Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fira Nabilla
"Hipertensi adalah suatu keadaan pasien memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg ketika dilakukan pengukuran darah minimal dua kali dengan jarak satu minggu dan berdasarkan diagnosis dokter. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun 2013.5 Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2021, Penyakit Tidak Menular (PTM) yang memiliki pasien terbanyak adalah hipertensi yaitu sejumlah 5.026 orang. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara berkembang bahkan lebih rendah dari 50%. Kepatuhan minum obat merupakan faktor penentu yang penting dalam keberhasilan terapi terutama pada terapi penyakit tidak menular seperti hipertensi. Profil kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Matraman menunjukkan bahwa sampel dengan kepatuhan sedang memiliki jumlah terbanyak yaitu 24 orang, kemudian sampel dengan kepatuhan tinggi berjumlah 8 orang dan sampel kepatuhan rendah berjumlah 11 orang. Karakteristik sampel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan minum obat berdasarkan hasil uji Chi-square adalah umur (nilai p = 0,040) dan pendidikan terakhir (nilai p = 0,004). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi umur maka kepatuhan semakin rendah dan semakin tinggi pendidikan terakhir maka tingkat kepatuhan semakin tinggi.

Hypertension is a condition in which a patient has blood pressure ≥140/90 mmHg when blood measurements are taken at least twice one week apart and based on a doctor's diagnosis. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) showed an increase in the prevalence of hypertension in Indonesia with a population of around 260 million, which was 34.1% compared to 27.8% in the 2013 Riskesdas. 5 Based on the health profile of the Matraman District Health Center in 2021, noncommunicable diseases The most patients with hypertension are 5,026 people. According to a WHO report in 2003, the average patient adherence to long-term therapy for chronic diseases in developing countries is even lower than 50%. Compliance with taking medication is an important determining factor in the success of therapy, especially in the treatment of non-communicable diseases such as hypertension. The profile of adherence to taking antihypertensive medication in hypertensive patients at the Matraman Health Center shows that the sample with moderate adherence has the highest number, namely 24 people, then the sample with high adherence is 8 people and the sample with low adherence is 11 people. Based on the results of the Chi-square test, the characteristics of the sample that had a relationship with medication adherence were age (p-value = 0.040) and recent education (p-value = 0.004). Observations showed that the higher the age, the lower the compliance, and the higher the last education, the higher the level of compliance. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Jesslyn Gunardi
"Kemunculan dari MDR-TB telah menjadi masalah kesehatan yang penting dan mengancam kontrol TB sedunia. Beberapa faktor resiko dihubungkan dengan perkembangan MDR-TB pada pasien yang pernah menjalani pengobatan TB, termasuk kepatuhan pasien meneruskan pengobatan. Penilitian ini ditujukan untuk mencari bagaimana kepatuhan pasien MDR-TB meneruskan pengobatan sewaktu pengobatan TB yang pertama kali. Selain itu hubungan dengan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal juga diteliti. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan mewawancarai pasien MDR-TB di RS Persahabatan, Jakarta selama bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010 (n=50). Hasil menunjukan bahwa mayoritas pasien patuh meneruskan pengobatan terhadap pengobatan TB yang pertama kali. Penelitian ini menemukan bahwa tidak adanya hubungan antara kepatuhan pasien meneruskan pengobatan dan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal sewaktu pengobatan TB yang pertama kali.

The emergence of MDR-TB has become an important health issue and threatens TB control worldwide. Various risk factors are identified to contribute the development of MDR-TB from previous TB treatment, including patient adherence. This study aims to find out how the MDR-TB patient adherence during their primary TB treatment. In addition, the association with patient compliance is analyzed. This is a cross-sectional study by interview to MDR-TB patients in Persahabatan Hospital, Jakarta during December 2009 until August 2010 (n=50). Results show that majority of the patients adhere to their primary TB treatment. This study finds there is no association between patient adherence and compliance during primary TB treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqa Salsabila
"Indikator penderita obat hipertensi berobat teratur dalam IKS (Indeks Keluarga Sehat) wilayah Puskesmas Harjamukti kota Depok di tahun 2022 hanya mencapai 43,5% sehingga program PTM Hipertensi masih menjadi program utama. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Harjamukti dan juga melihat faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong pada kepatuhan minum obat antihipertensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan total sampel sebanyak 150 orang pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Harjamukti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% pasien hipertensi di Puskesmas Harjamukti memiliki kepatuhan yang rendah dan hanya 16,7% dari total responden yang memiliki kepatuhan tinggi. Perlu dilakukan penyuluhan lebih mendalam terkait alat bantu kepatuhan minum obat, juga membangun sistem pengingat minum obat di Puskesmas Harjamukti.

The indicator for hypertension patients taking regular medication in the IKS (Indeks Keluarga Sehat) area of the Harjamukti Primary Health Care, Depok in 2022 only reach 43.5%, the Non-communicable Disease Hypertension program is still the main program of Harjamukti Primary Health Care. This research was conducted with the aim of knowing the description of patient’s adherence in taking antihypertensive medication at the Harjamukti Primary Health Care and also to see the predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors in the adherence to antihypertensive medication. The research method used is quantitative with a descriptive cross-sectional study design. Data collection was carried out using a questionnaire with a total sample of 150 hypertension patients in Harjamukti Primary Health Care working area. The results showed that 64% of hypertensive patients at the Harjamukti Community Health Center had low adherence, and only 16,7% of them are having high adherence. It is necessary to provide more in-depth education regarding adherence supporting tools, as well as establishing a medication reminder system in the Harjamukti Primary Health Care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Andreas
"Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia dengan prevalensi dan derajat keparahan yang cukup tinggi.
Penyakit karies gigi, kelainan periodontal, dan gangguan traumatik yang kronis dapat menyebabkan kelainan pada pulpa gigi yang akhirnya memerlukan perawatan endodontik. Salah satu jenis perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar yaitu perawatan gigi dengan cara pengangkatan seluruh jaringan pulpa gigi. Di dalam perawatan saluran akar terutama pada perawatan endodontik konvensional diperlukan waktu kunjungan yang berulangkali yaitu antara 3 - 4 kali. Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus diulang kembali. Hal ini berarti menambah biaya dan waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan pasien dalam perawatan saluran akar yang datang ke Poliklinik Konservasi Gigi FKGUI Jakarta dari bulan September 1997 sampai dengan bulan Agustus 1998. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 1999. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mengambil seluruh pasien yang datang yaitu sebanyak 131 orang. Dari seluruh populasi hanya 117 orang saja yang dapat diteliti. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh dilihat dari penyelesaian perawatan dan jadwal serta jumlah kunjungan yang telah dianjurkan oleh dokter giginya.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hanya 54 orang (46,2%) yang patuh menjalani perawatan dan yang tidak patuh sebanyak 63 orang (53,8%). Hasil analisis bivariat antara 8 variabel bebas dengan variabel terikat, menghasilkan 6 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p<0,05), yaitu variabel pengetahuan tentang perawatan saluran akar, persepsi tentang perawatan saluran akar, sikap terhadap perawatan saluran akar, waktu tunggu selama menjalani perawatan saluran akar, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga/teman. Sedangkan 2 variabel lainnya yaitu aksesibilitas dan biaya, ternyata tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan (p>0,05).
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari delapan variabel bebas, ternyata hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05), yaitu variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi saja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kepatuhan dalam perawatan saluran akar gigi, dengan tetap melihat faktor-faktor lainnya.
Intervensi perilaku berupa pendidikan kesehatan gigi bagi pasien dan masyarakat pada umumnya dapat menjadi alternatif yang terbaik untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan gigi, terutama perawatan saluran akar yang memerlukan kunjungan yang berulangkali. Intervensi perilaku tidak hanya ditujukan pada pasien dan masyarakat saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan gigi di masyarakat. Disamping itu perlu juga peningkatan sumberdaya dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat.

Factors associated with compliance behaviors of patients for root canal treatment at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in 1998.Oral disease is the tenth prevalent disease in the community. Dental caries has high prevalence and severity level in Indonesia.
Dental caries, periodontal disease and chronic traumatic disorder can be the causes of dental pulpal disorder that may lead to endodontic treatment. Root canal treatment as an endodontic treatment is excavation the entire pulpal tissues. A conventional root canal treatment needs 3 to 4 visits. Incompliance to this treatment causes failure of the treatment, and needs to be repeated, which will require more time and cost to the treatment.
This study is to acknowledge the factors that are associated with patients' incompliance behavior to the root canal treatment. The study design is cross sectional study. The population study is all patients who came to the Operative Dentistry Department, Faculty of Dentistry, University of Indonesia during September 1997 until August 1998. 117 samples out of 131 were included in the study. Incompliance behavior was divided into two categories that are "comply" and "not comply", based on completion of the treatment, treatment schedule and number of visits instructed by the dentists.
Univariate analysis showed that only 54 samples (46,2%) complied to the treatment and 63 samples (53,8%) did not comply. In the bivariate analysis, 6 of 8 independent variables, which are knowledge, perception, attitude, waiting time, service of dental provider and family/friend support, showed significant relationship with the dependent variable (p<0,05). Whilst the other two variables, access ability and cost, did not show significant relationship with compliance behavior (p>0, 05).
The study concluded the variables of waiting time, attitude and perception are main factors that influence the compliance behavior of root canal treatment. Dental health education as an intervention for patients and community may be a worthy alternative effort in increase the patient?s compliance toward dental treatment, especially root canal treatment that needs repetitive visits. This alternative intervention may also be worthy for dental manpower in order to increase dental health service in the community that lead to increasing dental health level in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriah Nur
"ABSTRAK
Anak dengan HIV mengonsumsi ARV seumur hidupnya dan beresiko mengalami
ketidakpatuhan minum ARV. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktorfaktor
yang berhubungan dengan kepatuhan anak minum ARV. Penelitian ini
menggunakan pendekatancross sectional dengan melibatkan 143 orangtua dan
anak penderita HIV usia 0-18 tahun. Sampel dipilih menggunakan teknik
consecutive sampling. Hasil analisis ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara variabelstatus pengasuh dengan anak, komunikasi layanan kesehatan,
dukungan keluarga dan bimbingan informasi. Hasil analisis regresi logistik bahwa
pendapatan (OR=2,9) dan dukungan keluarga (OR=3,9) sebagai faktor paling
dominan mempengaruhi kepatuhan minum ARV. Perawat dan tenaga kesehatan
bertanggung jawab mengidentifikasi serta mencegah terjadinya ketidakpatuhan
minum ARV pada anak HIV dengan memberikan edukasi secara teratur.

ABSTRACT
Children with HIV must take ARV for their entire life which may cause
disobidience in taking their medication. The objective of this research was to
identify factors that related with adherence in taking ARV medication. This
research used cross sectional approach with 143 respondents which where
choosen with consecutive sampling technique. The result showed that child
relationship with care giver, communication with health facilities, family support,
and information have significant relation with child adherence in taking ARV
medication. Parent?s salary (OR=2,9) and family support (OR=3,9) were the
dominant factor influencing child adherence in taking ARV medication. Nurses
and health workers are responsible to identify and prevent child?s disobidience in
ARV medication by giving education."
2016
T46326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani Oesman
"Program penanggulangan tuberkulosis paru dengan strategi Directly Obserbved Treatment Short course Chemotheraphy (DOTS) secara nasional telah memberikan hasil yang baik, dimana angka konversi pada fase awal sebesar 81,1%. Hal ini berarti lebih besar dari target nasional untuk angka konversi pada fase awal sebesar 80,0%. Di Propinsi Daerah Istimewa Aceh angka konversi fase awal 59,6%, sedangkan di Kabupaten Aceh Utara angka konversi pada fase awal masih 53,0%. Ketidakteraturan berobat merupakan salah satu penyebab kegagalan program penanggulangan TB Paru.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kepatuhan berobat penderita TB Paru dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh penderita TB Paru (total populasi) yang berobat sejak 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Mei 1999 sebanyak 96 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh penderita TB Paru di Kabupaten Aceh Utara yang patuh (57.3%) dan yang tidak patuh (42.7%).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pengawas menelan obat, keterjangkauan jarak (jarak dari rumah ke Puskesmas) dan kejelasan isi penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan berobat.
Penelitian ini menyarankan untuk mengatasi masalah jarak, biaya dan transportasi maka perlu dilakukan pemberian obat TB Paru melalui bidan di desa setelah pemeriksaan pertama dilakukan di Puskesmas dan kepada bidan desa tersebut diberi pelatihan khusus mengenai program TB Paru demi kelangsungan dan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini juga menyarankan dalam memberikan penyuluhan pada penderita perlu adanya kejelasan materi yang disampaikan dan memberi kesempatan pada penderita atau keluarganya yang ditunjuk sebagai pengawas menelan obat (PMO) untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyakit tersebut sehingga mereka mendapat informasi yang jelas.

Factors related to patient obedience of pulmonal tuberculosis treatment in North Aceh District, on 1999
The pulmonal tuberculosis treatments by DOTS strategy have made a good result with conversion at the first phase around 81.1%. The percentage of conversion in Aceh Province is only around 59.6%. Furthermore, in North Aceh district the conversion is only 53.0%. The unsuccessful result on the treatment of pulmonal tuberculosis disease can be caused by undisciplinary attitude of the patient in observing the treatment program.
The aim of this research was to describe the patient compliance in tuberculosis treatment program and related factors in North Aceh District.
The research design was a cross sectional study. Samples were all of TB patients in North Aceh District and sampling method was a total sampling with 96 patients as respondents.
Result of the research showed that there were 57.3% patient complied with the treatment and 42.78% did not.
This study also concluded that the treatment supervisor, distance from the patient house to Health Center, and clear information are significantly related to the compliance.
This study recommend (1) to train and utilize midwife in village as medical supervisor,; (2) provide clear information about the disease to the patients or their relatives as treatment supervisor and discuss everything until they understand about the disease."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. M. Hamdi
"Prevalensi penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka saat ini masih cukup tinggi, sehingga untuk menanggulangi penyakit tersebut mulai tahun 1997/1998 Kabupaten Majalengka telah melaksanakan intensifikasi program penanggulangan tuberkulosis paru menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang merupakan bagian dari proyek intensifikasi pemberantasan penyakit menular atau intensified communicable disease control (ICDC). Target yang diharapkan dari program tersebut adalah penemuan kasus baru sebesar 70 % secara bertahap, angka konversi 80 %, dan angka kesembuhan sebesar 85 %.
Dari hasil evaluasi program penangulangan tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000, ternyata dari indikator keberhasilan program, yaitu angka konversi dan angka kesembuhan belum mencapai target, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut. Belum tercapainya angka tersebut dapat disebabkan atau ada hubungannya dengan ketidakpatuhan berobat penderita seperti hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kesembuhan ditentukan juga oleh keteraturan/kepatuhan berobat. Hal tersebut didukung oleh angka ketidakpatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Kabupaten Majalengka yang masih cukup tinggi, yaitu tahun 1997/1998 sebesar 19 %, tahun 1998/1999 sebesar 16 %, dan tahun 1999/2000 sebesar 14 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kepatuhan berobat dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif di Kabupaten Majalengka tahun 1997-2000. Disain penelitian yang digunakan adalah disain/rancangan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 380 orang yang menggunakan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling/ proportional stratified sampling.
Hasil yang diperoleh, yaitu dari 380 responden terdapat 57,4 % yang patuh berobat dan variabel yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru pada fase intensif adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap penderita, biaya transportasi, efek samping, peran pengawas menelan obat (PMO), dan sikap petugas. Dari ketujuh variabel tersebut, ternyata variabel yang paling kuat/erat adalah peran pengawas menelan obat (PMO) dan variabel efek samping,
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka untuk mengoptimalkan peranannya, PMO perlu dibekali dengan buku saku yang berisi tentang penyakit tuberkulosis dan pengobatannya serta untuk mendeteksi gejala efek samping dan melakukan penanganan sedini mungkin, sebaiknya kader dan PMO diberikan prosedur tetap (protap) cara mendeteksi dan melakukan penanganan efek samping obat anti tuberkulosis. Selain itu perlu penelitian lebih jauh mengenai kualifikasi PMO yang lebih cocok/diterima oleh penderita tuberkulosis.

Factors Related to Treatment Compliance the Patient of the Lung Tuberculosis at the Intensive Phase in the Regency of Majalengka in 1997-2000Lung tuberculosis prevalence in the regency of Majalengka is high. For disease control, since 1997/1998 regency of Majalengka has done intensified lung tuberculosis program used DOTS (Directly Observed Treatment Short course) strategy which part intensified communicable disease control (ICDC). The target of program is case finding rate 70 %, conversion rate 80 %, and cure rate 85 %.
From result of evaluation lung tuberculosis control program in the regency of Majalengka in 1997-2000, in fact from indicator success program, namely conversion rate and cure rate have not got the target yet. So that need follow up. They caused by treatment incompliance like the result of the research whish said that the cure defined by treatment compliance. That matter is supported by treatment incompliance rate the patient of the lung tuberculosis in Majalengka regency is still high, namely in 1997-1998 was 19 %, 1998/1999 was 16 %, and 1999/2000 14 %.
This research aims to know the proportion treatment compliance and factors related to treatment compliance the patient of the lung tuberculosis at the intensive phase in the regency of Majalengka in 1997-2000. Cross sectional design was used in this study with 380 patients as the sample which was taken through a stratified random sampling/proportional stratified sampling method.
The result of this research, is from 380 patients is 57,4 % who obey to have treatment and variable that related to treatment compliance of the patient the lung tuberculosis at the intensive phase is level of education, knowledge about tuberculosis, attitude of patient, transportation cost, side effect, role of drug digestion observer, and attitude of health service. From the seventh variables, the role of drug digestion observer variable is very strong and side effect variable.
Based on the result of the research above, so for the maximum it's the role, drug digestion observer (DDO) is needed by hand book about the disease of tuberculosis and the cure, and for the detection of side effect and doing at first, it had better cadre and drug digestion observer a given a good procedure how to detection and doing side effect of the drug anti tuberculosis. Beside that it's needed longer research about the qualification of drug digestion observer better or received by tuberculosis patients.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Suvina Febrila
"Tuberkulosis sensitif obat (TB SO) adalah penyakit infeksius yang utamanya disebabkan Mycobacterium tuberculosis tanpa bukti strain resisten terhadap Rifampisin dan Isoniazid. Pada tahun 2022, WHO menerima jumlah kasus baru TB paling banyak yang pernah dilaporkan (7,5 juta kasus) dan Indonesia menyusun kasus TB paling banyak kedua dari total kasus (10% kasus). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum OAT harus ditelaah untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan OAT. Tujuan penelitian adalah menganalisis kepatuhan pengobatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya secara signifikan terkait regimen TB SO di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).  Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien TB SO di RS UI dalam periode 2 tahun (1 Januari 2022–31 Desember 2023). Kepatuhan dihitung dengan proportion of days covered (PDC) dan hubungan antarvariabel dianalisis dengan Fisher’s Exact Test, dilanjutkan dengan analisis regresi logistik multivariat untuk mengontrol pengaruh variabel-variabel penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 103 pasien TB SO rawat jalan di RS UI, 94 pasien tergolong memiliki kepatuhan tinggi (PDC ≥90%), 8 pasien tergolong memiliki kepatuhan moderat (PDC 80–89%), dan hanya 1 pasien tergolong tidak patuh (PDC <80%). Hasil uji Fisher’s Exact Test menggambarkan hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kepatuhan (p = 0,044). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa berdasarkan Charlson Comorbidity Index (CCI), pasien tanpa derajat keparahan komorbiditas 8,3 kali lebih patuh dalam penggunaan obat dibandingkan pasien dengan derajat keparahan komorbiditas berat (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). Kesimpulan penelitian adalah derajat keparahan komorbiditas pasien berhubungan signifikan secara statistik terhadap kepatuhan pengobatan.

Drug sensitive tuberculosis (DS TB) is an infectious disease mainly caused by Mycobacterium tuberculosis without proof of strain resistance against Rifampicin and Isoniazid. In 2022, WHO received the highest number of TB new cases ever reported (7,5 million cases) and Indonesia comprised the second most out of total cases (10% of cases). Factors associated with anti-tuberculosis drugs adherence should be analyzed to increase TB treatment success rate. The purpose of the study is to analyze medication adherence and the factors significantly associated with DS TB regimen in the University of Indonesia Hospital (RS UI). The study design used is cross-sectional using medical record data of DS TB patients in RS UI within a 2 year period (1 January 2022–31 December 2023). Adherence is measured with proportion of days covered (PDC) and the relationship between variables is analyzed using Fisher’s Exact Test, continued with multivariate logistic regression to control the effect of study variables. This study found that within 103 DS TB outpatients in RS UI, 94 patients had high adherence (PDC ≥90%), 8 patients had moderate adherence (PDC 80–89%), and only 1 patient was classified as non-adherent (PDC <80%). Fisher’s Exact Test showed a significant relationship between gender and adherence (p = 0,044). Multivariate logistic regression analysis found that based on Charlson Comorbidity Index (CCI), group with no degree of comorbidity severity is 8,3 times more likely to adhere in taking medications than group with severe degree of comorbidity (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). This study concluded that severity of comorbidity has a statistically significant relationship with medication adherence."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Abdul Muis
"Penyakit tuberkulosis sampai dengan saat ini masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di banyak negara lain di dunia. Salah satu upaya untuk menanggulangi penyakit ini ialah dengan menerapkan program DOTS (Directly Observed Treatment Shoricourse) di seluruh dunia, yaitu suatu strategi penanggulangan tuberkulosis yang memberikan harapan kesembuhan yang tinggi. Hasil uji coba strategi ini di Sulawesi memberikan angka kesembuhan yang terus meningkat dari 78% sampai 90%, di Jambi dan Jawa Timur menghasilkan angka konversi dan angka kesembuhan di atas 90% melampaui target global yang hanya 80% dan 85%. Untuk itu Indonesia pada tahun 1995 mulai mengadopsi program DOTS. Keberhasilan pengobatan dan penyembuhan tersebut di atas berhubungan dengan kepatuhan penderita menelan obat selama 2 bulan fase awal (intensif} dan 4 bulan fase lanjutan (intermitten).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat dengan kepatuhan penderita tuberkulosis untuk berobat teratur di dua Kabupaten Propinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah tahun 1999.
Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil assessment pelaksanaan DOTS di propinsi ADB yaitu Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah yang telah dilakukan oleh Depkes RI bekerjasama dengan FKM UI pada bulan April sampai dengan Oktober 1999, dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah penderita yang berobat di 3 puskesmas yang jauh, sedang dan dekat dari ibu kota kabupaten, yaitu kabupaten Banjarnegara dan Kebumen (Jawa Tengah), kabupaten Donggala dan Banggai (Sulawesi Tengah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya adalah responden yang tidak patuh berobat (51,3%), sedangkan penderita yang patuh untuk berobat teratur sebesar 48,7%. Hasil analisis bivariat ternyata umur (p= 0,0059), jumlah keluarga (p=0,0329), pengetahuan (p=0,4119), ketersedian obat (p=0,0395) dan penyuluhan (p=0,0151) berhubungan dengan kepatuhan penderita Tb untuk berobat teratur di dua kabupaten propinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah. Dari hasil analisis multivariat, variabel umur (p=0,0095), jumlah keluarga (p=0,0431), pengetahuan (p=0,0371), ketersediaan obat (pl,0771), dan efek samping obat (p=0,0848) masuk dalam kriteria kemaknaan p<0,25, sehingga tetap dipertahankan dalam model persamaan regresi. Dan model persamaan regresi tersebut, jika variabel lainnya dikontrol maka risiko responden yang berpengetahuan kurang adalah 2,42 kali lebih besar untuk tidak patuh untuk berobat teratur dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Variabel umur, jumlah keluarga dan pengetahuan merupakan variabel prediktor yang baik diantara variabel lainnya pada model, karena mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepatuhan berobat (p<0,05).
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat, maka penelitian ini juga memberikan saran sebagai berikut : untuk pengelola program, dalam mengatasi pemahaman penderita tentang Tb yang masih kurang, perlu dilakukan pemberian informasi yang intensif dengan melibatkan pengawas menelan obat (PMO) dan metoda yang digunakan tidak hanya penyuluhan langsung, tetapi melalui berbagai metoda seperti penyuluhan kelompok, penyuluhan massa serta tiap penderita dan PMO diberikan leaflet atau booklet tentang penyakit Tb. Untuk petugas pelayanan, dalam hal meningkatkan pengobatan, penderita dan pendampingnya (PMO) perlu diberikan pemahaman mengenai aturan minum obat, mulai dan pentingnya minum obat, kepatuhan untuk berobat teratur dan apa yang harus dilakukan apabila merasakan efek samping obat, sehingga tingkat kesembuhan penderita Tb lebih tinggi.

Factors Related to Compliance of Tuberculosis Patients to Have General Checkups in Two District of Central Java and Central Sulawesi in 1999The occurrence of tuberculosis (Tb) had been a serious health problem, either in Indonesia or in some other countries. One of the way to overcome this disease is through implementing the program of DOTS (Directly Observed Treatment Short course) worldwide, which was a well-done strategy to overcome Tb in a highly effective way. The result of this strategy in Sulawesi showed an increasing rate of recovery, from 78% - 90%, in Jambi and East Java could improve conversion rate and cure rate up to 90% exceeding the global target which was only 80% and 85%. Therefore, Indonesia in 1995 started to also use the DOTS program. This success had really something to do with the compliance of the patient itself, consuming the medical regimen within the first 2-month phase (intensive) and the following 4-month phase (intermittent).
The main purpose of this study is to find out whether or not the factors' predisposition, enabling and reinforcing had something to do with compliance of the patient in having a general checkup in two districts, Central Java and Central Sulawesi in 1999.
This study used secondary data, gained from the assessment result of DOTS implementation in the province donated by ADB, i.e. Central Java and Central Sulawesi and held by the Department of Health of the Republic of Indonesia in cooperation with School of Public Health, University of Indonesia form April to October 1999, through a cross-sectional research plan. The sample used in this research are the patients who generally check up in the long-distanced, middle-distanced and by near a Public Health Centers in the capital of the district, i.e. Banjarnegara and Kebumen (Central Java), Donggala and Banggai (Central Sulawesi).
The result showed that more than a half of the respondents were the negligent (51.3%). In the contrary, the complaints were only 48.7%. The result of bivariate analysis showed that age (p=0.0059), family size (p=0,x329), knowledge (0.0119), availability of medicine (p=0.0395) and health promotion (p=0.0151) had to same extent relationship with their compliance with generally check up in these two locations. The multivariate analysis showed that age (p=0.0095), family size (p=0.0431), knowledge (p=0.0371), availability of medicine (p=0.0771) and the side effect of medical regimen (p=0.0848) were included into substantial criteria p<0.25, so that it's been still up to a binary logistics model. From that model, if the other variables are under control, the risk of the less-knowledge respondents might be 2.42 times as not having compliance in medical regimen compared to the more-knowledge ones. The age, family size and knowledge variables were the best predictor variables in the model, that were significantly shown correlated to compliance with medical regimen (p<0.05).
Finally This research suggests the followings, a) for program the organizers, the patients understanding of Tb still needed to be improved, b) further health promotion involving the Drug Consumption Observer (PMO), c) also improve methods used, not to be only in the direct way, but also through group and mass communication, and d) every patient and PMO must be given leaflet or booklet about Tb. Regarding to the service officer-in charge of medical treatment improvement-the patient and the PMO also need to comprehend the medical regimen rules; from the importance in regularly taking the medicine to what to do if the side effects were come up. By doing these the cure rate of Tb patients will possibly be increased."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rini Puji Lestari
"Penyalahgunaan hak terhadap pasien selaku konsumen dapat terjadi tanpa dirasakan oleh pihak rumah sakit, apalagi bila konsumen tidak mengungkapkan keluhan atau kekecewaan secara formal. Meskipun tidak dipermasalahkan, penyalahgunaan hak ini secara hakikatnya adalah masalah. Kita tidak dapat membiarkan suatu penyimpangan terjadi terus menerus, karena sekali terjadi ia akan merusak kebaikan-kebaikan yang sudah diupayakan (mempengaruhi image positif di masyarakat).
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan hak dan kewajiban pasien serta faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pemenuhan hak dan kewajiban pasien di ruang rawat Inap. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) pada bulan Mei - Juni tahun 2004. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kuantitatif, cross sectional, pada 160 pasien rawat Inap. Sampel penelitiannya adalah pasien yang telah menjalani perawatan minimal 3 hari, berusia minimal 15 tahun, dalam keadaan sadar, kooperatif, dan tidak dalam keadaan gawat darurat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 87,5 % responden menyatakan terpenuhi hak dan kewajibannya di ruang rawat inap RSIJ. Sedangkan dari responden yang tidak terpenuhi haknya paling banyak berkaitan dengan tidak diberikan kebebasan untuk memilih (menerima/menolak) tindakan pengobatan yang akan diberikan oleh perawat dan dokter dan tidak mendapat penjelasan dari perawat dan dokter tentang peraturan rumah sakit pada hari pertama masuk rumah sakit. Sedangkan kewajiban yang tidak terpenuhi responden paling banyak mencakup pencarian informasi terbanyak selain informasi dari petugas dan pencarian second opinion.
Hasi analisis bivariat didapat hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap sikap perawat dan dokter dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya dengan pemenuhan hak dan kewajiban pasien serta persepsi pasien terhadap pemanfaatan sarana yang berkaitan dengan upaya pemenuhan hak dan kewajibannya dengan pemenuhan hak dan kewajiban pasien.
Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik ganda, didapat dua variabel yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban pasien, yaitu variabel pengetahuan dan variabel persepsi terhadap sikap perawat dan dokter dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya, namun tidak ada interaksi. Dari kedua variabel tersebut didapat variabel pengetahuan yang paling dominan berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban pasien.
Bila dilihat lebih mendalam ternyata kurangnya pengetahuan responden paling banyak dalam hal informasi tentang kebolehan untuk memilih dokter selama proses pengobatan. Sedangkan dari responden yang berpersepsi negatif terhadap sikap perawat dan dokter, ternyata paling banyak menyatakan bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk mengetahui isi catatan medik (status) tentang penyakit yang sedang dideritanya.
Penelitian ini menyarankan untuk lebih meningkatkan layanan yang berorientasi kepada kebutuhan pasien terutama layanan dokter dan perawat. Terutama untuk tim manajemen perlu melakukan pembinaan tentang public relation, sosialisasi tentang SOPITupoksi dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban pasien. Untuk petugas kesehatan perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan diri serta profesionalisme guna memberikan pelayanan prima pada pasien. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran pemenuhan hak dan kewajiban pasien yang lebih luas.
Kepustakaan: 44 (1984 - 2004)

Factors Related to Rights Fulfillment and Patients Obligations in Confinement of Rumah Sakit Islam Jakarta in 2004Patient rights violation as consumer could happen without any knowledge from the hospital, especially when the consumer has no formal complaint or disappointment. Although it is not an issue, this violation shows that there is a problem. We cannot tolerate this mistreatment to continue, since once it happened, it will damage the previous quality serve (destroy the positive image within society).
This study wants to get the description of rights fulfillment and patients' obligations along with factors related to the level of rights fulfillment and patients' obligations in confinement. The research was done at Jakarta Islamic Hospital (Rumah Sakit Islam Jakarta - RSIJ) on May - June, 2004. The Research design used was quantitative study, cross sectional, to 160 confinement patients. The samples were patients with 3 days confinement at the minimum, and with 15 years of age also at the minimum, conscious, cooperative, and not in critical condition.
The research shows that 87.5 % of respondents stated that their rights and obligations were fulfilled during their stays in confinement of RSIJ. Meanwhile, the respondents that the rights are not fulfilled are mostly related to the freedom to choose (accepting/rejecting) the medication treatment given by nurses and doctors and there are not any explanations from them about the regulations of the hospital in the day they enter. While the obligations that are not fulfilled by respondents are mostly related to the searching of information?s beside those that are got from the officers and the second opinion searched.
Bi-variant analysis shows that there are significant relations between perception toward nurses and doctors in their efforts to fulfill their rights and obligations with patients' rights and obligations fulfillment and patients' perception in using any means related to the fulfillment of their rights and obligations for the purpose of rights and obligations fulfillment.
Multi-variant analysis with double logistic regression shows that there are two variables related to the fulfillment of patients rights and obligations, they are the knowledge variable and perception toward nurses and doctors in fulfilling their rights and obligations variable. From those two variables, the knowledge variable is more dominant related to the fulfillment of patients rights and obligations.
If it is seen in more circumstantial way, the respondents' lack of knowledge are mostly in the information that are got about the allowance to choose doctor during the medication process. While the respondents who have negative perceptions on the attitudes of nurses and doctors, most of them said that they do not give the opportunity to know the content of their medical note (pandemic status) of what they suffered of.
This research suggests that there should be an improvement on the patients' services, especially the services of doctors and nurses. For managerial team, there should be a further improvement of public relation functions, publication of SOPITupoksi for patients' rights and obligations fulfillment. For health personnel, there should be a knowledge and skill development and professionalism enhancement for the services quality of patients. There should be further research to identify broader fulfillment of patients' rights and obligations.
References: 44 (1984 - 2004).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>