Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deli Marteka
"Varian virus dan Variasi genetik menjadi salah satu masalah dalam menentukan Farmakoterapi COVID-19. Mekanisme variasi orang-ke-orang dan antar-populasi dalam keamanan dan kemanjuran obat merupakan dasar untuk pengembangan obat yang rasional. Penelitian ini menggambarkan karakteristik dan profil Farmakoterapi pada pasien COVID-19 dan menganalisis hubungan profil Farmakoterapi dengan variasi gen ACE dan ACE2. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pengambilan data profil Farmakoterapi dilakukan secara retrospektif dan Pemeriksaan Polimorfisme dilakukan pada 50 orang penyintas COVID-19 di RSUD Lahat yang terjangkit COVID-19 periode September 2020 hingga Agustus 2021. Hubungan profil Farmakoterapi dalam bentuk Penggunaan Antivirus dan Antibiotik serta durasinya terhadap Polimorfisme SNP gen ACE pada rs1799752 dan rs4331 dan gen ACE2 pada rs2014792 dengan menggunakan metode regresi logistik. Subjek penelitian terdiri dari 28 pasien rawat jalan dan 22 orang pasien rawat inap. Ada perbedaan karakteristik usia, tingkat stress dan status vaksinasi pada kelompok rawat inap dan rawat jalan. Sebanyak 98% pasien mendapatkan Antibiotik dan 84% pasien mendapatkan terapi Antivirus selama dalam terapi COVID-19. Antivirus yang digunakan selama terapi adalah Oseltamivir, Favipiravir dan Remdesivir dan Antibiotik yang digunakan adalah Azitromycin, Levofloxacin, Ceftriaxone dan Meropenem. Sebanyak 29 orang memiliki genotipe II, 14 orang memilik genotipe ID dan 7 orang mempunyai genotipe DD pada pada SNP rs1799752 gen ACE. Pada SNP rs4331 gen ACE 30 orang memiliki genotipe GG, 12 orang memiliki genotipe AG dan 8 orang memiliki genotipe AA. Dan pada SNP rs2014792 gen ACE2 18 orang memilik genotipe CC dan 32 orang memiliki genotipe CC. Secara statistik tidak hubungan signifikan antara polimorfisme gen ACE pada SNP rs1799752 dan rs4331 dan gen ACE2 pada rs2014792 dengan resiko rawat inap dan penggunaan Antivirus dan Antibiotik serta durasinya pada pasien COVID-19.

One of the challenges in selecting COVID-19 Pharmacotherapy is the presence of viral variants and genetic variation. Mechanisms of person-to-person and interpopulation variation in drug safety and efficacy are the basis for rational drug development. This research describes the characteristics and profile of pharmacotherapy in COVID-19 patients and analyzes the relationship between pharmacotherapy profile and ACE and ACE2 gene variations. The study was crosssectional, involved the retrospective collection of pharmacotherapy profile data and the polymorphism testing on 50 COVID-19 survivors at Lahat Hospital who contracted the virus between September 2020 and August 2021. Use of logistic regression approach to examine the association between Pharmacotherapy profiles in the form of Antiviral and Antibiotic Use, as well as their duration, and SNP polymorphisms at rs1799752 and rs4331 of the ACE gene and rs2014792 of the ACE2 gene. There were 28 non-hospitalized and 22 hospitalized patients who participated in the study. Age, stress level, and vaccination status were all different between non-hospitalized and hospitalized groups. While undergoing COVID-19 therapy, up to 98% of patients received antibiotics, and 84% of patients received antiviral therapy. Oseltamivir, Favipiravir, and Remdesivir are the antivirals utilized throughout therapy. Azithromycin, Levofloxacin, Ceftriaxone, and Meropenem are the antibiotics. On SNP rs1799752 ACE gene, 29 participants had genotype II, 14 had genotype ID, and 7 had genotype DD. Thirty people had the GG genotype, twelve had the AG genotype, and eight had the AA genotype for the SNP rs4331 ACE gene. Additionally, 32 and 18 individuals with the CC genotype in the SNP rs2014792 ACE2 gene. The likelihood of hospitalization, the usage of antivirals and antibiotics, and the length of time those treatments were used in COVID-19 patients were not significantly associated with the ACE gene polymorphism at SNP rs1799752 and rs4331 or the ACE2 gene at rs2014792."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincencia Monica Renata Laurent
"Latar belakang: Pasien yang dinyatakan masuk kedalam kategori “Suspect COVID-19” adalah jika seseorang memiliki beberapa tanda yaitu demam, sakit tenggorokkan, batuk, menderita ISPA, dan memiliki kontak dengan pasien yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19. Untuk memilah agar ruang gawat darurat digunakan untuk pasien yang cukup parah gejalanya, pihak rumah sakit melakukan identifikasi kepada pasien dengan suspect COVID-19 sehingga mengetahui tatalaksana yang tepat untuk pasien dan mendahulukan pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk melihat peluang pasien yang termasuk kategori suspect COVID-19 menjadi terkonfirmasi positif COVID-19 kita dapat meneliti hasil lab darah perifer lengkap pada pasien. Beberapa penelitian melihat morfologi dari masing-masing darah perifer lengkap dimana terlihat adanya abnormalitas morfologi pada pemeriksaan darah perifer lengkap dengan mikroskop. Untuk menjadikan hasil lab darah perifer lengkap sebagai parameter untuk mempresiksi diagnosis, prognosis, dan melihat adanya perubahan hasil lab darah perifer lengkap pasien suspect dengan pasien terkonfirmasi dibutuhkan waktu yang cukup lama jika dilihat dari morfologinya maka dari itu diperlukan analisis kadar dari masing-masing darah perifer.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang komparatif dua kelompok. Subjek merupakan pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Data Pasien diperoleh pada Bulan Juni 2021 dimana kasus COVID-19 sedang bertambah cukup pesat hingga Januari 2022 dimana penyebaran COVID-19 mulai surut. Pasien memiliki komorbid seperti diabetes,hipertensi, dan penyakit ginjal kronik. Rekam medis pasien dilihat hanya dari profil darah lengkap yaitu hemoglobin, leukosit, neurofil, limfosit, monosit, dan trombosit.
Hasil: Jumlah pasien suspect COVID-19 berjumlah 51 pasien dan jumlah pasien terkonfirmasi COPVID-19 berjumlah 47 pasien. Dilihat dari profil darah perifer lengkap terdapat persebaran jumlah hemoglobin normal sebanyak 50 % dari seluruh subjek penelitian serta jumlah hemoglobin rendah sebanyak 39,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah leukosit normal sebanyak 55,1% dari seluruh subjek penelitian serta jumlah leukosit tinggi sebanyak 35,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah neutrofil tinggi sebanyak 51,0% dan jumlah lelukosit normal sebanyak 42,8% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah limfosit rendah sebanyak 64,2% dan jumlah limfosit normal sebanyak 31,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah monosit normal sebanyak 59,1% dan jumlah monosit tinggi sebanyak 34,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah normal sebanyak 70,4% dan jumlah trombosit tinggi sebanyak 25,5% dari seluruh subjek penelitian. Hubungan antara profil darah perifer lengkap dengan proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 menunjukkan adanya hubungan (p>0,05).
Kesimpulan: Adanya hubungan antara profil darah perifer lengkap pada proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19

Introduction: Patients who are declared to be in the "Suspect COVID-19" category are if someone has several signs, namely fever, sore throat, cough, suffering from ARI, and has contact with patients who have been confirmed positive for COVID-19. To sort out that the emergency room is used for patients whose symptoms are quite severe, the hospital identifies patients with suspected COVID-19 so that they know the right treatment for patients and prioritize patients who need intensive care. To see the chances of a patient belonging to the suspect category of COVID-19 being confirmed positive for COVID-19, we can examine the results of the complete peripheral blood lab on the patient. Several studies looked at the morphology of each complete peripheral blood where there were morphological abnormalities on complete peripheral blood examination with a microscope. To make the complete peripheral blood lab results as a parameter for predicting diagnosis, prognosis, and seeing any changes in the complete peripheral blood lab results from suspect patients with confirmed patients, it takes quite a long time when viewed from the morphology, therefore it is necessary to analyze the levels of each peripheral blood .
Method: This study used a two-group comparative cross-sectional method. The subject is a patient in RSUP Persahabatan. Patient data was obtained in June 2021 where COVID- 19 cases were growing quite rapidly until January 2022 where the spread of COVID-19 began to recede. Patients have comorbidities such as diabetes, hypertension, and chronic kidney disease. The patient's medical record is seen only from the complete blood profile, namely hemoglobin, leukocytes, neurophiles, lymphocytes, monocytes, and platelets.
Result: The number of suspected COVID-19 patients is 51 patients and the number of confirmed COPVID-19 patients is 47 patients. Judging from the complete peripheral blood profile, there was a normal distribution of hemoglobin in 50% of all research subjects and 39.7% of low hemoglobin in all research subjects. There is a distribution of normal leukocyte counts as much as 55.1% of all research subjects and high leukocyte counts as much as 35.7% of all research subjects. There was a distribution of high neutrophil counts as much as 51.0% and normal leukocyte counts as much as 42.8% of all research subjects. There was a distribution of 64.2% low lymphocyte count and 31.6% normal lymphocyte count of all research subjects. There was a distribution of the normal monocyte count as much as 59.1% and the high monocyte count as much as 34.6% of all research subjects. There was a normal distribution of 70.4% and a high platelet count of 25.5% of all research subjects. The relationship between complete peripheral blood profile and the proportion of suspected COVID-19 patients with confirmed COVID-19 patients showed a relationship (p>0.05).
Conclusion: There is a relationship between complete peripheral blood profile in the proportion of patients suspected of COVID-19 with confirmed patients of COVID-19
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrina Irene
"Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah menjadi keadaan darurat kesehatan medis yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) berfungsi sebagai titik masuk SARS CoV-2, sementara transmembrane protease serine 2 (TMPRSS2) dan 3 chymotrypsin-like protease (3CLPro) terlibat dalam proses lebih lanjut dan replikasi virus. Inhibisi dari reseptor dan protease SARS CoV-2 dapat membatasi penularan virus ini. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan kandidat inhibitor ACE2, TMPRSS2, dan 3CLPro dari metabolit sekunder invertebrata laut Indonesia. Metode yang digunakan adalah penapisan virtual dengan target makromolekul yang didapat dari laman RSCB PDB, yaitu ID 2AJF, 7MEQ, dan 6LU7. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa hasil penapisan virtual memperoleh tujuh senyawa uji yang memiliki afinitas ikatan terhadap ketiga target yaitu Pre-neo-kauluamine (-9,7 kkal/mol pada ACE2; -8,4 kkal/mol pada TMPRSS2; -7,8 kkal/mol pada 3CLPro), Nakijiquinone V (-8,2 kkal/mol pada ACE2; -7,8 kkal/mol pada TMPRSS2; -7,5 kkal/mol pada 3CLPro), Acanthomanzamine C (-10,1 kkal/mol pada ACE2; -8,4 kkal/mol pada TMPRSS2; -7,3 kkal/mol pada 3CLPro), Jaspamide Q (-9,5 kkal/mol pada ACE2; -9,2 kkal/mol pada TMPRSS2; -7,3 kkal/mol pada 3CLPro), Saranoside S (-9,7 kkal/mol pada ACE2; -7,7 kkal/mol pada TMPRSS2; -7,2 kkal/mol pada 3CLPro), Acanthomanzamine E (-10,2 kkal/mol pada ACE2; -9,6 kkal/mol pada TMPRSS2; -6,9 kkal/mol pada 3CLPro), dan Jaspamide R (-9,3 kkal/mol pada ACE2; -8,7 kkal/mol pada TMPRSS2; -6,9 kkal/mol pada 3CLPro).

The coronavirus disease 2019 (COVID-19) caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) has become an ongoing medical health emergency worldwide. The angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) receptor serves as the entry point for SARS-CoV-2, while transmembrane protease serine 2 (TMPRSS2) and chymotrypsin-like protease 3 (3CLpro) are involved in further processing and viral replication. Inhibition of these SARS-CoV-2 receptor and protease can limit the spread of this virus. This study was conducted to find candidate inhibitors of ACE2, TMPRSS2, and 3CLPro from secondary metabolites of Indonesian marine invertebrates. The method used was virtual screening with macromolecular targets obtained from the RSCB PDB website, namely ID 2AJF, 7MEQ, and 6LU7. Based on the results of virtual screening, seven test compounds were found to have binding affinity towards all three targets, namely Pre-neo-kauluamine (-9.7 kcal/mol on ACE2; -8.4 kcal/mol on TMPRSS2; -7.8 kcal/mol) on 3CLPro), Nakijiquinone V (-8.2 kcal/mol on ACE2; -7.8 kcal/mol on TMPRSS2; -7.5 kcal/mol on 3CLPro), Acanthomanzamine C (-10.1 kcal/mol on ACE2; -8.4 kcal/mol on TMPRSS2; -7.3 kcal/mol on 3CLPro), Jaspamide Q (-9.5 kcal/mol on ACE2; -9.2 kcal/mol on TMPRSS2; -7.3 kcal /mol on 3CLPro), Saranoside S (-9.7 kcal/mol on ACE2; -7.7 kcal/mol on TMPRSS2; -7.2 kcal/mol on 3CLPro), Acanthomanzamine E (-10.2 kcal/mol on ACE2; -9.6 kcal/mol on TMPRSS2; -6.9 kcal/mol on 3CLPro), and Jaspamide R (-9.3 kcal/mol on ACE2; -8.7 kcal/mol on TMPRSS2; -6 .9 kcal/mol at 3CLPro)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivia Gina Rahmawaty
"Anosmia merupakan salah satu gejala COVID-19 yang spesifik. Mekanisme anosmia pada COVID-19 belum dapat dijelaskan dengan pasti. Beberapa studi melaporkan perubahan kemampuan penciuman disertai perubahan komposisi mikrobioma nasal. Saat ini studi mikrobioma nasal pasien COVID-19 yang mengalami gejala anosmia masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil mikrobioma nasal pasien COVID-19 dengan dan tanpa anosmia di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI tahun 2021. Studi potong lintang ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI Juli sampai September 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Diagnosis anosmia ditegakkan menggunakan metode subjektif. Pengambilan spesimen usap nasofaring dan orofaring untuk pemeriksaan RT-PCR COVID-19 dan usap nasal untuk pemeriksaan mikrobioma dilakukan pada pasien tersangka COVID-19. Bila didapatkan hasil RT-PCR positif, maka pada spesimen usap nasal dilakukan pemeriksaan sekuensing 16S RNA-Next Generation Sequencing. Didapatkan 17 spesimen usap nasal dari subjek yang mengalami gejala anosmia dan 8 spesimen yang tidak mengalami gejala anosmia. Pada mikrobioma nasal pasien COVID-19 yang mengalami gejala anosmia terjadi berupa penurunan kelimpahan filum Actinobacteria, Ordo Propionibacteriales, Famili Propionibacteriaceae, genus Cutibacterium dan Peptoniphilus. Dari penelitian ini, terdapat perubahan komposisi mikrobioma nasal pada pasien COVID-19 dengan gejala anosmia.

Anosmia is a specific symptom of COVID-19. The mechanism of anosmia in COVID-19 cannot be explained with certainty. Changes in nasal microbiome composition are associated with olfactory function. SARS-CoV-2 infection alters the respiratory microbiota and influence the susceptibility to COVID-19 infection. There are also changes in the composition of nasal microbioms of COVID-19 patients experiencing anosmia. Studies of the nasal microbiome in COVID-19 patients who experience symptoms of anosmia are rare. The aim of this study is to determine the nasal microbiome profile of COVID-19 patients with and without anosmia.
This cross-sectional study was conducted at the Clinical Microbiology Laboratory of the FKUI from July to September 2021 which met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. Anosmia is determined subjectively. Nasopharyngeal and oropharyngeal swab specimens for RT-PCR COVID-19 examination and nasal swabs for microbiome are collected from patients. If a positive RT-PCR result is obtained, then the nasal swab specimen is subjected to a RNA-Next Generation Sequencing. There were 17 nasal swab specimens from subjects with anosmic symptoms and 8 specimens without anosmic symptoms. In the nasal microbiome of COVID-19 patients who experience symptoms of anosmia, there is a decrease in the abundance of the Actinobacteria, Propionibacteriales, Propionibacteriaceae, Cutibacterium and Peptoniphilus. From this study, there were changes in the composition of the nasal microbiome in COVID-19 patients with anosmia symptoms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Indah Sejati
"Pendahuluan: Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS Cov-2. Covid-19 menyebabkan pandemic yang sudah berlangsung sejak tahun 2020. Sejak pandemic banyak orang yang pernah terkonfirmasi dan ada banyak juga yang sudah sembuh yang dikatakan sebagai penyintas covid-19. Penyintas covid-19 masih dapat merasakan gejala seperti brain fog (kabut otak). Pada mahasiswa sebagai penyintas Covid-19 yang melakukan pembelajaran dapat merasakan stress, stress yang di dapat ini disebut stress akademik. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mencari suatu hubungan antara stress akademik dengan brain fog pada mahasiswa penyintas Covid-19. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan melibatkan 125 mahasiswa penyintas Covid-19. Hasil: Analisa data menunjukan sebanyak 49 mahasiswa (39.2%) tidak mengalami Brain Fog, sedangkan 76 mahasiswa (60.8%) diduga mengalami Brain fog. Uji korelasi Rank Spearman juga menunjukan adanya korelasi antara tingkat stres akademik dengan Brain Fog (p value= 0.000) pada mahasiswa penyintas Covid-19 dengan nilai r sebesar 0.409. Kesimpulan: Kejadian Brain Fog pada penyintas Covid-19 diduga dipengaruhi adanya stres akademik. Perlu adanya manajamen stres yang baik pada mahasiswa penyintas Covid-19 untuk menjaga kemampuan berpikir.

Introduction: Covid-19 is an infectious disease caused by the SARS Cov-2 virus. Covid-19 caused a pandemic that has been going on since 2020. Since the pandemic many people have been confirmed and many have recovered who are said to be survivors of covid-19. Covid-19 survivors can still experience symptoms such as brain fog. Students as survivors of Covid-19 who do learning can feel stress, the stress they get is called academic stress. Purpose: This research was conducted to find a relationship between academic stress and brain fog in students who survived Covid-19. Methodology: This study used a cross-sectional design involving 125 student survivors of Covid-19. Results: Data analysis showed that 49 students (39.2%) did not experience Brain Fog, while 76 students (60.8%) were suspected of experiencing Brain Fog. Spearman's Rank correlation test also showed a correlation between academic stress levels and Brain Fog (p value = 0.000) in students who survived Covid-19 with an r value of 0.409. Conclusion: The incidence of Brain Fog in Covid-19 survivors is deemed to be influenced by academic stress. There needs to be good stress management for students who are survivors of Covid-19 to maintain their thinking skills"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrudin
"Hakikat tujuan pembangunan pedesaan adalah mengubah secara sadar dan bertahap tatanan kehidupan warga masyarakat desa dari sistem nilai tradisional ke arah sistem nilai modern. Atau dengan kata lain, pembangunan pedesaan adalah suatu proses modernitas kehidupan masyarakat desa yang dilakukan secara terpola dan terarah untuk meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan warga masyarakat desa, dimana arti dan fungsi nilai-nilai teori (penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan nilai-nilai ekonomi (kesejahteraan masyarakat) menjadi lebih dominan dari nilai-nilal lainnya.
Dalam pelaksanaannya, tujuan pembangunan desa ternyata masih jauh dari kenyataan yang diinginkan. Hasil pembangunan pedesaan tampaknya belum merata, dan bahkan terdapat indikator yang menunjukan bahwa gerak pembangunan pedesaan terkesan lamban bila dibandingkan dengan gerak pembangunan perkotaan. Berangkat dari pemikiran inilah, penulis mencoba mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan desa dengan mengambil studi kasus di Desa Kota Baru Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
Secara umum, dari hasil observasi dan studi pustaka yang dilakukan selama penelitian berlangsung, menunjukkan adanya distorsi pembangunan yang disebabkan oleh kemandegan fungsi kelembagaan masyarakat desa khususnya di Kota Baru. Persoalan ini muncul berawal dari penerapan UU No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa yang kemudian disusul dengan kepmendagri No.27 Tahun 1984 tentang susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Keberadaan undang-undang tersebut ternyata telah mendisfungsikan kelembagaan masyarakat yang semestinya demokratis, aspiratif dalam penyusunan rencana pembangunan desa. Akibatnya kemudian adalah berhentinya fungsi LMD dan LKMD sebagai lembaga pengambilan keputusan dan perencana pembangunan di desa sebagai representasi kebutuhan masyarakat.
Dari hasil observasi di desa Kota Baru menunjukkan bahwa, pola perencanaan top-down dalam pembangunan pedesaan yang dipraktekkan sejak orde baru ternyata kurang efektif dalam upaya membangun dan memberdayakan masyarakat desa sebagai obyek sekaiigus subyek pembangunan.
Dari hasil penemuan tersebut, maka penulis mencoba menyarankan untuk dilakukannya reformasi kelembagaan masyarakat di desa Kota Baru, agar lebih demokratis, aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat, serta berkualitas dalam pengertian bahwa aparatur yang duduk di kelembagaan tersebut memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam merencanakan dan mengambil kebijakan dalam rangka mensukseskan pembangunan desa di Kota Baru Kabupaten Lahat Sumatera Selatan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan rill masyarakat desa Kota Baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi
"Konsumsi pangan yang beragam dan seimbang penting untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif, termasuk di masa pandemi. Jika tidak, pola makan yang tidak seimbang menyebabkan malnutrisi, seperti kelebihan berat badan dan obesitas yang menjadi perhatian pada orang dewasa di Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Untuk memfasilitasi perubahan perilaku yang lebih sehat, motivasi dan niat seseorang perlu dipertimbangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi pemilihan makanan, tahap perubahan, dan keberagaman konsumsi pangan (diukur melalui Pola Pangan Harapan/PPH) pada orang dewasa di Jabodetabek selama pandemi COVID-19. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada 229 orang dewasa (berusia 18 – 59 tahun). Analisis deskriptif, korelasi, analisis varians dan pemodelan persamaan struktural dilakukan. Status sosial ekonomi subjek tergolong tinggi. Nilai median PPH adalah 81,59 (dari 100); disumbangkan oleh kelompok buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai yang tertinggi, diikuti oleh kelompok pangan hewani. Sebagian besar subjek berada pada tahap prekontemplasi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tahap perubahan dengan keberagaman konsumsi pangan, tetapi ada hubungan yang signifikan dengan skor buah dan sayuran. Agama adalah motivasi pemilihan makanan dengan skor median tertinggi, diikuti oleh harga dan kenyamanan. Kesehatan, kandungan alami dan pengendalian berat badan merupakan motivasi yang berhubungan signifikan dengan tahap perubahan dan berkorelasi dengan skor PPH. Selain itu, motivasi kenyamanan juga berkaitan dengan tahap perubahan, dan motivasi kepedulian etis berkorelasi dengan skor PPH. Motivasi pengendalian berat badan juga memiliki pengaruh langsung yang signifikan pada tahap perubahan, tetapi tidak pada keberagaman konsumsi pangan.

The consumption of diverse and balance diet is important to live a healthy and active life, including during a pandemic. Otherwise, imbalance diet leads to malnutrition, such as overweight and obesity that concerned among adults in Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). To facilitate a healthier behavior change, one’s motivation and intention need to be considered. This study aimed to understand the relationship between food choice motives, stage of change, and dietary diversity (assessed by Pola Pangan Harapan (PPH)/ desirable dietary pattern) among adults in Jabodetabek during COVID-19 pandemic. A cross-sectional study was conducted with 229 adults (aged 18 – 59 years old). Descriptive analysis, correlation, analysis of variance and structural equation modeling were conducted. Socio-economic status of subjects was high. The PPH median score was 81.59 (out of 100); contributed by fruit-and-vegetable group as the highest, followed by animal-based-food group. Majority of the subjects were in precontemplation stage. There was no significant association between stage of change with dietary diversity, but there was a significant association with fruit-and-vegetable score. Religion was the food choice motive with highest median score, followed by price and convenience. Health, natural content and weight control was the motives that significantly associated with stage of change and correlated with PPH score. Besides that, convenience motive was also associated with stage of change, and ethical concern motive was correlated with PPH score. Weight control motive also had significant direct effect on stage of change, but not on dietary diversity."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyantoro
"osttraumatic Growth adalah suatu proses bentuk adaptasi akibat adanya trauma yang menjadikan seorang individu lebih positif serta konstruktif dari hitungan hari sampai tahun. Permasalahan pada penyintas Covid-19 adanya tindakan diskriminasi, stigma, pengucilan sosial, kecemasan, depresi, perasaan bersalah, takut, marah, kelemahan otot, kesulitan tidur, gangguan penciuman, gangguan pengecapan.Tujuan penelitian kualitatif fenomenologi ini untuk mengeksplorasi Posttraumatic Growth (PTG) pada Perawat Penyintas Covid-19 di RS X Bandar Lampung. Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat penyintas Covid-19 yang berjumlah 10 orang dengan kriteria inklusi perawat yang terkonfirmasi Covid-19 di RS X Bandar Lampung pada Oktober 2020-Desember 2021 yang sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, perawat yang dinyatakan lolos menjadi partisipan berdasarkan dari skrining PTG dengan nilai ≥ 1, perawat yang tidak mengalami gejala PTSD , perawat yang bersedia menjadi partisipan, perawat yang bekerja di dalam pelayanan dengan minimal pendidikan D3, perawat yang sudah aktif bekerja kembali. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan memperhatikan etika penelitian. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan Colaizzi. Hasil penelitian didapatkan ada 6 tema yaitu: 1) sikap perawat penyintas Covid-19 terhadap peristiwa yang membuat hati menjadi lebih tenang, 2) keinginan perawat penyintas Covid-19, 3) perubahan pola hidup dalam menjaga kesehatan, 4) dampak Covid-19 pada aspek spiritual, 5) dampak Covid-19 dalam melakukan asuhan keperawatan, 6) dampak Covid-19 pada aspek sosial. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberikan dukungan kepada perawat penderita Covid-19 berupa skrining tingkat stres ataupun membantu masalah yang dialami perawat, sehingga apabila ada gangguan kejiwaan pada perawat dapat segera diberikan pendampingan ataupun pemberian dukungan.

Posttraumatic Growth is a process of adaptation due to trauma that makes an individual more positive and constructive from days to years. Problems with Covid-19 survivors are discrimination, stigma, social exclusion, anxiety, depression, feelings of guilt, fear, anger, muscle weakness, difficulty sleeping, olfactory disorders, taste disorders. The purpose of this qualitative phenomenological study is to explore Posttraumatic Growth (PTG). to the Covid-19 Survivor Nurse at RS X Bandar Lampung. Participants in this study were 10 Covid-19 survivor nurses with the inclusion criteria of nurses who were confirmed to be Covid-19 at RS X Bandar Lampung in October 2020-December 2021 who had been declared cured by doctors, nurses who were declared qualified to be participants based on screening. PTG with a value of 1, nurses who do not experience PTSD symptoms, nurses who are willing to be participants, nurses who work in services with a minimum of D3 education, nurses who have been actively working again. Data were collected through in-depth interviews with regard to research ethics. The data obtained were then analyzed with Colaizzi. The results of the study found that there were 6 themes, namely: 1) the attitude of nurses who survived Covid-19 towards events that made the heart calmer, 2) the wishes of nurses who survived Covid-19, 3) changes in lifestyle in maintaining health, 4) the impact of Covid-19 on health. spiritual aspects, 5) the impact of Covid-19 in carrying out nursing care, 6) the impact of Covid-19 on social aspects. The results of this study recommend that health care facilities can provide support to nurses with Covid-19 in the form of screening stress levels or helping with problems experienced by nurses, so that if there are psychiatric disorders in nurses, they can immediately be given assistance or support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingrid Faustine
"Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang paling umum ada pada penderita COVID-19. Faktor risiko seperti genetik, sosiodemografi, dan kondisi klinis awal diduga dapat memengaruhi kerentanan individu terhadap hipertensi dan COVID-19. Salah satu gen yang berhubungan dengan hipertensi adalah gen ACE. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi genetik gen ACE dalam hubungannya dengan risiko kerentanan dan penanganan penyakit hipertensi dan COVID-19 menggunakan model populasi Palu-Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross-sectional. Data faktor non-genetik diperoleh dari rekam medis dan kuesioner. Identifikasi variasi genetik dilakukan pada 4 lokasi pada gen ACE, yaitu rs1799752 (I/D) dengan metode PCR, dan rs4331 (A/G), rs4341 (G/C), dan rs4343 (G/A) dengan rhAmp SNP genotyping. Data faktor genetik dan non-genetik kemudian disusun menjadi model instrumen translasional. Studi melibatkan 136 subjek, dan analisis variasi genetik menunjukkan genotipe dominan untuk rs1799752 adalah II (50%), rs4331 adalah GG (51%), rs4341 adalah GG (100%), dan rs4343 adalah AA (65%). Varian alel D rs1799752, alel A rs4331, dan alel G rs4343 menunjukkan hubungan dengan kerentanan terhadap hipertensi, COVID-19, dan keparahan COVID-19. Analisis regresi menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, riwayat hipertensi, LDL, asam urat, glukosa darah, dan variasi genetik gen ACE adalah prediktor dalam menilai tingkat risiko hipertensi. Sementara itu, jenis kelamin, trigliserida, HDL, komorbiditas hipertensi, dan variasi genetik gen ACE adalah prediktor dalam menilai risiko terhadap kejadian COVID-19, sementara komorbiditas hipertensi, IMT, asam urat, dan variasi genetik gen ACE adalah prediktor dalam menilai risiko keparahan COVID-19. Asesmen prediksi instrumen translasional menunjukkan bahwa 31% dari kelompok hipertensi berisiko tinggi terhadap kejadian COVID-19 dan 46% memiliki berisiko sangat tinggi untuk mengalami keparahan yang lebih tinggi. Asesmen prediksi instrumen translasional hipertensi menunjukkan bahwa 22% subjek memiliki risiko sangat tinggi dan 23% diantaranya memerlukan penyesuaian pola terapi. Variasi gen ACE rs4331, rs1799752, dan rs4343, bersama dengan faktor risiko non-genetik, dapat digunakan sebagai prediktor untuk kejadian hipertensi, COVID-19, dan keparahan COVID-19. Variasi gen dan faktor non-genetik ini dapat dikembangkan menjadi model pengobatan presisi untuk mengevaluasi tingkat risiko dan penanganan individu terhadap hipertensi, COVID-19, dan keparahan COVID-19 di kalangan populasi Palu-Sulawesi Tengah secara translasional.

Hypertension is the most common comorbidity in COVID-19 sufferers. Risk factors such as genetics, sociodemographics, and initial clinical conditions are thought to influence an individual's susceptibility to hypertension and COVID-19. One of the genes associated with hypertension is the ACE gene. This study examines the ACE gene's genetic variation in summary with the risk of developing hypertension and COVID-19 using the Palu-Central Sulawesi population model. This research is an observational study with a cross-sectional design. Data on non-genetic factors were obtained from medical records and questionnaires. Identification of genetic variations was carried out at 4 locations in the ACE gene, namely rs1799752 (I/D) using the PCR method, rs4331 (A/G), rs4341 (G/C), and rs4343 (G/A) using rhAmp SNP genotyping. Data on genetic and non-genetic factors are then compiled into a translational instrument model. The study involved 136 subjects, and analysis of genetic variations showed that the dominant genotype for rs1799752 was II (50%), rs4331 was GG (51%), rs4341 was GG (100%), and rs4343 was AA (65%). The variant D allele rs1799753, A allele rs4331, and G allele rs4343 showed an association with susceptibility to hypertension, COVID-19, and severity of COVID-19. Regression analysis showed that gender, age, history of hypertension, LDL, uric acid, blood glucose, and genetic variations of the ACE gene were predictors in assessing the level of hypertension risk. Meanwhile, gender, triglycerides, HDL, comorbid hypertension, and genetic variations of the ACE gene are predictors in determining the risk of COVID-19. In contrast, comorbid hypertension, BMI, uric acid, and genetic variations of the ACE gene are predictors in assessing the risk of COVID-19 severity. -19. The translational instrument prediction assessment showed that 31% of the hypertension group were at high risk of experiencing COVID-19, and 46% were at very high risk of experiencing higher severity. The translational instrument prediction assessment for hypertension showed that 22% of subjects had a very high risk, and 23% of them required adjustment of therapy patterns. ACE gene variations rs4331, rs1799752, and rs4343, together with non-genetic risk factors, can be used as predictors for the incidence of hypertension, COVID-19, and severity of COVID-19. These gene variations and non-genetic factors can be developed into a precision medicine model to evaluate the risk level and individual treatment of hypertension, COVID-19, and the severity of COVID-19 among the Palu-Central Sulawesi population in a translational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qomariah
"ABSTRAK
Fungsi kepemimpinan dan manajerial dalam penelitian ini adalah pemahaman informasi tentang fungsi-fungsi pengarahan, penyelarasan dan pemberdayaan serta pemahaman informasi tentang fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan persepsi terhadap fungsi kepemimpinan dan manajerial melalui
pelatihan dan pendampingan organisasi Serta hubungannya dengan sikap pelayanan. Sampel penelitian adalah 40 orang pejabat struktural (pimpinan dan manajer madya) pada organisasi pelayanan kesehatan (Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas) di wilayah Kabupaten Lahat-
Sumatera Selatan.
Jenis peneiitian ini adalah penelitian lapangan, termasuk dalam “Evaluation research", dengan ranoangan “The one group pretest-posttest design". Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah uji beda nilai rata-rata "t-test” dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian dalam analisis uji beda tersebut, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna datam persepsi terhadap fungsi kepemimpinan, fungsi manajerial dan sikap pelayanan antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dan pendampingan organisasi. Hasil analisis dengan uji regresi berganda, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna dari persepsi tentang fungsi kepemimpinan dan fungsi manajerial dengan sikap pelayanan.
Saran-saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1) menggunakan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding;
2) mengevaluasi sikap pelayanan dari sisi pelanggan pengguna jasa pelayanan, dan 3) melakukan perhitungan korelasi untuk masing-masing aspek dan variabel persepsi tentang fungsi kepemimpinan dan fungsi manajerial dengan sikap pelayanan Adapun saran untuk institusi pelayanan adalah: melakukan penelitian serupa pada wilayah kabupaten lain, agar diperoleh suatu model pengembangan SDM yang mampu meningkatkan kualitas dan citra pelayanan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>