Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicky Wahyuni Hapsari
"Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari 1 April – 29 April 2022 di Apotek Kimia Farma 382 K2. Metode Pelaksanaan dilakukan secara deskriptif, kemudian dipilih sebanyak 10 (satu) resep untuk dianalisa. Berdasarkan dari resep tersebut terdapat duplikasi atau polifarmasi, hal ini dapat memicu terjadi medication error, mengingat informasi yang terdapat dalam aspek klinis berperan penting dalam rasionalitas terapi pengobatan pasien, seperti indikasi, aturan pakai, dosis, efek samping, kontra indikasi dan mekanisme kerja yang dapat mempengaruhi adanya interaksi obat pada resep pasien. Hal ini dapat terjadi karena dokter kurang berhati-hati dalam menulis resep yang diberikan, sehingga terjadi kesalahan pemberian (medication error). Untuk dapat mengatasi hal tersebut dapat diganti dengan obat alternatif lain yang tidak menimbulkan efek medication error sehingga aman diberikan kepada pasien agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Prescription review is carried out to analyze the presence of drug-related problems, if a drug-related problem is found, it must be consulted with the doctor who wrote the prescription. Pharmacists must review prescriptions according to administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Pharmacist Professional Work Practice in Pharmacy was carried out for 1 month, starting from April 1 - April 29, 2022 at Apotek Kimia Farma 382 K2. The implementation method was carried out descriptively, then 10 recipes were selected for analysis. Based on these prescriptions, there is duplication or polypharmacy, this can trigger medication error, considering that information contained in clinical aspects plays an important role in the rationality of patient treatment therapy, such as indications, rules of use, doses, side effects, contra-indications and mechanisms of action which can affect drug interactions in patient prescriptions. This can occur because doctors are less careful in writing the prescriptions given, resulting in medication error. To be able to overcome this, it can be replaced with other alternative drugs that do not cause the effect of medication errors so that it is safe to give to patients in order to get maximum results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Salah satu komponen penting dalam pelayanan kefarmasian di apotek adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek harus diatur untuk menjamin ketersediaan produk dalam jumlah memadai. Pengelolaan persediaan farmasi dapat diatur melalui beberapa metode, salah satunya adalah metode pareto atau ABC. Metode ini memfokuskan pengelola apotek pada penentuan item-item yang penting terhadap keberlangsungan operasional apotek sehingga dapat diatur prioritas pengawasan dan pengendalian terhadap persediaan tersebut. Penelitian dilakukan terhadap resep yang diterima di PPO Kimia Farma no.382 dan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode analisis pareto pemakaian dan pareto nilai investasi. Berdasarkan analisis pareto pemakaian, kelompok pareto A terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto B terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (70,45%) , sementara berfasartan analisis pareto nilai investasi, kelompok pareto A terdiri atas 12 item obat (13,63%) dengan nilai investasi 70,44% (Rp 88.851.753), kelompok pareto B terdiri atas 16 item obat (18,18%) dengan nilai investasi 19,49% (Rp 24.580.213) dan kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (68,18%) dengan nilai investasi 10,07% (Rp 12.701.220).

A pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical practice is carried out by pharmacists. One of the important components in pharmaceutical services in pharmacies is the management of pharmaceutical supplies, medical devices and consumable medical materials. Management of pharmaceutical preparations in pharmacies must be regulated to ensure the availability of products in adequate quantities. Pharmaceutical inventory management can be managed using several methods, one of which is the Pareto or ABC method. This method focuses pharmacy managers on determining items that are important to the continuity of pharmacy operations so that priorities for monitoring and controlling these supplies can be set. Research was carried out on recipes received at PPO Kimia Farma no. 382 and was carried out using a quantitative approach using the Pareto usage and Pareto investment value analysis methods. Based on Pareto analysis of usage, Pareto group A consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group B consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group C consists of 12 drug items (70.45%), while based on Pareto analysis investment value, Pareto group A consists of 12 drug items (13.63%) with an investment value of 70.44% (Rp. 88,851,753), Pareto group B consists of 16 drug items (18.18%) with an investment value of 19, 49% (Rp. 24,580,213) and Pareto group C consists of 12 drug items (68.18%) with an investment value of 10.07% (Rp. 12,701,220)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan. Salah satu aspek utama dalam manajemen perbekalan farmasi adalah perencanaan pengadaan obat, yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode Pareto ABC telah terbukti efektif dalam mengelola stok barang di apotek. Namun, pada penelitian ini metode Pareto ABC dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menganalisis dokter penulis resep. Resep-obat menjadi sumber pendapatan utama bagi apotek, dan analisis Pareto terhadap dokter penulis resep dapat membantu mengidentifikasi kontributor utama dalam penjualan obat. Penelitian ini menganalisis data transaksi peresepan obat selama bulan November 2022 di Apotek Kimia Farma 382. Hasil analisis diperoleh: Kelompok Pareto A terdiri dari 24 dokter dengan kontribusi terbesar, menyumbang sekitar 69,623% dari total transaksi senilai Rp34.007.080. Kelompok Pareto B dengan 31 dokter dan 20,226% dari total transaksi senilai Rp9.879.297. Sementara Kelompok Pareto C terdiri dari 54 dokter (49,541%) dengan nilai transaksi Rp4.957.695. Kelompok dokter penulis resep dalam Kelompok Pareto A memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan apotek. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan obat harus memberikan prioritas pada obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter dalam kelompok ini untuk meningkatkan profitabilitas dan kerjasama dengan dokter-dokter dalam kelompok tersebut sehingga dapat mendukung peningkatan pelayanan kefarmasian yang lebih baik.

Pharmaceutical services in pharmacies are a critical element in healthcare. One of the primary aspects of pharmaceutical supply management is drug procurement planning, which aims to ensure the availability of drugs that meet the needs of the community. The Pareto ABC method has proven to be effective in managing inventory in pharmacies. However, in this study, the Pareto ABC method is approached differently by analysing the prescribing doctors. Prescription drugs are the main source of income for pharmacies, and Pareto analysis of prescribing doctors can help identify the major contributors to drug sales. This research analysed prescription drug transaction data for November 2022 at Apotek Kimia Farma 382. The analysis results are as follows: Pareto Group A consists of 24 doctors with the highest contribution, accounting for approximately 69.623% of the total transactions amounting to Rp34,007,080. Pareto Group B includes 31 doctors, contributing 20.226% of the total transactions valued at Rp9,879,297. Meanwhile, Pareto Group C comprises 54 doctors (49.541%) with a transaction value of Rp4,957,695. Doctors in the Prescribing Doctor Group A make the most significant contribution to the pharmacy's revenue. Therefore, drug procurement planning should prioritize drugs frequently prescribed by doctors in this group to enhance profitability and collaboration with doctors in that group, thereby supporting improved pharmaceutical services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan farmasi klinik di apotek adalah pengkajian resep. Pengkajian resep meliputi kajian administratif, farmasetik, dan klinis. Hal-hal yang termasuk dalam kajian klinis diantaranya yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi. kajian klinis ini perlu dilakukan agar pengobatan untuk pasien tepat sehingga target terapi pasien dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengkajian klinis resep di Apotek Kimia Farma Siliwangi Cirebon bulan September 2022, diantaranya yaitu resep geriatri, pediatri, narkotika, psikotropika, dan polifarmasi. Melalui tugas khusus ini diketahui pada beberapa resep geriatri, pediatri, narkotika, dan psikotropika secara klinis untuk indikasi, dosis, waktu dan cara pemberian sudah sesuai, namun terdapat beberapa interaksi obat sehingga perlu dilakukan monitoring dan penyesuaian dosis, dan jika terdapat antibiotik pada resep disarankan tidak diracik bersama dengan obat lainnya. Untuk resep polifarmasi sebaiknya diperhatikan kembali karena polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat dan mungkin juga terdapat duplikasi obat.


Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacy practice is done by pharmacist. The Standards for Pharmaceutical Services in Pharmacies include standards for the management of pharmaceutical products, medical devices, consumable medical material, and clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in a pharmacy is prescription review. Prescription reviews include administrative, pharmaceutical, and clinical reviews. Things included in clinical studies such as the accuracy of drug indications and dosages, rules, method and duration of drug use, duplication and/or polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications, and interactions. This clinical study needs to be carried out so that the treatment for the patient is accurate so that the patient's therapeutic target can be achieved. Therefore, this research was conducted to obtain a clinical review of prescriptions at the Kimia Farma Siliwangi Pharmacy Cirebon in September 2022, including geriatric, pediatric, narcotics, psychotropic, and polypharmacy prescriptions. Through this special assignment it is known that several geriatric, pediatric, narcotics and psychotropic prescriptions are clinically appropriate for indications, dosage, time and method of administration, but there are several drug interactions so it is necessary to do monitoring and adjust doses, and if there is an antibiotic in the prescription it is recommended not mixed with other drugs. For polypharmacy prescriptions, must be reconsidered because polypharmacy can increase the risk of drug interactions and there may also be drug duplication.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 berdasarkan kelengkapan dan kerasionalan resep yang diterima serta kebutuhan pasien terhadap produk farmasi melalui analisis hasil kegiatan konseling, swamedikasi, dan telefarmasi, serta mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dengan metode Pareto ABC dalam kegiatan perencanaan sediaan farmasi. Pada tugas khusus ini, dalam mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 dilakukan pengkajian administratif, farmasetika, dan klinis terhadap 32 resep, konseling terhadap 71 pasien, pelayanan swamedikasi terhadap 90 pasien, dan pelayanan telefarmasi terhadap 43 pasien. Dalam mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi, jumlah dan harga seluruh sediaan obat dianalisis dengan menghitung nilai investasi masing-masing sediaan dan diurutkan dari yang terbesar, kemudian dijumlahkan secara kumulatif baik harga maupun persentase untuk dikelompokkan menjadi Grade A (80%), B (15%), dan C (5%). Dari analisis Pareto ABC, diperoleh jumlah investasi kelompok A sebesar Rp719.953.455,00 dengan 3 item tertinggi, yaitu Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, dan Cataflam Tablets 50 mg. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian farmasetik dan klinis dari 32 resep sudah cukup baik, namun tidak dengan kesesuaian administratif. Pasien yang mendapatkan pelayanan konseling dan telefarmasi didominasi oleh pasien geriatrik dengan jenis pelayanan BPJS, sehingga membutuhkan pemantauan berkala dan konseling. Pada kegiatan konseling dan swamedikasi, ditemukan bahwa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, batuk, flu, dan sakit tenggorokan adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di area sekitar apotek.

The special assignment at Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 aims to evaluate pharmaceutical services by assessing prescription completeness, rationality, and patient pharmaceutical needs through counseling, self-medication, and telepharmacy analysis. The evaluation also includes an assessment of pharmaceutical supply needs using the Pareto ABC method. Administrative, pharmaceutical, and clinical evaluations were conducted on 32 prescriptions, counseling for 71 patients, self-medication for 90 patients, and telepharmacy for 43 patients. The Pareto ABC analysis revealed a total investment of Rp719,953,455.00 for Group A, highlighting the top three items: Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, and Cataflam Tablets 50 mg. While the pharmaceutical and clinical appropriateness of prescriptions was deemed satisfactory, administrative aspects fell short. Patients benefiting from counseling and telepharmacy services were mainly geriatric with BPJS coverage, necessitating regular monitoring and counseling. Counseling and self-medication activities identified high prevalences of hypertension, diabetes mellitus, heart disease, cough, flu, and sore throat in the pharmacy's vicinity. Overall, the assessment provides insights into improving administrative aspects and tailoring pharmaceutical services to address prevalent health issues in the community."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat , masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Pengkajian resep adalah salah satu bagian dari layanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap peresepan (presribing error). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa contoh resep pada Apotek Kimia Farma 494 Beji. Pelaksanaan dilakukan secara deskriptif dengan melakukan pengkajian resep berdasarakan aspek administratif, aspek farmasetik, dan aspek klinis sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016. Pengkajian dari aspek administratif menunjukkan bahwa resep yang telah dikaji masih terdapat resep tidak memiliki data berat badan pasien, SIP dokter, paraf dokter, jenis kelamin pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, dan tanpa nama dokter. Pengkajian dari aspek farmasetik menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak memenuhi kriteria dari segi bentuk sediaan dan ketercampuran obat. Pengkajian dari aspek klinis menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak sesuai dengan dosis penggunaan obat, aturan penggunaan obat, lama penggunaan obat, duplikasi, dan adanya interaksi.

Pharmacists must understand and be aware of the possibility of medication errors during the service process and identify, prevent, and address issues related to drugs, pharmacoeconomics, and social pharmacy. To avoid this, pharmacists must carry out practices according to service standards. Prescription review is one part of clinical pharmacy services performed by pharmacists to analyze drug-related problems and prevent medication errors, especially at the prescribing stage. This study aims to assess several prescriptions at Kimia Farma 494 Beji Pharmacy. Implementation is carried out descriptively by reviewing prescriptions based on administrative aspects, pharmaceutical aspects and clinical aspects in accordance with Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. Administrative aspect assessments show that the prescriptions reviewed still lack patient weight data, doctor's SIP, doctor's signature, patient gender, prescription writing date, patient age, and doctor's name. Pharmaceutical aspect assessments indicate that there are prescriptions that do not meet criteria in terms of dosage form and drug compatibility. Clinical aspect assessments reveal that there are prescriptions that do not comply with drug dosage, drug use rules, duration of drug use, duplication, and presence of interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febryani Angelica
"Profil penggunaan obat antihipertensi dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan perbekalan farmasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil peresepan obat antihipertensi pada resep BPJS di Apotek Kimia Farma Kemanggisan Raya. Penelitian ini menggunakan sampel resep BPJS untuk obat antihipertensi bulan Maret 2022. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi resep BPJS yang mengandung obat antihipertensi dan kriteria eksklusi resep yang tidak lengkap datanya, seperti nama dan jenis kelamin. Subyek penelitian berjumlah 529 dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki 56,71% dan perempuan 43,29%, karakteristik usia dengan persentase terbanyak pasien berusia ≥ 60 tahun, dan karakteristik kombinasi obat antihipertensi tunggal 16,64% dan obat kombinasi 83,36%. Berdasarkan profil penggunaan obat antihipertensi, obat yang paling banyak diresepkan adalah bisoprolol (30,08%) dan golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah golongan beta blocker (31,13%).

The profile of antihypertensive drugs usage can be used as a guideline to improve the effectiveness of pharmaceutical supply management and increase knowledge and skills in pharmaceutical services at pharmacy. The purpose of this assessment is to study about profile of antihypertensive drug prescriptions on BPJS prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy Kemanggisan Raya. This study used sample from BPJS prescriptions for antihypertensive drugs in March 2022. The sampling technique was carried out using a purposive sampling technique with the inclusion criteria of BPJS prescriptions containing antihypertensive drugs and the exclusion criteria for incomplete data of prescriptions, such as name and gender. There were 529 samples taken with characteristic of gender such as male 56,71% and female 43,29%, characteristic of age with the highest percentage of patients aged ≥60 years, and characteristic of drug combination which is single hypertensive drug 16,64% and combination 83,36%. Regarding to the profile of antihypertensive drugs usage, the most widely prescribed drug is bisoprolol (30,08%) and the most commonly prescribed drug class was beta blockers (31,13%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pengkajian resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, termasuk peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi. Tujuan pengkajian resep adalah untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien. Pengkajian resep dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, dan puskesmas. Pada tugas khusus ini, pengkajian resep dilakukan untuk pasien dengan ulkus kornea di Apotek Roxy Sawangan. Ulkus kornea merupakan defek epitel kornea sampai stroma yang disertai dengan inflamasi. Ulkus kornea secara garis besar dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi dan non-infeksi. Beberapa gejala dari ulkus kornea bakteri yang dapat dialami pasien adalah mata nyeri, kemerahan, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi dan sensasi benda asing. Terapi farmakologi untuk pasien ulkus kornea bakteri adalah antibiotik golongan fluorokuinolon atau kombinasi fortified antibiotic topical. Berdasarkan pengkajian resep Nyonya D di Apotek Roxy Sawangan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada medication error pada resep Nyonya D. Akan tetapi, terdapat ketidaksesuaian aspek administratif pada resep Nyonya D. Kemudian, berdasarkan aspek farmaseutik dan klinis yang telah dikaji dapat disimpulkan bahwa Nyonya D mengalami ulkus kornea yang disebabkan infeksi bakteri.

Prescription review is a series of activities consists of receiving, stock assessment, prescription review, preparing the medicine including compounding, dispensing, and providing information about the medicine to the patient. The purpose of prescription review is to analyse medication error and to be conducted for all prescription without any special criteria. Prescription review can be done in health care facilities such as hospital, drugstore, and public health center. On this report, prescription review was done for patient with corneal ulcer in Apotek Roxy Sawangan. Corneal ulcer is a defect in cornea epithelium until stroma with inflammation. In general, corneal ulcer classified based on its cause, with infection and non-infection. Some of the symptoms of bacterial corneal ulcers are eye pain, redness. Pharmacological therapy for patient with bacterial cornea ulcer is fluoroquinolone antibiotic or combination fortified antibiotic topical. Based on prescription review of Miss D in Apotek Roxy Sawangan, it can be concluded that there is no medication error in Miss D’s prescripition. However, there was discrepancy of administrative aspects in Miss D’s prescripition. Furthermore, based on pharmaceutical and clinical aspects of Miss D’s prescription, it can be concluded that Miss D has corneal ulcer caused by bacterial infection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pengkajian resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, termasuk peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi. Tujuan pengkajian resep adalah untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien. Pengkajian resep dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, dan puskesmas. Pada tugas khusus ini, pengkajian resep dilakukan untuk pasien dengan ulkus kornea di Apotek Roxy Sawangan. Ulkus kornea merupakan defek epitel kornea sampai stroma yang disertai dengan inflamasi. Ulkus kornea secara garis besar dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi dan non-infeksi. Beberapa gejala dari ulkus kornea bakteri yang dapat dialami pasien adalah mata nyeri, kemerahan, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi dan sensasi benda asing. Terapi farmakologi untuk pasien ulkus kornea bakteri adalah antibiotik golongan fluorokuinolon atau kombinasi fortified antibiotic topical. Berdasarkan pengkajian resep Nyonya D di Apotek Roxy Sawangan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada medication error pada resep Nyonya D. Akan tetapi, terdapat ketidaksesuaian aspek administratif pada resep Nyonya D. Kemudian, berdasarkan aspek farmaseutik dan klinis yang telah dikaji dapat disimpulkan bahwa Nyonya D mengalami ulkus kornea yang disebabkan infeksi bakteri.

Prescription review is a series of activities consists of receiving, stock assessment, prescription review, preparing the medicine including compounding, dispensing, and providing information about the medicine to the patient. The purpose of prescription review is to analyse medication error and to be conducted for all prescription without any special criteria. Prescription review can be done in health care facilities such as hospital, drugstore, and public health center. On this report, prescription review was done for patient with corneal ulcer in Apotek Roxy Sawangan. Corneal ulcer is a defect in cornea epithelium until stroma with inflammation. In general, corneal ulcer classified based on its cause, with infection and non-infection. Some of the symptoms of bacterial corneal ulcers are eye pain, redness. Pharmacological therapy for patient with bacterial cornea ulcer is fluoroquinolone antibiotic or combination fortified antibiotic topical. Based on prescription review of Miss D in Apotek Roxy Sawangan, it can be concluded that there is no medication error in Miss D’s prescripition. However, there was discrepancy of administrative aspects in Miss D’s prescripition. Furthermore, based on pharmaceutical and clinical aspects of Miss D’s prescription, it can be concluded that Miss D has corneal ulcer caused by bacterial infection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>