Ditemukan 60881 dokumen yang sesuai dengan query
Jennifer Otto Rivai
"Strategi ketidaksantunan adalah bentuk komunikasi yang bersifat tidak sopan dan menyerang wajah dari mitra tutur yang menyebabkan mitra tutur merasa tidak nyaman dan menimbulkan gangguan antara hubungan penutur dengan mitra tutur. Film Ferry (2021) merupakan film bergenre aksi mengenai tangan kanan mafia narkoba sehingga dalam dialog percakapannya banyak ditemukan tuturan dengan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi bentuk strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang terdapat dalam tuturan pemeran film Ferry (2021) dan menghitung penggunaan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang terdapat dalam dialog film. Penelitian kualitatif ini menganalisis strategi ketidaksantunan dan trigger yang digunakan pada dialog film Ferry (2021). Data tuturan dengan strategi ketidaksantunan beserta trigger ketidaksantunan dikumpulkan untuk dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis tersebut dihitung jumlah penggunaannya untuk mendapatkan frekuensi penggunaan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang paling sering digunakan. Hasil menunjukkan frekuensi strategi ketidaksantunan paling banyak digunakan adalah strategi ketidaksantunan bald-on-record impoliteness dan trigger ketidaksantunan yang sering muncul adalah trigger insult. Hasil penelitian ini menemukan bagaimana bentuk strategi ketidaksantunan, trigger ketidaksantunan, dan bentuk umpatan yang umum digunakan oleh orang Belanda kepada mitra tuturnya.
An impoliteness strategy is a form of communication that is impolite and attacks the face of the speech partner, which causes the speech partner to feel uncomfortable and creates a disturbance in the relationship between the speaker and the speech partner. Ferry (2021) is an action-genre movie about the confidant of the drug mafia in Amsterdam; therefore, there are many speeches with impoliteness strategies and impoliteness triggers in the dialogue. The purpose of this study is to identify the forms of impoliteness strategies and impoliteness triggers contained in the speech of the cast of Ferry (2021) and to calculate the use of impoliteness strategies and impoliteness triggers contained in the movie dialog. This qualitative research analyzes the impoliteness strategies and triggers used in the dialogue of Ferry (2021). The speech data with the impoliteness strategies and the impoliteness triggers are collected to be analyzed descriptively. The results of the analysis were counted to obtain the frequency of use of the most frequently used impoliteness strategies and impoliteness triggers. The results show that the most commonly used impoliteness strategy is the bald-on-record impoliteness strategy, and the most common trigger of impoliteness is the trigger insult. The results of this study found that the forms of impoliteness strategies, impoliteness triggers, and forms of swearing commonly used by Dutch people to their speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hasna Aulia Shabira
"Penggunaan kata-kata kasar dalam sehari-hari sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, terlepas dari penggunaan kata kasar tersebut dalam maksud negatif maupun netral. Kata kasar dalam bahasa Belanda terbagi menjadi dua yaitu vloeken (kutukan) dan schelden (makian). Dalam penelitian ini, kata kasar dikaji melalui tindak tutur yang menunjukkan ilokusi ekspresif kekesalan dalam kalimat atau kata yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam film Ferry (2021). Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan peran konteks dalam identifikasi tindak tutur yang diungkapkan melalui ekspresi kekesalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori tindak tutur J. L. Austin yang kemudian dikembangkan kembali John R. Searle. Hasil penelitian ini menunjukkan konteks percakapan berperan besar dalam identifikasi bentuk tindak tutur yang diungkapkan melalui kata-kata kasar untuk mengekspresikan kekesalan. Seperti pada kata godverdomme, kata tersebut termasuk ke dalam bentuk tindak tutur ekspresif yang biasa diungkapkan melalui mengutuk. Namun, apabila kata tersebut terletak pada kalimat help me godverdomme recht! dengan konteks memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu maka bentuk tindak tutur berubah menjadi direktif yang diungkapkan melalui memerintah.
The use of profanity in everyday life has become commonplace in society, regardless of whether they are used in a negative or neutral sense. Profanity in Dutch are divided into two, namely vloeken (curses) and schelden (harsh). In this study, Profanity are studied through speech acts that show expressive illocution of annoyance in sentences or words spoken by characters in the movie Ferry (2021). The purpose of this study is to show the role of context in the identification of speech acts expressed through expressions of annoyance. The method used in this research is the descriptive qualitative method by using J. L. Austin's speech act theory which was then developed again by John R. Searle. The result of this research shows that the context of conversation plays a big role in identifying the form of speech acts expressed through harsh words to express annoyance. As in the word godverdomme, the word is included in the form of expressive speech acts that are usually expressed through cursing. However, if the word is located in the sentence help me godverdomme recht! with the context of ordering someone to do something then the form of speech act changes to directive which is expressed through commanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ariella Shan
"
ABSTRAKEsensi bahasa perempuan adalah kesopanan. rdquo; Pola pikir ini tanpa disadari memberikan kaum wanita batasan dalam berkomunikasi di tempat kerjanya. Gagasan ini dihidupkan terus menerus melalui berbagai medium, yang mana film merupakan salah satunya. Namun, kemampuan kaum perempuan dalam memproduksi film di era ini memungkinkan berubahnya pemikiran tersebut. Penelitian kecil ini bertujuan mengetahui jika gagasan ini ditentang atau diteruskan melalui salah satu karya sineas perempuan,, yaitu Equity 2016 dengan menggunakan strategi kesopanan Brown and Levinson 1987 dan strategi ketidaksopanan Culpeper 1996 . Pertanyaan penelitian melingkupi jenis strategi kesopanan dan ketidaksopanan apa yang digunakan dua karakter utama di tempat kerja, apa alasan yang mungkin mendasari penggunaan strategi tersebut, dan adakah perangkat linguistik ldquo;khas rdquo; bahasa perempuan di dalam percakapan. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi dan menganalisis strategi dalam ujaran kedua karakter, lalu menghitung dan membandingkan frekuensi penggunaannya. Hasil menunjukkan kedua karakter paling banyak menggunakan strategi kesopanan bald on record, positive politeness dan negative politeness serta strategi ketidaksopanan bald on record dan negative impoliteness. Kemungkinan alasan penggunaannya meliputi sifat karakter, pengetahuan mereka akan posisi masing-masing dalam perusahaan dan tingkat jarak sosial . Data mengenai perangkat linguistik yang identik dengan bahasa perempuan cukup sedikit. Dapat disimpulkan bahwa bahasa yang dipakai kedua karakter tidak selalu mencerminkan kesopanan.
ABSTRACTPoliteness explains women language rdquo; is a notion that somehow limits how women communicate in the workforce. Movies are one way to perpetuate this idea, but now that women are able to produce their own films, changes are likely to happen. Through one such movie, Equity 2016 ,thissmall-scale research aims to find out if the notion is resisted or propagated and draws on Brown and Levinson 1987 rsquo;s politeness strategies and Culpeper 1996 rsquo;s impoliteness strategies. Research questions include: what kind of politeness and impoliteness strategies do the main characters use the most at work, what are the possible reasons for them to use these strategies, and is there any stereotype that appear in how the women communicate. Method includes identifying and analyzing strategies from their utterances, then counting and comparing the number for eachstrategy. Results show bald on record, positive politeness, and negative politeness strategies as well as negative impoliteness and bald on record impoliteness strategies are mostly used, with reasons attributed to the characters rsquo; personalities, knowledge of their hierarchical positions, and degree of social distance. Less evidence is found on thestereotypes being present. It is concluded that politeness is not always reflected in the lead characters rsquo; language use. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Deanna Aisha Nurcahya
"Film merupakan sebuah karya seni yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan sosial atau moral. Film juga seringkali mengangkat tema-tema universal. Isu yang dapat dijadikan tema yaitu isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, salah satunya tema persahabatan. Sahabat adalah ikatan antara satu sama lain yang saling membutuhkan dan berkontribusi secara positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi persahabatan antara tokoh Anne Frank dan Hannah Goslar dalam film Mijn Beste Vriendin Anne Frank menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori persahabatan Rowland S. Miller serta teori Seligman sebagai kerangka analisis. Data analisis diperoleh dari pemutaran film secara berulang serta pencatatan adegan yang mencerminkan persahabatan sesuai dengan aspek yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima indikator atau aspek persahabatan dalam hubungan antara Anne dan Hannah yaitu respect, trust, capitalization, social support, dan responsiveness. Terdapat juga aspek optimism dari Seligman yang ditemukan dalam film ini. Temuan ini memberikan kontribusi mengenai bagaimana indikator persahabatan Miller dan teori Seligman dapat diterapkan dalam film.
Film is a work of art that is used as a means of conveying social or moral messages. Movies also often raise universal themes. Issues that can be used as themes are issues related to social life, one of which is the theme of friendship. Friends are bonds between each other that need each other and contribute positively. This study aims to analyze the representation of friendship between the characters Anne Frank and Hannah Goslar in the film Mijn Beste Vriendin Anne Frank using a qualitative descriptive method and Rowland S. Miller's friendship theory and Seligman's theory as an analytical framework. The analysis data was obtained from repeated screenings of the movie and recording scenes that reflect friendship in accordance with the aspects used. The results of this study show that there are five indicators or aspects of friendship in the relationship between Anne and Hannah, namely respect, trust, capitalization, social support, and responsiveness. There are also aspects of Seligman's optimism found in this movie. These findings contribute to how Miller's friendship indicators and Seligman's theory can be applied in movies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library