Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Widi Ramadanang
"Self-Medication atau swamedikasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan yang saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia dan Dunia. Self-Medication atau swamedikasi sendiri merupakan kegiatan pengobatan diri sendiri yang didasarkan pada pengetahuan individu yang diperoleh dari berbagai sumber tanpa adanya konsultasi dengan dokter. Self-Medication atau swamedikasi diawali dengan self-diagnose atau mendiagnosis diri sendiri yang berdasarkan pada sumber non tenaga medis atau tidak berdasarkan pada diagnosis yang dilakukan oleh dokter. Setelah melakukan self-diagnose dan sudah mengetahui perkiraan penyakit yang dialami, selanjutnya pelaku self-Medication atau swamedikasi akan membeli obat untuk penyakit tersebut di toko obat ataupun apotek. Apoteker memiliki peran penting dalam melayani Self-Medication atau swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat di apotek. Dalam pelayanan Self-Medication atau swamedikasi di apotek, apoteker harus terlebih dahulu mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pelaku swamedikasi. hal tersebut dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pelaku swamedikasi di apotek. Proses untuk mengetahui penyakit yang diderita tersebut terlihat seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter dan merupakan wewenang dari dokter. Dalam peraturan perundang-undangan belum disebutkan secara jelas mengenai wewenang apoteker dalam melakukan wawancara kepada pelaku swamedikasi yang bertujuan untuk mengetahui penyakit yang dialami oleh pelaku swamedikasi. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, penelitian ini akan membahas mengenai wewenang apoteker untuk memberikan obat dan diagnosis kepada pasien atau pelaku swamedikasi di apotek dilihat dari peraturan perundang-undangan hukum kesehatan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa wewenang apoteker dalam hal melakukan wawancara untuk menentukan penyakit yang dialami oleh pelaku swamedikasi diperbolehkan dalam peraturan perundang-undangan namun terbatas pada penyakit-penyakit ringan yang dapat diobati dengan obat golongan bebas dan bebas terbatas.

Self-medication is a prevalent practice in Indonesia and worldwide, where individuals diagnose and treat themselves based on their own knowledge without consulting to a doctor. This process begins with self-diagnosis, using non-medical sources rather than a doctor's diagnosis. After self-diagnosing, individuals proceed to purchase medicines for their perceived ailment from pharmacies. Pharmacists play a crucial role in facilitating self-medication by providing assistance to customers in pharmacies. They engage in interviews with individuals to determine their medical condition, resembling a doctor's diagnosis, although the legal framework does not clearly define the authority of pharmacists in conducting these interviews. Through normative juridical research, this study aims to explore the authority of pharmacists to provide medications and diagnoses to self-medication actors in pharmacies within the context of health law legislation. The findings reveal that pharmacists are permitted by the legislation to conduct interviews to identify the illnesses experienced by self-medication actors. However, this authority is limited to minor ailments that can be treated with over-the-counter and limited over-the-counter drugs."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kembaren, Keny Indah Gloria
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kedudukan penggunaan ganja dalam tindakan pengobatan sendiri self-medication di Indonesia. Tindakan self-medication merupakan hal yang sering dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Salah satu bentuk dari self-medication yaitu menggunakan tanaman medis kemudian diolah untuk pengobatan sendiri. Namun telah terjadi penggunaan tanaman dalam upaya self-medication tersebut menggunakan tanaman ganja oleh Fidelis Arie Sudewanto, yang mana hasil olahan ganja tersebut digunakan untuk pengobatan istrinya. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan pokok permasalahan, yaitu: Pengaturan ganja dalam self-medication di Indonesia; Analisis putusan nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pada akhirnya, penulis memperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan self-medication menggunakan ganja tidak dapat dikategorikan sebagai self-medication di Indonesia. Sehingga saat ini pro kontra penggunaan ganja sebagai tanaman medis untuk pengobatan masih perlu dilakukan tataran diskusi di Indonesia. Saran dari penulis adalah agar Kementerian Kesehatan dan istansi terkait lainnya dapat melakukan penelitian terhadap manfaat dan bahaya dari tanaman ganja serta mengoptimalkan hospis dan palliative home care yang terjangkau di seluruh pelosok daerah di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis discusses the legal standing of cannabis use in self medication in Indonesia. The act of self medication is something that is often done by various layers of society. One form of self medication is the use of medical plants and then processed for self medication. But there has been the use of plants in the effort of self medication using marijuana plants by Fidelis Arie Sudewanto, which processed marijuana is used for the treatment of his wife. Based on that problems, the writer tried to describe the main issues, which are The regulations of cannabis in self medication in Indonesia Analysis of Decision Court 111 Pid.Sus 2017 PN.Sag. The research used in this research is normative juridical research. The type of research used is descriptive research. In the end, the writer came to the conclusion that the implementation of self medication action using cannabis can not be categorized as self medication in Indonesia. So now the pros cons of the use of marijuana as a medical plant for treatment still needs to be done at the level of discussion in Indonesia. The writer suggestion are that the Ministry of Health and other relevant agencies can research the benefits and dangers of cannabis crops and optimize the hospice and palliative home care that are affordable throughout the country."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Andini
"Terjadinya pandemi COVID-19 membawa pengaruh terhadap sektor ekonomi. Tingkat kemiskinan di Kota Depok meningkat menjadi 2,58% di tahun 2021. Tingkat penularan yang cepat dan kasus yang meningkat mendorong pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial sehingga berpotensi menurunkan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Self-Medication menjadi salah satu alternatif piliahan yang dilakukan. Tren perilaku mengobati sendiri meningkat di Jawa Barat dari 73,32% di tahun 2019 menjadi 88,28% di tahun 2021. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19 di Kota Depok dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional untuk mengetahui pola dan faktor yang berkontribusi. Pertama adanya kenaikan dilihat dengan membandingkan kondisi sebelum dan selama pandemi COVID-19. Selanjutnya faktor yang berhubungan dianalisis menggunakan uji hubungan dan dilanjutkan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication di Kota Depok meningkat selama pandemi COVID-19. Status pendidikan dan tingkat ekonomi berhubungan signifikan dan menunjukan arah hubungan yang positif dengan pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19. Analisis multivariat menunjukkan variabel tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan dimana semakin tinggi tingkat ekonomi maka pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19 semakin tinggi. Upaya pengawasan praktik self-medication khususnya penggunaan obat tanpa resep dari tenaga kesehatan menjadi hal utama untuk melindungi rumah tangga baik dari bahaya yang dapat ditimbulkan dan dari tambahan beban pengeluaran rumah tangga terutama kondisi pasca pandemi COVID-19.

The occurrence of the COVID-19 pandemic has had an impact on the economic sector. The poverty rate in Depok City increased to 2.58% in 2021. The fast transmission rate and increasing cases have prompted the government to implement a social restriction policy that has the potential to reduce visits to health facilities. Self-medication is one of the alternative choices. The trend of self-medication behavior is increasing in West Java, from 73.32% in 2019 to 88.28% in 2021. This research was conducted to analyze household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic in Depok City using data from the National Socioeconomic Survey to find patterns and contributing factors. First, there is an increase seen by comparing conditions before and during the COVID-19 pandemic. Then the related factors were analyzed using the relationship test, followed by Ordinary Least squares (OLS) regression. The results of the study show that household health expenditures for self-medication in Depok City increased during the COVID-19 pandemic. Educational status and economic level are significantly related and show a positive relationship with household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic. Multivariate analysis shows that the economic level variable has a significant effect, where the higher the economic level, the higher the household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic. Efforts to monitor self-medication practices, especially the use of drugs without a prescription from health workers, are the main thing to do to protect households both from the dangers that can be caused and from the additional burden on household expenses, especially in post-pandemic conditions like COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Salah satu pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan informasi obat (PIO). PIO dapat bersifat aktif maupun pasif. PIO secara pasif salah satunya berupa pembuatan informasi pada pricetag obat-obat Over the Counter (OTC). Obat maag termasuk obat OTC yang sering dikonsumsi oleh pasien. Walaupun begitu, tidak semua pasien telah mengetahui bagaimana cara mengkonsumsi dan aturan pakai obat yang benar. Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk menyediakan informasi obat pada pricetag sediaan padat obat maag serta mengetahui efektivitas dari informasi obat pada pricetag saat kegiatan swamedikasi. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan membuat brosur informasi obat. Pengumpulan data pasien serta evaluasi dilakukan saat pelayanan swamedikasi kepada pasien. Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat pasien yang belum mengetahui aturan dan cara pakai obat maag. Pemberian edukasi saat swamedikasi berlangsung dilakukan dengan bantuan informasi obat yang tertera pada pricetag sehingga dapat dilihat langsung oleh pasien dan memastikan pasien telah memahami aturan pemakaian obat yang benar. Pelayanan informasi obat dengan media brosur informasi pada pricetag obat maag memberikan manfaat dalam hal kemudahan memperoleh informasi obat dengan lebih cepat bagi pasien. Selain itu, pembuatan informasi obat pada pricetag juga mempermudah apoteker dalam melakukan swamedikasi atau pemberian informasi terkait obat kepada pasien.

One of the clinical pharmacy services is drug information services (PIO). PIO can be active or passive. One of the passive ways of PIO is creating information on price tags for Over the Counter (OTC) medicines. Ulcer medication is an OTC drug that is often consumed by patients. However, not all patients know how to consume and the correct rules for using medication. This special task report aims to provide drug information on the pricetag of solid dosage forms of ulcer medicine and to determine the effectiveness of drug information on the pricetag during selfmedication activities. Implementation of special tasks begins with creating drug information brochures. Patient data collection and evaluation are carried out during self-medication services to patients. Based on the evaluation results, there were patients who did not know the rules and how to use ulcer medication. Providing education during self-medication is carried out with the help of drug information listed on the price tag so that it can be seen directly by the patient and ensures that the patient understands the correct rules for using the drug. Drug information services using information brochures on price tags for ulcer drugs provide benefits in terms of making it easier for patients to obtain drug information more quickly. Apart from that, creating drug information on price tags also makes it easier for pharmacists to carry out self-medication or provide drug-related information to patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Apriani
"Tingginya persentase swamedikasi batuk dibandingkan dengan penyakit lain dapat menjadi pemicu timbulnya swamedikasi yang tidak rasional sehingga menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap pasien dewasa terhadap perilaku swamedikasi batuk di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 139 responden dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53,96% responden memiliki pengetahuan yang cukup, 81,29% responden memiliki sikap yang baik, dan 64,03% responden memiliki perilaku yang baik. Terdapat korelasi positif berkekuatan lemah antara pengetahuan swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,285) dan sikap serta korelasi kuat positif antara sikap dan perilaku swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,403). Namun tidak terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi batuk responden (p=0,138; r=1,105). Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap faktor sosiodemografi menunjukkan korelasi yang tidak bermakna (p>0.05). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula sikap swamedikasi batuk responden dan semakin baik sikap swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula perilaku swamedikasi batuk yang ditunjukkan responden. Pada profil swamedikasi responden melakukan swamedikasi karena sudah mengetahui obat yang harus digunakan berdasarkan pengalaman dengan frekuensi swamedikasi dalam 3 bulan terakhir 1-2 kali. Responden memperoleh obat dari apotek dan mengandalkan pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga sebagai informasi obat mereka. Pada penggunaan obat batuk ditemukan responden yang menggunakan obat batuk kering untuk mengobati batuk berdahak

The high percentage of cough self-medication compared to other diseases can trigger irrational self-medication, causing serious health consequences. This study aims to analyze the effect of adult patient's knowledge and attitudes on cough self-medication practice in Jabodetabek. The research design is cross-sectional with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled validity and reliability test. Primary data were collected with 139 samples and analyzed by IBM®SPSS® 25. The results showed that 53.96% of respondents had enough knowledge, 81.29% of respondents had a good attitude, and 64.03% respondents have good practice. The results of the correlation test showed that there was a positive weak correlation between self-medication knowledge (p=0,000; r=0,285) and attitudes and a positive strong correlation between self-medication attitudes and practice (p=0,000; r=0,403). There was no correlation between self-medication knowledge and practice (p=0,138; r=1,105). The relationship between knowledge, attitudes, and practice towards sociodemographic factors showed no significant correlation (p>0.05). Therefore, it can be concluded that the higher respondent's self-medication knowledge, the better the self-medication attitude of respondents and the better self-medication attitude, the better self-medication behavior shown by respondents. In self-medication profile, respondents did self-medication because they already knew drug they used based on experience and self-medication frequency in last 3 months is 1-2 times. Respondents obtained drugs from pharmacies and relied on their personal/family drug use experience as their drug information. It was found that respondents used dry cough medicine to treat coughs with phlegm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Risiko kesalahan penggunaan obat pada praktik swamedikasi untuk pasien anak cukup besar meliputi pemilihan obat hingga regimen dosis yang berdampak negatif pada keselamatan pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, terhadap perilaku pelaksanaan  swamedikasi obat batuk, flu, dan demam pada anak-anak di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Data diperoleh dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel melalui uji validitas dan reliabilitas. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 239 orang tua di Jabodetabek dan dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan pengetahuan (70,7%), sikap (84,1%), dan perilaku (94,6%) yang baik terkait swamedikasi anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = <0.001; r = 0.494), pengetahuan dan perilaku (p = <0.001; r = 0.278), serta sikap dan perilaku (p = <0.001; r = 0.381) terkait swamedikasi anak. Semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi, semakin baik perilaku mereka dalam melakukan swamedikasi pada anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi antara responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan (p <0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan (p >0.05). Studi ini memberikan pemahaman tentang pola swamedikasi pada orang tua di Jabodetabek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi.

The risk of medication errors in self-medication practices for pediatric patients is significant, including issues related to drug selection and dosing regimens that can negatively impact patient safety. Several studies have shown that self-medication practices can be influenced by the level of knowledge and attitudes held by patients. This research aims to analyze the knowledge, attitudes, and practices related to self-medication for cough, flu, and fever medications in children in the Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional with a mixed-methods embedded design. Data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data was obtained from 239 parents in the Jabodetabek area and analyzed using IBM® SPSS® version 26. The research findings indicate that the majority of respondents demonstrated good knowledge (70.7%), attitudes (84.1%), and behaviors (94.6%) regarding self-medication practices for children. There were significant positive correlation between knowledge and attitudes (p = <0.001; r = 0.494), knowledge and behaviors (p = <0.001; r = 0.278), as well as attitudes and behaviors (p = <0.001; r = 0.381) regarding self-medication practices for children. The better the knowledge and attitudes of parents towards self-medication, the better their behaviors in practicing self-medication. There were significant correlation in knowledge, attitudes, and practices related to self-medication among respondents based on age, gender, and income (p <0.05). However, no significant differences were found based on education level and employment status (p >0.05). This study provides insights into the patterns of self-medication practices among parents in the Jabodetabek area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Kartika Untari
"ABSTRAK
Swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat tanpa konsultasi dari dokter, diagnosa, serta peresepannya. Prevalensi swamedikasi yang dilakukan mahasiswa cukup tinggi kemudian disertai dengan ditemukannya masalah terkait praktek swamedikasi. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas media booklet dengan Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) pada responden mahasiswa non Ilmu Kesehatan yang sebelumnya telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan tindakan swamedikasi pada responden ibu-ibu. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah pre-experimental dengan pre-test dan post-test pada responden yang terbagi menjadi kelompok yang melaksanakan CBIA dan kelompok yang diberikan booklet. Respoden yang mengikuti penelitian hingga selesai berjumlah 78 orang (n booklet = 41 orang, n CBIA = 37 orang). Skor pengetahuan, perilaku, dan sikap diukur dengan kuesioner sebelum serta 6 minggu setelah intervensi CBIA dan booklet. Hasil pengukuran menggunakan uji non parametrik Wilcoxon (p<0,05) diperoleh kedua intervensi yaitu CBIA dan booklet mempengaruhi secara bermakna tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pada uji regresi logistik didapatkan bahwa variabel perancu yaitu umur, status semester, dan anggota keluarga yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tidak mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi mahasiswa. Pemberian booklet lebih efektif dibandingkan metode CBIA dalam meningkatkan sikap swamedikasi mahasiswa, namun kedua intervensi tersebut sama efektifnya dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku swamedikasi mahasiswa non Ilmu Kesehatan UNTAN Pontianak.

ABSTRACT
Self-medication is defined as used of medication without obtained diagnose and prescription from physician?s consultation. The prevalence of self-medication at students was high and followed by finding of problems related it practices. This study was conducted to compare the effectiveness of booklet media with Community-Based Interactive Approach method on non Medical students, which previously have been increasing the knowledge and attitude on housewives respondent. This were pre-experimental study by pre-test and post-test design, the respondent were divided into two groups that carry out the CBIA method and given booklet media. Amount of respondent followed the study until finished were 78 people (n booklet = 41, n CBIA = 37). Knowledge, attitude, and behavior score was assessed by questionnaire in pre-intervention immediately and six week after intervention. The questionnaire result was analyzed by using Wilcoxon non parametric test (p<0.05) showed that CBIA and booklet increasing knowledge, attitude, and behavior of self-medication significantly. The results of logistic regression test showed age, year of study, and educational intervention as not factor that influenced self-medication knowledge, attitude, and behavior of student. The influence booklet intervention more effective than CBIA method toward self-medication attitude. However, both of intervention as effective toward self-medication knowledge and behavior of Non Medical Tanjungpura University Students, Pontianak.
"
2013
T36103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Elysia Pramesti
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat khawatir melakukan perawatan gigi dan mulut di praktik dokter gigi akibat khawatir terpapar virus SARS-CoV-2 sehingga dapat menjadikan swamedikasi sebagai pilihan perawatan.
Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik swamedikasi orang tua serta perbedaan praktik swamedikasi dengan berbagai karakteristik orang tua.
Metode: Studi potong lintang kepada 421 orang tua dengan anak usia 0-12 tahun di DKI Jakarta pada Agustus hingga Oktober 2021 menggunakan kuesioner daring berisi 21 pertanyaan. Digunakan uji Chi-Square dan dilanjutkan uji regresi logistik.
Hasil: Mayoritas orang tua (73,9%) melakukan swamedikasi saat pandemi dengan obat yang utama digunakan adalah analgesik dan antibiotik, serta mayoritas mengetahui mengenai efek samping obat terhadap sistem pencernaan. Terdapat perbedaan bermakna praktik swamedikasi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi orang tua, kekhawatiran orang tua ke dokter gigi saat pandemi, dan kemauan (willingness) orang tua membawa anak ke dokter gigi saat pandemi. Tingkat pendidikan orang tua dan kemauan orang tua membawa anak ke dokter gigi saat pandemi merupakan prediktor swamedikasi.
Kesimpulan: Swamedikasi orang tua terhadap masalah gigi dan mulut pada penelitian memiliki prevalensi tinggi namun masih terdapat cara serta pengetahuan yang kurang tepat. Sehingga diperlukannya edukasi kepada orang tua untuk mengurangi risiko swamedikasi, terutama dalam penggunaan antibiotik.

Background: The COVID-19 pandemic has caused people to worry about getting dental care at a dentist's practice due to concerns about the SARS-CoV-2 virus, making self-medication a treatment option.
Objective: To describe the knowledge, attitudes, and practices of parents' self-medication towards children's dental problems and to find out the significant differences in the practice of self-medication with various characteristics of parents.
Methods: A cross-sectional study of 421 parents with children aged 0-12 years in DKI Jakarta from August to October 2021 using an online questionnaire containing 21 questions. Chi-Square test was used and continued with logistic regression.
Results: Most parents (73.9%) self-medicated during the pandemic, with the primary drugs used being analgesics and antibiotics. The majority of parents knew about the side effects of drugs on the digestive system. There are significant differences in the practice of self-medication based on parents' education level, parents' economic level, parents' worries about going to the dentist during the pandemic, and the willingness of parents to take their children to the dentist during the pandemic. The level of parental education and the willingness of parents to take their children to the dentist during a pandemic are predictors of self-medication.
Conclusion: In this study, parents' self-medication towards children's dental problems was highly prevalent, but some parents used inappropriate methods and knowledge. Thus, education is needed to reduce the risk of self-medication, especially in antibiotics.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Aryawan Putra
"Akhir-akhir ini terdapat prevalensi swamedikasi yang tinggi terkait penggunaan obat over the counter (OTC) di kalangan mahasiswa. Swamedikasi tanpa pengetahuan yang tepat dapat berbahaya. Penelitian ini mengevaluasi tindakan tersebut di kalangan mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia dikarenakan mereka dibekali kemampuan literasi informasi dalam memilah informasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan dan praktik swamedikasi mahasiswa serta untuk mengidentifikasi perilaku pencarian informasi mahasiswa terkait obat OTC. Kuesioner online didistribusikan kepada seluruh mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia angkatan 2020 sampai 2023. Dengan teknik stratified sampling di tiap angkatan, terjaring total responden berjumlah 180 orang. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang memadai tentang obat OTC dan mengakses informasi dari sumber yang dianggap kredibel. Selain itu, ditemukan 91,2% responden melakukan swamedikasi, dan 90,6% di antara mereka secara proaktif memeriksa informasi pada kemasan obat. Fenomena ini menandakan kesadaran yang tinggi, namun juga menunjukkan kecenderungan swamedikasi yang kuat di antara mahasiswa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Ilmu Perpustakaan UI memiliki tingkat prevalensi swamedikasi yang tinggi dan sebagian besar memiliki pengetahuan dan praktik yang baik terkait obat OTC. Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam meningkatkan literasi kesehatan untuk mengurangi praktik swamedikasi berisiko dan mendukung penggunaan obat OTC yang lebih aman.

Recently, there has been a high prevalence of self-medication with over-the-counter (OTC) drugs among students. Self-medication without proper knowledge can be dangerous. This study evaluates such practices among Library Science students at Universitas Indonesia due to their information literacy skills in discerning information. The primary objective of this study is to assess the students' knowledge and self-medication practices and to identify their information-seeking behavior regarding OTC drugs. An online questionnaire was distributed to all Library Science students from the 2020 to 2023 cohorts. Using stratified sampling within each cohort, a total of 180 respondents were obtained. The results indicate that the majority of respondents have adequate knowledge about OTC drugs and access information from credible sources. Additionally, 91.2% of respondents engage in self-medication, and 90.6% of them proactively check information on the drug packaging. This phenomenon indicates a high level of awareness but also shows a strong tendency for self-medication among students. The study concludes that Library Science students at Universitas Indonesia have a high prevalence of self-medication and most possess good knowledge and practices regarding OTC drugs. This research aims to contribute to enhancing health literacy to reduce risky self-medication practices and support safer use of OTC dru"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Wismandanu
"ABSTRAK
Praktik swamedikasi antibiotik dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat seperti munculnya efek samping yang tidak diinginkan akibat kesalahan pengobatan serta masalah resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan swamedikasi antibiotik di Indonesia. Studi ini merupakan studi cross sectional yang diambil dari Riskesdas 2013. Analisis dilakukan dengan cox regresi untuk mengetahui nilai hubungan (PRR) antara area tempat tinggal, waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, kepemilikan asuransi dan status ekonomi dengan praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga di Indonesia.
Prevalensi praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia adalah 57,3%. Berdasarkan analisis multivariate, faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik adalah area tempat tinggal, jarak ke fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan meskipun nilai hubungan ini sangat kecil dengan nilai PRR 0,894 (95% CI 0,876-0,912). 0,931, 95% CI 0,931-0,969 dan 1,085, 95% CI 1,063-1,107) secara berturut-turut. Status ekonomi rumah tangga tidak berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya secara tepat perlu dilakukan terutama untuk masyarakat agar perilaku praktik swamedikasi antibiotik tidak lagi dilakukan.

ABSTRACT
Self-medication with antibiotics is one of a public health problem. The objectives of this study are to find the prevalence of self-medication with antibiotics in household and the factors associated with antibiotic self-medication in Indonesia. The cross sectional survey method from Riskesdas 2013 was performed and analyzed with cox regression to find the factors that associated with self ? medication with antibiotic in household in Indonesia.
The prevalence of self-medication with antibiotics on household that store drugs in Indonesia show result 57,3%. Based on multivariate analysis, the factors that associated with self-medication with antibiotics on household in Indonesia are living area, access to health facility and health insurance ownership PRR 0,894 95% CI 0,876-0,912, PRR 0,931, 95% CI 0,931-0,969 and 1,085, 95% CI 1,063-1,107, respectively. Economic status not associated with self-medication with antibiotic in Indonesia. Enhancing the knowledge and appropriate use of drugs especially for people in rural area is important, so that self-medication with antibiotics no longer applied.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>