Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar, termasuk di dalamnya obat narkotika dan psikotropika, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat termasuk narkotika dan psikotropika, PBF merujuk pada ketentuan yang terdapat dalam Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Setiap PBF dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat terutama narkotika dan psikotropika harus memenuhi persyaratan CDOB dan kemudian melakukan pelaporan kepada Badan Pengawaas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan/atau kehilangan narkotika dan psikotropika dari jalur distribusi resmi, serta berbagai bentuk penyalahgunaan lainnya. Oleh karena itu, dilakukan kajian mengenai evaluasi penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di PBF Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Jakarta 3. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk melihat kesesuaian dalam penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di KFTD Cabang Jakarta 3 dengan CDOB. Melalui tugas khusus ini diketahui penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di PBF KFTD Cabang Jakarta 3 sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam CDOB dan Permenkes No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, serta telah menyampaikan laporan bulanan yang diunggah melalui website Sistem Pengawasan Obat BPOM.

Pharmaceutical Distributor (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or drug substances in large quantities, including narcotics and psychotropic drugs, in accordance with law statutes. In procuring, storing and distributing drugs including narcotics and psychotropics, pharmaceutical distributor refers to the regulation contained in the Good Distribution Practice (GDP). Each pharmaceutical distributor in procuring, storing, and distributing drugs, especially narcotics and psychotropics, must meet GDP requirements and then report to the National Agency of Drug and Food Control (BPOM) to prevent deviations and/or loss of narcotics and psychotropics from official distribution channels, as well as various other forms of abuse. Therefore, a study was conducted regarding the evaluation of storage and reporting of narcotics and psychotropics at PBF Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3rd Branch. The purpose of this research was to see the suitability of storage and reporting of narcotics and psychotropics at KFTD Jakarta 3rd Branch with GDP. Through this research it is known that the storage and reporting of narcotics and psychotropics at PBF KFTD Jakarta 3rd Branch has met the requirements set out in the GDP and Permenkes No. 3 of 2015 about Distribution, Storage, Destruction, and Reporting of Narcotics, Psychotropics, and Pharmacy Precursors, and has submitted monthly reports which are uploaded via the Drug Monitoring System website of the BPOM."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Narkotika dan psikotropika merupakan senyawa yang dikategorikan sebagai senyawa yang diawasi dan terkendali, karena risiko penyalahgunaan yang tinggi serta dapat menimbulkan adiksi dan efek buruk pada tubuh, Apoteker memegang peran penting pada proses pengendalian narkotika dan psiktropika yaitu salah satunya pada proses distribusi. Distribusi substansi terkontrol seperti narkotika dan psikotropka tentunya diatur oleh pihak yang berwenang, melalui peraturan seperti Cara Distribusi Obat yang Baik dan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 untuk memastikan substansi tersebut peredaran yang terkendali dan penggunaan dengan tujuan yang tepat. Mengingat hal tersebut, prosedur yang berlaku di Pedangang Distribusi Farmasi selaku distributor narkotika dan psikotropika haruslah sesuai dengan peraturan legal yang berlaku. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi kesesuaian standar operasi prosedur penyaluran narkotika dan psikotropika KFTD cabang 3 dengan peraturan legal. Hasil evaluasi kesesuaian menunjukan bahwa hampir seluruhnya sesuai dengan CDOB dan juga Permenkes No 3 Tahun 2015. Hanya satu poin yang belum tertera pada standar operasi prosedur yaitu pemeriksaan kebenaran komponen surat pesanan berupa tanggal pemesanan. Namun, pada kondisi aktualnya, tetap dilakukan pemeriksan komponen tanggal pemesanan pada surat pesanan.

Narcotics and psychotropics are compounds that are categorized as controlled compounds, due to the high risk of abuse and can cause addiction and adverse effects on the body. Pharmacists play an important role in the process of controlling narcotics and psychotropics, one of which is in the distribution process. The distribution of controlled substances such as narcotics and psychotropic substances is of course regulated by the authorities, through regulations such as Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) and Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 to ensure controlled distribution of these substances and proper use. In view of this, the procedures used by Pharmaceutical Distribution Traders as distributors of narcotics and psychotropics must comply with the applicable legal regulations. In this study, an evaluation of the suitability of standard operating procedures for the distribution of narcotics and psychotropic substances from KFTD branch 3 with legal regulations was carried out. The results of the conformity evaluation show that almost all of them are in accordance with CDOB and Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015. Only one point has not been stated in the standard operating procedure, namely checking the correctness of the components of the order letter which is the order date. However, in actual conditions, the inspection of the order date on the order letter is still being carried out."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrina Irene
"Kimia Farma Tbk. sebagai perusahaan BUMN adalah pemasok dan distributor narkotika yang diizinkan oleh Menteri, yang mana distribusinya dilakukan oleh Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD). Penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi wajib memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik atau disingkat CDOB. KFTD sebagai distributor narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus mengimplementasikan pedoman CDOB dalam penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi agar mampu menjaga keamanan terhadap sediaan dan kemungkinan penyalahgunaan, khasiat, dan mutu sediaan yang akan didistribusi. Laporan ini dibuat sebagai analisa pengimplementasian CDOB terhadap penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi pada Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 3. Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan studi literatur dan observasi melalui pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) milik PT Kimia Farma Trading & Distribution, serta peraturan perundang-undangan. Kesimpulan laporan ini adalah bahwa penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di PBF KFTD cabang Jakarta 3 sudah memenuhi persyaratan CDOB 2020 dan peraturan perundang-undangan.

PT Kimia Farma Tbk. as a state-owned company, it is a supplier and distributor of narcotics permitted by the Minister, whose distribution is carried out by Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD). Storage of narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors must comply with Good Drug Distribution Practices or CDOB for short. KFTD as a distributor of narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors must implement CDOB guidelines in storing narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors in order to be able to maintain the security of the preparations and the possibility of misuse, efficacy and quality of the preparations to be distributed. This report was created as an analysis of the implementation of CDOB on the storage of narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors at Kimia Farma Trading & Distribution, Jakarta 3 branch. The method used in this report is literature study and observation through guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) and PT Kimia Farma Trading & Distribution's Standard Operational Procedures (SOP), as well as statutory regulations. The conclusion of this report is that the storage of narcotics, psychotropics and pharmaceutical precursors at PBF KFTD Jakarta 3 branch has met CDOB 2020 requirements and statutory regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Oktaviani Pravitasari
"Narkotik, Psikotropik, dan Prekursor (NPP) adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang mampu menghilangkan rasa nyeri, besifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada saraf pusat hingga terjadi perubahan aktivitas mental dan perilaku. hilangnya kesadaran, dan ketergantungan berlebihan (Presiden RI, 1997; Presiden RI, 2009; Presiden RI, 2010). Obat-obatan tersebut diawasi secara ketat oleh negara karena sifatnya yang memiliki efek aditif atau ketergantungan jika dikonsumsi dengan dosis berlebih serta sering kali disalahgunakan oleh masyarakat yang kurang memahami akan risiko penggunaannya. Menurut Peraturan BPOM No. 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik, apoteker memiliki tanggung jawab yang besar atas penyimpanan, penyaluran, dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor (NPP) Farmasi di suatu Pedagang Besar Farmasi. Pada sub-bab kualifikasi pelanggan, salah satu peran apoteker di PBF wajib melakukan pemeriksaan surat izin pelanggan dan pemantauan setiap transaksi yang dilakukan outlet secara berkala serta melakukan penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi yang mengarah pada penyalahgunaan. Proses analisis dilakukan dari setiap sudut pandang yang memiliki kemungkinan besar menjadi penyebab jika suatu outlet memiliki beberapa transaksi yang mencurigakan. Beberapa cara untuk mengkualifikasi pelanggan KFTD Tangerang yakni dengan memantau setiap transaksi NPP menggunakan formulir identifikasi kewajaran pemesanan NPP (lampiran 1), sehingga jika terdapat penyimpangan dapat diselidiki penyebab penyimpangan mulai dari posisi geografis outlet seperti outlet memiliki klinik, atau terjadi permasalahan tertentu di daerah tersebut secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penduduk sekitar menderita penyakit yang mengharuskan konsumsi obat tersebut secara signifikan, atau penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan NPP, dll. Serta melakukan pemeriksaan surat izin outlet secara berkala melalui formulir specimen pelanggan KFTD Tangerang (lampiran 2), apabila terdapat perubahan apoteker penanggung jawab atau perpanjangan surat izin di suatu outlet, sehingga perlu dilakukan pembaruan pendataan terkait hal tersebut pada dokumentasi distributor.

Narcotics, Psychotropics and Precursors (NPP) are drugs derived from plants or non-plants, both synthetic and semi-synthetic which are capable of relieving pain, are psychoactive through selective influences on the central nervous system so that changes in mental activity and behavior occur. loss of consciousness, and excessive dependence (President of the Republic of Indonesia, 1997; President of the Republic of Indonesia, 2009; President of the Republic of Indonesia, 2010). These drugs are closely monitored by the state because of their additive or addictive effects if consumed in excess doses and are often misused by people who do not understand the risks of their use. According to BPOM Regulation No. 6 of 2020 concerning Good Drug Distribution Methods, pharmacists have great responsibility for storing, distributing and reporting Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors (NPP) at a Pharmaceutical Wholesaler. In the customer qualifications sub-chapter, one of the roles of the pharmacist in PBF is to check customer licenses and monitor every transaction made by outlets on a regular basis and conduct investigations if irregularities in transaction patterns are found that lead to abuse. The analysis process is carried out from every point of view that has a high probability of being the cause if an outlet has several suspicious transactions. Several ways to qualify KFTD Tangerang customers are by monitoring each NPP transaction using the NPP order fairness identification form (attachment 1), so that if there is a deviation the cause of the deviation can be investigated starting from the geographical position of the outlet such as the outlet having a clinic, or certain problems occur in the area individually. suddenly causing local residents to suffer from illnesses that require significant consumption of these drugs, or deviations that lead to NPP abuse, etc. As well as checking outlet licenses periodically through the Tangerang KFTD customer specimen form (attachment 2), if there is a change in the pharmacist in charge or an extension of the license at an outlet, so it is necessary to update the data collection related to this in the distributor's documentation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haolin Rusnur Efanda
"Laporan ini membahas peran apoteker sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan sediaan farmasi di Pusat Distribusi Farmasi (PBF), terutama terkait produk narkotika. PKPA dilaksanakan di KFTD Cabang Jakarta 2 untuk memahami praktik pengadaan, penyimpanan, dan distribusi produk farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) dan SOAP (Standar Operasional Prosedur). Metode studi literatur dan pengamatan langsung digunakan untuk mengevaluasi implementasi pengelolaan produk narkotika di KFTD 2. Hasilnya menunjukkan bahwa pengelolaan produk narkotika di KFTD 2 telah mematuhi ketentuan yang berlaku, dengan apoteker memainkan peran sentral dalam memastikan kepatuhan terhadap proses distribusi. Meskipun demikian, PKPA berdurasi singkat mengakibatkan keterbatasan dalam pemahaman mahasiswa PKPA terhadap proses seperti stock opname dan pelaporan narkotika bulanan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengoptimalkan waktu yang tersedia agar mahasiswa PKPA dapat memperoleh pengetahuan yang komprehensif dalam praktik distribusi farmasi, khususnya produk narkotika.

This report discusses the pharmacist's role as the responsible party in managing pharmaceutical preparations at the Pharmaceutical Distribution Center (PBF), particularly concerning narcotic products. The Pharmacist Professional Internship (was conducted at KFTD Branch Jakarta 2 to understand the practices of procurement, storage, and distribution of pharmaceutical products in accordance with legal regulations and Good Distribution Practices (CDOB) and Standard Operating Procedures (SOP). Literature review and direct observation methods were employed to evaluate the implementation of narcotic product management at KFTD 2. The results indicated that the management of narcotic products at KFTD 2 complied with applicable regulations, with pharmacists playing a central role in ensuring compliance with distribution processes. However, the short duration of practiced resulted in limitations in students' understanding of processes such as stock-taking and monthly narcotic reporting. Therefore, efforts are needed to optimize the available time so that PKPA students can acquire comprehensive knowledge in pharmaceutical distribution practices, especially regarding narcotic products.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia dinilai cukup tinggi dengan nilai persentase sebesar 1,80% berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya – Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia (PMB-LIPI) pada tahun 2019. Dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019, penyaluran obat narkotika wajib memenuhi ketentuan peraturan dan perundang-undangan dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Namun hanya Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah mendapatkan izin khusus dapat menyalurkan narkotika ke apotek, puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Sehingga, sebagai salah satu langkah antisipasi untuk mencegah penyimpangan dalam jalur distribusi narkotika, apoteker dalam PBF dengan izin khusus tersebut wajib melakukan evaluasi secara berkala terhadap rasionalitas jumlah dan frekuensi pesanan narkotika dari klien PBF terkait. Tujuan dilakukan penelitian dalam tugas ini adalah untuk menilai kewajaran pesanan narkotika dari apotek-apotek yang merupakan klien dari KFTD cabang Bekasi. Penilaian kewajaran dilakukan berdasarkan jumlah dan frekuensi pesanan suatu apotek serta lokasi apotek yang berdekatan dengan suatu fasilitas kesehatan tertentu atau praktik dokter perorangan. Dari 65 apotek, ditemukan sebanyak 7 apotek yang membuat pesanan narkotika dengan jumlah dan frekuensi diatas rata-rata. Namun, berdasarkan penilaian kewajaran terhadap lokasi ketujuh apotek tersebut, semua apotek berada dengan dengan klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit.

The level of narcotics abuse in Indonesia is considered quite high with a percentage value of 1.80% based on the results of a survey by the National Narcotics Agency and the Center for Research on Society and Culture - Indonesian Institute of Science (PMB-LIPI) in 2019. Based on the Food and Drug Supervisory Agency regulation Number 9 of 2019, the distribution of narcotic drugs must comply with the provisions of regulations and legislation and Good Drug Distribution Methods (CDOB). However, only Pharmaceutical Wholesalers (PBF) who have obtained the special permits can distribute narcotics to pharmacies, health centers, hospitals and clinics. Thus, as one of the anticipatory steps to prevent irregularities in the narcotics distribution channel, pharmacists in PBF with special permits are required to carry out regular evaluations of the rationality of the number and frequency of narcotics orders from relevant PBF clients. The aim of the research in this assignment was to assess the fairness of narcotics orders from pharmacies which are the clients of the Bekasi branch of KFTD. The fairness assessment is carried out based on the number and frequency of orders from a pharmacy as well as the location of the pharmacy which is close to a particular health facility or individual doctor's practice. Of the 65 pharmacies, it was found that 7 pharmacies made orders for narcotics with quantities and frequencies above the average. However, based on a reasonable assessment of the locations of the seven pharmacies, all pharmacies are located near health clinics and hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Kurniawan
"Pedagang Besar Farmasi PBF memiliki peran penting dalam penyaluran perbekalan kesehatan untuk mendukung upaya kesehatan dalam masyarakat. Apoteker merupakan salah satu fungsi penting yang harus ada dalam sebuah PBF. Di dalam PBF, Apoteker diberikan tanggung jawab sebagai Apoteker Penanggung Jawab PBF yang bertugas terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat serta untuk memastikan penerapan CDOB. Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT Kimia Farma Trading Distribution bertujuan untuk membantu calon apoteker memahami tugas dan fungsi apoteker di sebuah PBF. Dalam praktik kerja ini juga dilaksanakan tugas khusus yaitu analisis pareto ABC berdasarkan value dan frekuensi. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan metode analisis pengadaan barang yang lebih cocok digunakan untuk KFTD Jakarta-1 agar tidak terjadi penumpukan maupun kekosongan barang.

Pharmaceutical Wholesalers have an important role in the distribution of health supplies to support health in the community. Pharmacists are one of the important functions that must exist in pharmaceutical wholesaler. In pharmaceutical wholesaler, pharmacist responsibles for implementation of the provision of procurement, storage, and distribution of drugs and to ensure the implementation of CDOB. The internship at PT Kimia Farma Trading Distribution aims to help prospective pharmacists understand the duties and functions of pharmacists in a pharmaceutical wholesalers. This internship also carried out a spesific assignment, analysis of pareto ABC based on value and frequency. This analysis is conducted to compare the procurement analysis method that is more suitable to be used for KFTD Jakarta 1 in order to avoid the accumulation or vacancy of goods.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Watty
"ABSTRAK
Pedagang Besar Farmasi PBF merupakan perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan. Dalam melakukan kegiatannya, PBF wajib mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik CDOB yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Dengan mengikuti kegiatan praktik kerja profesi di PT Kimia Farma Trading Distribution Cabang Jakarta-1, calon apoteker dapat memahami peran serta tanggung jawab apoteker dalam memastikan fasilitas distribusi telah menerapkan CDOB, serta mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan seperti analisis pareto dan analisis bad stock.

ABSTRACT
Pharmaceutical wholesalers are licensed corporations that have permission to do the drugs and raw materials procurement, storage, distribution in a large amount in accordance with the provisions of legislation. For doing their activities, pharmaceutical wholesalers are required to implement the Good Distribution Process GDP which aim for quality assurance along the distribution process based on the requirements and the intended use. By conducting the internship at PT Kimia Farma Trading Distribution Branch Jakarta 1, pharmacists can understand our role and responsibility to ensure the distribution facilities implement GDP, and to overcome any problems happened in field, for instance the pareto analysis and bad stock analysis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Yunita
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi untuk memahami tugas dan peran Apoteker di instansi Pedagang Besar Farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul “Evaluasi Penanganan Psikotropika dan Narkotika Berdasarkan Form Inspeksi Diri di PT Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi Periode 3-14 Oktober 2022”, dimana tugas ini bertujuan untuk mengetahui penanganan Psikotropika dan Narkotika di instansi PBF berdasarkan CDOB. Kegiatan evaluasi Penanganan Narkotika dan Psikotropika di KFTD Cabang Bekasi yang meliputi kegiatan Pengadaan, Penyimpanan, Penyaluran, serta Dokumentasi berdasarkan form inspeksi diri.

Pharmacist Professional Work Practice at Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi to understand the duties and roles of Pharmacists in Pharmaceutical Wholesalers agencies. The special assignment given is entitled "Evaluation of Psychotropics and Narcotics Handling Based on the Self-Inspection Form at PT Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi for the period 3-14 October 2022", where this task aims to find out the handling of Psychotropics and Narcotics at PBF agencies based on CDOB. Evaluation activities for Narcotics and Psychotropics Handling at KFTD Bekasi Branch which include Procurement, Storage, Distribution, and Documentation activities based on self-inspection forms."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juise Fennia Putri
"Penyimpanan termasuk ke dalam salah satu dari sembilan aspek CDOB yaitu operasional. Penyimpanan yang tidak tepat atau tidak efektif membuat obat kedaluwarsa tidak terdeteksi dan dapat merugikan rumah sakit, apotek, dan perusahaan besar farmasi. Salah satu obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus adalah produk rantai dingin. Suhu penyimpanan merupakan salah satu parameter kritis pada penyimpanan sediaan CCP (Cold Chain Product), hal ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kestabilan obat untuk mempertahankan atau menjaga khasiat, mutu dan efikasi. Data yang digunakan diperoleh dari penelusuran pustaka, wawancara, dan observasi terhadap kondisi gudang PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2. Penelusuran pustaka diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang cara distribusi obat yang baik dan pedagang besar farmasi. Sistem penyimpanan cold chain produk di PT Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 mayoritas telah sesuai dengan CDOB. Kata Kunci : Penyimpanan, Produk Rantai Dingin, Cara Distribusi Obat yang Baik dan Benar.

Storage is included in one of the nine aspects of CDOB, namely operations. Improper or ineffective storage allows expired medications to go undetected and can be detrimental to hospitals, pharmacies, and large pharmaceutical companies. One drug that requires special storage conditions is cold chain products. Storage temperature is one of the critical parameters in storing CCP (Cold Chain Product) preparations, this is a factor that greatly influences the stability of the drug to maintain or maintain efficacy, quality and efficacy. The data used was obtained from literature searches, interviews, and observations of PT warehouse conditions. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta branch 2. The literature search was obtained from applicable laws and regulations regarding proper distribution of medicines and pharmaceutical wholesalers. The majority of product cold chain storage systems at PT Kimia Farma Trading & Distribution, Jakarta 2 branch are in accordance with CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>