Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140478 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Salma Aulia
"Latar Belakang Semakin banyak orang yang memilih untuk menunda menikah, memiliki anak, dan menjadi orang tua. Simpan beku sel telur adalah teknik yang digunakan untuk mempertahankan kesuburan. Dalam beberapa tahun terakhir, simpan beku sel telur mengalami peningkataan dalam popularitas karena alasan sosial atau non-medis. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan persepsi mahasiswa kedokteran di Indonesia terhadap penyimpanan dan pembekuan sel telur untuk alasan sosial. Metode Ini adalah studi potong lintang berbasis survei terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian berlangsung dari bulan Agustus 2022 sampai dengan bulan Juli 2023. Total responden 102 mahasiswa. Tiga komponen kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data: pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap simpan beku tel telur untuk alasan sosial. Hasil Sebagian besar mahasiswa FKUI memahami mengenai topik kesuburan serta simpan beku sel telur (95%). Mayoritas mahasiswa adalah mahasiswa pre-klinik, dengan 75.6% diantaranya memiliki pengetahuan menengah. Siswa yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim atau Katolik cenderung tidak mengeksplorasi mengenai simpan beku sel telur atau preservasi fungsi fertilitas secara umum. Persepsi mahasiswa tentang aksesibilitas dan keterbukaan teknik simpan beku sel telur terhadap alasan non-medis dipengaruhi oleh pertimbangan mereka untuk melakukan pembekuan oosit yang umumnya positif. Kesimpulan Secara umum, mahasiswa memiliki kesadaran terhadap masalah fertilitas dan simpan beku sel telur. Agama berkaitan dengan sikap, yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa kedokteran di Indonesia terhadap simpan beku telur untuk alasan sosia.

Introduction In today's society, there are more people who choose to put off getting married, having kids, and becoming parents. Cryopreservation of oocytes is a technique used to maintain fertility. Oocyte freezing has, nevertheless, gained popularity in recent years for social or non-medical reasons. This study aims to understand how medical students in Indonesia feel about oocyte freezing for social reasons. Method Between June and July 2023, a cross-sectional survey including 102 female students at the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, was carried out. Three components of a questionnaire were used to collect the data: knowledge, attitude, and perception of oocyte freezing for social reasons. Results Most of the students understood fertility issues as well as oocyte freezing (95%). The majority of students were pre-clinical students, with 75.6% of them having intermediate knowledge. Students who identify as Muslim or Catholic are less likely to explore oocyte freezing or fertility preservation in general. The students' perceptions about the accessibility and openness of oocyte freezing to non-medical reasons were influenced by their consideration to undertake oocyte freezing, which are primarily positive. Conclusion Students are mostly aware of fertility awareness and egg freezing. Religion is associated with attitude, in which can influence the perception of female medical students in Indonesia towards social egg freezing"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Candrika Agyawisnu Yuwono
"Latar Belakang Selain implikasi medis, faktor sosial juga dapat menjadi dorongan bagi individu untuk melakukan prosedur simpan beku oosit (social freezing). Indonesia termasuk dalam jajaran negara yang belum memiliki regulasi terkait dengan implementasi social freezing. Di samping itu, diketahui bahwa sikap dan pemahaman masyarakat terhadap preservasi fungsi fertilitas juga terlihat semakin positif. Sebagai penyedia layanan kesehatan, perspektif dokter spesialis sangat berpengaruh terhadap pengembangan kebijakan ke depannya serta terhadap keputusan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terhadap prosedur social freezing. Metode Penelitan dilakukan dengan metode cross sectional terhadap sejumlah 136 dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia dalam periode Agustus hingga September 2023. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang terdiri atas tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap social freezing. Hasil Mayoritas responden diketahui cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sikap positif terkait preservasi fertilitas dan social freezing (63,9% dan 91,2%). Namun, hanya sebagian kecil dari responden yang menunjukkan frekuensi tinggi terkait prosedur social freezing (28%). Analisis komparatif menemukan perbedaan pada perilaku terkait social freezing berdasarkan tingkatan spesialisasi (p = 0,003), sementara itu tidak ada perbedaan pada durasi praktik (p = 0,742). Selain itu, uji asosiasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak memengaruhi sikap (p = 1,000) dan perilaku responden (p = 0,142). Kesimpulan Profil pengetahuan dan sikap sebagian besar dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terkait social freezing cenderung positif. Namun, profil perilaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terhadap social freezing tergolong rendah.

Introduction Apart from medical implications, social factors can also serve as driving factors for individuals to undergo oocyte cryopreservation. Indonesia is among the countries that currently lack regulations regarding implementation of social freezing. It is evident that societal attitudes and understanding of fertility preservation and age-related concerns are progressively taking on a more positive outlook. As healthcare providers, the perspectives of obstetricians and gynecologists may influence the development of future policies and patient decisions. The objective of this study is to delineate the knowledge profile, attitudes, and behaviors of obstetricians and gynecologists in Indonesia regarding the procedure of social egg freezing. Method The research was conducted using a cross-sectional methodology involving 136 Indonesian obstetrician and gynecologist. The study was carried out over the period from August to September 2023. Data were collected through the distribution of a questionnaire comprising 3 components: knowledge, attitudes, and behaviors related to social freezing. Results The majority of respondents exhibited a tendency towards a good level of knowledge and positive attitudes concerning fertility preservation and social freezing (63.9% and 91.2%, respectively). However, only a small proportion of respondents demonstrated a high frequency associated with the social egg freezing procedure (28%). Comparative analysis revealed significant differences in behaviors related to social egg freezing based on specialization level (p = .003), while no significant differences were identified based on practice duration (p = .742). Furthermore, association tests indicated that knowledge levels did not significantly influence attitudes (p = 1.000) or respondent behaviors (p = .142). Conclusion The majority of obstetricians and gynecologists in Indonesia exhibit predominantly positive knowledge and attitudes regarding social egg freezing. However, their behavioral engagements towards social egg freezing is notably low."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Cindy Anastasia
"Mahasiswa kedokteran FKUI, terutama mahasiswa di tingkat klinik selayaknya mempunyai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang baik terhadap GPPH. Oleh karena, mereka sudah mendapatkan edukasi mengenai GPPH pada saat mereka menjalani pendidikan mereka di tingkat klinik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik di FKUI.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari 683 mahasiswa preklinik dan 469 mahasiswa klinik BEM IKM FKUI dengan menggunakan metode acak sederhana untuk mendapatkan 96 mahasiswa preklinik dan 96 mahasiswa klinik. Kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian dalam bulan September hingga Desember 2013. Kuesioner telah diuji validitas (Pearson alpha > 0.25) dan reliabilitasnya (Cronbach’s alpha > 0.7). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 20 untuk Mac.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasisawa preklinik dan mahasiswa klinik masih memiliki tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang sangat rendah dan rendah. Selain itu, dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dalam domain sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik (p=0.016). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada Modul Praktik Klinik Psikiatri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa klinik untuk bertemu dengan anak dengan GPPH sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

Medical students in FMUI, especially those in clinical level, ought to have good level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD. It is because they have received education about ADHD during their study in clinical level. Thus, this research is aimed to identify the levels of knowledge/understanding, attitude, and perception toward ADHD of preclinical and clinical level students in FMUI.
The research was cross-sectional study. Sample was chosen from 683 preclinical students and 469 clinical students from BEM IKM FMUI by using simple random sampling to get 96 preclinical and 96 clinical students. Questionnaires were distributed to the research subjects from September until December 2013. Questionnaire had been tested for validity (Pearson alpha > 0.25) and reliability (Cronbach’s alpha > 0.7).
The result showed that majority of the respondents had very poor and poor level of knowledge/understanding, perception, and also attitude towards ADHD. Besides, there was significant different in the level of attitude towards ADHD between preclinical and clinical level student (p=0.016). Therefore, improvement to Psychiatry Clinical Practice Module is necessary to be done by giving chance for the clinical level students to meet real ADHD patients so that they could gain better knowledge about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khodijah
"Penelitian ini menggunakan Teori Interaksionisme-Simbolik dari Herbert Blumer guna menganalisis bagaimana persepsi di kalangan mahasiswa Sosiologi UI tentang makna magang dikonstruksikan secara sosial sebagai pengetahuan “baru” untuk memulai karier dengan mengesampingkan kesempatan mengikuti organisasi kampus. Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa alasan mahasiswa melakukan magang adalah kebutuhannya untuk dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan di pasar kerja. Studi lain juga melihat kerentanan dan eksploitasi terhadap pekerja magang. Studi mengenai persepsi magang bagi mahasiswa sudah ada, namun hanya melihat dari segi psikologis sehingga belum mengeksplorasi persepsi tentang makna magang bagi mahasiswa yang ditinjau dari perspektif sosiologis. Studi terdahulu juga belum ada yang membahas persepsi tentang makna magang setelah hadirnya program MBKM di Indonesia. Peneliti beragumen bahwa saat ini magang cukup banyak diminati oleh mahasiswa Sosiologi UI meskipun terdapat isu kerentanan dan ekspoitasi di dalamnya. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling guna menggali lebih dalam makna magang bagi mahasiswa Sosiologi UI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna magang telah dikonstruksikan secara sosial sebagai pengetahuan “baru” bagi mahasiswa Sosiologi UI guna persiapan karir di mana terdapat relevansi kegiatan magang dengan kebutuhan di pasar tenaga kerja. Umpan balik positif yang diterima mahasiswa saat magang juga turut berperan dalam self-indication dari kegiatan magang.

This study uses Herbert Blumer's Theory of Interactionism-Symbolism to analyze how the perception among UI Sociology students about the meaning of internships is socially constructed as "new" knowledge to start a career by ruling out the opportunity to join campus organizations. Previous studies have shown that the reason students do internships is their need to be able to apply knowledge and skills in the job market. Other studies also looked at the vulnerability and exploitation of interns. Studies on the perception of internships for students already exist, but they only look at it from a psychological perspective, so they have not explored the meaning of internships for students from a sociological perspective. Previous studies have also not discussed the perception of the meaning of internships after the presence of the MBKM program in Indonesia. Researchers argue that internships are currently in demand by UI Sociology students even though there are issues of vulnerability and exploitation in them. This study uses a qualitative approach with purposive sampling techniques to explore more deeply the meaning of internships for UI Sociology students. The results of this study show that the meaning of internship has been socially constructed as "new" knowledge for UI Sociology students to prepare for careers which means the internship activities are relevant to their need in the labor market. The positive feedback received by students during the internship also played a role in the self-indication of the internship activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Kurniawan
"Proporsi kelompok usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2 % dari total populasi, secara kuantitatif merupakan aset yang penting bagi pembangunan nasional di masa yang akan datang dan jika status kesehatan fisik dan mental mereka optimal akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa di mana terjadi perubahan fisik (organobiologik), mental dan psikososial yang cepat. Pada saat ini remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru. Adanya perubahan organobiologik disertai ciri khas remaja menimbulkan berbagai masalah, yang diantaranya adalah masalah kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Saat ini reproduksi remaja menjadi masalah karena angka kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual dan pernikahan usia muda menunjukkan peningkatan yang bermakna.
Melihat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup generasi berikutnya dan mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual mahasiswa baru yang berusia 17-19 tahun Unika Atma Jaya serta hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap kesehatan reproduksi dan lingkungan sosial mahasiswa baru tersebut dengan perilaku seksualnya. Hal ini berhubungan pula dengan akan dipersiapkannya mahasiswa Unika Atma Jaya, Jakarta menjadi sumber daya manusia berkualitas bagi pembangunan bangsa, sehingga harus mempunyai status kesehatan yang optimal, baik fisik maupun mental.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran perilaku seksual dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual remaja di antara mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta yang berusia 17-19 tahun.
Desain penelitian ini cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah sampel 395 orang mahasiswa baru angkatan 2000/2001 dan belum menikah. Hipotesis penelitian adalah "Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta".
Hasil penelitian menunjukkan 8,4 % mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual. Dari hasil analisis bivariat dengan Pearson Chi Square, komunikasi dengan kelompok sebaya dengan p = 0,042 dan komunikasi dalam keluarga dengan p = 0,011 mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mahasiswa. Analisis multivariat dengan multi regresi logistik diperoleh bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual mahasiswa baru, setelah dikontrol variabel confounding jenis kelamin dan pendidikan ibu, dengan nilai p=0,007 dan OR =1,8. Artinya mahasiswa yang tidak aktif berkomunikasi dengan keluarga mempunyai kemungkinan untuk berperilaku seksual berisiko 1,8 kali lebih besar dari pada yang aktif berkomunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian itu kepada pimpinan Unika Atma Jaya, Jakarta disarankan agar diadakan seminar tentang kesehatan reproduksi bagi orang tua mahasiswa baru setiap tahun, melakukan pendidikan dan pelatihan kesehatan reproduksi melalui pendekatan kelompok sebaya dan menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti sejauh mana pengetahuan dan persepsi orang tua tentang kesehatan reproduksi serta kemampuannya berkomunikasi. Dan bagi pemerintah disarankan agar pendidikan kesehatan reproduksi diberikan di sekolah-sekolah, kegiatan Karang Taruna, pondok pesantren dan pengajian serta menyediakan informasi kesehatan reproduksi sebanyak-banyaknya melalui media massa.

The Relationship between Knowledge, Attitude and Social Environment with Sexual Behavior in Students of Atma Jaya Indonesia Catholic University, Jakarta In 2000Quantitatively Indonesian age of 10-19 years (adolescence group) is an importance asset for the future national development since they reach up to 22.2 % from over population. Therefore the quality of their mental and physical healthy should be taken care of or event improved.
Adolescent is a stage between childhoods to adulthood, when physicals, mental and psychosocial are changed rapidly. Within this adolescent stage has curiosity and tends to try new things. These changes can cause many problems. One of them is reproductive health.
Reproductive health is a stage of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity in all matters relating to the reproductive system and to its functions and processes. At the present time adolescents reproductive is becoming serious problem because of the increasing rate of unwanted pregnancy and early childbirth, unsafe abortion and sexual transmitted diseases.
Considering the complexity of reproductive health and its effect, the quality of life of next generation, so the writer interested to find out how far sexual behavior of the new student age of 17-19 years and also the relationship between their knowledge, attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior.
The research is conducted to obtain information about sexual behavior description and the relationship between their knowledge and attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior of the new student age of 17-19 years.
The research is cross sectional designed. The data is collected by questionnaires. The sample amount is 395 single new students year 2000/2001. The hypothesis is there are relationship between knowledge, attitude and social environment with sexual behavior of new student Atma Jaya University, Jakarta.
The result shows 8.4 % students ever do sexual intercourse before. The bivariate analysis result of with Pearson Chi-Square, show that the communication with peers (p value = 0.042) and communication with family (p value = 0.011) have a significant correlation. Based on multivariate analysis with Logistic Regression the most significant correlation is communication with family which has p value = 0.007 and OR = 1.8, and controlled by sex and mother education. It means that the students who have not active communication with their family have sexual behavior risk 1.8 times higher than the other one.
According to this research it is recommended to the head of Atma Jaya University to conduct a seminar about adolescent reproductive health for the parent of the new student every year, to educate and to train reproductive health with peer education and to provides a reproductive health service, such as counseling. For other researcher it is also recommended to research how far the knowledge and perception of parents about reproductive health and their communication ability. At last for the government it is suggested that reproductive health education should be taken at junior and senior high school, Karang Taruna activities, Pondok Pesantren and religious activities and provides more information of reproductive health in mass media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Tantia Kinanti
"Kusta merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya stigma. Pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif dibutuhkan agar perawat dapat melakukan deteksi dini dan mengurangi stigma. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap mahasiswa keperawatan terkait penyakit kusta. Penelitian ini menggunakan design studi cross sectional dengan sampel  mahasiswa S1 Reguler FIK UI melalui teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan kuesioner Knowledge and Attitude Toward Leprosy.
Hasil penelitian didapat mayoritas mahasiswa menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Sebanyak 78,6% responden berpengetahuan baik dan 18,1% responden memiliki sikap positif. Uji korelasi spearman menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa keperawatan (p value=0,001; r=0,213). Hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah tolak ukur mengenai tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa keperawatan terkait penyakit kusta.

Leprosy is a disease that can cause stigma. Sufficient knowledge and positive attitudes are needed so nurse can early detect the disease and reduce the stigma of leprosy in community. This study was conducted to identify the relationship of knowledge and attitude of nursing student about leprosy. A cross sectional study used with undergraduate student Faculty of Nursing, Universitas Indonesia batch 2016-2019 through stratified random sampling. The data were collected using Knowledge and Attitude Toward Leprosy questionnaire.
The result showed that majority of the students is moslem and came from Javanese ethnic. Result of this study found 78,6% students had good knowledge and 18,1% students had positive attitude. Spearman correlation test found there significant relationship between level of knowledge and attitudes of nursing students (p value=0,001; r=0,213). The result of this study can be used as a measure the knowledge and attitude of nursing students related to leprosy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki Paranto
"Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran pengetahuan, sikap, persepsi risiko, dan perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia angkatan 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang diikuti sebanyak 118 responden dengan mengisi kuesioner daring menggunakan Google Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan COVID-19 sudah tinggi, tetapi masih rendah mengenai jaga jarak dan kontak erat. Responden pada umumnya memiliki sikap positif dalam mencegah COVID-19, tetapi masih terdapat 28% responden yang takut ketika ingin melakukan tes PCR. Sebagian besar responden mempersepsikan COVID-19 sebagai penyakit yang serius dan khawatir ketika mendengar informasi tentang COVID-19. Responden telah melakukan sebagian besar perilaku pencegahan COVID-19 dengan baik, seperti etika batuk, memakai masker ke luar rumah saat pandemi dan di tempat keramaian, menjaga jarak di tempat keramaian, dan mencuci tangan dengan sabun setelah dari tempat keramaian, sebelum makan, dan sesudah makan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan COVID-19. Perlu meningkatkan edukasi atau sosialisasi yang efektif dan konsisten dan menguatkan penerapan perilaku pencegahan yang masih kurang, terutama menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun minimal 40 detik.

This research explained about the description of knowledge, attitude, risk perception, and behavior of COVID-19 prevention among undergraduate students of University of Indonesia Batch 2020. This research used the quantitative method with cross-sectional study. Sampling was carried out by purposive sampling technique that were joined by 118 respondents with filling out an online questionnaire based on Google Form. The results showed that the respondent’s knowledge about COVID-19 prevention was high, but still low regarding physical distancing and close contact. In general, respondents have a positive attitude in preventing COVID-19, but there are still 28% who are afraid to do a PCR test. Most of the respondents perceived COVID-19 as a serious disease and were worried when they heard information about COVID-19. Respondents have done most of the prevention of COVID-19 well, such as cough etiquette, wearing masks outside the house during pandemic and in crowded places, maintaining distance in crowded places, and washing hands with soap and after going to crowded places, before and after eating. The results showed that there was no significant association between knowledge, attitude, and behavior of COVID-19 prevention. It is necessary to increase effective and consistent education or socialization and strengthen the implementation of prevention behavior that still lack, especially maintaining distance and washing hands with soap for at least 40 seconds."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Anindita
"Anak jalanan di Jakarta merupakan golongan yang rentan terlibat perilaku seksual berisiko yang menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Perilaku ini dipengaruhi oleh pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan mengenai kesehatan reproduksi dan hal-hal terkait seksualitas. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan terhadap berbagai isu terkait seksualitas. Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian subyek dapat menggambarkan pubertas dengan adanya perubahan fisik dan psikososial dari pubertas, pengetahuan subyek yang berusia lebih tua atau berpendidikan lebih tinggi cenderung dapat menyebutkan informasi yang lebih banyak, sebagian besar subyek tidak mengetahui proses fisiologis dari menstruasi, mimpi basah, dan kehamilan. Sumber informasi utama mereka adalah peer group. Subyek memiliki berbagai persepsi terhadap seksualitas seperti hubungan seksual yang dinilai tidak aman karena dimaknai secara konkrit sehingga dikaitkan dengan risiko adanya kekerasan. Sebagian subyek menilai usia remaja adalah usia yang wajar untuk melakukan hubungan seksual, sebagian subyek lain mengaitkannya dengan pernikahan dan dosa. Halhal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, norma deskriptif, norma agama/sosial, proses kognitif. Sepertiga sampel terlibat dalam hubungan seksual dan dua pertiga lainnya belum. Pilihan perilaku ini dipengaruhi pengetahuan, persepsi kognitif, afeksi, norma, dan lingkungan.

Jakarta street children are prone to be exposed to risky sexual behaviors lead to reproductive health problem. These behaviors are influenced by street children's knowledge, perception, and attitude toward reproductive health and issues related to sexuality. This is a qualitative research aimed to attain the description of street children's knowledge, perception, and attitude toward issues related to sexuality. From this research we conclude that some subjects are able to describe puberty in both physical and psychosocial aspects, older or higher educated children tend to be able to mention more information than the other, most subjects do not know the physiologic process of menstruation, wet dream, and pregnancy. Their main information sources are their friends. Subjects have various perceptions on sexuality, as sexual intercourse is perceived unsafe for its relation to violence concretely processed by younger subjects, some subjects perceive sexual intercourse is a common practice among teenager, and some relate it to marriage and sin. These are affected by knowledge, descriptive norm, religion/social norm, and cognitive process. One third of the subjects are involved in sexual intercourse and two third other are not. These behaviors are affected by knowledge, cognitive process, affection, norm, and environment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambudi Andhira Pratama
"Latar Belakang: Penggunaan E-cigarette (rokok elektrik) semakin meningkat di kalangan mahasiswa, meskipun informasi tentang bahayanya telah tersebar luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengetahuan, sikap, dan kepercayaan terhadap E-cigarette pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI). Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keyakinan mahasiswa FKG UI tentang E-cigarette. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross-sectional), dengan pengambilan sample secara purposive berjumlah 119 responden adalah Mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pengiriman kuesioner dilakukan secara daring melalui Whatsapp dan Line. Pada awal kuesioner, ditanyakan pertanyaan awal mengenai karakteristik responden. Selanjutnya, responden diberikan 7 pertanyaan mengenai pengetahuan responden terkait E-cigarette, 4 pertanyaan mengenai kepercayaan responden terkait E-cigarette, 6 pertanyaan mengenai sikap responden terkait E-cigarette, dan 3 pertanyaan mengenai tindakan/practice responden yang merokok terkait dengan E-cigarette. Seluruh data yang terkumpul dianalisis bivariat dengan menggunakan tes Mann-whitney. Hasil: Dari 119 responden yang diteliti terdapat mahasiswa yang aktif menggunakan rokok dan e-cigarette berjumlah 17 mahasiswa, hasil tingkat rerata pengetahuan (4.97 p < 0.001) dan rerata sikap (8.28 p=0.003) mahasiswa kedokteran gigi yang tidak merokok lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pengetahuan (3.24 p < 0.001) dan rerata sikap (6.88 p= 0.003) mahasiswa yang merupakan perokok aktif, sedangkan untuk tingkat rerata kepercayaan (5.71 p < 0.001) mahasiswa yang tidak merokok bernilai hampir sama dengan mahasiswa yang merupakan perokok aktif (5.76 p < 0.001). Kesimpulan: Mahasiswa FKG UI yang tidak merokok memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa FKG UI yang menggunakan rokok tembakau dan E-cigarette.

Background: The use of E-cigarettes is increasing among university students, despite widespread information about its dangers. This study aims to explore the knowledge, attitudes, and beliefs regarding E-cigarettes among students at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia (FKG UI). Objective: To determine the levels of knowledge, attitudes, and beliefs of FKG UI students regarding E-cigarettes. Methods: This research utilized a cross-sectional design, with purposive sampling of 119 respondents who are preclinical students at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. The questionnaire was distributed online through Whatsapp and Line. At the beginning of the questionnaire, initial questions about the characteristics of the respondents were asked. Subsequently, respondents were given 7 questions about their knowledge of E-cigarettes, 4 questions about their beliefs related to E-cigarettes, 6 questions about their attitudes toward E-cigarettes, and 3 questions about the actions/practices of respondents who smoke related to E-cigarettes. All collected data were analyzed bivariately using the Mann-Whitney test. Results: Out of 119 respondents, there were 17 active users of both tobacco and E-cigarettes. The average knowledge level (4.97 p < 0.001) and average attitude (8.28 p=0.003) of non-smoking dental students were higher than the average knowledge level (3.24 p < 0.001) and average attitude (6.88 p= 0.003) of students who were active smokers. However, for the average belief level (5.71 p < 0.001), non-smoking students scored almost the same as active smoking students (5.76 p < 0.001). Conclusion: Non-smoking students at FKG UI have higher levels of knowledge, attitudes, and beliefs compared to FKG UI students who use both tobacco and E-cigarettes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ondeng Sani
"Di Indonesia, indeks ultraviolet berada di angka 8 – 11 dan termasuk ke dalam kategori risiko bahaya yang sangat tinggi sehingga diperlukan perlindungan tambahan untuk perlindungan, yakni tabir surya. Namun, penggunaan tabir surya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terkait paparan sinar matahari dan penggunaan tabir surya pada mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 111 mahasiswa non-kesehatan yang tersebar dalam 9 fakultas di Universitas Indonesia, dengan desain penelitian deskriptif korelasional, pendekatan kuantitatif, dan rancangan cross-sectional. Penelitian ini mengembangkan 2 kuesioner dari CHACES (Cuestionario sobre hábitos, actitudes y conocimientos sobre exposición solar en adolescencia y edad adulta) dan Pramesti. Penelitian ini menggunakan Uji Chi-Square dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa (p = 0,001; α = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan untuk institusi pendidikan membentuk kurikulum terkait kesehatan kulit untuk lintas jurusan dan mempertimbangkan untuk anak sekolah sebagai langkah preventif.

In Indonesia, the ultraviolet index is at 8 – 11 and is included in the category of very high hazard risk so that additional protection is needed, it is sunscreen. However, the use of sunscreen is still low. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and attitudes related to sun exposure and the use of sunscreen in college students. The sample of this study were 111 non-health students spread across 9 faculties at the University of Indonesia, with a correlational descriptive research design, a quantitative approach, and a cross-sectional design. This study developed 2 questionnaires from CHACES (Cuestionario sobre hábitos, actitudes y conocimientos sobre exposición solar en adolescencia y edad adulta) and Pramesti. This study used the Chi-Square Test with the result that there was a significant relationship between the level of knowledge and student attitudes (p = 0.001; α = 0.05). Based on the results of the study, the researchers recommended for educational institutions to form a curriculum related to skin health for cross-majors and consider it for school as a preventive measure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>