Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahrizal
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang anak. Pengasuhan yang memadai sangat penting untuk memastikan perkembangan fisik dan mental anak yang optimal. Peran dan fungsi kedua orang tua perlu ditingkatkan dalam pencegahan terjadinya stunting. Penelitian ini pendekataan cross sectional bertujuan melihat hubungan antara efikasi diri orang tua dan faktor perawatan pelayanan kesehatan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Sampel berjumlah 403 ibu balita yang dipilih melalui multistage/cluster sampling di 13 kecamatan di Kota Tangerang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang sudah diuji validtas dan reliabilitasnya. Hasil univariat variabel dilihat menggunakan distribusi frekuensi sedangkan analisis bivariat yaitu uji T independent, Mann Whitney dan Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua (p=0,004), efikasi diri orang tua (p=0,025), pemeriksaan antenatal (0,001), status imunisasi balita (0,001), faktor perawatan dan pelayanan kesehatan (p=0,018) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistic berganda ditemukan bahwa variabel yang paling berhubungan dengan kejadian stunting yaitu pendapatan orang tua (p=0,009 OR: 5,042; 95%CI 1,486–17,110). Berdasarkan hasil tersebut perlunya keterlibatan aktif dari perawat komunitas dalam mencegah terjadinya masalah stunting dengan meningkatkan promosi kesehatan melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Stunting is a growth and development disorder experienced by a child. Adequate parenting is essential to ensure optimal physical and mental development of children. The role and function of both parents need to be improved in preventing stunting. This cross-sectional study aims to see the relationship between parental self-efficacy and care and health service factors with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The sample amounted to 403 mothers of toddlers who were selected through multistage/cluster sampling in 13 sub-districts in Tangerang City. The instrument used was a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Univariate results of variables were seen using frequency distribution while bivariate analysis, namely independent T test, Mann Whitney and Chi Square, showed that there was a significant relationship between parental income (p=0.004), parental self-efficacy (p=0.025), antenatal examination (0.001), immunization status of toddlers (0.001), care factors and health services (p=0.018) with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The results of multivariate analysis with multiple logistic regression found that the variable most associated with the incidence of stunting was parental income (p=0.009 OR: 5.042; 95%CI 1.486-17.110). Based on these results, there is a need for active involvement from community nurses in preventing stunting problems by increasing health promotion through primary, secondary and tertiary prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Fauzan Nabila
"Siswa yang memiliki efikasi diri dalam keputusan karier akan yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam memilih jurusan kuliah yang tepat. Tinggi rendahnya keyakinan siswa tidak terlepas dari peran orang tua seperti harapan dan dukungan terkait karier. Siswa cenderung mematuhi orang tua karena budaya kolektivis di Indonesia menekankan pentingnya hubungan sosial yang harmonis. Di sisi lain, kepatuhan tersebut dapat membuat siswa merasa tertekan dan terpaksa memilih jurusan yang salah. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 349 siswa Sekolah Menengah Atas Kelas 12. Harapan karier orang tua diukur menggunakan subskala Perceived Parental Expectation pada faktor academic achievement (PPE-AA) dari alat ukur The Living up to Parental Expectation Inventory (LPEI), kongruensi karier remaja-orang tua diukur menggunakan Adolescent-Parent Career Congruence Scale (APCCS), dan efikasi diri dalam keputusan karier diukur menggunakan Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap harapan karier orang tua dan kongruensi dengan orang tua mengenai karier dapat meningkatkan efikasi diri siswa dalam keputusan karier secara bersama-sama, F (2,346) = 41,011, p<0,001. Persepsi siswa mengenai kongruensi karier dengan orang tua lebih mampu meningkatkan efikasi diri siswa dalam keputusan karier dibanding persepsi terhadap harapan karier orang tua. Berdasarkan hasil penelitian ini, orang tua diharapkan terlibat secara aktif dan mendukung karier siswa secara kongruen untuk membantu siswa merasa lebih yakin ketika memutuskan karier.

Students with career decision self-efficacy will believe in their capabilities to do various tasks needed in choosing the right college major. Student’s level of belief is related to their parents’ behavior such as expectations and support regarding career. Indonesia’s collectivist culture emphasizes the importance of harmonious social relations, making students tend to obey their parents. But obedience can also make students feel pressured and forced to choose the wrong major. The total of participants in this study amounts to 349 high school students in grade 12. Parental career expectations are measured by the Perceived Parental Expectation subscale on academic achievement (PPE-AA) from The Living up to Parental Expectation Inventory (LPEI), adolescent-parent career congruence is measured by Adolescent-Parent Career Congruence Scale (APCCS), and career decision self-efficacy is measured by Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). The result of this study indicates that student’s perceptions towards parental career expectations and career congruence between them and their parents simultaneously can increase student’s career decision self-efficacy,
F (2,346) = 41,011, p<0,001. Student’s perceptions of career congruence with their parents are more capable of increasing student’s career decision self-efficacy when compared to student’s perceptions towards parental career expectations. Based on these findings, parents are expected to be actively involved and give congruent support in helping students to be more confident in making career decisions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruddin
"ABSTRAK
Implementasi jenjang karir akan meningkatkan efikasi diri perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman dan persepsi jenjang karir dengan efikasi diri dalam pemberian asuhan keperawatan. Desain penelitian cross sectional eksplorative dengan jumlah sampel 182 perawat diambil dengan teknik simple random sampling. Data dianalis menggunakan uji Korelasi Pearson, Kruskal-Wallis dan Regresi Linear Multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi efikasi diri adalah perawat dengan level PK IV 80 74 dari nilai total, gambaran persepsi perawat pada jenjang karir sudah 82 56 , sedangkan efikasi diri 77,9 167,52 dan pemahman terhadap jenjang karir 75 36 masih dibawah 80 , terdapat hubungan yang bermakna antara pemahaman dengan efikasi diri p

ABSTRACT
The implementation of career ladder will improve nurse rsquo s self efficacy in applying nursing care. The objective of this study was to identify the relationship between understanding of career ladder, the perception of career ladder and self efficacy in applying nursing care. The study was used sectional explorative design and 182 nurses were participated in this study. The Sampling technique in this study was simple random sampling. Pearson correlation, Kruskall Wallis, and Linear Regression Multivariable were employed for data analyzing in this study. The result study was showed that highest level of self efficacy among nurses was in PK IV level 80 , the perception of nurse career ladder was 82 from totally value. The result study also was showed the relationship between understanding of nurse career ladder.
"
2017
T47254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliawita Andrieni
"Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang disebabkan oleh faktor yang bersifat konteks dan penyebab langsung yang akan tampak pada usia 2 tahun. Stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis yang pada jangka pendek berdampak pada meningkatnya kesakitan dan kematian, hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak, adanya ketidak seimbangan dari fungsi-fungsi tubuh, rendahnya kemampuan kognitif, motorik dan bahasa serta dampak jangka panjang berupa postur tubuh yang pendek, obesitas, menurunnya kesehatan reproduksi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. ASI merupakan zat gizi sempurna untuk bayi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui hubungan antara riwayat mendapatkan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting setelah di kontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, dan status gizi pada anak pada usia 24-59 bulan di Kota Cilegon. Penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol pada 273 anak stunting (kasus) dan 546 anak tidak stunting (kontrol). Data diperoleh dari e-PPGBM Kota Cilegon bulan Agustus tahun 2022. Analisis multivariat pada hubungan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting diperoleh nilai aOR 2,55 pada 95% CI 1,337-4,879 setelah dikontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, status gizi, interaksi ASI eksklusif dengan jenis kelamin, dan interaksi ASI eksklusif dengan status gizi. Kandungan zat gizi pada ASI perlu diperhatikan agar anak memperoleh ASI yang cukup secara kualitas dan kuantitas untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Stunting is still a health problem in Indonesia caused by contextual factors and direct causes that will appear at the age of 2 years. Stunting reflects chronic malnutrition which in the short term has an impact on increasing morbidity and mortality, hinders the growth and development of children, there is an imbalance of bodily functions, low cognitive, motoric and language abilities as well as long term impacts in the form of short stature, obesity, decline in reproductive health and will further affect work productivity thereby affecting the quality of human resources. Breast milk is the perfect nutrient for babies according to their growth and development. WHO recommends exclusive breastfeeding in the first 6 months of life. The purpose of this study was to determine the relationship between a history of exclusive breastfeeding and the incidence of stunting after controlling for variables such as gender, LBW status, LBL status, status of getting Vitamin A in children, and nutritional status in children aged 24-59 months in Cilegon City. The study used a case-control study design in 273 stunted children (cases) and 546 non-stunted children (controls). Data were obtained from the Cilegon City e-PPGBM in August 2022. Multivariate analysis on the relationship of exclusive breastfeeding to stunting events obtained an aOR value of 2,55 at 95% CI 1,337-4,879 after controlling for the variables gender, LBW status, PBLR status , status of getting Vitamin A in children, nutritional status, interaction of exclusive breastfeeding with gender, and interaction of exclusive breastfeeding with nutritional status. It is necessary to pay attention to the nutritional content of breast milk so that the child obtains sufficient quality and quantity of breast milk for growth and development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Fatimah
"Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara.
Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.

Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview.
The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirza Feny Rahayu
"Menjadi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan suatu tantangan karena mereka cenderung memiliki perasaan yang dimanifestasikan dalam bentuk kehilangan keberhargaan diri, merasa sedih dan bersalah, sulit menerima dan berduka bahkan berisiko lebih besar untuk mengalami stres dalam pengasuhan atau pendampingan anak. Keadaan ini dapat memengaruhi kondisi psikologis anak yang berdampak negatif pada kemampuan sosial emosional mereka. Padahal, hubungan antara orang tua dengan anak merupakan pengaruh utama yang membentuk kemampuan sosial emosional anak. Oleh sebab itu, sangat diperlukan peranan dan dukungan dari kedua orang tua dalam meminimalkan dampak tersebut dengan penerimaan dari orang tua. Dalam proses penerimaan orangtua, terdapat beberapa aspek yang berkontribusi pada kesehatan mental orang tua, diantaranya parenting self-efficacy yang merupakan keyakinan orang tua bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas mereka sebagai orang tua. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau lebih jauh mengenai pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak berkebutuhan khusus melalui parenting self-efficacy. Penelitian ini melibatkan 291 partisipan dari berbagai daerah di Indonesia. Analisis dilakukan dengan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan parenting self-efficacy terbukti memediasi pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.205) signifikan pada Los 0.05. Begitu pula dengan pengaruh penerimaan orang tua terhadap parenting self-efficacy (B = 0.589) dan pengaruh parenting self-efficacy terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.431) serta pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.338) signifikan pada Los 0.05.

Being the parent of children with special needs is a challenge because they tend to have feelings that are manifested in the form of losing self-worth, feeling sad and guilty, difficult to accept and grieving even at greater risk to experience stress in caring for the children. This situation can affect the childrens psychological condition which negatively impacts their social-emotional abilities. In fact, the relationship between children and parents is the main influence that shapes childrens social-emotional abilities. Therefore, it is very necessary the role and support of both parents in minimizing these impacts with parental acceptance. In the process of parental acceptance, there are several factors that contribute to the mental health of parents, including parenting self-efficacy which is the belief of parents, the ability to carry out their duties as parents. Therefore, the purpose of this study is to further review the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of children with special needs through parenting self-efficacy. This study involved 291 participants from various regions in Indonesia. The analysis was carried out with path analysis. The results of this study found that parenting self-efficacy succeeded in mediating the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of special needs children (B=0.205), significant at Los 0.05. Similarly, the influence of parental acceptance on parenting self-efficacy (B=0.589) and parenting self-efficacy on the social-emotional abilities of children with special needs (B=0.431) and also the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of children with special needs (B=0.338) was significant at Los 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Junalia
"Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas IndonesiaJudul Tesis Pembimbing: :Hubungan antara Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Self Efficacy Anak Usia Sekolah di SD Negeri Kreo 5 TangerangAgus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N.Ns. Poppy Fitriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom. Self efficacy anak usia sekolah merupakan keyakinan kemampuan diri dalam hal akademik, sosial, dan emosional yang dimiliki oleh anak usia sekolah serta berpengaruh terhadap perilaku anak usia sekolah. Self efficacy merupakan faktor penting dalam perkembangan psikologis anak. Pembentukan dan perkembangan self efficacy anak usia sekolah didukung oleh peran orang tua melalui komunikasi antara orang tua dan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan self efficacy pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Responden penelitian ini adalah 152 siswa kelas 4,5, dan 6 SD Negeri Kreo 5 Tangerang yang berumur 10 - 12 tahun. Instrumen yang digunakan kuesioner komunikasi orang tua dan anak dan kuesioner self efficacy anak usia sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan self efficacy anak usia sekolah p value < 0,001, ? 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian promosi kesehatan dan intervensi keperawatan pada anak usia sekolah dan keluarga untuk meningkatkan self efficacy dan komunikasi antara orang tua dan anak.

Counselor The Relationship between Parent Child Communication and Self Efficacy of School Age Children in SDN Kreo 5 TangerangAgus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N.Ns. Poppy Fitriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom. Self efficacy of school aged children is self confidence in the academic, social, and emotional aspects of school aged children and influences the behavior of school aged children. Self efficacy is an important factor in the child 39 s psychological development. The establishment and development of self efficacy of school age children is supported by the role of parents through parent child communication.
This study aimed to determine the relationship between parent child communication and self efficacy in school aged children. This research used cross sectional research design. Sampling with cluster sampling technique. The respondents of this research were 152 students of Kreo 5 State Elementary School grade 4.5, and 6, aged 10 to 12 years old. Instrument used parent child communication questionnaire and self efficacy of school age children questionnaire.
The result of the research showed that there was a relationship between parent child communication and self efficacy of school age children p value
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Felisa
"Tingginya angka ketidaksesuaian karier dengan minat mahasiswa di Indonesia menunjukkan tingkat efikasi diri dalam pemilihan keputusan karier yang rendah di Indonesia. Dalam hal ini, pola asuh orang tua yang tepat dapat menjadi bekal bagi individu untuk mengembangkan efikasi diri, khususnya di bidang karier. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perceived parenting style dan career decision making self-efficacy mahasiswa di Indonesia. Peneliti menggunakan dua instrumen penelitian, yakni Parental Authority Questionnaire (PAQ) dan Career Decision Making Self-Efficacy Indonesia Version (CDMSE-Ind) untuk mendapatkan data terkait variabel tersebut. Penelitian ini melibatkan 146 mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun. Analisis statistik menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pola asuh orang tua otoritatif berkorelasi positif signifikan pada CDMSE (r = 0,411, p < .001). Artinya, semakin tinggi kecenderungan pola asuh otoritatif yang dipersepsikan mahasiswa, semakin tinggi pula tingkat efikasi diri dalam pemilihan keputusan karier. Sedangkan persepsi mahasiswa terhadap pola asuh orang tua otoriter tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa penggunaan pola asuh otoritatif paling tepat untuk menumbuhkan efikasi diri dalam pemilihan keputusan karier individu.

The high rate of career misalignment with student interests in Indonesia indicates a low level of career decision making self-efficacy among Indonesians. In this case, proper parental upbringing can serve as a foundation for individuals to develop self-efficacy, especially in career-related areas. This study aims to determine whether there is a relationship between perceived parenting style and career decision making self-efficacy among university students in Indonesia. The researchers used two research instruments: the Parental Authority Questionnaire (PAQ) and the Career Decision Making Self-Efficacy Indonesia Version (CDMSE-Ind) to collect data on these variables. The study involved 146 students aged 18-25 years. Statistical analysis showed that students' perceptions of authoritative parenting style significantly and positively correlated with CDMSE (r = 0.411, p < .001). This means that the higher the tendency for authoritative parenting perceived by the students, the higher their level of self-efficacy in career decision making. In contrast, students' perceptions of authoritarian parenting style did not show a significant relationship. The study's findings imply that the use of authoritative parenting is most appropriate for fostering self-efficacy in career decision making."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Humaira
"Ibu umumnya berperan sebagai caregiver ketika memiliki balita dengan masalah stunting. Pengalaman ini dapat menimbulkan kecemasan pada ibu yang kemungkinan dipengaruhi oleh efikasi dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 64 ibu sebagai caregiver balita stunting yang didapatkan melalui metode consecutive sampling. Hasil penelitian sebagian besar menunjukkan ibu memiliki efikasi diri tinggi dan kecemasan normal. Analisis data bivariat dengan uji Chi Square menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting (p = 0,348). Penelitian selanjutnya dapat menganalis faktor-faktor lainnya yang mungkin berkontribusi terhadap kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Dari hasil penelitian ini, peningkatan dukungan dan pengetahuan ibu, keluarga, dan masyarakat terkait stunting direkomendasikan.

Mothers generally act as caregivers when they have toddler with stunting problems. This experience can cause anxiety in the mother which may be influenced by her self-efficacy. The aim of this research is to identify the relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler. This study used a cross-sectional approach involving 64 mothers as caregivers of stunting toddler who were obtained through a consecutive sampling method. The research results mostly show that mothers have high self-efficacy and normal anxiety. Bivariate data analysis using the chi square test showed that there was no significant relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler (p = 0,348). Further research can analyze other factors that might contribute to mothers’ anxiety as caregivers of stunting toddler. From the result of this research, increasing support and knowledge of mothers, families, and communities regarding stunting is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>