach the subject matter from four different perspectives, i.e., conceptual, phenomenological, neuroscientific, and therapeutic."
New York: Springer, 2012
e20401537
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Riska Amalya
"Halusinasi merupakan salah satu masalah yang banyak dialami oleh klien dengan skizofrenia. Tanda dan gejala yang dialami oleh klien halusinasi salah satunya adalah keluyuran yang menjadi hal mengkhawatirkan bagi keluarga. Keluarga yang merawat klien dengan halusinasi merasakan beban yang cukup berat dalam merawat klien. Adapun sumber beban pengasuh lainnya adalah tidak terpenuhi kebutuhan dan kesulitan dalam memberikan perawatan kepada klien.. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan manajemen kasus spesialis melalui pemberian psikoedukasi keluarga dan terapi suportif berbasis kebutuhan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Metode yang digunakan adalah case series. Manajemen kasus ini dilakukan pada 7 keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, psikoedukasi keluarga, dan terapi suportif. Pengkajian awal pada keluarga menggunakan instrumen Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) untuk mengkaji kebutuhan keluarga. Hasil analisa kasus menunjukkan perubahan pada kebutuhan keluarga yang pada saat sebelum diberikan tindakan tidak terpenuhi menjadi terpenuhi dan juga terjadi perubahan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat puskesmas serta psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat dilakukan oleh perawat spesialis jiwa dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang merawat klien dengan halusinasi.

Hallucinations is one of the problems experienced by many clients with schizophrenia. Signs and symptoms experienced by hallucinations clients, one of which is wandering which is a worrying thing for the family. Families who treat clients with hallucinations feel a considerable burden in caring for clients. The source of the burden of other caregivers is unmet needs and difficulties in providing care to clients. The purpose of writing this scientific paper is to describe case management through the provision of family psychoeducation and supportive therapy based on carers need in caring for clients with hallucinations. The method used is case series. This case management was carried out in 7 families who received general nursing intervention, family psychoeducation, and supportive therapy. The initial assessment of the family used the Camberwell Assessment of Need Short Appraisal Schedule (CANSAS) instrument to assess carers need. The results of case analysis show changes in carers need which at the time before being given unfulfilled actions are fulfilled and there is also a change in the increase in family capacity in caring for clients with hallucinations. General nursing intervention are recommended performed by nurses in community and family psychoeducation and supportive therapy can be carried out by psychiatric nurses to help meet the needs of families caring for clients with hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustien Bayu Ristanti
"Latar Belakang: Halusinasi verbal auditori (HVA) adalah pengalaman mendengar suara tanpa stimulus eksternal dan sering dikaitkan dengan skizofrenia. HVA diperkirakan terjadi sebagai akibat dari ucapan internal yang disalahartikan sebagai bagian dari sumber eksternal karena gangguan pemantauan persepsi verbal pada orang dengan skizofrenia (ODS). Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa ada aktivitas otot bicara ketika pasien skizofrenia berhalusinasi. Hingga saat ini, penelitian serupa belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara halusinasi auditorik verbal dengan kejadian bicara internal yang digambarkan oleh aktivitas elektromiografi otot perioral.
Metode: Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang dan responden dengan HVA dipilih sebagai sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien skizofrenia dengan halusinasi auditorik verbal yang berobat di Poliklinik Jiwa dr. Cipto Mangunkusumo berusia antara 19 - 59 tahun. Dalam penelitian ini, responden yang sehat juga dimasukkan sebagai kelompok kontrol. Aktivitas otot perioral pada masing-masing responden akan direkam dengan elektromiografi selama fase istirahat dan HVA tanpa artikulasi. Pada responden sehat, aktivitas otot perioral dicatat dengan membaca tanpa artikulasi. Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai p < 0,05 menggunakan SPSS ver. 20.
Hasil: Sebanyak 13 dari 21 responden dengan HVA sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dengan rentang usia 18-25 tahun (38,1%) dan memiliki skor 2 (57,1%) pada skala uji P3 PANSS Wilcoxon. menunjukkan perbedaan yang signifikan (perbedaan: 0,0550mV, p=0,009) antara hasil aktivitas otot perioral awal dan hasil aktivitas otot perioral selama HVA. Selain itu, hasil uji chi-square antara HVA dan internal speech menunjukkan hubungan yang signifikan dengan p=0,007.
Kesimpulan: Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hasil aktivitas otot dasar perioral dengan hasil aktivitas otot perioral saat terjadi HVA. Hasil ini membuktikan bahwa pembicaraan internal terjadi selama halusinasi

Background: Auditory verbal hallucinations (HVA) are experiences of hearing sounds without external stimuli and are often associated with schizophrenia. HVA is thought to occur as a result of internal speech being misinterpreted as part of an external source due to impaired monitoring of verbal perception in people with schizophrenia (ODS). Previous studies have suggested that there is speech muscle activity when schizophrenic patients hallucinate. Until now, similar research has never been conducted in Indonesia.
Objective: To determine the relationship between verbal auditory hallucinations and internal speech events described by electromyographic activity of perioral muscles.
Methods: This study used a cross-sectional technique and respondents with HVA were selected as samples using a consecutive sampling technique. Inclusion criteria were schizophrenic patients with verbal auditory hallucinations who were treated at the Mental Polyclinic of dr. Cipto Mangunkusumo is between 19 - 59 years old. In this study, healthy respondents were also included as a control group. Perioral muscle activity in each respondent will be recorded by electromyography during the resting phase and HVA without articulation. In healthy respondents, perioral muscle activity was recorded by reading without articulation. Bivariate data analysis was performed using the Wilcoxon test with a p value <0.05 using SPSS ver. 20.
Results: A total of 13 of the 21 respondents with HVA were mostly male (61.9%) with an age range of 18-25 years (38.1%) and had a score of 2 (57.1%) on the P3 PANSS test scale. Wilcoxon. showed a significant difference (difference: 0.0550mV, p=0.009) between baseline perioral muscle activity results and perioral muscle activity results during HVA. In addition, the results of the chi-square test between HVA and internal speech showed a significant relationship with p=0.007.
Conclusion: The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the results of perioral muscle activity and the results of perioral muscle activity during HVA. These results prove that internal speech occurs during hallucinations
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>