Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Arkananta
"Kota Bogor berada di tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya cukup dekat dengan lingkup Jabodetabek sehingga mobilitas masyarakat semakin tinggi. Namun, terdapat beberapa layanan angkutan umum yang tidak efisien di Kota Bogor sehingga diperlukan alternatif untuk meningkatkan layanan angkutan umum di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi masyarakat terhadap layanan Trem di Kota Bogor. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan model logit biner yang dibangun berdasarkan hasil data survei primer dengan metode Stated Preference. Model fungsi utilitas dibangun dengan pendekatan regresi logistik yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik perjalanan dan moda transportasi. Pembentukan fungsi utilitas pada setiap kelompok dibangun dengan variabel yang berkorelasi dan signifikan berdasarkan uji korelasi Spearman serta terpilih melalui metode stepwise. Setiap fungsi utilitas diuji kelayakannya dengan uji Omnibus Test of Model Coefficients, Hosmer and Lameshow Test, Overall Percentage, -2 Log Likelihood, dan Nagelkerke R Square. Selanjutnya dilakukan uji validasi antara data real dengan data model menggunakan Root Mean Square Error (RMSE). Setelah itu, dilakukan pemilihan model terbaik berdasarkan hasil uji kelayakan dan validasi serta dilakukan pengujian komparasi menggunakan Mann-Whitney. Berdasarkan hasil analisis, ditetapkan enam model terpilih dengan variabel yang paling berpengaruh terhadap preferensi masyarakat, yaitu tarif, waktu tunggu, penghematan waktu, dan selisih biaya. Potensi penggunaan layanan Trem berdasarkan preferensi tarif Rp5.500 pada kendaraan umum eksternal sebesar 93.96%, pada kendaraan mobil internal sebesar 76.69%, dan pada kendaraan motor eksternal sebesar 93.36%. Sedangkan tingkat potensi penggunaan layanan Trem berdasarkan preferensi waktu tunggu 5 menit pada kendaraan umum internal sebesar 91.88% dan pada waktu tunggu 10 menit sebesar 86.39%.

Bogor City is located in the middle of Bogor Regency and is quite close to the Jabodetabek area, resulting in higher community mobility. However, there are several inefficient public transport services in Bogor City so that alternatives are needed to improve public transport services in Bogor City. This study aims to analyze people's preferences for Tram services in Bogor City. The analysis method in this study uses a binary logit model built based on the results of primary survey data with the Stated Preference method. The utility function model was built with a logistic regression approach grouped by travel characteristics and transportation modes. The formation of utility functions in each group was built with variables that were correlated and significant based on the Spearman correlation test and selected through the stepwise method. Each utility function was tested for feasibility using the Omnibus Test of Model Coefficients, Hosmer and Lameshow Test, Overall Percentage, -2 Log Likelihood, and Nagelkerke R Square. Furthermore, a validation test is carried out between real data and model data using Root Mean Square Error (RMSE). After that, the best model selection was carried out based on the results of the feasibility and validation tests and comparative testing using Mann-Whitney. Based on the results of the analysis, six models were selected with the most influential variables on public preferences, namely tariff, waiting time, time savings, and cost difference. The potential use of Tram services based on tariff preferences of Rp5,500 on external public vehicles amounted to 93.96%, on internal car vehicles amounted to 76.69%, and on external motor vehicles amounted to 93.36%. While the level of potential use of Tram services based on 5-minute waiting time preferences on internal public vehicles amounted to 91.88% and at a waiting time of 10 minutes amounted to 86.39%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alfi Satari
"Kota Bogor sebagai salah satu kota yang sedang berkembang dihadapkan pada permasalahan transportasi. Salah satu yang menjadi masalah transportasi adalah angkutan umum yang ada di Kota Bogor. Angkutan umum yang ada tidak mampu memberikan pelayanan yang maksimal sehingga pertumbuhan kendaraan pribadi cukup tinggi yang menyebabkan jalan di Kota Bogor semakin padat. Melihat permasalahan itu, Pemerintah Kota Bogor mengeluarkan kebijakan penataan angkutan umum yang bertujuan agar mengalihkan pengguna angkutan pribadi ke angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan implementasi kebijakan penataan angkutan umum. Penelitian ini menggunakan teori konsep implementasi kebijakan dari Bhuyan, Jorgensen, dan Shara (2010, p.6) dalam mengalisis implementasi kebijakan penataan angkutan umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist. Data diperoleh dari wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan implementasi kebijakan penataan angkutan telah dilaksanakan dengan mengacu kepada mengembangkan angkutan massal, namun dalam pelaksanaan di lapangan dihadapkan pada sejumlah hambatan yang membuat implementasi kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik. Hal-hal yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran dan SDM, komunikasi yang tidak menyeluruh diantara stakeholder serta sejumlah tantangan yang tidak diperkirakan dalam perencanaan sehingga pengembangan angkutan massal belum berhasil dicapai.

Bogor City as one of the developing city is faced with transportation problems. One of the problems of transportation is public transportation in Bogor City. Existing public transportation is not able to provide maximum services so that the growth of private vehicles is high enough to cause roads increasingly crowded in Bogor City. Seeing the problem, the Local Government of Bogor City issued a policy of arrangement of public transportation that aims to divert private transport users to public transport. This study aims to describe the implementation of public transportation adjustment policy. This research uses the theory of policy implementation concept from Bhuyan, Jorgensen, and Shara (2010, p.6) in analyzing the implementation of public transportation adjustment policy. This research uses post-positivist approach. Data were obtained from interviews, and literature studies. The result of the research shows that the implementation of the transportation adjustment policy has been implemented with reference to the development of mass transportation, but in the field, implementation faced with a number of problems that make the implementation of the policy did not run well. The obstacles are limited budget and human resources, lack of communication among stakeholders and a number of unexpected challenges in planning so that mass transportation development has not been achieved."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wahyuningtias
"Pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Bogor menyebabkan semakin tingginya permintaan transportasi dalam kota. Banyaknya angkot, pedagang kaki lima serta kendaraan tidak bermotor yang masih beroperasi bahkan di pusat kota Bogor sering dikatakan menjadi penyebab kemacetan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui benarkah faktor-faktor di atas menyebabkan kemacetan di Kota Bogor dan seberapa besar tingkat kemacetannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat jalan kolektor yang mengelilingi kebun raya Bogor jika dihitung dalam kondisi normal, hanya satu jalan saja yang mengalami kemacetan, namun berbagai kegiatan samping pada jalan-jalan ini menyebabkan kemaacetan pada dua jalan lain yang seharusnya tidak mengalami kemacetan dan ternyata angkot tidak menyebabkan kemacetan di pusat kota. Bogor.

Rapid growth of population in Bogor City causing the increase demands of transportation inside the city. Large amount of angkot, street vendors, and unmotorised cycle which is still allowed to operate even in the center of the city often said as the cause of congestion. This research purpose is to know are all of that factor really causing the congestion and how high is the congestion level. The research result showed that from four collector road around Bogor botanical garden, in normal condition, there is only one road had congestion, but so many side activities on those road causing congestion on another two road which supposed to not had the congestion, and actually angkot are not causing the congestion in the central of Bogor City."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34139
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Fribadi
"Bagi warga Tangerang yang akan menuju Kota {Jakarta) dan Grogol telah tersedia angkutan resmi baik itu bus kota dan angkutan umum resmi iainnya. Di Tangerang terdapat 169 trayek resmi nntuk melayani pergerakan pendudnknya, mereka saling berkompetisi untuk memperebutkan penumpang. Situasi semacam itu diperparah dengan beroperasinya angkutan-angkutan liar berplat hitam yang jelas tak membayar pungutan trayek, pajak, dan kewajiban lain. Angkutan umum plat hitarn ini telah beroperasi puluhan tahun lamanya dan masih beroperasi di Jalan Daan Mogot. Sementara itu jumlah armada plat hitam yang beroperasi dari hari ke hari semakin banyak.
Berdasarkan fenomena di atas maka rumusan masalah peneiitian yang peneliti ajukan adalah: "Keberadaan angkutan umum plat hitam Jurusan Tangerang-Jakarta di Kota Tangerang, yang tetap bisa beroperasi walaupun pada rule tersebut telah ada angkutan umum resmi."
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan angkutan umum plat hitam ini tetap bisa beroperasi (eksis), dan mengetahui alasan konsumen memilih angkutan umum plat hitam. Dengan menggunukan rnetode pendekatan kualitatif yaitu melalui pengarnatan rerlibat, v.rawancara scrta observasi didapat kesimpuian bahwa keberadaan angkutan umum plat hitam jurusan Tangerang-Jakarta disebabkan kareoa pelayanan yang diberikan oleh angkutan ini mampu mengisi harapan sebagian penumpangnya terutama unsur kepraktisan yaitu tidak perlu berpindah-pindah modal angkutan sehingga hal ini berpengaruh terhadap biaya yang mesti dikeluarkan oleh penumpang.

The public transportation which are official such as buses and others have been available for the Tangerang citizens who want to go to KotJl (Jakarta and Grogol). There are 169 official designated routes to serve the mobility of its citizens. Each route competes with others to get the passengers. This situation is getting worse with the operation of the unofficial private license public transportativns that are obviously do not pay for the route payments. the taxes. and any other obligations. These private license public transportation have been operated for more than a decade and it still operates up to now. Although it does not have the official route permission, this public transportation still operates in Jalan Daan Mogot. Meanwhile the numbers of this public transportation got more and more each day.
Due to the phenomena above, the formula of the research problem that the researcher proposes is: "'The existence of private license public transportation Tangerang-Jakarta route in Tangerang City, which can be still operated even though there are official public transportations on that route."
This research is to find out the reason why this private license public transportation can still be operated (existed), and to fmd out the consumers' reason using this public transportation. By using the method of qualitative approach where the researcher involved on the research, interviews and observation, it has been concluded that the existence of private license public transportation is that because of its service fascinated the users especially because of it is more practice where the users do not have to change or use one public transportation to another one which can cause to the amount of money that the users should pay.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T17586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ratu Sarah Nadia
"Depok City is one of the supporting cities for the capital city of Jakarta where the
majority of commuters have trip purposes in Jakarta. However, a large number of
commuters chooses to use private vehicles rather than public transportation. In designing
public transportation, the concept of accessibility is needed for all people. Whereas, in
Depok City, much development must be done to improve the accessibility of these
services from the homes of its users. This study aims to determine the users’ preferences
for a residential transportation service that serves as a feeder for Depok Semi Transit Bus
(BST Depok). In the development of the model, several tests were conducted. Correlation
Test using the Spearman’s’ Rank and stepwise testing method to determine the most
influential independent variables. Based on the selected variables, the model development
was continued with feasibility testing using Omnibus Test of Model Coefficients and
Hosmer and Lemeshow Test, and validation of the research model using Root Mean
Square Error (RMSE) Method. The research model then undergoes a comparative testing
using the Kruskal Wallis and Mann-Whitney test method. Data was obtained based on
survey results using the Revealed Preference and Stated Preference methods. This study
provides two route alternatives to then be analysed which route was preferred by potential
users. The data obtained were grouped into categories and cleared using Boxplot
Analysis. Based on the results of the model analysis, the variables that have the most
influence on users’ preferences is tariff. The results of the potential demand of feeder
services based on tariff preferences of Rp 5,700 for the 1st route alternative and Rp 7,100
for the 2nd route alternative shows a higher potential demand on the 2nd route alternative
for motorcycles, cars, and hybrid users with external trips and a higher potential demand
for the 1st route alternative for public transportation users with external trips.

Kota Depok merupakan salah satu kota pendukung ibu kota Jakarta dimana mayoritas
komuter memiliki tujuan perjalanan di Jakarta. Namun, sebagian besar komuter memilih
menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Dalam merancang
transportasi publik, konsep aksesibilitas diperlukan untuk semua orang. Dimana, di Kota
Depok, banyak pembangunan yang harus dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas
layanan tersebut dari rumah para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi permintaan dan preferensi pengguna terhadap layanan angkutan perumahan yang
berfungsi sebagai angkutan pengumpan Bus Semi Transit (BST) Depok. Metode analisis
menggunakan model logit binomial dengan fungsi utilitas yang dikembangkan
menggunakan pendekatan regresi logistik. Uji Korelasi menggunakan Spearman’s Rank
dan metode Stepwise yang digunakan untuk menentukan variabel bebas yang paling
berpengaruh. Berdasarkan variabel terpilih, pengembangan model dilanjutkan dengan uji
kelayakan menggunakan Omnibus Test of Model Coefficients dan Hosmer and Lemeshow
Test, serta uji validasi model penelitian menggunakan metode Root Mean Square Error
(RMSE). Model penelitian kemudian dilakukan pengujian komparatif dengan
menggunakan metode uji Kruskal Wallis dan Mann-Whitney. Data diperoleh berdasarkan
hasil survei dengan menggunakan metode Revealed Preference dan Stated Preference.
Studi ini memberikan dua alternatif rute untuk kemudian dianalisis rute yang lebih disukai
oleh calon pengguna. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam kategori dan
dibersihkan menggunakan Boxplot Analysis. Berdasarkan hasil analisis model, variabel
yang paling berpengaruh terhadap preferensi pengguna adalah tarif. Hasil potensi
permintaan feeder service berdasarkan preferensi tarif Rp 5.700 dan preferensi waktu
tunggu 12 menit untuk rute alternatif 1 dan preferensi tarif Rp 7.100 dan preferensi waktu
tunggu 13 menit untuk rute alternatif 2 menunjukkan potensi permintaan yang lebih tinggi
pada rute alternatif 2 bagi pengguna sepeda motor, mobil, dan hybrid dengan perjalanan
eksternal dan potensi permintaan yang lebih tinggi pada rute alternatif 1 bagi pengguna
angkutan umum dengan perjalanan eksternal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrul Alam
"Tesis ini membahas mengenai kebijakan pemerintah di sektor transportasi, khususnya di daerah perkotaan. Penelitian ini mengambil studi kasus di wilayah Kota Tangerang. Tingginya angka kecelakaan yang menyebabkan korban meninggal, serta kerugian material dan kerugian imaterial akibat ketidak efisienan sistem transportasi, melatar belakangi penelitian ini. Lambatnya pemerintah pusat dalam mensosialisasikan undang-undang dalam hal pengimplementasian di daerah, menciptakan permasalahan tersendiri di banyak daerah di Indonesia. Ketimpangan kualitas sumber daya manusia antara pusat dan daerah, juga menjadi permasalahan yang mengakibatkan menjadi lambatnya proses adopsi pembangunan secara keseluruhan. Tesis ini dengan menggunakan metode AHP (Analityc Hierarchy Process). Meneliti seberapa besar pengaruh pemangku kepentingan berperan dalam menciptakan iklim atau kondisi transportasi yang ideal. Pada penelitian ini pemangku kepentingan(stakeholders) ini dikelompokkan menjadi tiga yakni, Pemerintah, Legislatif, dan Masyarakat. Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu April hingga Juni 2010 juga mencari alternatif tindakan atau alternatif kebijakan yang dapat dijadikan prioritas oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mengurai persoalan lalulintas khususnya di Kota Tangerang.

This study discusses the government policy in the transportation sector with focus on the urban areas. Tangerang city has been chosen as the case study due to the high numbers of deaths caused by accidents on the roads. The high numbers of accidents that cause deaths, according to the Indonesian police records, reached approximetely 11000 people per year. I concluded that this high numbers of losses of deaths are very significant to understand the implementation of the transportation policy in Tangerang. In order to solve the problem, in searching for solutions, I decided to use Analytic Hierarchy Process method (AHP) as my research method to examine how much influence of the stakeholders in making the transportation conditions become ideal for safetiness and efficiencycy. In the study, the stakeholders are grouped into three types of groups according to their sectors namely; Government Authorities, Legislative Authorities, and Community (Public Users). The study has been conducted from April to June 2010. The study also aims at an understanding of the alternative policies of urban transportation which become a priority in searching for a better solution to the current conditions in Tangerang. I found that the Indonesian Government is too slow in inplementing the transportation regulations to the local government. This slow implementation has also created a major problem for other local governments in Indonesia, including the area which I choose as my case study. Another problem arise because of the slow implementation are an inequality in quality of human resources between Indonesian government in Jakarta and local governments and inequality of development in other district areas in Indonesia. Based on these conclusions I have established alternative suggestions for the local governments to take better policies for the future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29642
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika Ravi Dwi Syahputra
"Transportasi umum merupakan transportasi yang ideal bagi masyarakat perkotaan karena dapat memindahkan penumpang/barang dalam jumlah besar dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun pada kenyataannya, tingkat penggunaan kendaraan umum bagi masyarakat Kota Bekasi masih terbilang cukup rendah dibandingkan dengan tingkat penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya area di Kota Bekasi yang masih belum tercakup layanan angkutan umum, khususnya daerah pemukiman Kelurahan Pekayon Jaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi angkutan kota di Kelurahan Pekayon Jaya. Pada saat ini, angkutan kota K-02 yang melintasi Kelurahan Pekayon Jaya hanya mencakup 44,88% dari total luas kelurahan apabila dilihat berdasarkan standar RITJ. Angkutan kota K-02 adalah angkutan umum yang melintasi Kelurahan Pekayon Jaya dan juga berfungsi sebagai pengumpan bagi moda transportasi utama LRT untuk masyarakat Kelurahan Pekayon Jaya. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun rekomendasi untuk meningkatkan penggunaan kendaraan umum di Kelurahan Pekayon Jaya. Rekomendasi yang berhasil menyusun dua rekomendasi yang masing-masing menghasilkan peningkatan cakupan layanan menjadi 77,24% dan 91,44% berdasarkan standar RITJ. Selain itu, kedua rekomendasi tersebut juga merubah headway dari angkutan K-02 menjadi 9,4 menit/kendaraan dan 8,05 menit/kendaraaan dari yang sebelumnya sebesar 11,21 menit/kendaraan.

Public transportation is considered ideal for urban communities as it efficiently moves large numbers of passengers/goods between locations. However, in reality, the usage of public transport among residents of Kota Bekasi remains relatively low compared to private vehicles. This is primarily due to insufficient coverage of public transportation services, particularly in residential areas like Kelurahan Pekayon Jaya. This study aims to evaluate the public transport conditions in Kelurahan Pekayon Jaya. Currently, the K-02 city transport service covering Kelurahan Pekayon Jaya only encompasses 44.88% of the total area of the neighborhood according to RITJ standards. The K-02 city transport service not only traverses Kelurahan Pekayon Jaya but also serves as a feeder to the main LRT transportation mode for the community. Additionally, this research aims to formulate recommendations to enhance public transport usage in Kelurahan Pekayon Jaya. The recommendations successfully propose two scenarios, each achieving increased service coverage to 77.24% and 91.44% respectively, based on RITJ standards. Furthermore, these recommendations reduce the headway of the K-02 transport to 9.4 minutes/vehicle and 8.05 minutes/vehicle, down from the previous 11.21 minutes/vehicle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunadi
"Kondisi geografi Indonesia yang luas serta penduduknya yang besar yang terdiri atas suku bangsa bukan saja merupakan suatu keuntungan, melainkan juga suatu kerawanan dalam upaya menciptakan persatuan serta kesatuan bangsa dan negara. Sebab dengan kondisi wilayahnya yang terpecah-pecah serta penduduknya yang multi etnik adalah suatu kesulitan untuk terciptanya persatuan dan kohesi, apalagi bila tidak didukung oleh prasarana dan sarana transportasi yang baik.
Seperti yang dikatakan oleh Anderson (dikutip oleh Budhisantoso; 1999), bahwa salah satu sebab lambatnya proses persatuan bangsa Indonesia adalah karena buruknya sarana komunikasi massa. Alasan ini adalah benar adanya, yang mana akibat kurangnya prasarana dan sarana transportasi telah menyulitkan proses interaksi antar suku bangsa yang ada di Indonesia dan menghambat proses percepatan pemerataan pembangunan di pedesaan, daerah dan pulau terpencil, terutama di kawasan timur Indonesia.
Oleh karenanya tesis ini mencoba melihat korelasi peran jasa layanan angkutan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi dengan kondisi ketahanan nasional di wilayah yang dilalui jalur angkutan ini. kondisi ketahanan nasional tersebut tercermin pada peningkatan kemajuan pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Untuk menjawab hipotesa tersebut di atas, maka metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada 100 orang responden penumpang kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi serta beberapa pakar dibidang transportasi. Selain itu dilakukan pula analisa data yang berhubungan dengan judul tesis ini.
Ada pun hasil kesimpulan penelitian ini yaitu, Bahwa dengan adanya layanan angkutan kereta api pada jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di wilayah yang dilalui angkutan ini. Sebesar 56% responden menggantungkan sarana angkutan ini untuk pergi bekerja dan berdagang, serta 33% responden untuk beraktivitas sosial seperti pergi ke sekolah, rekreasi, ke sanak keluarga, teman atau pun bepergian untuk keperluan lainnya. Manfaat jasa angkutan ini dirasakan oleh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan taraf kehidupan. Selain itu keberadaan angkutan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi telah mendorong perkembangan kemajuan pembangunan terutama di wilayah Dati II Bogor dan Sukabumi.
Berkembangnya wilayah Bogor dan Sukabumi telah menjadikan ke dua wilayah tersebut sebagai hinterland bagi Jakarta. Oleh karenanya, perubahan kondisi daerah dan struktur masyarakat yang tercermin pada kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan taraf hidup masyarakat di kedua wilayah itu, secara signifikan berdampak pada kondisi ketahanan nasional yang bukan saja terjadi di wilayah Dati II Bogor dan Sukabumi, tapi juga di wilayah Dati II Jakarta."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Soeparyati
"Tingkat laju urbanisasi yang tinggi sebagai akibat laju perkembangan ekonomi yang pesat, kota Jakarta mengalami ledakan populasi penduduk sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah perjalanan akibat mobilitas penduduk yang akhimya memerlukan peningkatan sistem transportasi kota.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan raya di kota baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum merupakan gambaran adanya interaksi antara peningkatan taraf hidup dankebutuhan mobilitas penduduk. Prediksi perkembangan penduduk Jakarta tahun 2015 akan mencapai 32,3 juta jiwa dengan laju perkembangannya rata-rata 2,19% per tahun dan diperkirakan kebutuhan perjalanan akan meningkat menjadi 23,7 juta perjalanan per hari, sehingga terjadi peningkatan rata-rata 3,6% per tahun. Pada tahun 2015 jumlah kendaraan pribadi akan mencapai 4,5 juta kendaraan, hal ini di dapat dari hasil survei yang menyatakan bahwa penduduk yang berpenghasilan tinggi lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi sedang yang berpenghasilan rendah banyak menggunakan transportasi umum.
Permasalahannya dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan perjalanan, akan berakibat cukup serius terhadap menurunnya kualitas udara. Upaya peningkatan ruas Bekasi-Tangerang adalah untuk memperlancar lalulintas sehingga waktu tempuh dari dan ke tempat tujuan dapat dipersingkat, pelayanan cepat, memperlancar roda perekonomian dan pencemaran udara dapat ditekan sehingga darnpak sosialnya positip namun di sisi lain kebisingan meningkat. Sebagai akibatnya, bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas hidup masyarakat kota di sekitar ruas jalan ini.
Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara sistem transportasi, kualitas udara dan dampaknya terhadap kesehatan (persepsi masyarakat) serta memberi masukan kepada perencana transportasi perkotaan. Hipotesis yang dipakai yaitu adakah hubungan antara arus lalulintas dan kualitas udara; dan persepsi dampak kesehatan masyarakat.
Metode penelitian yang dipakai adalah untuk lokasi penelitian dipilih berdasarkan metode two stage cluster, sedang data sosial-ekonomi diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dan mendalam dari 570 sampel yang ditentukan (Purposive stratified random sampling) di 15 kelurahan terpilih yang diwakili oleh pengguna jalan (penumpang/pengemudi kendaraan pribadi, penumpang kendaraan umum dan pengemudi kendaraan umum) yang tinggal/beraktivitas pada kawasan penelitian. Kualitas udara dan data lalulintas diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dari instansi terkait.
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa secara umum sistem transportasi mempunyai pengaruh terhadap kualitas udara serta persepsi dampak kesehatan masyarakat pengguna. Hal ini ditunjukkan oleh adanya keterkaitan erat antara sistem transportasi dengan kualitas udara dan variabel sosek, sehingga unsur sosek ini dapat dipergunakan sebagai pengendali kemacetan lalu-lintas di antaranya dengan cara:
- Membatasi urbanisasi penduduk karena laju fertilitas relatif Iebih kecil dibanding dengan laju urbanisasi penduduk.
- Pembatasan tingkat urbanisasi ini dapat diantisipasi dengan menciptakan suatu lapangan kerja yang memadai dengan tingkat laju penduduk di suatu wilayah, misalnya dengan menciptakan suatu kawasan mandiri, sehingga mengurangimobilitas penduduk antar wilayah dan biaya transportasi dapat ditekan.
- Diperlukannya sarana angkutan umum yang memadai, mudah, murah, aman dan nyaman serta ramah lingkungan,
- Perlunya penataan tata ruang yang tepat dan enforcement dilaksanakan dengan benar, sehingga perencanaan jaringan jalan dapat dilaksanakan sesuai sasaran (perencanaan terpadu).
- Sebagai perimbangan akibat keterbatasan lahan di perkotaan, maka perencanaan superblok/ kawasan mandiri sebagai altematif upaya mengatasi kemacetan lalulintas perkotaan serta menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang lain yang sesuai dan cukup dengan kebutuhan masyarakat dengan tingkat pelayanan yang cukup baik kapasitas, keamanan maupun kenyamanannya dan murah. Dengan demikian masyarakat akrab dengan lingkungannya, sehingga mengurangi niat untuk berpindah/bergerak ke lingkungan yang lain. (mengurangi intensitas mobilitas).
- Dari seluruh altematif penanganan yang direncanakan, maka penanganan pelayanan transportasi massal urnum (Mass Rapid Transportation) adalah solusi yang perlu dipertimbangkan penggunaannya di masa mendatang.

The high growing urbanization in Jakarta Metropolitan City was due to developing of economic rapidly, caused of the booming population so the citizen's intensity traveling increased.
The increasing numbers of the vehicles passing on the highway road city, either the private vehicles or public vehicles were the reflection of the interaction between the increasing living cost and the needs of citizen mobility.
In 201 5 the citizen of Jakarta will be predicted up to 32.3 million with increasing growth in average of 2.19% per year and. the needs of mobilization estimated to increased up to 23.7% per day, therefore this average progress raised up to 3.6% per year. In 2015, the total number of private vehicle will be 4.5 million, based on field - survey, which stated that the people which have high income more frequently use private vehicles while those who has lower income use public transportation.
Due to increasing the needs of trips, the numbers of vehicles pass the highways increased so this condition caused the seriously air pollution. Effort to upgrade the Bekasi - Tangerang Corridor is to smoothing the traffic so that the traveling time can be shorter, a good public services, then the economic cycling raised and finally the air pollution can be reduced, so the social impact positively, however on the other-side the noisy increased.
Based on that all conditions above how is the influences of the life quality of the urban society on this corridor. The aim of this research is to know of the correlation between transportation system, air pollution and the effect of the society life quality and give the input to the urban transportation planner. The hypothesis used in this research is to know how deep is correlation between the trips and the air pollution, and its impact to the society health perception.
The method used to select the location based on method two stage cluster, while social-economic data get from a structure deep interview from 570 samples (purposive stratified random samples) in 15 selected sub-district was represented by road user (passengers/private car drivers, passengers and drivers of public transport) living and their activities in research area. The air quality and the trips data obtained from previous involved institution.
The conclusion from this analysis in generally the transportation system has impact to the society life quality. It is can be shown by the closed correlation between transportation system and the air quality, and also with the social economic variables, so the social economic parameter can be used as controlling the traffic jam, that is :
- To limiting the booming of urban population is by pressing the urbanization cause the urbanization index is higher than the birth people index.
- The limitation of the urbanization can be anticipated by creating a business job in that region, for instance, to create the super-block system area. So, the people necessities could be fully support locally, finally reduced the inter region mobilization and the transportation cost.
- It needs the sufficient and good services of public transportation easy, cheap, sound, comfortable and environment guarantee (familiar to the environment) need.
- It needs a good master planning and enforcement implementation correctly in this area, so the network road planning can be use in a good function.
- To balance of limited urban area, the super-block planning is an alternative to solve the urban traffic jam, provided a sufficient public facilities, either capacity, safety, comfortable and cheap. So that the society will have environment guarantee and decreasing the mobility intensities.
- From all the system proposed, the Mass Rapid Transportation System is the solution for considering used in the future.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malna Widahta Musad
"ABSTRACT
Analisis kebutuhan armada angkutan umum berbasis jalan pada lingkup trayek ditinjau menggunakan permintaan tertinggi pada trayek sehingga mungkin terdapat potensi kelebihan pasokan jika perbedaan permintaan cukup drastis di tiap segmen trayek. Sehingga, penelitian ini mencoba menjawab apakah terdapat potensi kelebihan pasokan, seberapa signifikan perbedaan hasil perhitungan jumlah armada pada lingkup trayek dengan lingkup jaringan, dan implikasinya pada karakteristik operasional headway dan faktor muat. Penelitian dilakukan dengan membangun perangkat bantu analisis. Kemudian dengan perangkat tersebut jumlah armada tiap trayek dihitung dengan permintaan tertinggi tiap trayeknya, selanjutnya kapasitas statis tiap segmen dihitung dan dianalisis efisiensinya pada jaringan dengan parameter faktor muat rerata seluruh segmen. Jika faktor muat rerata berada dibawah nilai ideal dari rujukan, maka kebutuhan armada di tiap trayek akan dioptimasi dengan Metode Heuristik dan Metode Generalized Reduced Gradient (GRG). Hasil menunjukkan, perhitungan jumlah armada dengan lingkup trayek membutuhkan 2257 hingga 3578 armada dan lingkup jaringan membutuhkan 1644 hingga 2673 armada. Headway rerata perhitungan lingkup trayek adalah 3 menit dan hasil lingkup jaringan adalah 5 menit. Hasil perhitungan lingkup trayek untuk faktor muat rerata adalah sebesar 38%, lebih rendah ketimbang hasil lingkup jaringan yaitu 79%. Metode terbaik untuk optimasi jumlah armada pada lingkup jaringan adalah Metode GRG dengan titik awal iterasi adalah hasil perhitungan jumlah armada dari Metode Heuristik.  Dari penelitian ini, perangkat bantu analisis telah dikembangkan, juga dapat disimpulkan terdapat kelebihan pasokan sebesar 54% jumlah armada dengan perhitungan jumlah armada lingkup trayek dibandingkan dengan lingkup jaringan, serta karakteristik operasional headway dan faktor muat rerata lingkup jaringan lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan lingkup trayek.

ABSTRACT
Fleet number calculation on a route scope is using a highest demand on the route segment so that there may be excess supply potential if the demand difference is quite drastic in each of route segment. Thus, this study attempts to answer whether there is an oversupply potential, how significant the result difference between fleet calculations on the scope of the route with the network scope, and the implications on the operational characteristics of the headway and load factors. The research was conducted by building analytical tools. Then the tool calculates the number of fleets per route, then the static capacity of each segment is calculated and its efficiency on the network is analyzed with the average load factor of all segments parameter. If the average load factor is below the ideal value, then the fleet number in each route will be optimized with the Heuristic Method and Generalized Reduced Gradient (GRG) Method. The results show, the calculation of the number of fleets with the scope of the route requires 2257 to 3578 fleets and the scope of the network requires 1644 to 2673 fleet. The average headway of the route scope calculation is 3 minutes and the result of the network scope is 5 minutes. The calculation of route scope for average load factor is 38%, lower than the result of network scope that is 79%. The best method for optimizing the number of fleets on a network's scope is the GRG Method with the starting point of the iteration is the calculation results of the Heuristic Method. From this research, the analytical tool has been developed. Also from the research, it can be concluded that there is an oversupply about 54% of the fleet number calculations based on the route scope compared to the network scope, and the operational characteristics of the headway and the load factor of the network scope is higher than the route scope calculation."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>