Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranthy Cinthya Rachman
"Tingginya jumlah sampah plastik menjadi masalah yang sangat krusial di Indonesia. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat alternatif material lain yang berasal dari bahan baku hayati dan mampu dimanfaatkan sebagai plastik, yaitu bioplastik. Bioplastik merupakan plastik yang terbuat dari material biologis atau dapat berupa plastik yang lebih mudah didegradasi oleh mikroorganisme. Telah banyak penelitian mengenai bioplastik berbasis pati kulit pisang yang telah dilakukan. Akan tetapi, hasil dari sebagian besar penelitian tersebut menunjukkan bahwa bioplastik berbasis pati kulit pisang memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang baik. Pada penelitian ini, bioplastik berbasis pati kulit pisang diproduksi dengan variasi rasio bahan penguat berupa serat alami dari daun nanas dan lempung untuk meningkatkan sifat fisik dan mekaniknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan komposisi serat daun nanas terhadap total bahan penguat sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20% dengan adanya kontrol positif dan negatif. Karakteristik bioplastik seperti kuat tarik (tensile strength), pemanjangan saat putus (elongation at break), biodegradabilitas, daya serap air, sifat morfologi permukaan, serta interaksi antar bahan telah diamati dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh serat daun nanas terhadap karakteristik bioplastik adalah meningkatkan kuat tarik dan kemampuan degradasi, tetapi menurunkan nilai elongasi. Sementara itu, pengaruh lempung adalah meningkatkan ketahanan air. Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan, komposisi bioplastik terbaik adalah sampel BCS4 dengan komposisi serat daun nanas terhadap total bahan penguat sebesar 20% yang memiliki nilai kuat tarik sebesar 6,52 MPa, nilai elongasi sebesar 13,44%, daya serap sebesar 126,09%, waktu degradasi selama 8 hari. Potensi pemanfaatan bioplastik berbasis pati kulit pisang dengan bahan penguat lempung dan serat daun nanas ini adalah sebagai kemasan polybag tanaman yang dapat ditanam langsung bersama bibit tanaman.

The high amount of plastic waste is a very crucial problem in Indonesia. Based on data from the Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, the annual amount of waste in Indonesia in 2020 was 32 million tons, a rapid increase from previous years due to the COVID-19 pandemic. One effort to overcome this problem is to make alternative materials derived from biological raw materials and can be used as plastics, namely bioplastics. Bioplastics are plastics made from biological materials or can be plastics that are more easily degraded by microorganisms. Many studies on banana peel starch-based bioplastics have been conducted. However, the results of most of these studies show that banana peel starch-based bioplastics have poor physical and mechanical properties. In this study, banana peel starch-based bioplastics were produced with variations in the ratio of reinforcements in the form of natural fibers from pineapple leaves and clay to improve their physical and mechanical properties. To achieve this goal, the composition of pineapple leaf fiber is used for the total reinforcing material of 5%, 10%, 15%, and 20% with positive and negative controls. Bioplastic characteristics such as tensile strength, elongation at break, biodegradability, water absorption, surface morphological properties, and interactions between materials have been observed in this study. The results of this study show the effect of pineapple leaf fiber on bioplastic characteristics is to increase tensile strength and degradation ability but decrease the elongation at break value. Meanwhile, the effect of clay is to increase water resistance. Based on the characterization that has been done, the best bioplastic composition is BCS4 samples with pineapple leaf fiber composition against a total reinforcing material of 20% which has a tensile strength value of 6,52 MPa, elongation value of 13,44%, absorption capacity of 126,09%, degradation time for 8 days. The potential use of banana peel starch-based bioplastics with clay reinforcement materials and pineapple leaf fiber is as a plant polybag packaging that can be planted directly with plant seeds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Varian Setyadi
"Kebutuhan akan media pengemas makanan yang semakin meningkat seiring dengan era disrupsi teknologi, selaras dengan meningkatnya tindakan pencemaran lingkungan yang terbilang tidak terkendali. Salah satu solusinya adalah menggunakan bioplastik. Penelitian ini menggunakan pati kulit pisang tanduk dan cavendish sebagai bahan baku utama pembuatan bioplastik. Pati terlebih dahulu diekstrak dari kulit pisang tanduk dan cavendish, lalu dicampur dengan zat aditif lainnya seperti gliserol dan sorbitol yang bertindak sebagai pemlastis. Penelitian ini dilakukan bermula dari permasalahan terkait pemberian pemlastis gliserol dan sorbitol serta pemanfaatan pati dengan kadar tertentu agar didapatkan formulasi terbaik dalam meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik. Pencampuran antara kedua pemlastis tersebut dilakukan dengan rasio konsentrasi 2:1 (v/v) serta perlakuan yang sama dalam mengekstraksi pati dari kulit pisang. Besar konsentrasi pemlastis yang digunakan sebesar 35% (v/v) dan 70% (v/v) sebanyak 2 ml, serta komposisi massa pati sebesar 3 gram. Hasil uji kadar pati dengan metode Luff Schoorl menunjukkan kadar pati kulit pisang tanduk lebih besar 3% dibandingkan pati kulit pisang cavendish pada usia yang diperkirakan serupa berdasarkan warna kulitnya. Dari uji FTIR ditunjukkan bahwa tiap sampel memiliki gugus fungsi yang terbilang cukup serupa satu sama lain. Sifat fisik diukur dengan beberapa parameter yang saling berkaitan satu sama lain, antara lain ketebalan, daya serap terhadap air, serta biodegradabilitas, dimana sifat fisik terbaik dimiliki oleh sampel S70C. Meskipun hasil ketebalan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun sifat daya serap air menunjukkan sampel S70C serta S70T adalah yang paling rendah, serta biodegradabilitas sampel S70C merupakan yang paling baik, dinilai dari konsistensi kehilangan massanya saat dilalui proses penguburan dalam tanah kompos. Sifat mekanik diukur dengan parameter kekuatan tarik dan elongasi saat putus, dimana nilai kuat tarik terendah pada sampel S35T (0,09 N/mm2) serta yang tertinggi pada sampel S35C (0,23 N/mm2), diikuti oleh S70T (0,21 N/mm2) dan S70C (0,19 N/mm2). Persen elongasi tertinggi pada sampel S70C sebesar 12,83% dan terendah pada S35T sebesar 6,99%. Hasil uji SEM menunjukkan adanya tekstur yang halus hingga sama sekali kasar atau kurangnya kemerataan bahan pembentuk sampel
The need for food packaging media is increasing along with the era of technological disruption, in line with the increasing acts of environmental pollution that are fairly uncontrolled. One solution is to use bioplastics. This study used banana peel starch and cavendish as the main raw materials for making bioplastics. Starch is first extracted from tanduk and cavendish banana peel, then mixed with other additives such as glycerol and sorbitol which act as a plasticizer. This research was conducted starting from problems related to the provision of glycerol and sorbitol plasticizers as well as the use of starch with certain levels in order to obtain the best formulation in improving the physical and mechanical properties of bioplastics. The mixing between the two plasticizers was carried out with a concentration ratio of 2:1 (v/v) as well as the same treatment in extracting starch from banana peels. The concentration of plasticizer used was 35% (v/v) and 70% (v/v) of 2 ml, as well as a starch mass composition of 3 grams. The results of the starch content test with the Luff Schoorl method showed that the starch content of the tanduk banana peel was 3% greater than that of cavendish banana peel starch at a similar age based on the skin color. From the FTIR test, it is shown that each sample has functional groups that are quite similar to each other. Physical properties are measured by several parameters that are interrelated with each other, including thickness, absorption of water, and biodegradability, where the best physical properties are possessed by the S70C sample. Although the thickness results did not show a significant difference, the nature of water absorption showed that S70C and S70T samples were the lowest, and the biodegradability of S70C samples was the best, judged by the consistency of losing mass when going through the burial process in compost soils. Mechanical properties are measured by the parameters of tensile strength and elongation at break, where the lowest tensile strength value in the S35T sample (0,09 N/mm2) and the highest in the S35C sample (0,23 N/mm2), followed by S70T (0,21 N/mm2) and S70C (0,19 N/mm2). Percent of elongation was highest in the S70C sample at 12,83% and lowest in the S35T at 6,99%. SEM test results show the presence of a smooth to completely rough texture or lack of evenness of the sample forming material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Magfirah Ilyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memurnikan bromelain yang diekstrak dari bagian tanaman nanas (Ananas comosus) melalui metode fraksinasi menggunakan garam ammonium sulfat, diikuti dengan proses dialisis dan dilanjutkan dengan tahap pemurnian menggunakan metode kromatografi kolom gel filtrasi. Aktivitas spesifik tertinggi terdapat pada fraksi ammonium sulfat 50-80% (fraksi 3) baik untuk sampel bagian bonggol maupun bagian daging buah nanas, masing-masing adalah sebesar 0,30 U/mg dan 0,21 U/mg. Fraksi 3 dari bagian bonggol memiliki tingkat kemurnian 132,65 kali enzim kasarnya sedangkan fraksi 3 dari bagian daging buah nanas memiliki tingkat kemurnian 108,47 kali dari enzim kasarnya. Proses dialisis memberikan nilai aktivitas spesifik dan tingkat kemurnian enzim tertinggi pada fraksi 3 dari bagian bonggol nanas yaitu sebesar 0,33 U/mg dengan kenaikan tingkat kemurnian menjadi sebesar 141,58 kali enzim kasarnya. Uji kestabilan termal terhadap fraksi enzim hasil dialisis menunjukkan bromelain dari bonggol nanas mengalami inaktivasi pada suhu 80°C, sedangkan bromelain dari daging buah nanas mengalami inaktivasi pada suhu 70°C. Pemurnian lebih lanjut terhadap enzim fraksi 3 dengan metode kromatografi kolom menggunakan Sephadex G-100 menghasilkan kenaikan nilai aktifitas spesifiknya menjadi 1,67 U/mg dengan tingkat kemurnian 720,93 kali dari enzim kasarnya. Enzim bromelain dari bonggol nanas hasil pemurnian diketahui memiliki pH dan suhu optimum berturut-turut : 7,0 dan 37oC. Enzim bromelain dari bonggol nanas diinhibisi oleh EDTA, Hg2+, Cu2+ masing-masing sebesar 29,33% ; 13,88% ; 6,43% dan diaktifkan oleh ion Ca2+dan Na+ masing-masing sebesar 1,62% dan 1,95%.

The aim of this study was to isolate and purify the bromelain extracted from part of pineapple fruit (Ananas comosus) through fractionation method using ammonium sulfate followed by dialysis and then purification using filtration gel of column chromatography method. The highest specific activity on ammonium sulfate fraction was 50-80% (fraction 3) both for the sample of the core and the flesh of pineapple, each was 0,30 U/mg and 0,21 U/mg. The fraction 3 of the core had a purity level 132,65 times of the crude enzyme while fraction 3 of the pineapple flesh had a purity level 108,47 times of the crude enzyme. From the dialysis process found the highest value of specific activity on fraction 3 of the pineapple core of 0,33 U/mg with a purity level of and 141,58 times of the crude enzyme. Effect of increase in temperature caused complete inactivation of enzyme from the pineapple flesh fraction at 70°C, and enzyme from the pineapple core fraction at 80°C. Further purification to the the fraction 3 from the pineapple core using Sephadex G-100 obtained bromelain with specific activity to 1.67 U/mg with a purity level of 720.93 times of the crude enzyme. The temperature and pH optimum of this enzyme was 37oC and 7.0. Proteolytic activity of this enzyme was inhibited by EDTA, Hg2+, Cu2+ each by 29.33%; 13.88%; and 6.43%, but this enzyme was activated by Ca2+ and Na+ ion of 1.62% and 1.95% respectively."
2015
S62588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Febriani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memurnikan enzim bromelain dari bonggol nanas (Ananas comosus) dengan metode pengendapan fraksionasi menggunakan garam ammonium sulfat, diikuti dengan dialisis dan kromatografi kolom gel filtrasi. Fraksi termurni diuji aktifitas antiplatelet dan ditentukan nilai IC50. Tahap ekstraksi menghasilkan enzim kasar dengan aktifitas spesifik 0.0059 U/mg. Tahap fraksionasi pengendapan, menghasilkan fraksi enzim dengan aktifitas spesifik tertinggi pada fraksi 50 ? 80% (ke 3) yaitu sebesar 8.2243 U/mg. Fraksi 3 setelah didialisis menghasil aktifitas spesifik sebesar 8.3118 U/mg. Proses kromatografi menggunakan Sephadex G-50 menghasil fraksi enzim dengan nilai aktifitas spesifik sebesar 8.5177 U/mg pada fraksi pertama (Kr 1). Fraksi Kr 1 diuji aktifitas spesifiknya dengan metode Born dimodifikasi dan menghasilkan persen aggregasi sebesar 70.59% dan persen inhibisi sebesar 24.34%. Nilai IC50 diperoleh sebesar 57.4040 mL/mL PRP.

This study aim to isolate and purify bromelain enzyme from pineapple core (Ananas Comosus) through fractional precipitation by ammonium sulfate, followed by dialysis and column chromatography gel filtration. The purest enzyme fraction is then measured it?s antiplatelet activity and IC50. Crude extract obtain through extraction gives 0.0059 U/mg specific activity. Fraction 3 from fractional precipitation gives the highest specific activity with 8.2243 U/mg and range from 50% to 80%. After dialysis, specific activity increase to 8.3118 U/mg and increased again through chromatography process to 8.5177 U/mg on fraction Kr 1. Antiplatelet activity of Kr 1 is then tested, and has 70.59 % aggregation, 24.34% inhibition and an IC50 value of 57.4040 mL/mL PRP."
2016
S64946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini merupakan pernanfaatari serat nenas sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan komposit otomotif sunvisor tahan api untuk kendaraan/mobiL Bahan penguat kornpeslt dalam percobaan ini berupa bentuk potongan serat nenas degummed sistem acak. Sebagai pengikat untuk membentuk komposit dipilih matriks resin epoksi dan poliuretan, Proses dilakukan dengan sistem hot press moulding denqan tekanan 40 kg/cm2 dan suhu 130°C. Oari hasil penelitian rnenunjukkan bahwa proses degumming pada serat nenas mernpenqaruhi struktur rnorfoloqi serat, sehingga derajat kekristalan serat menjacli lebih tinggi. Untuk pembLiatan komposit dengan serat degummed berpengaruh terhadap peningkatan sifat fisika yang dibuktikan dab hasH uji SEM. Zat aditif untuk mendapatkan sifat tahan api digunakan ZnCI2, KSBN, Na2SiG3 dan MgCI2 bari hasil percobaan diperoleh sifat tahan api relatif baik d'engan proses impregnasi zal aditif, sedangkan denqan cara pelarutan bersama resin pengikat menghasilkan komposit yang tidak tahan api (terbakar). Oari hasil pengujian komposit sun visor serat nenas baik dengan resin epoksi rnaupun poliuretan, disarankan menggunakan Na2Si03 untuk mendapatkan sifat tahan api. Kondisi optimum pernbuatan komposit terseb'ut baik dengan resin epoksi maupun poliuretan meliputi uji tebal, densitas, moisture content, absorpsi air, perubahan ukuran pada kondisi normal dan setelah pemanasan, ketahanan bending dan modulus elastrsitas ((pada kondlsi normal, kondisi suhu 110°C selama 5 menit dan kondisi suhu 50°C selama '48 jam), itahan •api serta sme!/Ii(bau;), memenuhi persyaratan sesuai standar perusahaan otornotlt, Rev 7," Fiberboard for Moulding T~im". Kontinyuitas serat 'nanas diharapkan berjalan baik denga"n harga serat dapat ditekan, rnelalui pengelolaan perkebunan sistem penanaman bergilir dan melakukan budi da.ya sam ping misalnya pembuatan kompJ0s klorofil atau pakan ternak."
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Hafizhah
"Komposit ramah lingkungan telah berkembang dalam empat dekade terakhir karena kebutuhan terhadap material ramah lingkungan meningkat. Salah satu komposit ramah lingkungan adalah penggunaan serat alam sebagai penguat pada komposit. Indonesia memiliki berbagai macam serat alam, salah satunya serat daun nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan serat daun nanas, yang berasal dari Subang, pada sifat tarik dan suhu defleksi komposit polipropilena/serat daun nanas Subang. Serat daun nanas diberi perlakuan awal alkalisasi, sedangkan butiran polipropilena sebagai matriks diekstrusi menjadi bentuk lembaran. Metode pembuatan komposit yang digunakan adalah metode Hot Press.
Hasil uji tarik dan uji Heat Deflection Temperature menunjukkan komposit dengan fraksi berat serat daun nanas 30 wt.% adalah yang terbaik. Nilai nilai kuat tarik, modulus elastisitas an suhu defleksi masing-masing sebesar (64,04 ± 3,91) MPa; (3,976 ± 3,91) GPa dan (156,05 ± 1,77) °C, dengan kenaikan masing-masing 187,36%, 198,60%, 264,72% dibandingkan dengan polipropilena murni. Hasil pengamatan pada permukaan patahan menunjukkan moda kegagalan yaitu serat patah dan kegagalan matriks.

The development of eco-friendly composites has been increasing in the past four decades because the requirement of eco-friendly materials has been increasing. Indonesia has a lot of natural fiber resources and, pineapple leaf fiber is one of those fibers. This experiment aimed to determine the influence of weight fraction of pineapple leaf fibers, that were grown at Subang, to the tensile properties and the deflection temperature of polypropylene/Subang pineapple leaf fibers composites. Pineapple leaf fibers were pretreated by alkalization, while polypropylene pellets, as the matrix, were extruded into sheets. Hot press method was used to fabricate the composites.
The results of the tensile test and Heat Deflection Temperature (HDT) test showed that the composites that contained of 30 wt.% pineapple leaf fiber was the best composite. The values of tensile strength, modulus of elasticity and deflection temperature were (64,04 ± 3,91) MPa; (3,976 ± 3,91) GPa and (156,05 ± 1,77) °C respectively, in which increased 187,36%, 198,60%, 264,72% respectively from the pure polypropylene. The results of the observation on the fracture surfaces showed that the failure modes were fiber breakage and matrix failure.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toho Dustin Sutomo
"Komposit ramah lingkungan merupakan komposit dengan salah satu atau semua unsur penyusunnya merupakan bahan alam. Indonesia dengan keragaman hayati menghasilkan berbagai jenis serat alam sebagai penguat, salah satunya serat daun nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan serat daun nanas Subang pada ketahanan impak dan kekerasan dari komposit polipropilena/serat daun nanas Subang. Perlakuan alkali dilakukan pada serat daun nanas Subang dan komposit difabrikasi dengan metode hot press.
Hasil pengukuran densitas, papan komposit dikelompokkan dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) berdasarkan SNI 01-4449-2006. Hasil uji bakar, impak, dan kekerasan menunjukkan komposit dengan fraksi berat serat daun nanas Subang 40 wt.% adalah komposit terbaik dengan nilai masing masing 14 mm/menit, (31,6 ± 4,5) J/cm2, dan (60,5 ± 2,01) HD. Hasil pengamatan menunjukkan adanya hasil bakar dan fiber pull out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sari Triana
"ABSTRAK
Penumpukan sampah plastik terjadi karena penguraian plastik yang membutuhkan waktu hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Bioplastik merupakan plastik atau polimer yang dapat dengan mudah terdegradasi secara alami. Pati merupakan bahan baku yang paling sering digunakan dalam pembuatan bioplastik karena sifatnya yang murah, dapat diperbarui, dan biodegradable. Namun, film berbahan dasar pati menunjukkan sifat mekanik dan daya tahan air yang buruk. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, pati dapat dikombinasikan dengan material sintetis maupun alami. Nanoselulosa merupakan nanomaterial alami yang berasal dari selulosa dengan keunggulan berupa kuat tarik yang tinggi, kristalinitas yang tinggi, dan luas permukaan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi nanoselulosa, temperatur gelatinisasi, dan pH gelatinisasi terhadap karakteristik bioplastik dan untuk mendapatkan formulasi terbaik dalam pembuatan bioplastik yang sesuai dengan standar kantong plastik. Pati yang digunakan berasal dari tepung tapioka komersial. Nanoselulosa diisolasi dari ampas tebu melalui proses dewaxing menggunakan pelarut benzena-metanol (2:1); bleaching menggunakan NaClO2 1 wt% pada suhu 80 oC selama 3 jam; penghilangan hemiselulosa menggunakan NaOH 17,5% pada suhu ruang selama 2 jam; hidrolisis asam menggunakan HCl 4 M pada suhu 80 oC selama 2 jam; dan ultrasonikasi selama 5 menit. Berdasarkan karakterisasi FTIR dan XRD, metode isolasi nanoselulosa yang dilakukan menghasilkan nanoselulosa dengan tingkat kristalinitas 27,3% dan ukuran kristal 161,424 nm. Sintesis biokomposit dilakukan dengan mencampurkan pati, nanoselulosa, akuades, dan plasticizer gliserol sebanyak 25% b/b. Konsentrasi nanoselulosa divariasikan dengan nilai 0, 1, 3, 5, 10, dan 15% b/b. Berdasarkan karakterisasi awal didapatkan nilai optimal kadar nanoselulosa adalah sebesar 10% b/b dan selanjutnya dijadikan basis dalam penelitian ini. Variasi temperatur terdiri atas 4 tingkatan, yaitu 75, 80, 85, dan 90 oC, sementara itu variasi pH terdiri atas 4 tingkatan, yaitu 4, 3, 2, dan 1, sehingga terdapat 16 unit percobaan. Karakterisasi biokomposit dilakukan dengan pengujian kekuatan mekanik berupa kuat tarik dan elongasi, uji daya serap air, serta uji biodegradabilitas dengan melakukan penguburan material pada tanah (soil burial test). Hasil terbaik diperoleh pada variasi temperatur 75 oC dan pH 3 dengan nilai kuat tarik sebesar 23 kgf/cm2, elongasi sebesar 6,67%, daya serap air sebesar 98%, dan dapat terdegradasi hingga 93,16% dalam waktu 10 hari.

ABSTRACT
Accumulation of plastic waste occurs because it can take hundreds, or even thousands of years to fully decompose. Bioplastics are plastics or polymers that can be easily degraded. Starch is the most common feedstock used to make bioplastic due to its inexpensive, renewable, and biodegradable properties. However, starch-based film exhibits poor mechanical properties and poor water barrier properties. In order to overcome these drawbacks, starch can be mixed with various synthetic and natural materials. Nanocellulose is a natural nanomaterial derived from cellulose consists of attractive properties, such as high tensile strength, high crystallinity, and high surface area. The aim of this research was to study the effect of nanocellulose concentrations, temperature of gelatinization, and pH of gelatinization on the bioplastic characteristics and to obtain the best formulation in making a good quality bioplastic according to the standards of plastic bag. The starch used obtained from commercial tapioca flour. Nanocellulose was isolated from sugarcane bagasse through a dewaxing process using benzene-methanol (2:1); bleaching using NaClO­2 1 wt% at 80 oC for 3 hours; hemicellulose removal using NaOH 17.5% at room temperature for 2 hours, acid hydrolysis using HCl 4 M at 80 oC for 2 hours; and continued with ultrasonication for 5 minutes. Based on FTIR and XRD characterizations, the nanocellulose isolation method produced nanocellulose with a crystallinity level of 27.3% and a crystal size of 161.424 nm. The synthesis of biocomposite is carried out by mixing starch, nanocellulose, distilled water, and glycerol as much as 25% w/w. The nanocellulose concentration was varied with values of 0, 1, 3, 5, 10, and 15% w/w. Based on the initial characterization, the optimal value of nanocellulose concentration was 10% w/w and to be used as the basis for this research. Gelatinization temperature consisting of 4 levels, there are 75, 80, 85, and 90 oC, while gelatinization pH consisting of 4 levels, there are 4, 3, 2, and 1, so that there are 16 experimental units. Biocomposite characterization was carried out by mechanical tests consisting of tensile strength and elongation at break, water absorption test, and soil burial test to determine biocomposite biodegradability. The result show that the gelatinization temperature of 75 oC at pH 3 produces the best characteristic of starch-nanocellulose biocomposite with tensile strength of 23 kgf/cm2, elongation at break of 6.67%, water absorption of 98%, and can be degraded up to 93,16% within 10 days."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Putri
"Enzim bromelain yang terdapat pada berbagai macam jaringan di tanaman nanas Ananas Comusus [L] Merr. . Bonggol nanas akan diambil enzim bromelain untuk dilakukan studi kinetika. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari studi kinetika reaksi enzim bromelain dari pemurnian bonggol nanas, dilakukan uji aktivitas proteolitik dan uji aktivtas proteolitik pengaruh penambahan inhibitor organic PMSF. Tahapan penelitian ini dimulai dari preparasi sampel dilanjutkan dengan mengisolasi enzim bromelain kasar, kemudian dilakukan fraksinasi bertingkat menggunakan garam amonium sulfat, lalu didialisis dan dilanjutkan dengan kromatografi kolom penukar ion dengan CM sephadex C-50 untuk pemurnian enzim. Enzim kasar yang didapatkan dari tahap isolasi memiliki aktivitas spesifik sebesar 45,39 U/mL, enzim hasil fraksinasi bertingkat menghasilkan aktivitas F1, F2, F3 dan fraksi enzim sisa sebesar 88,13 U/mL ; 238,31 U/mL ; 38,03 U/mL dan 35,66 U/mL dinyatakan bahwa F2 hasil fraksinasi memiliki aktivitas spesifik tertinggi. Dilakukan dialisis untuk mengendapkan garam ammonium sulfat yang masih tertinggal pada F2 didapatkan aktivitas spesifik 252,49 U/mL. Pemurnian selanjutnya dengan kromatografi kolom penukar ion CM sephadex C-50 menghasilkan aktivitas spesifik sebesar 427,13 U/mL dengan kemurnian enzim 9 kali dari ekstrak enzim kasar. Uji aktivitas proteolitik bromelain dari bonggol nanas dapat diihibisi dengan adanya penambahan senyawa PMSF.

The bromelain enzyme found in various tissues in the pineapple plant Ananas Comusus L Merr. , On the cobs pineapple will be taken bromelain enzyme for kinetic study. This study aims to learn kinetics studies of bromelain enzyme reactions from purification of pineapple cobs, tested proteolytic activity and proteolytic activity assay effect of addition organic activator of PMSF and cysteine. The stages of this study were started from the sample preparation followed by isolating crude bromelain enzymes, then fractionated with ammonium sulfate salt, then dialized and followed by ion exchanger column chromatography with CM sephadex C 50 for enzyme purification. The crude enzyme obtained from the isolation stage has a specific activity of 45.39 U mL, the stratified fractionation enzyme yields the activity of F1, F2, F3 and residual enzyme fraction of 88.13 U mL 238.31 U mL 38.03 U mL and 35.66 U mL stated that F2 fractionation has the highest specific activity. Dialysis was carried out to precipitate the ammonium sulphate salt remaining in F2 to get specific activity 252,49 U mL. Further purification by ion chromatography of ion exchangers CM sephadex C 50 yielded a specific activity of 427.13 U mL with a purity of 9 times by crude enzyme extracts. The proteolytic activity test of bromelain from pineapple cobs can be significantly increased by the addition of cysteine compounds and inhibited by the addition of PMSF.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Mujahidah Edwar
"

Banyaknya limbah makanan yang dihasilkan masyarakat menjadi salah satu akar permasalahan sampah di Indonesia, khususnya limbah buah dan sayur. Contoh buah dan sayur yang banyak menghasilkan limbah adalah kulit nanas dan batang brokoli, dengan jumlah berturut-turut mencapai 867 dan 572 ton. Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi eko-enzim. Pada penelitian ini, eko-enzim difermentasi menggunakan limbah kulit nanas, batang brokoli, serta campuran antara keduanya (dengan perbandingan 1:1) selama 1, 2, dan 3 bulan. Kemudian, larutan eko-enzim disaring dan menghasilkan karakteristik berupa pH 3,4, BOD  40 ppm, COD 76963 ppm, serta TDS 5465 ppm. Selain itu, berdasarkan hasil uji jenis bakteri menunjukkan bahwa sampel eko-enzim mengandung bakteri hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam limbah minyak bumi. Di sisi lain, sebagai cairan multifungsi, eko-enzim berpotensi dalam pengolahan limbah cair. Oleh karena itu, pada penelitian ini eko-enzim digunakan untuk mengolah air limbah hasil kegiatan pengolahan miyak bumi dengan karakteristik pH 6,3, BOD 108 ppm, dan TDS 2880 ppm. Air limbah tersebut kemudian dicampur dengan eko-enzim menggunakan rasio 1:20, 1:10, dan 3:20, lalu didiamkan agar terjadi penguraian selama 0, 3, 7, dan 28 hari. Hasilnya, penggunaan eko-enzim nanas dengan rasio 1:20 dan waktu penguraian selama 7 hari cukup potensial untuk menurunkan nilai BOD sebanyak 62% dan TDS air limbah hasil kegiatan pengolahan minyak bumi sejumlah 36%, tetapi  memiliki efek samping menurunkan pH. Hasil produksi eko-enzim dari riset ini mampu bersaing dengan eko-enzim komersil dengan keunggulan dari segi pH dan BOD. Selain itu, rasio eko-enzim dengan limbah cair serta waktu penguraian turut mempengaruhi hasil olahan limbah yang diperoleh. Semakin tinggi rasio eko-enzim dengan limbah cair menyebabkan semakin rendah nilai pH dan semakin tinggi nilai TDS hasil olahan limbah, sedangkan variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap BOD. Semakin lama waktu penguraian menyebabkan semakin tinggi nilai pH, serta semakin rendah nilai BOD dan TDS hasil olahan limbah.


Indonesia's waste problems are brought on by the amount of food waste produced by community, especially fruit and vegetable waste. Examples of fruits and vegetables that produce a lot of waste are pineapple peels and broccoli stems, with the amounts reaching 867 and 572 tons, respectively. One effort to reduce the amount of waste is to process it into eco-enzymes. In this study, eco-enzymes were fermented using pineapple peel waste, broccoli stems, and a mixture of those two ingredients (with a ratio of 1:1) for 1, 2, and 3 months. Then, the eco-enzyme solution is filtered and produced characteristics in the form of pH 3,4–3,6, BOD 40–68 ppm, COD 49763–76963 ppm, and TDS 5240–6535 ppm. In addition, based on the results of bacterial-type tests, eco-enzyme samples contain hydrocarbonoclastic bacteria that can degrade hydrocarbon compounds in petroleum. On the other hand, as a multifunctional liquid, eco-enzymes have potential in the treatment of liquid waste. Therefore, in this study, eco-enzymes were used to treat wastewater from petroleum processing activities with characteristics of pH 6,3, BOD 108 ppm, and TDS 2880 ppm. The wastewater was then mixed with eco-enzymes using a ratio of 1:20, 1:10, and 3:20, then left for decomposition in 0, 3, 7, and 28 days. The result shows that the use of pineapple eco-enzyme with a ratio of 1:20 and a decomposition period of 7 days reduced the BOD by 62% and the TDS values of wastewater generated from petroleum processing activities by 36%, but it has the side effect of acidifying the pH. The eco-enzyme produced from this research is able to compete with commercial eco-enzymes, with advantages in terms of pH and BOD. Additionally, the ratio of eco-enzyme to wastewater and the decomposition period also affects the quality of the treated waste. A higher ratio of eco-enzyme to liquid waste leads to lower pH values and higher TDS values in the treated wastewater, while these independent variables do not significantly affect the BOD. A longer decomposition period results in higher pH values, as well as lower BOD and TDS values in the treated wastewater.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>