Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vidya Siwi Nurhanifa
"Manajemen pemeliharaan memegang peranan penting dalam mendukung keberlangsungan sistem produksi di suatu industri manufaktur alas kaki. PT. X, salah satu industri manufaktur alas kaki mengalami isu kualitas produk akibat manajemen pemeliharaan mesin masih kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja yang baik dan terstruktur. Maintenance Scorecard (MSC) digunakan untuk mengukur kinerja sekaligus menerjemahkan tujuan perusahaan ke dalam berbagai ukuran atau indikator-indikator yang tersusun dalam enam perspektif: productivity perspective, cost effectiveness perspective, safety perspective, quality perspective, learning perspective, dan environmental perspective. Penelitian ini dilakukan untuk membuat rancangan maintenance scorecard untuk perusahaan manufaktur alas kaki yaitu PT. X Hasil perancangan ini adalah usulan KPI di tiap level perusahaan pada masing-masing perspektif MSC. Dihasilkan sebanyak 25 KPI yang relevan, meliputi 7 KPI Productivity, 4 KPI Cost Effectiveness, 4 KPI Safety, 3 KPI Environmental, 4 KPI Quality, dan 3 KPI Learning. Dari hasil pembobotan KPI yang dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Network Process dapat diketahui indikator yang paling besar bobot atau kontribusinya terhadap pancapaian tujuan perusahaan, yaitu Maintenance Cost Ratio (35%), Energy and Water Consumption per unit production (11%), Defect Production Rate (8%) dan Number of Claimed Product (8%).

Maintenance management plays an important role in supporting the sustainability of the production system in the footwear manufacturing industry. PT X, one of the footwear manufacturing industries, is experiencing product quality issues due to poor machine maintenance management. Therefore, a good and structured performance measurement system is needed. Maintenance Scorecard (MSC) is used to measure performance while translating company goals into various measures or indicators arranged in six perspectives: productivity perspective, cost effectiveness perspective, safety perspective, quality perspective, learning perspective, and environmental perspective. This research was conducted to create a maintenance scorecard design for a footwear manufacturing company, PT. X The result of this design is a KPI proposal at each company level in each MSC perspective. As many as 25 relevant KPIs are produced, including 7 Productivity KPIs, 4 Cost Effectiveness KPIs, 4 Safety KPIs, 3 Environmental KPIs, 4 Quality KPIs, and 3 Learning KPIs. From the results of KPI weighting carried out using the Analytical Network Process method, it can be seen that the indicators with the greatest weight or contribution to the achievement of company goals are Maintenance Cost Ratio (35%), Energy and Water Consumption per unit of production (11%), Defect Production Rate (8%) and Number of Claimed Product (8%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steffi Yuni Tania Susanto
"Manajemen pemeliharaan merupakan salah satu aspek pendukung yang penting bagi keberlangsungan sistem produksi pada industri otomotif. Industri otomotif sebagai asset intensive industry memerlukan pengelolaan kegiatan pemeliharaan yang efektif untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi seperti mencapai target produksi, meminimalkan biaya, mengupayakan keselamatan, menjaga kualitas, dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja yang baik dan terstruktur. Maintenance Scorecard adalah suatu pendekatan yang didesain untuk membuat dan mengimplementasikan strategi dalam manajemen aset.
Maintenance scorecard disusun berdasarkan hirarki perusahaan yang fundamental yaitu corporate level, strategic level, dan functional level. Terdapat 6 perspektif pada MSC yaitu productivity, cost effectiveness, safety,quality, environment, dan learning. Performance dashboard adalah suatu laporan yang efektif yang dirancang dengan mengembangkan sebuah laporan yang menampilkan KPI penting dalam format visual sehingga penggunaannya bersifat komplementer terhadap scorecard.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat rancangan maintenance scorecard dan performance dashboard pada PT. X yang merupakan industri otomotif. Hasil perancangan ini adalah usulan hirarki Key Performance Indicator (KPI) di tiap level perusahaan pada masing-masing perspektif MSC. Dihasilkan sebanyak 36 KPI yang relevan, meliputi : 10 KPI pada productivity, 7 KPI pada cost effectiveness, 7 KPI pada safety, 7 KPI pada quality, 2 KPI pada environmental, dan 4 KPI pada learning. Performance dashboard dirancang dengan memuat KPI penting berdasarkan hasil pembobotan dengan metode AHP sebagai visualisasi KPI sehingga dapat dikontrol dan dimonitor oleh semua pihak dalam perusahaan.

Maintenance management is an important supporting aspect for automotive industry. As an asset intensive industry, it needs an effective maintenance management to optimalize productivity while minimizing cost, focus on quality, safety, and environment . Therefore, it needs a comphrehensive and structural performance measurement. Maintenance Scorecard is a comphrehensive approach used to develop and implement strategy in the area of asset management.
Maintenance scorecard developed based on fundamental hierarchy in the company that are corporate level, strategic level, and functional level. MSC consist of 6 perspectives :productivity, cost effectiveness, safety, quality, environment, and learning. Performance dashboard is an effective report that designed and developed to visualized KPI in a table, chart, and diagram, so the use of performance dashboard is complement the scorecard.
This research is aimed to design a maintenance scorecard and performance dashboard in PT. X as an automotive industry.The result is propose hierarchy Key Performance Indicator (KPI) in each organization level and MSC perspective. There are 36 relevan KPI: 10 KPI on productivity, 7 KPI on cost effectiveness, 7 KPI on safety, 7 KPI on quality, 2 KPI onenvironmental, and 4 KPI on learning. Performance dashboard is designed to visualized important KPI that weighted with AHP method. This maintenance scorecard and performance dashboard can used by the company to measure, monitor, and control their performance in order to make a continous improvement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Cendana
"Penilaian kinerja pemeliharaan penting dilakukan karena pemeliharaan dianggap sebagai biaya terbesar. Pemeliharaan juga mengembalikan barang ke kinerjanya yang semula sehingga keberadaannya perlu dilakukan. Ada banyak tools dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pemeliharaan, salah satunya adalah dengan Maintenance Scorecard. Kombinasi antara Six Sigma dengan Maintenance Scorecard membantu menilai kinerja pemeliharaan dalam bentuk perhitungan DPMO dan sigma level serta membantu pemeliharaan agar menuju tujuan yang ingin dicapai.
Six Sigma Maintenance Scorecard terbukti efektif dalam mengevaluasi kinerja pemeliharaan berdasarkan penelitian terdahulu. Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Maintenance Key Performance Indicators British Standard. Terdapat 21 indikator yang relevan terhadap Perusahaan, namun hanya 9 indikator yang dimasukkan kedalam perhitungan pada penelitian ini karena keterbatasan.
Hasil dari penelitian ini adalah pengukuran kinerja dengan Six Sigma Maintenance Scorecard sementara pada PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard masih bersifat sementara dikarenakan adanya indikator-indikator lain yang seharusnya turut dihitung. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi aspek yang perlu ditingkatkan serta saran untuk penelitian kedepannya dan PT Indopelita Aircraft Services.

Maintenance performance assessment is important to be done because maintenance is still considered as the biggest cost. Maintenance turns thing into its best performance so it is necessary to do maintenance. There are many tools to evaluate maintenance performance, one of those is Maintenance Scorecard. Combination between Six Sigma and Maintenance Scorecard helps evaluating maintenance performance with the calculation of DPMO and sigma level. It also helps to obtain the desired purpose.
Six Sigma Maintenance Scorecard is proven to be an effective tool to evaluate maintenance performance according to previous research. Six Sigma Maintenance Scorecard uses Maintenance Key Performance Indicators British Standard. There are 21 relevant indicators to company, but only 9 of them were included in this research because of limitation.
Results are the measurement using temporary Six Sigma Maintenance Scorecard in PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard is still temporary because of there are indicators which should be included too. Furthermore, this research also gives recommendation of aspects which should be improved and suggestions for both future research and PT Indopelita Aircraft Services.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline Melinda Primasari
"Tesis ini merupakan hasil analisis dari kegiatan business coaching melalui proses observasi dan wawancara terhadap pemilik UKM ABC yang bergerak di bidang usaha bengkel. Berdasarkan pemetaan terhadap kondisi UKM terdapat beberapa gap antara kondisi aktual yang terjadi dengan kondisi ideal yang diharapkan, salah satunya mengenai indikator kinerja karyawan yang belum terukur secara kuantitatif. Perlunya penilaian kinerja karyawan berbasis Key Performance Indicator KPI individu merupakan usulan yang diajukan kepada Bengkel ABC.

This thesis is the result of analysis of business coaching activities through observation and interviews with SMEs ABC owners which engaged in the car service workshop business. Based on the mapping of the condition of SMEs there is some gap between the actual conditions that occur with ideal conditions expected, one of that is the indicators of the performance of employees who have not quantifiable. The need for performance appraisal based on Individual Key Performance Indicator KPI was a proposal submitted to Workshop ABC."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kurniati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fenomena berupa penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan (TLRHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Key Performance Indicator (KPI). Objek penelitian ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai single unit analysis yang telah mengadopsi tindak lanjut rekomendasi tersebut dalam KPI/IKU sejak tahun 2018. Meskipun penyelesaian tindak lanjut rekomendasi telah dilekatkan pada KPI/IKU dan target KPI/IKU selalu tercapai, masih terdapat beberapa rekomendasi yang belum selesai/tuntas dalam 5 (lima) tahun bahkan 10 (sepuluh) tahun.
Penelitian ini berupaya mengisi research gap dari penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa faktor penyebab belum optimalnya penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK adalah karena tindak lanjut tersebut belum dilekatkan sebagai KPI/IKU dan tidak adanya target yang menunjukkan indikator keberhasilan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C serta latar belakang penyesuaian KPI/IKU dari perspektif Institutional Isomorphism. Analisis data pada penelitian ini menggunakan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C, KPI/IKU tindak lanjut rekomendasi BPK belum sepenuhnya memenuhi Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C yaitu (1) Measurable; dan (2) Achievable/Attainable. Tidak dipenuhinya kedua kriteria/prinsip tersebut mengakibatkan masih belum idealnya klaim atas capaian realisasi KPI/IKU yang dilakukan DJP sebab terdapat gap antara periode terbitnya Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut dari BPK atas pembahasan TLRHP dengan periode berakhirnya masa penilaian kinerja pada DJP. Kondisi ini mengakibatkan capaian realisasi KPI/IKU diklaim secara subjektif dengan menggunakan tindak lanjut rekomendasi yang diusulkan selesai dengan nilai indeks yang sama dengan rekomendasi yang dinyatakan selesai/tuntas oleh BPK. Namun demikian, implementasi KPI/IKU memberikan manfaat bagi organisasi berupa peningkatan komitmen manajemen organisasi dan mendorong strategi organisasi.
Kemudian, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian KPI/IKU dari perspektif Institutional Isomorphism. Pertama, faktor yang dipengaruhi fenomena isomorfisme normatif yaitu faktor yang berasal dari sisi eksternal berupa pelibatan pihak eksternal dan faktor dari sisi internal berupa insentif kinerja pegawai dan inovasi organisasi. Kedua, faktor dari perspektif isomorfisme koersif berupa tekanan koersif dari masyarakat terhadap pengelolaan keuangan negara.

This study aims to evaluate the phenomenon of completion of follow-up on the audit finding recommendations of the Supreme Audit Agency (BPK) as a Key Performance Indicator (KPI). The object of this study is the Directorate General of Taxes (DGT) as single unit analysis which has adopted such follow-up recommendations in its KPI since 2018. Although the completion of follow-up recommendations has been embedded to KPI and the KPI targets have always been achieved, there are still some recommendations that have not been completed in 5 (five) years and even in 10 (ten) years.
This study seeks to fill the research gap from previous studies which revealed that the factors causing the suboptimal completion of the follow-up on BPK audit findings are because the follow-up has not been adopted as a KPI and there are no targets showing indicators of success. The evaluation is carried out using SMART Criteria and the SMART-C Principle as well as the KPI adjustments that have been made by institution from the perspective of Institutional Isomorphism. The analysis of research data employs content analysis.
This study shows that based on the SMART Criteria and SMART-C Principles, the KPI on follow up over BPK recommendations has not fully satisfied the SMART Criteria and SMART-C Principles, namely (1) Measurable; and (2) Achievable/Attainable. The non- fulfilment of those two criteria/principles results in not ideal claim over the KPI realization by the DGT because there is a gap between the issuance period of the Follow-Up Monitoring Report from BPK and the end of the performance assessment period at the DGT. This condition causes KPI realization achievements to be subjectively claimed using follow-up recommendations proposed to be completed by the DGT with the same index value as recommendations declared completed by BPK. However, the implementation of KPI provides benefits to organizations in the form of increasing organizational management commitment and encouraging organizational strategy.
There are factors that influence the adjustment of KPI/IKU from the perspective of Institutional Isomorphism. First, factors that are influenced by the phenomenon of normative isomorphism, i.e. factors originating from the external side, namely the involvement of external parties and factors from the internal side, namely the employee performance incentives and organizational innovation. Second, the factor from the perspective of coercive isomorphism is in the form of coercive pressure from the community on the state finance management.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Dwilita Sari
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa lingkungan usaha organisasi dan Indonesia Corruption Watch (ICW) sebagai satu organisasi nirlaba atau organisasi masyarakat sipil di Indonesia dan mengusulkan suatu model pengukuran kinerja dengan pendekatan dan konsep Balanced Scorecard. Pengembangan rancangan Balanced Scorecard hanya akan dibatasi sampai pada perancangan Balanced Scorecard dengan ukuran kinerja dan inisiatif strategisnya.
Penelitian ini akan memberikan analisa mengenai lingkungan organisasi, meninjau pernyataan visi, misi dan strategi ICW hasil rumusan perencanaan strategis pada awal tahun 2014 serta memberikan usulan perbaikannya dan perancangan Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja ICW.
Penelitian ini membuktikan bahwa pengukuran kinerja menggunakan pendekatan Balanced Scorecard pada organisasi masyarakat sipil, seperti ICW adalah dapat diterapkan dengan beberapa penyesuaian pada perspektif-perspektif Balanced Scorecard. Peneliti menggunakan pendekatan dan konsep Balanced Scorecard untuk organisasi sektor publik menurut Niven, sebagai sumber referensi utama untuk mengembangkan Balanced Scorecard pada ICW.
Agar penerapan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard dapat berjalan dengan mudah, ICW perlu memenuhi syarat-syarat dasar sebagai berikut: (1) perlu menetapkan target yang jelas, terukur, attainable dan disepakati bersama, (2) mendapatkan dukungan dan melibatkan semua unsur organisasi, mulai dari pemimpin organisasi sampai kepada unit-unit kerja dan individu anggota organisasi ICW, dan (3) sumber data dan informasi harus valid, mudah diperoleh, relevan dan reliable.
Manfaat penerapan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja adalah dapat menunjukkan akuntabilitas, membantu mengarahkan fokus strategi organisasi, melaksanakan rencana strategis, membantu organisasi dalam mengelola perubahan, meningkatkan kepercayaan publik dan legitimasi organisasi.

This thesis aims to explore and analyse the environment of Indonesia Corruption Watch, a civil society organisation or not-for-profit organisation in Indonesia and propose a model of performance measurement for Indonesia Corruption Watch using a Balanced Scorecard approach. The development of the Balanced Scorecard will be limited to the design of the performance measures and its strategic initiatives.
This thesis will provide an analysis on the organisation environment, review on its vision, mission and strategy statement that was developed by Indonesia Corruption Watch in early 2014, and will propose the statements revisions and develop a performance measurement tools for Indonesia Corruption Watch using Balanced Scorecard approach.
This thesis proves that the application of Balanced Scorecard for not-for-profit organisation like Indonesia Corruption Watch is doable with minor adjustments on the performance measurement perspectives. This thesis? main reference is Niven?s concept of Balanced Scorecard for public sector organisation.
In order to ensure smooth implementation, Indonesia Corruption Watch should consider: (1) clear and attainable target setting agreed by relevant parties, (2) requires support and involvement of all organisation members, from top to bottom and across sections, and (3) ensure data and information is easily accessible, valid, relevan and reliable.
The benefit of Balanced Scorecard implementation for performance measurement is it demonstrates accountability, helps the organisation to focus on strategies, implement strategic plan, manage change, and can increase public trust and organisation legitimacy.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khanti Paramita
"Penelitian ini berupa studi kasus pada sebuah perusahaan instalasi dan recovery jaringan (system integrator), yaitu PT Mitra Sinergi Adhitama. Persaingan yang semakin ketat belakangan ini menyebabkan perusahaan dituntut untuk memiliki strategi dan dapat mengimplementasikannya dengan baik. Perencanaan dan pengimplementasian strategi menjadi hal yang penting bagi perusahaan, begitupula bagi PT Mitra Sinergi Adhitama. Selain itu, pengukuran kinerja juga penting untuk diterapkan oleh perusahaan.
Hasil studi kasus pada PT Mitra Sinergi Adhitama menunjukkan beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi perusahaan dan didapat hasil bahwa perusahaan berada pada posisi growth di industrinya. Dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta posisi perusahaan, akan dibuat strategi berdasarkan empat perspektif pada balanced scorecard, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Strategi yang dirancang tersebut harus sesuai dengan misi dan visi perusahaan. Bagi PT Mitra Sinergi Adhitama, misi dan visi perusahaan masih relevan digunakan dalam mendukung usulan strategi yang dibuat.
Studi kasus ini berakhir dengan perancangan strategy map dan balanced scorecard untuk PT Mitra Sinergi Adhitama yang dapat digunakan sebagai alat implementasi strategi dan pengukuran kinerja perusahaan.

This research examines a company in network installation and recovery (system integrator) called PT Mitra Sinergi Adhitama. Tight competition that occurs recently has led all of companies to have effective strategic plan and implementation. Therefore, strategic plan and implementation become important for companies, included PT Mitra Sinergi Adhitama. Moreover, performance measurement is also important to be implemented by the company.
This study showed strengths, weaknesses, opportunities, threats, and growth position for PT Mitra Sinergi Adhitama. This study also examines proposed strategies for the company based on four perspectives of the balanced scorecard called financial perspectives, customer perspectives, internal business process perspectives, and learning and growth perspectives. Those strategies must align to company’s mission and vision. For PT Mitra Sinergi Adhitama, the company's mission and vision are still relevant to support the proposed strategy.
This study will be concluded by making the proposed strategy map and balanced scorecard as strategic implementation tool and performance measurement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangihutan, Samuel
"Saat ini banyak perusahaan dalam pengelolaan asetnya menerapkan strategi untuk dapat berkompetisi dengan kompetitor-kompetitor mereka. Tetapi terkadang pengertian atau implementasi dari tujuan dan strategi-strategi perusahaan hanya sampai pada tingkat top management saja, sehingga setiap tujuan atau sasaran perusahaan tidak tercapai dengan baik. Strategi-strategi yang diambil juga terkadang tidak terukur, sehingga sangat sulit untuk melihat perkembangan perusahaan berdasarkan strategi yang diambil. Maintenance Scorecard (MSC) adalah suatu pendekatan yang didisain untuk membantu dalam pembuatan dan pengimplementasian strategi dalam pengelolaan aset-aset perusahaan, diaplikasikan melalui suatu hirarki tujuan atau pendekatan yang terstruktur melalui tiga level fundamental, yaitu corporate, strategic, dan functional. MSC melalui tiap indikator yang kuantitatif dalam tiap level perusahaan, mengukur performa dalam asset management tentang apa yang dilakukan, bagaimana kinerja selama ini, dan bagaimana performa setiap tindakan yang sudah dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Terdapat 6 perspektif pengukuran performa dalam MSC, yaitu productivity, cost effectiveness, safety, quality, learning, dan environmental perspective. Penelitian ini dilakukan untuk merancang Maintenance Scorecard pada PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan pesawat. Hasil perancangannya adalah adanya usulan hirarki indikator (KPI) dari setiap level perusahaan yang terbagi dalam tiap perspektif MSC. Indikator tersebut digunakan untuk mengarahkan dan memonitor perubahan dalam perusahaan hingga mencapai tingkat performa yang diinginkan. Dari 6 perspektif pada maintenance scorecard dihasilkan sebanyak 37 usulan indikator performa yang relevan, yang terbagi menjadi: 12 indikator productivity, 6 indikator cost effectiveness, 5 indikator safety, 9 indikator quality, dan 5 indikator learning perspective.

Nowadays, there are lot of companies apply strategies in order to compete with their competitors. But sometimes both the understanding and the implementation of those strategies exist only in the top level of management. Besides, to see the company's progression toward the strategies taken is difficult to achieve, because sometimes the strategies is unmeasured. The result is none of the strategies are achieved well. Maintenance Scorecard (MSC) is a comprehensive approach used to develop and implement strategy in the area of asset management, applied via a hierarchy of objectives or a structured approach through 3 fundamental levels, namely corporate, strategic, and functional. MSC through the quantified measures or indicator of each company's level measures what they do, how well they do it, and how their actions further company goals. There are 6 types of performance measurements in MSC; they are productivity, cost effectiveness, safety, quality, learning, and environmental perspective. This research is conducted in order to design the implementation of maintenance scorecard at PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia, as one of the company that operate in maintenance field. The result of the research is the recommendation of Key Performance Indicators (K.PI) in each company's level which is divided in each MSC perspective. Those indicators used to drive change through the organization as well as to monitor the progress toward desired level of performance. There are 37 recommended indicators yielded from all maintenance scorecard perspective. They are divided into: 12 productivity indicators, 6 cost effectiveness indicators, 5 safety indicators, 9 quality indicator, and 5 learning perspective indicator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Akbar
"Balanced Scorecard saat ini telah menjadi suatu topil yang sangat menarik untuk dibahas oleh para akademisi maupun praktisi bisnis. Metode ini adalah alat pengukuran kinerja yang menggabungkan antara aspek keuangan dan non­ keuangan yang menjadi jawaban atas kritik terhadap mctode konvensional yang hanya menggunakan data keuangan sebagai dasar untuk melakukan suatu pcnilaian kinerja suatu perusahaan atau organisasi.
Dalam studi kasus ini, penelitian ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap PT. DEF, Tbk dalam rnelakukan penyusunan Key Performance Indicator (KPI) dan mclakukan pembcntukan metodc pengukuran kinerja yang berdasarkan prinsip-prinsip Balanced Scorecard. Hasil yang di dapat dari pcnclitian ini adalah suatu ran<;angan barn untuk pengukuran kinerja perusahaan berupa Balanced Scorecard yang sesuai dengan visi dan misi serta menunjang strategi perusahaan.

In several years, Balanced Scorecard has been a topic that mostly being discussed by academics and practitioners. The method itself is a performance measurement tools that combines financial and non-financial aspects, Moreover, Balanced Scorecard could be said as an answer for critics regarding conventional performance measurement tools that only based on financial data.
This study was assigned to evaluate the formulation of Key Performance Indicator (KPI) of PT. DEF, Tbk and generating a new performance measurement system which based on the principles of Balanced Scorecard. The result of the study is the development of Balanced Scorecard which used for measuring the performance of the company which fit company's vision and mission.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T32405
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Akbar
"ABSTRAK
PT Sigma Solusi Integrasi merupakan salah satu perusahaan penyedia layanan
teknologi informatika yang berada di indonesia. Pada saat ini perkembangan
didalam dunia TIK cukup pesat khususnya di Indonesia, sehingga membuat
persaingan antara perusahaan penyedia layanan TIK cukup ketat. Oleh karena itu
dalam bersaing penyusunan strategi haruslah melihat kondisi lingkungan
diperusahaan itu sendiri dan evaluasi pelaksaan strategi yang disusun harus dapat
selalu dipantau dan diperbaiki. Namun pada saat ini penyusunan strategi dibuat
berdasarkan keputusan manajemen dan pengukuran kinerja hanya dilakukan
melalui laporan keuangan dan jumlah pelanggan. Hal ini tidak cukup karena
selain laporan keuangan perusahaan juga membutuhkan laporan kinerja dari
perspektif lain untuk melihat keadaan sesungguhnya disuatu perusahaan. Pada
penelitian ini akan dilakukan analisis SWOT sehingga perusahaan dapat
menentukan strategi perusahaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan baik itu
eksternal maupun internal perusahaan. Kemudian melalui perancangan Balanced
Scorecard perusahaan dapat melakukan pengukuran terhadap kinerja perusahaan
melalui pencapaian dari strategi yang telah ditentukan yang dilihat dari 4
perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses internal pembelajaran dan
pertumbuhan

ABSTRACT
PT Sigma Solutions Integration is a provider of information technology services
that are in Indonesia. At this time in the development of the ICT world quite
rapidly, especially in Indonesia, thus making the competition between the ICT
service provider companies is quite tight. Therefore, in the competitive strategy
formulation should be viewed in the company's own environmental conditions
and evaluate the implementation of the strategy must be constantly monitored and
improved. But at this moment the preparation of the strategy was made based on
the decision of management and performance measurement is only done through
the financial statements and the number of clients. It is not enough because in
addition to the company's financial statements also requires a performance report
from another perspective to see the real condition in companies. In this research
will be do SWOT analysis so the company can determine the appropriate
corporate strategy with environmental conditions both external and internal. Then
through the design of the Balanced Scorecard, companies can do measurements of
the performance of the company through the achievement of a predetermined
strategy is viewed from four perspectives: financial, customer, internal process of
learning and growth."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>