Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annas Azzahra
"Postoperative nausea and vomiting (PONV) merupakan efek samping yang terjadi selama 24-48 jam pertama setelah operasi laparatomi. PONV dapat memanjang dikarenakan beberapa faktor salah satunya penggunaan agen analgesik. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 67 tahun post laparatomi dengan keluhan PONV yang memanjang lebih dari 48 jam setelah tindakan operasi dikarenakan penggunaan terapi analgesik epidural. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan penggunaan teknik akupresur perikardium 6 (P6) untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien post laparatomi. Teknik akupresur perikardium 6 (P6) diberikan selama enam hari dari tanggal 14/04/2023 sampai 19/04/2023 dengan setiap kali tindakan dilakukan sebelum dan sesudah makan selama 5-10 menit. Hasil evaluasi menunjukan teknik Akupresur perikardium 6 (P6) terbukti efektif menurunkan intensitas mual dan muntah pada pasien pasca laparatomi dengan PONV. Kesimpulannya teknik akupresur perikardium 6 (P6) dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas mual dan muntah pasca laparatomi dan intervensi ini dapat dilakukan secara mandiri dan tidak menimbulkan efek samping

Postoperative nausea and vomiting (PONV) is a side effect that occurs during the first 24-48 hours after laparotomy. PONV can be prolonged due to several factors, one of which is the use of analgesic agents. The analysis was performed on a 67-year-old post-laparotomy woman with complaints of PONV that lasted more than 48 hours after surgery due to the use of epidural analgesic therapy. The purpose of this paper is to present the results of an analysis of nursing care using the pericardium 6 (P6) acupressure technique to reduce the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients. Pericardium 6 (P6) acupressure technique was given for six days from 14/04/2023 to 19/04/2023 with each action performed before and after eating for 5-10 minutes. The results of the evaluation showed that the pericardium 6 (P6) acupressure technique was proven effective in reducing the intensity of nausea and vomiting in post-laparotomy patients with PONV. In conclusion, the pericardium 6 (P6) acupressure technique can be performed to reduce the intensity of post-laparotomy nausea and vomiting and this intervention can be carried out independently and does not cause side effects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Arief Fadli
"Latar belakang PONV dapat terjadi pada 20-30% pasien, bahkan pada pasien- pasien yang berisiko tinggi bisa mencapai sekitar 70%. PONV menyebabkan peningkatan morbiditas, menurunnya kepuasan pasien dan meningkatnya biaya yang dikeluarkan pasien. Salah satu cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan mual muntah pascaoperasi adalah dengan pemakaian akupresur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemakaian akupresur Sea-Band® untuk menurunkan angka kejadian mual muntah pascaoperasi pada pasien yang menjalani anestesia umum inhalasi.
Metode Dilakukan pembiusan umum pada 88 pasien ASA 1-2 yang menjalani pembedahan risiko tinggi PONV. Tujuh pasien dikeluarkan, akupresur 41 sampel dan kontrol 40 sampel. Pada kelompok perlakukan diberikan lakukan pemasangan akupresur Sea-Band® 30-60 menit sebelum dilakukan pembiusan. Seluruh sampel diberikan antiemetik. Dilakukan pencatatan angka kejadian mual muntah selama 0-2 jam pascaoperasi di ruang pulih dan 2-24 jam di ruang rawat inap. Tidak didapatkan terjadinya efek samping pada kedua kelompok.
Hasil: Didapatkan hasil yang tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok dalam insidens mual dan muntah di ruang pemulihan (0-2 jam). Insidens mual dalam 0-2 jam antara akupresur vs plasebo adalah 9,75 % vs 25 % (p > 0,05) dan insidens muntah dalam 0-2 jam antara akupresur vs plasebo adalah 4,87 % vs 17,5 % (p> 0,05). Insidens mual dalam 2-24 jam antara akupresur vs plasebo adalah 2,43 % vs 20 % (p < 0,05). Insidens muntah dalam 2-24 jam antara akupresur vs plasebo adalah 0 % vs 7,5 % (p > 0,05). Tidak didapatkan terjadinya efek samping pada kedua kelompok. Tercatat bahwa 90,2% mengatakan puas dengan manfaat penggunaan akupresur dan pemberian ondansetron, bahkan pada kelompok yang sama sebanyak 4,9% menyatakan sangat puas
Kesimpulan Penggunaan akupresur Sea-Band® dengan Ondansetron terbukti dapat menurunkan angka kejadian mual pada rentang waktu 2-24 jam setelah operasi dengan anestesia umum inhalasi.

Background : PONV may occur in 20-30 % of patients , even in patients at high risk could reach about 70 % . PONV lead to increased morbidity , decreased patient satisfaction and increased patient costs . One way nonpharmacological do to reduce postoperative nausea and vomiting is to use acupressure . This study aims to determine the effectiveness of the use of Sea - Band® acupressure to reduce the incidence of postoperative nausea and vomiting in patients undergoing general anesthesia inhalation .
Methods : Do general anesthesia in 88 ASA 1-2 patients undergoing high- risk surgery PONV . Seven patients were excluded , acupressure 41 samples and 40 control samples . In the treatment group was given did the installation of Sea - Band® acupressure 30-60 minutes prior to anesthesia . The entire sample is given antiemetic . Do recording the incidence of nausea and vomiting for 0-2 hours postoperatively in the recovery room and 2-24 hours in the inpatient unit . There were no side effects in both groups .
Results : Obtained results were not significantly different between the two groups in the incidence of nausea and vomiting in the recovery room ( 0-2 hours ) . The incidence of nausea within 0-2 hours between acupressure vs placebo was 9.75 % vs. 25 % ( p > 0.05 ) and the incidence of vomiting within 0-2 hours between acupressure vs placebo was 4.87 % vs. 17.5 % ( p > 0.05 ) . The incidence of nausea in 2-24 hours between acupressure vs placebo was 2.43% vs. 20 % ( p < 0.05 ) . The incidence of vomiting in 2-24 hours between acupressure vs placebo was 0 % vs. 7.5 % ( p > 0.05 ) . There were no side effects in both groups . It was noted that 90.2 % said satisfied with the benefits of using acupressure and ondansetron administration , even in the same group as much as 4.9 % said very satisfied
Conclusions : The use of acupressure by Sea - Band® Ondansetron shown to reduce the incidence of nausea in the period 2-24 hours after surgery with general anesthesia inhalation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmitha Sari
"ABSTRAK
Mual muntah meningkatkan ketidaknyamanan anak saat kemoterapi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif atau progressive muscle relaxation (PMR) terhadap kenyamanan, mual, muntah pada anak yang mendapat kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan. Desain penelitian quasi eksperimen pre-post test dengan kelompok kontrol. Responden diambil dengan teknik consecutive sebanyak 21 orang pada tiap kelompok. PMR diberikan 2x sehari selama 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kenyamanan pada kelompok kontrol (p < 0,05) tetapi tidak pada kelompok intervensi (p > 0,05). Terdapat perbedaan mual antara kedua kelompok (p < 0,05). Tidak ada perbedaan bermakna frekuensi dan volume muntah pada kedua kelompok (p > 0,05). PMR dapat dijadikan intervensi mandiri perawat dalam meningkatkan kenyamanan dan menurunkan mual, muntah anak saat kemoterapi.

ABSTRACT
Nausea and vomiting increas discomfort during chemotherapy. The aims of the study is to determine the effect of progressive muscle relaxation (PMR) for the comfort, nausea and vomiting induced chemotherapy in H. Adam Malik Medan Hospital. Research design was quasi-experimental pre-post test with control group. Consecutive sampling technic was conducted to 21 childs in both groups. PMR gave twice a day during fifteen minutes. The results showed differences comfort in the control group (p < 0,05) but not in the intervention group (p > 0,05). There are differences significant nausea between two groups (p < 0,05). There is no significant difference vomit in both groups (p > 0,05). PMR can be used as independent intervention in improving comfort, reducing nausea and vomiting during chemotherapy."
2014
T36047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggadria Iqbal Yulian
"Latar belakang. Insidens mual dan muntah pascaoperatif masih tinggi dan berkaitan dengan meningkatnya morbiditas. Vitrektomi merupakan operasi yang sering dilakukan dengan insidens mual muntah pascaoperatif yang cukup tinggi. Modifikasi teknik anestesi adalah salah satu cara mengurangi insidens mual muntah pascaoperatif. Kombinasi opioid dengan obat anestetik inhalasi merupakan pilihan dalam rumatan anestesia umum karena mempunyai efek sinergis. Salah satu kombinasi tersebut adalah kombinasi fentanil dan sevofluran. Perbandingan dosis kombinasi fentanil dan sevofluran terhadap timbulnya efek samping mual muntah pascaoperatif belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan insidens mual muntah pascavitrektomi antara rumatan kombinasi sevofluran 1,2% - fentanil 1,2 µg/kg/jam dengan rumatan sevofluran 2%.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal terhadap pasien yang menjalani vitrektomi dengan anestesia umum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Mei sampai Juli 2015. Sebanyak 62 subyek diambil dengan metode konsekutif. Pengukuran mual muntah dilakukan dengan wawancara pada subyek penelitian. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Fisher sebagai uji alternatif.
Hasil. Insidens mual antara kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna pada periode 0-2 jam pascaoperasi (p=0,032) sedangkan pada periode 2-6 jam insidens mual antara kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p=0,238). Insidens muntah antara kedua kelompok perlakuan pada periode 0-2 jam dan 2-6 jam pascaoperasi (p=0,236; p=0,238). Tidak ada insidens mual muntah yang terjadi pada periode 6-24 jam pascaoperasi.
Simpulan. Insidens mual dalam 2 jam pertama pascavitrektomi pada kelompok rumatan sevofluran 1,2% - fentanil 1,2 µg/kg/jam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok sevofluran 2%.

Background. Incidence of postoperative nausea and vomiting (PONV) is high and related with high morbidity. Vitrectomy has a high PONV risk. Opioid-inhalation gas combination has been used commonly as an anesthetic maintenance and reported to have a sinergystic effect. Comparison of fentanyl-sevoflurane in a relationship of PONV incidence has not been studied yet. This study was designed to determine the difference of PONV incidence between maintenance combination of sevoflurane 1,2% - fentanyl 1,2 µg/kg/hour and sevoflurane 2%.
Methods. This was a single blind randomized study in patients underwent vitrectomy in general anestheisa. The incidence of nausea and vomiting of 62 subjects were recorded. Data were collected by self report and analyzed by Chi-square and Fisher test.
Results. There was a significant difference of nausea incidence between two intervention groups within 0-2 hours postvitrectomy period (p=0,032) but no significant difference within 2-6 hours postvitrectomy period (p=0,238). There was no signicant difference between two intervention groups within 0-2 and 2-6 hours postvitrectomy period (p=0,236; p=0,238). There was no nausea and vomiting incidence within 6-24 postoperative period.
Conclusion. Incidence of postvitrectomy nausea within the first 2 hour postoperative period was lower in sevoflurane 1,2% - fentanyl 1,2 µg/kg/hour group than sevoflurane 2% group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Samardiyah
"Penyakit kongenital atau kelainan bawaan pada anak dan neonatus merupakan urutan kelima penyebab kematian di dunia pada anak dan neonatus. Pada tahun 2015 ada sekitar 303 ribu bayi baru lahir meninggal dunia dalam waktu 4 minggu setelah kelahiran setiap tahun, di seluruh dunia karena kelainan bawaan. Polusi udara serta ketidakadekuatan nutrisi pada masa kehamilan menjadi salah satu penyebab terjadinya kelainan bawaan. Tatalaksana pada kelainan bawaan salah satunya adalah dengan prosedur pembedahan. Jenis pembedahan yang sering dilakukan pada anak adalah pembedahan gastrointestinal. Pembedahan memiliki banyak risiko, diantaranya mual muntah pasca bedah. Mual muntah pasca bedah pada anak merupakan masalah yang dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua serta dapat mengakibatkan dehidrasi dan lamanya masa pemulihan. Terapi musik merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual muntah pasca bedah pada anak. Terapi musik efektif dapat menurunkan mual muntah dan kebutuhsn terhadap antiemetik pada anak pasca bedah. Hasil pemberian terapi musik pada pasien anak pasca bedah berupa penurunan terhadap keluhan mual muntah dan peningkatan perasaan rileks pada anak. Oleh karena itu penanganan mual muntah pasca bedah pada anak perlu disertai dengan pemberian terapi musik sebagai terapi non farmakologis sebagai teknik distraksi dari ketidaknyaman fisik akibat mual muntah.

Congenital disease or congenital abnormalities in children and neonates is the fifth cause of death in the world in children and neonates. In 2015 there were around 303,000 newborns died within 4 weeks of birth each year, worldwide due to congenital abnormalities. Air pollution and nutrient insufficiency during pregnancy are among the causes of congenital abnormalities. Management of congenital abnormalities is one of them is a surgical procedure. The type of surgery that is often done in children is gastrointestinal surgery. Surgery has many risks, including postoperative nausea and vomiting. Postoperative vomiting in children is a problem that can cause anxiety in the elderly and can lead to dehydration and the length of the recovery period. Music therapy is one of the actions that can be done to overcome postoperative nausea and vomiting in children. Effective music therapy can reduce vomiting nausea and the need for antiementics in postoperative children. The results of the provision of music therapy in postoperative pediatric patients in the form of a decrease in complaints of nausea vomiting and increased feelings of relaxation in children. Therefore handling postoperative vomiting in children needs to be accompanied by the provision of music therapy as non-pharmacological therapy as a distraction technique from physical discomfort due to nausea and vomiting."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Fadhilah
"Kolesistitis merupakan radang empedu yang lebih sering disebabkan karena batu empedu. Namun, penyebab lain seperti kanker caput pankreas yang mungkin terjadi dapat menjadi penyebab lain dari kolesistitis. Manifestasi klinis yang khas dan sering muncul adalah nyeri hebat yang menyebabkan nausea. Nyeri hebat disebabkan adanya impuls yang dihantarkan ke pusat muntah karena distensi duktus empedu. Nyeri tersebut menyebabkan nausea yang mempengaruhi status nutrisi. Pemenuhan status nutrisi merupakan salahsatu peran penting perawat. Manajemen nutrisi bertujuan untuk memenuhi status nutrisi dan menjaga metabolisme tubuh. Intervensi mandiri yang dilakukan perawat yakni mengkaji status nutrisi, pola makan dan yang mempengaruhinya, serta monitor intake makanan dan respon terhadap makanan yang masuk. Hal tersebut didukung dengan intervensi kolaboratif berupa pemberian amino fluid sebagai nutrisi parenteral. Manajemen nutrisi yang efektif dapat mengatasi gangguan nutrisi yang terjadi.

Cholecystitis is an inflammation of the bile which is more often caused by gallstones. However, other causes such as pancreatic head cancer that may occur can be other causes of cholecystitis. A typical clinical manifestation that often appears is severe pain that causes nausea. Severe pain is caused by the impulse which delivered to the vomiting center due to distention of the bile duct. The pain causes nausea which affects nutritional status. Fulfillment of nutritional status is one of the important roles of nurses. Nutrition management aims to fulfill nutritional status and maintain body metabolism. Independent interventions carried out by nurses, namely assessing nutritional status, dietary patterns and influencing them, as well as monitoring food intake and response to food intake. This is supported by collaborative intervention in the form of providing amino fluid as parenteral nutrition. Effective nutrition management can overcome nutritional disorders that occur.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Medya Aprilia Astuti
"Kanker merupakan penyakit keganasan yang dapat mengancam jiwa anak-anak. Kanker
memerlukan perawatan yang memadai dan efektif salah satunya dengan kemoterapi.
Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan muntah. Karya Ilmiah Akhir
ini bertujuan untuk menganalisis penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori
kenyamanan Kolcaba dan mengintergasikan penggunaan BARF Scale sebagai instumen
dalam mengukur mual dan muntah pada anak kanker yang menjalani kemoterapi. Penerapan
asuhan keperawatan dilakukan dengan metode studi kasus yang didapatkan 5 kasus terpilih
diantaranya. Lima kasus terpilih tersebut semua mengalami keluhan yang sama yaitu mual
dan muntah sehingga masalah keperawatan yang sama muncul pada 5 kasus tersebut yaitu
risiko/defisit cairan dan risiko/defisit nutrisi. Penggunaan BARF Scale dalam Standar
Prosedur Operasional diharapkan dapat menjadi salah satu bagian dalam mempermudah
perawat untuk mengkaji mual dan muntah pada anak kanker yang menjalani kemoterapi.

Cancer is a malignancy that can threaten the lives of children. Cancer requires adequate and
effective treatment, one of which is chemotherapy. Chemotherapy can cause side effects such
as nausea and vomiting. This Final Scientific Work aims to analyze the application of nursing
care with Kolcaba's comfort theory approach and to integrate the use of the BARF Scale as
an instrument in measuring nausea and vomiting in cancerous children undergoing
chemotherapy. The application of nursing care was carried out by the case study method
which found 5 selected cases including The five selected cases all experienced the same
complaint, namely nausea and vomiting so that the same nursing problems arose in the 5
cases, namely the risk / fluid deficit and nutritional risk / deficit. The use of the BARF Scale in
Standard Operating Procedures is expected to be one of the parts in facilitating nurses to
assess nausea and vomiting in cancerous children undergoing chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susilawati
"ABSTRAK
Mual muntah dan gangguan pengecapan merupakan efek samping kemoterapi
yang dialami oleh pasien kanker yang berdampak terhadap gangguan nutrisi.
Edukasi dengan metode dan media yang efektif dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan self care pasien untuk mengurangi mual muntah dan gangguan
pengecapan. Tujuan: untuk mengetahui cost effectiveness edukasi berulang dan
booklet dengan edukasi tunggal dalam mengurangi mual muntah dan gangguan
pengecapan pasca kemoterapi. Metode: Desain penelitian quasi eksperimen
dengan pre-post test design dan pengukuran dilakukan pada hari kedua setelah
kemoterapi. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 38 pasien kanker ginekologi di RS. Kanker Dharmais
Jakarta. Analisa data menggunakan wilcoxon test dan paired t test. Hasil:
Penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p value < 0,05) setelah
diberikan edukasi baik pada kelompok edukasi berulang dan booklet maupun
kelompok edukasi tunggal dalam membantu meningkatkan kemampuan pasien
untuk mengurangi keluhan mual muntah dan gangguan pengecapan.
Rekomendasi : pemberian edukasi dengan frekuensi satu kali dengan
menggunakan media penyuluhan lembar balik lebih efektif dibandingkan dengan
pemberian edukasi berulang dan booklet. Perawat sebaiknya dapat memberikan
edukasi dengan metode dan media yang tepat serta cost effectivenes dalam
meningkatkan kemampuan perawatan diri pasien.

ABSTRACT
Nausea, vomiting and disturbance of taste is a chemotherapy side effect which is
experienced by cancer patients that lead to nutritional deficiencies. Education with
effective methods and media can help to improve patient’s knowledge and selfcare
to relieve nausea, vomiting and taste disturbance. Purpose: to determine the
cost effectiveness recurrent education and booklet with single education in
relieving nausea, vomiting and taste disturbance after chemotherapy. Methods:
The study design quasi-experimental with pre-post test design and the
measurement is performed on the second day after chemotherapy. Sampling test
taken by using Consecutive sampling with 38 cancer gynaecology patients
at Dharmais Cancer Hospital Jakarta. Data analysis uses Wilcoxon Test and
Paired T Test. Results: The results showed significant differences (p value <0.05)
after being given education both in recurrent education group and booklet also
single education group in helping to improve the patient's ability to relieve
complaints of nausea, vomiting and tasting disturbance. Recommendation:
Education Provision with one frequency by using flipchart media counceling is
more effective than recurrent education and booklets. Nurses should be able to
provide education with appropriate methods and cost effectivenes in improving
patient’s self care ability."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maemunah
"ABSTRACT
Penatalaksanaan pencegahan dan manajemen mual muntah yang disebabkan kemoterapi menjadi bagian yang penting dari intervensi keperawatan pada pasien dengan keganasan pernafasan. Pengetahuan dan tindakan perawat tentang penatalaksanaan tersebut menjadi acuan bagaimana membantu pasien meningkatkan kenyamanan saat menjalani kemoterapi.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan tindakan perawat tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan metode cluster sampling yang melibatkan 102 perawat. Sampel penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang perawatan kemotrapi minimal kerja 1 tahun. Quesioner yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik perawat, kuesioner pengetahuan dan kuesioner tindakan tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan perawat pada rentang cukup sampai baik dan tindakan yang dilakukan perawat pada rentang kadang-kadang sampai sering tentang penatalaksanaan mual muntah yang disebabkan kemoterapi pada pasien keganasan pernafasan. Pengetahuan perawat yang sangat baik adalah tentang edukasi dan pengerahuan yang sangat kurang adalah pengkajian mual muntah. Tindakan perawat yang sering dilakukan adalah kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi dan tidakan yang kadang-kadang dilakukan adalah pemberian terapi non farmakologi. Peningkatan pengetahuan dan tindakan keperawatan perlu dilakukan melalui program pendidikan atau pelatihan yang berkelanjutan dan penempatan staf perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan metode observasi untuk mengetahui mengetahui secara langsung penatalaksaan yang dilakukan oleh perawat.

ABSTRACT
Prevention and management of chemotherapy induced nausea and vomiting becomes an important part of nursing intervention for patients with respiratory malignancy. The nurses 39 knowledge and nursing practice about the management become a reference in helping patients to improve comfort while undergoing chemotherapy. The purpose of this study is to identify the nurses 39 knowledge and practice in prevention and management chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. This research used cross sectional design with cluster random sampling method involved 102 nurses. The sample of this research was nurses in chemotherapy treatment ward at least have been work for one year. The instrument included nurse characteristic questionnaire, a questionnaire of knowledge and practice questionnaire about the management of chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. The results of this study illustrated that the knowledge of nurses was in the range of quite good, and the practice was in the range of sometimes until often, about the management of chemotherapy induced nausea and vomiting in patients with respiratory malignancy. The nurses knowledge was excellent in patient education and lack in assessment of nausea and vomiting. A frequent nurses intervention was collaboration in pharmacological therapy, and the non pharmacological therapy implemented occasionally. To maintain and improve nurses 39 knowledge and practice, it is necessary to promote continuous education or training, and placement of nursing staff according to their competencies. Further research is expected to use observation methods for describing the care management performed directly by nurse."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>