Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ade Ferynata
"Timbulan sampah pada area terbuka dapat menghasilkan lindi dengan kandungan fosfat yang berbahaya bagi lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penyisihan fosfat adalah presipitasi kimia dengan penambahan MgCI2 sebagai presipitan. Presipitat yang dapat terbentuk berupa struvite, newberyite, dan cattite yang memiliki potensi pemanfaatan sebagai pupuk tanaman karena adanya kandungan makronutrien (P) dan satu mesonutrien (Mg) untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variasi pH dan rasio molar yang efektif dalam penyisihan fosfat dengan metode presipitasi dan menganalisis jumlah fosfat yang dapat tersisihkan dengan metode presipitasi. Pada penelitian ini digunakan jar test dengan kecepatan pengadukan 158 rpm selama 60 menit dan kemudian didiamkan selama 30 menit. Penyisihan optimum ditemukan pada rasio molar 3:1:1 dan pH 7 dengan efisiensi penyisihan fosfat sebesar 86,14%, kekeruhan 83,63%, dan warna sebanyak 77,71% Presipitat yang terbentuk dari variasi penyisihan terbaik tersebut (C2) menjalani pengujian lanjutan berupa XRF dan XRD. Hasil pengujian XRF menunjukkan bahwa presipitat terbentuk oleh 12% magnesium, 41% aluminium, 38% silika, 0,78% fosfor, 5.6% sulfur, dan 2,5% kalium. Hasil uji XRD pada sampel C2 menunjukkan grafik yang sesuai dengan cattiite pada data Crystallography Open Database (COD) 4027799. Metode presipitasi kimia untuk menyisihkan fosfat berpotensi baik bila diimplementasikan di IPAS 3 TPST Bantargebang karena mampu menyisihkan fosfat hingga memenuhi standar baku mutu, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, dan memiliki lahan yang cukup untuk membangun unit pengolahannya.

Waste generation in open areas can produce leachate with phosphate content that is harmful to the environment. One method that can be used in phosphate removal is chemical precipitation with the addition of MgCI2 as a precipitant. Precipitates that can be formed in the form of struvite, newberyite, and cattite have the potential to be used as plant fertilizer due to the content of macronutrients (P) and one mesonututrient (Mg) for plant growth. The purpose of this study is to analyze the effect of pH variation and effective molar ratio in phosphate removal by precipitation method and analyze the amount of phosphate that can be removed by precipitation method. In this study, a jar test was used with a stirring speed of 158 rpm for 60 minutes and then allowed to stand for 30 minutes. Optimum removal was found at a molar ratio of 3:1:1 and pH 7 with a phosphate removal efficiency of 86.14%, turbidity of 83.63%, and color of 77.71% The precipitate formed from the best removal variation (C2) underwent further testing in the form of XRF and XRD. XRF test results showed that the precipitates were formed by 12% magnesium, 41% aluminum, 38% silica, 0.78% phosphorus, 5.6% sulfur, and 2.5% potassium. The XRD test results on sample C2 show a graph that matches the cattiite in Crystallography Open Database (COD) data 4027799. The chemical precipitation method for phosphate removal has good potential when implemented at IPAS 3 TPST Bantargebang because it is able to remove phosphate to meet quality standards, can be used as fertilizer, and has sufficient land to build the treatment unit.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penggunaan semen seng fosfat yang tidak memperhatikan rentang waktu penyimpanan sebelum kedaluwarsa dapat memengaruhi kuat tekan semen. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan nilai kuat tekan semen seng fosfat dengan berbagai rentang waktu penyimpanan sebelum kedaluwarsa. Tiga kelompok semen seng fosfat dengan tanggal kedaluwarsa berbeda (t=6mm; d=4mm) merk GC Elite Cement 100 dilakukan uji kuat tekan menggunakan universal testing machine (crosshead speed 1 mm/menit dan beban 250 kgF). Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai kuat tekan semen seng fosfat kelompok III dengan kelompok I dan II. Dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan nilai kuat tekan pada semen yang mendekati waktu kedaluwarsa, Usage of zinc phosphate cement that do not notice its shelf life before expired can affect its compressive strength. To observe difference compressive strength value of zinc phosphate cement with different shelf life before expired. Three groups of zinc phosphate cement (GC Elite Cement 100) with different expiry dates (h=6mm; d=4mm) were tested for compressive strength using universal testing machine (crosshead speed 1mm/minute and load cell 250 kgF). There is significant difference (p<0,05) compressive strength of zinc phosphate cement group III to group I and II. There is a decrease of compressive strength of zinc phosphate cement near expiry date.]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Vidiasty Heruputri
"Pengolahan sampah pada tempat pembuangan akhir menghasilkan lindi dengan kandungan amonium yang cukup tinggi dan dapat bersifat toksik. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menyisihkan amonium pada lindi adalah dengan metode presipitasi yaitu dengan menambahkan Mg2+ dan PO43- ke dalam lindi yang kemudian dilakukan proses flokulasi dan sedimentasi. Struvite yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dikarenakan kandungan fosfat (PO4) yang terkandung di dalamnya dan bagus bagi tanaman. Tujuan dari dilakukanya penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik lindi di IPAS 3 TPST Bantargebang berdasarkan kondisi eksisting, menganalisis efisiensi penyisihan amonium dengan metode presipitasi pada lindi IPAS 3 TPST Bantarebang, dan untuk menganalisis pengaruh pH dan rasio molar terhadap kinerja penyisihan amonium dengan metode presipitasi. Pada penelitian ini, jar test dilakukan pada kecepatan pengadukan 158 rpm selama 60 menit dan dilanjutkan oleh proses pengendapan selama 30 menit. Penelitian menunjukan bahwa penyisihan terbaik berada pada rasio molar 1,2:1:1,2 dan pada pH 9 dengan efisiensi penyisihan amonium sebesar 95,6%, warna 68,8%, dan COD sebanyak 45%. Variasi dosis sampel terbaik (A2B3) kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan XRF dan XRD. Berdasarkan hasil uji XRF, terbentuk 72% fosforus, 14,7% magnesium, 12% kalium, dan 1,11% aluminium. Kemudian, berdasarkan hasil uji XRD, terbentuk struvite-K sebanyak 7,48% dan cattiite sebanyak 92,52%.

Waste processing in landfills produces leachate with a high ammonium content and can be toxic. One method that can be done to remove ammonium in leachate is the struvite precipitation method, by adding Mg2+ and PO43- to the leachate which is then flocculated and sedimented. The struvite can be used as fertilizer due to the phosphate (PO4) content in it and is good for plants. The purpose of this research is to analyze the characteristics of leachate in IPAS 3 TPST Bantargebang based on existing conditions, analyzing ammonium removal efficiency by struvite precipitation method in leachate IPAS 3 TPST Bantarebang, and analyze the effect of pH and molar ratio on ammonium removal performance by struvite precipitation method. In this study, jar tests were conducted at a stirring speed of 158 rpm for 60 minutes and continued by the precipitation process for 30 minutes. The study showed that the best removal was at a molar ratio of 1,2:1:1,2 and at pH 9 with ammonium removal efficiency of 95.6%, color of 68.8%, and COD of 45%. The best sample dosage variation (A2B3) was then subjected to further testing with XRF and XRD. Based on the XRF test results, 72% phosphorus, 14.7% magnesium, 12% potassium, and 1.11% aluminum were formed. Then, based on the results of the XRD test, struvite-K was formed as much as 7.48% and cattiite 92.52%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adil
"Logam titanium merupakan salah satu biomaterial yang banyak digunakan untuk aplikasi implan. Sayangnya, material ini memiliki kemampuan osseointegrasi yang tidak baik. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pelapisan permukaan Titanium dengan CaCO3 untuk meningkatkan kekasaran permukaan. Pelapisan logam Ti menggunakan Kalsium Asetat Ca(C₂H₃OO)₂ dengan variasi konsentrasi 0,5 M dan 1 M, kemudian dilakukan pembakaran pada suhu 500 oC. Hasil SEM-EDS menunjukkan terbentuk lapisan yang menyerupai jarum pada permukaan Titanium dengan kandungan Ca yang semakin tinggi seiring konsentrasi Ca(C₂H₃OO)₂  yang meningkat. Analisis XRD mengkonfirmasi bahwa lapisan yang terbentuk adalah CaCO3. Pada pelapisan CaCO3 0,5 M pada Titanium kekasaran permukaan Ra 0,48 dan  konsentrasi 1 M memiliki kekerasan permukaan Ra 1,49. Nilai kekerasan setelah pelapisan dengan CaCO3 konsentrasi 0,5 Ma adalah  272,44 dan 1 M memiliki kekerasan 172,67. Uji sudut kontak untuk konsentrasi 0,5 M  memiliki sudut sebesar 34,24o dan untuk konsentrasi 1 M memiliki sudut 0o. Penelitian ini menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan Titanium telah berhasil dilakukan menggunakan metode dekomposisi Ca(C₂H₃OO)₂ menjadi CaCO3. Permukaan implan yang kasar telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sifat osseointegrasi implan dengan jaringan sekitar tulang.

Titanium is one of the most widely used biomaterials for implant applications. Unfortunately, this material has poor osseointegration ability. The purpose of this study was to coat the surface of Titanium with CaCO3 to increase the surface roughness. The coating procedure was done by using Calcium Acetate Ca(C2H3OO2)2 with varying concentrations of 0.5 M and 1 M, then burned at a temperature of 500 oC. The SEM-EDS results showed that a needle-like layer was formed on the surface of Titanium with a higher Ca content as the concentration of Ca(C2H3OO2)2 increased. XRD analysis confirmed that the layer formed was CaCO3. In the CaCO3 coating with a concentration of 0.5 M, Titanium has a surface roughness of Ra 0.48 and a concentration of 1 M has a surface hardness of Ra 1.49. The hardness value after coating with 0.5 Ma concentration of CaCO3 is 272.44 and 1 M has a hardness of 172.67. The contact angle test for a concentration of 0.5 M has an angle of 34.24o and for a concentration of 1 M it has an angle of 0o. This study shows that the increase in surface roughness of Titanium has been successfully carried out using the decomposition method of Ca(C₂H₃OO)₂ to CaCO3. A rough implant surface has been scientifically proven to improve the osseointegration property of the implant with the surrounding bone tissue.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallen Damayanti
"Blok hidroksiapatit yang dibuat melalui metode sintering sulit teresorpsi di dalam tubuh karena memiliki kristalinitas yang tinggi. Blok hidroksiapatit dengan kristalinitas rendah dapat dibuat melalui reaksi disolusi presipitasi. Kalsium sulfat dihidrat memenuhi persyaratan sebagai prekursor reaksi disolusi presipitasi, yaitu biokompatibel dan secara termodinamik lebih stabil dibandingkan dengan hidroksiapatit. Penelitian ini bertujuan menghasilkan blok hidroksiapatit menggunakan prekursor blok CaSO4.2H2O dengan metode disolusi presipitasi. Spesimen dibuat dengan mencampurkan bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio akuades banding bubuk 0,5. Blok CaSO4.2H2O direndam di dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L dan dipanaskan pada suhu 80˚C selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Karakterisasi blok hidroksiapatit dilakukan dengan uji X-ray Diffraction (XRD), kemudian data yang didapatkan dianalisis menggunakan Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Uji kekuatan tarik diametral (DTS) dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanik spesimen. Tidak terdapat fasa hidroksiapatit yang teridentifikasi pada seluruh kelompok spesimen. Fasa yang teridentifikasi pada kelompok yang direndam selama 24 jam adalah CaSO4.2H2O, CaSO4, dan Ca(OH)2. Sedangkan pada kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam, fasa yang teridentifikasi adalah CaSO4 dan Ca(OH)2. Berdasarkan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane (IBM SPSS 2.0), terdapat penurunan nilai DTS yang signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah perendaman selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Penurunan nilai DTS juga signifikan antara kelompok yang direndam selama 24 jam dengan kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai DTS kelompok 48 jam dan 72 jam. Disimpulkan bahwa hidroksiapatit tidak terdeteksi pada kelompok spesimen CaSO4.2H2O yang direndam dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

Sintered hydroxyapatite cannot be resorbed in the body due to its high crystallinity. Low crystalline hydroxyapatite can be fabricated through dissolution-precipitation reaction. Calcium sulfate dihydrate meets the requirements to be used as a precursor for dissolution-precipitation reaction, that is biocompatible and thermodynamically more stable than hydroxyapatite. The aim of this study was to produce hydroxyapatite block using CaSO4.2H2O based on dissolution precipitation method. Specimens were made from CaSO4.1/2H2O powder mixed with distilled water at a water-to-powder ratio of 0,5. The CaSO4.2H2O blocks were immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours each. For characterization of the specimens, X-ray Diffraction (XRD) analysis was used and data obtained from the test was analyzed with Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Diametral tensile strength (DTS) was used for mechanical strength evaluation. There was no hydroxyapatite phase identified in all groups of specimens. The phases identified in group with 24 hours immersion time were CaSO4.2H2O, CaSO4, and Ca(OH)2. Whereas in group with 48 and 72 hours immersion time, the phases identified were CaSO4, and Ca(OH)2. Based on statistical analysis using One Way Anova and Post-Hoc Tamhane tests (IBM SPSS 2.0), there was a significant decrease in DTS value between group of specimens before and after immersion for 24, 48, and 72 hours. The decrease in DTS value was also significant between group of specimens with 24 hours immersion time and groups of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time. But, the difference between group of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time was not significant. It was concluded that there was no hydroxyapatite phase identified in groups of specimens immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Rachma Tresnasari
"Hidroksiapatit HA dan ?-trikalsium fosfat TCP , yang merupakan fasa dari kalsium fosfat, memiliki sifat biokompatibilitas yang baik dan struktur kimia yang sejenis dengan komponen anorganik pada tulang dan gigi. HA dan TCP berperan dalam pembentukan biphasic calcium phosphate BCP. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi suhu dan atmosfer pemanasan terhadap morfologi, stuktur kristal, dan ikatan gugus fungsi dari serbuk kalsium fosfat. Pemanasan kalsium fosfat dilakukan pada suhu 800°C dan 900°C, masing-masing dalam udara ambien dan argon. Kalsium fosfat tanpa pemanasan digunakan sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah pengamatan dengan Transmission Electron Microscopy TEM , pengujian X-Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, dan Differential Scanning Calorimetry DSC. Fasa HA dan TCP terbentuk pada suhu pemanasan 800°C dengan kedua kondisi atmosfer karena terjadi reduksi ikatan CO32-. Serbuk kalsium fosfat menunjukkan kristalinitas yang paling baik setelah mengalami pemanasan pada suhu 900 ?C dengan atmosfer argon. Pembentukan fasa ?TCP secara keseluruhan terjadi pada suhu 900°C pada kedua atmosfer karena terjadi pembentukan ikatan C-H dan C=O serta reduksi ikatan OH-.

Hydroxyapatite HA and tricalcium phosphate TCP , which are the phases of calcium phosphate, have a good biocompatibility and similarity in chemical structure with inorganic components found in teeth and bones. HA and TCP have a role in forming biphasic calcium phosphate BSC. This research was aimed to identify the effects of using varied temperatures and atmospheres in heat treatment to study the morphology, crystalline structure, and bonds of functional group of calcium phosphate powder. The heat treatment of calcium phosphate was conducted at the temperature of 800°C and 900°C, both in ambient air and argon atmmospheres. As received calcium phosphate without heat treatment was used as comparison. The characterizations performed were Transmission Electron Microscopy TEM, X Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, and Differential Scanning Calorimetry DSC. The phases of HA and TCP were formed at the temperature of 800 C in both atmospheric conditions because of the reduction of CO32 bond. Calcium phosphate powder exhibited the highest crystallinity encountered at the temperature of 900°C in argon atmosphere. The form of TCP was occurred at 900 C in both atmospheric conditions because the forming of C H and C O bond along the reduction of OH bond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ika Ramadhani
"Seleksi bakteri pelarut fosfat dan kajian produksi sel bakteri terpilih menggunakan medium Pikovskaya dengan modifikasi sumber karbon (glukosa teknis dan molase) dan nitrogen (urea dan tepung ikan) telah dilakukan. Penelitian bertujuan menyeleksi 20 isolat bakteri yang memiliki aktivitas pelarut fosfat terbaik dalam medium mengandung senyawa Ca3(PO4)2 dan batuan fosfat serta mengkaji komposisi medium produksi sel bakteri pelarut fosfat isolat terpilih menggunakan medium Pikovskaya dengan variasi sumber karbon dan sumber nitrogen. Produksi sel dilakukan selama 48 jam menggunakan 5 variasi medium Pikovskaya dengan komposisi sumber karbon dan nitrogen yang berbeda (M1, M2, M3, M4, dan M5). Metode Total Plate Count (TPC) digunakan untuk menghitung jumlah sel bakteri yang diuji tiap interval 6 jam.
Hasil penelitian menunjukkan isolat GRTL 6.2 dan GRTL 7.3 diidentifikasi sebagai Burkholderia seminalis dan Burkholderia cenocepacia. Identifikasi bakteri dilakukan oleh Indonesia Culture Collection (InaCC), LIPI, Cibinong. Kedua isolat memiliki rata-rata indeks pelarutan fosfat (IPF) tertinggi dengan nilai masing-masing 4,38 dan 3,92, selanjutnya digunakan dalam tahap kajian produksi sel BPF. Jumlah sel kedua isolat pada akhir masa inkubasi (48 jam) berkisar 5,4 - 5,6x1013 CFU/ml.
Data statistik dengan uji Anova (P>0,05) menunjukkan jumlah sel kedua isolat pada kelima medium perlakuan tidak terdapat perbedaan nyata. Glukosa teknis dan molase dapat menggantikan glukosa sebagai sumber karbon, sedangkan urea dan tepung ikan dapat menggantikan yeast extract sebagai sumber nitrogen untuk produksi sel bakteri pelarut fosfat.

Screening of phosphate solubilizing bacteria (PSB) and study of producing selected bacteria cell by using Pikovskaya medium with carbon source (technical glucose and molasses) and nitrogen (urea and fish meal) modification have been done. This research aims at selecting 20 bacterial isolates that have phosphate solubilizing activity in Pikovskaya medium with a compound Ca3(PO4)2 and phosphate rock as well as examining the composition of production medium of the PSB cell selected using Pikovskaya medium with a variety of carbon and nitrogen sources. Cell production was done within 48 hours by using five types of medium Pikovskaya with different variations in the composition of carbon and nitrogen sources (M1, M2, M3, M4, and M5). Total Plate Count (TPC) method was used to calculate the number of bacterial cells that were tested with 6 hours interval each.
The result shows isolates GRTL 6.2 and GRTL 7.3 were identified as Burkholderia seminalis and Burkholderia cenocepacia. Identification of bacteria carried by Indonesia Culture Collection (InaCC), LIPI Cibinong. Both isolates had an average of phosphate solubilizing index (PSI) with the highest value of each is 4.38 and 3.92, and they are later used in the assessment stage of PSB cell production. Results calculation the two isolates cell numbers at the end of the incubation period (48 hours) is 5,4 - 5,6x1013 CFU/ml.
Statistical data by Anova (P> 0.05) showed that there is no real difference in an average yield of TPC of both isolates in the fifth treatment medium. Technical glucose and molasses can replace glucose as the carbon source whereas urea and fish flour can replace yeast extract as nitrogen source in the Pikovskaya medium for the production of phosphate solubilizing bacterial cells.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratsania Rahmaniarti H.
"Konsentrasi fosfat yang tinggi dalam perairan dapat memicu terjadinya eutrofikasi yang mengarah pada pertumbuhan alga yang tidak terkendali (algae blooming). Hal tersebut mendasari perlunya penentuan konsentrasi fosfat di lingkungan akuatik. Namun, konsentrasi fosfat dapat berubah saat penyimpanan sampel sehingga analisis yang akurat sulit dicapai kecuali dilakukan secara in-situ. DGT (Diffusive Gradient in Thin Film) merupakan metode pengukuran in-situ yang dikembangkan untuk pengukuran fosfat dan logam.
Pada penelitian ini digunakan Fe-Al-Oksida sebagai binding gel yang diharapkan mampu mengikat fosfat dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan ferrihidrit. N,N’-methylenebisacrylamide digunakan sebagai pengikat silang pengganti DGT Crosslinker yang komersial karena harga yang lebih murah dan selektif terhadap molekul kecil. DGT Ferrihidrit dan DGT Fe-Al-Oksida diuji dengan sejumlah variasi konsentrasi, pH, dan waktu kontak. Pada kedua metode DGT didapat bahwa pH yang baik untuk pengukuran fosfat dilakukan pada pH 3. Kapasitas binding gel Fe-Al-Oksida diketahui lebih tinggi dibanding binding gel ferrihidrit dengan hasil CDGT Ferrihidrit : Cawal adalah 76% dan CDGT Fe-Al-Oksida : Cawal adalah 82%.

High concentration of phosphates in the water can lead to eutrophication which leads to uncontrolled growth of algae (algae blooming). It underlies the need for determining the concentration of phosphate in the aquatic environment. However, the concentration of phosphate may change during storage of samples so that an accurate analysis difficult to achieve unless carried out in-situ. DGT (Diffusive Gradient in Thin Films) is an in-situ measurement method developed for measuring phosphate and metal.
In this study the use of Fe-Al-Oxide as a binding gel that is expected to bind phosphate with a capacity greater than ferrihydrite. N, N'-methylenebisacrylamide is used as a substitute for commercial DGT Crosslinker as crosslinking for a cheaper price and selective for small molecule. Ferrihydrite-DGT and Fe-Al-Oxide-DGT are tested with a variety of concentrations, pH, and contact time. In both methods DGT found that the pH for phosphate measurements performed at pH 3. Capacity of Fe-Al-Oxide binding gel known to be higher than the ferrihydrite binding gel with result Cferrihydrite-DGT:Cstart is 76% and CFe-Al-Oxide-DGT:Cstart is 82%
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Zahra
"Tulang adalah jaringan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri apabila mengalami kerusakan. Namun pada beberapa kasus cacat tulang, cangkok tulang (bone graft) atau material pengganti tulang dibutuhkan untuk membantu penyembuhan jaringan. Terdapat tiga jenis cangkok tulang yaitu autograf, allograf, dan xenograf. Karena terbatasnya sumber tulang untuk cangkok tulang, peneliti mencari material alternatif sebagai pengganti tulang. Biokeramik telah banyak diteliti karena dinilai sebagai material yang paling menjanjikan sebagai pengganti tulang. Bifasik kalsium fosfat (BCP), tersusun atas hidroksiapatit (HA) dan b-trikalsium fosfat (b-TCP), menunjukkan potensi besar sebagai material pengganti tulang karena sifatnya yang bioaktif, biokompatibel, dan laju degradasi yang cocok dengan laju pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit di sintesis dengan metode presipitasi gelombang mikro. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan ke dalam larutan polivinil alkohol yang bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan mikrostruktur berpori. Selanjutnya, serbuk hidroksiapatit dipadatkan dan disintering dengan variasi temperatur sintering mulai dari 800 °C hingga 1300 °C untuk mempelajari perubahan fasa dan mikrostruktur dari hidroksiapatit. Fase kristal, gugus fungsi, morfologi, dan sifat mekanik diuji dengan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared FTIR, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Mikro Vickers. XRD menunjukkan terjadi perubahan fase HA menjadi b-TCP pada temperatur 1000 – 1300 °C. Hasil FTIR menunjukkan tidak ditemukannya gugus vinil yang berarti PVA telah sepenuhnya terdegradasi akibat sintering dengan temperatur tinggi. Pori yang dihasilkan memiliki bentuk spherical-like dengan ukuran yang semakin besar seiring dengan peningkatan temperatur sintering. Nilai kekerasan maksimal sebesar 4,166 GPa dihasilkan oleh hidroksiapatit yang disintering pada temperatur 1200 °C dan kekerasan menurun pada temperatur diatasnya karena peningkatan dekomposisi HA.

Bone is a tissue that can heal by itself. However, for some cases of bone defects, a bone graft or bone substitute is needed to help bone tissue to heal. There are three kinds of bone grafting which is autograft, allograft, and xenograft. Due to the limited source of bone for bone grafting, researchers eager to find an alternative material for bone substitution. Bioceramic has been widely studied because they are considered the most promising material for bone tissue substitution. Biphasic calcium phosphate (BCP), composed of hydroxyapatite (HA) and b-tricalcium phosphate (b-TCP), has shown great potential as a bone substitute material due to its bioactive, biocompatible properties and the rate of degradation that corresponds to the growth rate of bone. Hydroxyapatite nanocrystal was synthesized through the microwave-assisted precipitation method. Hydroxyapatite powder was later added into a polyvinyl alcohol solution, which is aimed to produced hydroxyapatite with a porous microstructure. Hydroxyapatite powder was compacted and sintered at various temperatures, from 800 – 1300 °C, to study the transformation of phase and microstructure of hydroxyapatite. The crystal phase, functional groups, morphology, and hardness of biphasic calcium phosphate were determined through X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), and Vickers Microhardness Tester. XRD result shows that the b-TCP phase appears due to the decomposition of HA at 1000 – 1300 °C. FTIR result shows there is no sign of a vinyl functional group, which means that PVA has fully degraded due to sintering with high temperature. Produced pores have a spherical-like shape and become larger as the sintering temperature reaches up to 1300 °C. The maximum hardness value of 4,166 GPa obtained from the hydroxyapatite sintered at 1200 °C and slightly decreased at 1300 °C due to increased decomposition of HA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiska Ramahdita
"Dalam penelitian ini telah dilakukan fabrikasi suatu kamar reaksi baru yang akan ditempatkan pada alat difraksi sinar X (XRD). Penelitian dilanjutkan dengan investigasiex situ dari serbuk kalsium fosfat hasil sintesis kimiawi dengan variasi waktu kontak dengan ammonia selama 0, 3, 4, 5, 15, dan 36 jam yang secara khusus ditujukan untuk menginvestigasi proses mineralisasi kalsium fosfat. Selama transformasi kalsium fosfat menjadi hidroksiapatit, telah terdeteksi adanya pembentukan fase-fase perantara, yaitu brushite dan monetite, melalui karakterisasi XRD. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meningkatnya waktu kontak ammonia dari 4 hingga 36 jam mampu meningkatkan ukuran kristalit mineral dari 9.3 menjadi 16.1 nm. Hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk investigasi lebih lanjut mengenai mineralisasi kalsium fosfat, khususnya melalui investigasi in situ via XRD.

In the current research, fabrication of newly-designed reaction chamber for X-Ray Diffraction (XRD) has been conducted, followed by ex situ investigation of chemically synthesized CaPwith various time of 0, 3, 4, 5, 15, and 36 hours in contact with ammonia. This route was specifically aimed at investigating the mineralization of CaP. During the transformation of CaP toHydroxy Apatite(HA), formation of intermediate phases, i.e. brushite (DCPD) and monetite (DCPD) is well detected by XRD characterization. Increasing of contact time with alkali atmosphere from 4 to 36 hours has increased the crystallite size of CaP minerals from 9.3 to 16.1 nm. Those results can be a baseline for further investigation of CaP mineralization, especially in situ XRD investigation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T39016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>