Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jennifer Otto Rivai
"Strategi ketidaksantunan adalah bentuk komunikasi yang bersifat tidak sopan dan menyerang wajah dari mitra tutur yang menyebabkan mitra tutur merasa tidak nyaman dan menimbulkan gangguan antara hubungan penutur dengan mitra tutur. Film Ferry (2021) merupakan film bergenre aksi mengenai tangan kanan mafia narkoba sehingga dalam dialog percakapannya banyak ditemukan tuturan dengan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi bentuk strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang terdapat dalam tuturan pemeran film Ferry (2021) dan menghitung penggunaan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang terdapat dalam dialog film. Penelitian kualitatif ini menganalisis strategi ketidaksantunan dan trigger yang digunakan pada dialog film Ferry (2021). Data tuturan dengan strategi ketidaksantunan beserta trigger ketidaksantunan dikumpulkan untuk dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis tersebut dihitung jumlah penggunaannya untuk mendapatkan frekuensi penggunaan strategi ketidaksantunan dan trigger ketidaksantunan yang paling sering digunakan. Hasil menunjukkan frekuensi strategi ketidaksantunan paling banyak digunakan adalah strategi ketidaksantunan bald-on-record impoliteness dan trigger ketidaksantunan yang sering muncul adalah trigger insult. Hasil penelitian ini menemukan bagaimana bentuk strategi ketidaksantunan, trigger ketidaksantunan, dan bentuk umpatan yang umum digunakan oleh orang Belanda kepada mitra tuturnya.

An impoliteness strategy is a form of communication that is impolite and attacks the face of the speech partner, which causes the speech partner to feel uncomfortable and creates a disturbance in the relationship between the speaker and the speech partner. Ferry (2021) is an action-genre movie about the confidant of the drug mafia in Amsterdam; therefore, there are many speeches with impoliteness strategies and impoliteness triggers in the dialogue. The purpose of this study is to identify the forms of impoliteness strategies and impoliteness triggers contained in the speech of the cast of Ferry (2021) and to calculate the use of impoliteness strategies and impoliteness triggers contained in the movie dialog. This qualitative research analyzes the impoliteness strategies and triggers used in the dialogue of Ferry (2021). The speech data with the impoliteness strategies and the impoliteness triggers are collected to be analyzed descriptively. The results of the analysis were counted to obtain the frequency of use of the most frequently used impoliteness strategies and impoliteness triggers. The results show that the most commonly used impoliteness strategy is the bald-on-record impoliteness strategy, and the most common trigger of impoliteness is the trigger insult. The results of this study found that the forms of impoliteness strategies, impoliteness triggers, and forms of swearing commonly used by Dutch people to their speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Aulia Shabira
"Penggunaan kata-kata kasar dalam sehari-hari sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, terlepas dari penggunaan kata kasar tersebut dalam maksud negatif maupun netral. Kata kasar dalam bahasa Belanda terbagi menjadi dua yaitu vloeken (kutukan) dan schelden (makian). Dalam penelitian ini, kata kasar dikaji melalui tindak tutur yang menunjukkan ilokusi ekspresif kekesalan dalam kalimat atau kata yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam film Ferry (2021). Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan peran konteks dalam identifikasi tindak tutur yang diungkapkan melalui ekspresi kekesalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori tindak tutur J. L. Austin yang kemudian dikembangkan kembali John R. Searle. Hasil penelitian ini menunjukkan konteks percakapan berperan besar dalam identifikasi bentuk tindak tutur yang diungkapkan melalui kata-kata kasar untuk mengekspresikan kekesalan. Seperti pada kata godverdomme, kata tersebut termasuk ke dalam bentuk tindak tutur ekspresif yang biasa diungkapkan melalui mengutuk. Namun, apabila kata tersebut terletak pada kalimat help me godverdomme recht! dengan konteks memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu maka bentuk tindak tutur berubah menjadi direktif yang diungkapkan melalui memerintah.

The use of profanity in everyday life has become commonplace in society, regardless of whether they are used in a negative or neutral sense. Profanity in Dutch are divided into two, namely vloeken (curses) and schelden (harsh). In this study, Profanity are studied through speech acts that show expressive illocution of annoyance in sentences or words spoken by characters in the movie Ferry (2021). The purpose of this study is to show the role of context in the identification of speech acts expressed through expressions of annoyance. The method used in this research is the descriptive qualitative method by using J. L. Austin's speech act theory which was then developed again by John R. Searle. The result of this research shows that the context of conversation plays a big role in identifying the form of speech acts expressed through harsh words to express annoyance. As in the word godverdomme, the word is included in the form of expressive speech acts that are usually expressed through cursing. However, if the word is located in the sentence help me godverdomme recht! with the context of ordering someone to do something then the form of speech act changes to directive which is expressed through commanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariella Shan
"ABSTRAK
Esensi bahasa perempuan adalah kesopanan. rdquo; Pola pikir ini tanpa disadari memberikan kaum wanita batasan dalam berkomunikasi di tempat kerjanya. Gagasan ini dihidupkan terus menerus melalui berbagai medium, yang mana film merupakan salah satunya. Namun, kemampuan kaum perempuan dalam memproduksi film di era ini memungkinkan berubahnya pemikiran tersebut. Penelitian kecil ini bertujuan mengetahui jika gagasan ini ditentang atau diteruskan melalui salah satu karya sineas perempuan,, yaitu Equity 2016 dengan menggunakan strategi kesopanan Brown and Levinson 1987 dan strategi ketidaksopanan Culpeper 1996 . Pertanyaan penelitian melingkupi jenis strategi kesopanan dan ketidaksopanan apa yang digunakan dua karakter utama di tempat kerja, apa alasan yang mungkin mendasari penggunaan strategi tersebut, dan adakah perangkat linguistik ldquo;khas rdquo; bahasa perempuan di dalam percakapan. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi dan menganalisis strategi dalam ujaran kedua karakter, lalu menghitung dan membandingkan frekuensi penggunaannya. Hasil menunjukkan kedua karakter paling banyak menggunakan strategi kesopanan bald on record, positive politeness dan negative politeness serta strategi ketidaksopanan bald on record dan negative impoliteness. Kemungkinan alasan penggunaannya meliputi sifat karakter, pengetahuan mereka akan posisi masing-masing dalam perusahaan dan tingkat jarak sosial . Data mengenai perangkat linguistik yang identik dengan bahasa perempuan cukup sedikit. Dapat disimpulkan bahwa bahasa yang dipakai kedua karakter tidak selalu mencerminkan kesopanan.

ABSTRACT
Politeness explains women language rdquo; is a notion that somehow limits how women communicate in the workforce. Movies are one way to perpetuate this idea, but now that women are able to produce their own films, changes are likely to happen. Through one such movie, Equity 2016 ,thissmall-scale research aims to find out if the notion is resisted or propagated and draws on Brown and Levinson 1987 rsquo;s politeness strategies and Culpeper 1996 rsquo;s impoliteness strategies. Research questions include: what kind of politeness and impoliteness strategies do the main characters use the most at work, what are the possible reasons for them to use these strategies, and is there any stereotype that appear in how the women communicate. Method includes identifying and analyzing strategies from their utterances, then counting and comparing the number for eachstrategy. Results show bald on record, positive politeness, and negative politeness strategies as well as negative impoliteness and bald on record impoliteness strategies are mostly used, with reasons attributed to the characters rsquo; personalities, knowledge of their hierarchical positions, and degree of social distance. Less evidence is found on thestereotypes being present. It is concluded that politeness is not always reflected in the lead characters rsquo; language use. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Shafa Nada Khalishah
"Film Wish dragon adalah film yang ditulis dan disutradarai oleh Chris Appelhans pada tahun 2021. Film Wish dragon menceritakan tiga tokoh utama yaitu Shen Long, Ding Siqi, dan Wang Lina. Ding Siqi yang ingin mewujudkan harapannya dibantu oleh Shen Long. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana tokoh Shen Long dalam film merepresentasikan keterkaitan naga dalam kebudayaan Tiongkok dan simbol fú福 sebagai harapan ideal berupa kemakmuran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Film ini menampilkan simbol naga dan simbol fú福 secara konsisten, yang menjadi fokus analisis penelitian. Ditemukan bahwa tokoh naga Shen Long, secara simbolis membawa kebahagiaan, keberuntungan, panjang umur, dan kekayaan, menciptakan harapan ideal akan kemakmuran. Simbol fú福 turut memperkuat pesan ini, terutama ketika muncul bersamaan dengan keberuntungan, kekayaan, kebahagiaan, dan panjang umur yang dibawa oleh naga. Film ini tidak hanya menjadi kolaborasi antara Amerika dan Tiongkok, tetapi juga menjadi media merawat simbol budaya khas Tiongkok, tidak hanya untuk masyarakat Tiongkok sendiri, tetapi juga secara internasional. Serta memperkenalkan budaya khas Tiongkok kepada masyarakat internasional dalam memperkaya pemahaman global terhadap keberagaman budaya Tiongkok.

Wish dragon is a movie written and directed by Chris Appelhans in 2021. The movie Wish dragon tells the story of three main characters namely Shen Long, Ding Siqi, and Wang Lina. Ding Siqi who wants to realize his wish is helped by Shen Long. This research discusses how Shen Long's character in the movie represents the connection between the dragon in Chinese culture and the fu福 symbol as an ideal hope in the form of prosperity. The research method used in this study is qualitative research method. The movie displays the dragon symbol and the fú福 symbol consistently, which is the focus of the research analysis. It was found that the dragon character Shen Long, symbolically brings happiness, luck, longevity, and wealth, creating an idealized expectation of prosperity. The symbol fú福 also reinforces this message, especially when it appears alongside the luck, wealth, happiness, and longevity brought by the dragon. The movie is not only a collaboration between America and China, but also a medium for preserving Chinese cultural symbols, not only for the Chinese people themselves, but also internationally. It introduces Chinese culture to the international community to enrich global understanding of China's cultural diversity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deanna Aisha Nurcahya
"Film merupakan sebuah karya seni yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan sosial atau moral. Film juga seringkali mengangkat tema-tema universal. Isu yang dapat dijadikan tema yaitu isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, salah satunya tema persahabatan. Sahabat adalah ikatan antara satu sama lain yang saling membutuhkan dan berkontribusi secara positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi persahabatan antara tokoh Anne Frank dan Hannah Goslar dalam film Mijn Beste Vriendin Anne Frank menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori persahabatan Rowland S. Miller serta teori Seligman sebagai kerangka analisis. Data analisis diperoleh dari pemutaran film secara berulang serta pencatatan adegan yang mencerminkan persahabatan sesuai dengan aspek yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima indikator atau aspek persahabatan dalam hubungan antara Anne dan Hannah yaitu respect, trust, capitalization, social support, dan responsiveness. Terdapat juga aspek optimism dari Seligman yang ditemukan dalam film ini. Temuan ini memberikan kontribusi mengenai bagaimana indikator persahabatan Miller dan teori Seligman dapat diterapkan dalam film.
Film is a work of art that is used as a means of conveying social or moral messages. Movies also often raise universal themes. Issues that can be used as themes are issues related to social life, one of which is the theme of friendship. Friends are bonds between each other that need each other and contribute positively. This study aims to analyze the representation of friendship between the characters Anne Frank and Hannah Goslar in the film Mijn Beste Vriendin Anne Frank using a qualitative descriptive method and Rowland S. Miller's friendship theory and Seligman's theory as an analytical framework. The analysis data was obtained from repeated screenings of the movie and recording scenes that reflect friendship in accordance with the aspects used. The results of this study show that there are five indicators or aspects of friendship in the relationship between Anne and Hannah, namely respect, trust, capitalization, social support, and responsiveness. There are also aspects of Seligman's optimism found in this movie. These findings contribute to how Miller's friendship indicators and Seligman's theory can be applied in movies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Ulkhasanah
"Film The Wings of Songs 2021 diproduseri oleh Gao Huanggang dan disutradarai oleh Abdukerim Abliz. Film ini dirilis pada 28 Maret 2021, berkisah tentang perjalanan tiga musisi muda dari tiga etnis minoritas Cina yang berbeda. Jiang Han, Jarhen, dan Dili melakukan perjalanan di kampung halaman mereka, Xinjiang, untuk mendapatkan inspirasi dalam bermusik. Dalam film ini tergambarkan kondisi beberapa suku minoritas di Xinjiang yang hidup bersama secara harmonis dan damai, menari dengan gembira dengan budaya mereka yang kental. Film ini terinspirasi oleh musik dan budaya tari di Xinjiang. Xinjiang sendiri dikenal sebagai The Hometown of Singing and Dancing. Film ini diambil di 7 (tujuh) prefektur berbeda mulai dari Tacheng hingga Tashkurgan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali budaya-budaya etnis minoritas Xinjiang di dalam film, yaitu bagaimana sisi lain Cina yang muncul dalam film dan bagaimana representasi budaya tari dan instrumen musik suku minoritas di Xinjiang yang muncul dan tergambar dalam film The Wings of Songs 2021. Melalui metode kualitatif dan analisis semiotika Charles Sanders Peirce, peneliti menemukan bahwa dalam film ini terdapat beberapa budaya tari dan instrumen musik yang menonjol yang merepresentasikan etnis minoritas di Xinjiang.

The Wings of Songs 2021 movie was produced by Gao Huanggang and directed by Abdukerim Abliz. This movie, released on March 28, 2021, tells the journey of three young musicians from three different Chinese ethnic minorities.  Jiang Han, Jarhen, and Dili travel to their hometown, Xinjiang, to find musical inspiration.  This film shows the condition of several ethnic minorities in Xinjiang living side by side in harmony and peace, dancing happily with their strong culture.  This movie is inspired by music and dance culture in Xinjiang.  Xinjiang itself is known as “The Hometown of Singing and Dancing”.  This movie was shot in seven different prefectures, from Tacheng to Taxkorgan.  This study aims to explore the cultures of the ethnic minorities of Xinjiang in the movie, namely how the other side of China appears in the movie and how the representation of Xinjiang ethnic minorities’ dance cultures and musical instruments is shown and depicted in the 2021 movie The Wings of Songs. Using qualitative methods and Charles Sanders Peirce's semiotic analysis, this study found there are several prominent dance cultures and musical instruments that represent ethnic minorities of Xinjiang in this movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arlin Putri Prahasti
"Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sebuah fenomena psikologi yang didefinisikan sebagai rasa takut kehilangan momen berharga orang lain di media sosial. Berdasarkan budaya Jawa rasa takut (FoMO) dipahami sebagai rasa was-was, dan khawatir yang dapat menjauhkan diri manusia Jawa dengan Gusti. Film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok (2021) memiliki tokoh utama bernama Mbak Sum yang merupakan representasi manusia Jawa yang mengalami FoMO. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan FoMO dalam diri tokoh utama film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, FoMO oleh Przybylski dkk. dan didukung oleh konsep kejiwaan Jawa menurut Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Hasil pembahasan menjelaskan bahwa Mbak Sum memiliki karakter penderita FoMO. Adapun temuan lain penelitian ini adalah bahwa manusia Jawa yang mengalami FoMO ternyata memiliki sikap buruk yang bertentangan dengan sikap dalam ajaran budaya Jawa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seseorang yang FoMO akan dikuasai oleh id dalam dirinya, sehingga ia akan mengedepankan kepuasan pribadi di atas segalanya. FoMO dapat diatasi dengan menanamkan 5 sifat Pancasila menurut ajaran Pangestu. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakter manusia Jawa yang mengalami FoMO disertai dengan solusi untuk meminimalisasinya.

Fear of Missing Out (FoMO) is a psychological phenomenon that is defined as the fear of losing other people's precious moments on social media. Based on Javanese culture, fear (FoMO) is understood as a feeling of anxiety and worry that can distance Javanese humans from Gusti. The short film Njagakke Ndog'e Si Blorok (2021) has a main character named Mbak Sum who is a representation of a Javanese person who has experienced FoMO. This research aims to show FoMO in the main character of the short movie Njagakke Ndog'e Si Blorok. The method used is descriptive qualitative, with Sigmund Freud's psychoanalytic theory, FoMO by Przybylski et al. and supported by the Javanese psychological concept according to the Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). The results of the discussion explained that Mbak Sum has the character of a FoMO sufferer. Another finding of this research is that Javanese people who experience FoMO apparently have bad attitudes that are contrary to attitudes in Javanese cultural teachings. This research also shows that someone who is FoMO will be controlled by his inner id, so he/she will prioritize personal satisfaction above all else. FoMO can be overcome by instilling the 5 characteristics of Pancasila according to Pangestu's teachings. It is hoped that this research can provide an overview of the character of Javanese humans who experience FoMO along with solutions to minimize it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Fathia Pramesti
"Film The Falls 《瀑布》 (Pùbù) adalah film dengan tema drama keluarga yang disutradarai oleh Zhong Menghong. Film ini berlatar belakang pandemi COVID-19 yang mengisahkan kehidupan seorang janda bernama Pin Wen bersama putrinya, Xiao Jing. Suasana menegangkan terlihat ketika Pin Wen menderita gangguan mental. Misteri dalam film akhirnya terungkap ketika Pin Wen mengaku bahwa selama ini ia mendengar ilusi suara gemuruh air terjun yang membuatnya gelisah. Penelitian-penelitian terdahulu tentang film ini lebih menyoroti segi psikologi dan hubungan antar ibu-anak. Sementara itu, penelitian ini akan menganalisis apa makna dari air terjun dalam film ini sebab visualisasi air terjun sama sekali tidak dihadirkan hingga akhir film. Hasil penelitian menemukan bahwa air terjun merepresentasikan perjalanan hidup Pin Wen dan Xiao Jing. Layaknya air terjun besar yang menghantam ke permukaan beberapa air terjun kecil di bawahnya hingga membentuk suara gemuruh, lalu mengalir dengan tenang ke sungai. Pin Wen dan Xiao Jing telah melalui berbagai permasalahan, namun akhirnya sampai pada tahap keikhlasan.

The Falls 《瀑布》 (Pùbù) is a family drama film directed by Zhong Menghong. Set against the background of the COVID-19 pandemic, the movie follows the life of a widow named Pin Wen and her daughter, Xiao Jing. The tense scene is seen when Pin Wen suffers from mental illness. The mystery in the movie is finally revealed when Pin Wen confesses that she has been hearing the illusion of the roaring sound of a waterfall that makes her anxious. Previous studies of this film have focused more on psychology and mother-daughter relationships. Meanwhile, this research will analyze the meaning of the waterfall in the film since the visualization of the waterfall is not presented at all until the end of the film. This research found that the waterfall represents the life journey of Pin Wen and Xiao Jing. Like a large waterfall slams into the surface of several smaller waterfalls below to form a roaring sound, then flows calmly into the river. Pin Wen and Xiao Jing have gone through complicated problems, but finally come to the stage of sincerity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anjeli Vyrsha Makiyah
"Kebutuhan akan hiburan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Salah satu media hiburan adalah film. Melalui film, disajikan berbagai realitas yang ada di masyarakat, salah satunya adalah eksistensi komunitas LGBT. Topik tersebut direpresentasikan dalam film Anne+ (2021) karya Valerie Bisscheroux yang berdurasi 1 jam 35 menit. Film ini menceritakan tentang perjalanan hidup Anne dalam proses penemuan jati dirinya sebagai seorang lesbian di Belanda. Proses tersebut mencakup masalah-masalah yang Anne hadapi seperti masalah asmara, karier, pertemanan, dan pengembangan diri. Serangkaian rintangan dan situasi tersebut mempengaruhi perubahan dalam unsur kepribadian Anne. Masalah penelitian ini adalah bagaimana dinamika kepribadian tokoh utama dalam film Anne+ (2021) karya Valerie Bisscheroux. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika kepribadian tokoh Anne. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud mengenai id, ego, dan superego. Teori psikoanalisis didukung oleh pendapat William McDougall tentang naluri dasar manusia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan unsur kepribadian pada tokoh Anne, yaitu dari id menjadi ego, id ke ego lalu menjadi superego, dan id ke superego lalu menjadi ego. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perubahan kepribadian tokoh utama dalam film Anne+ (2021).

The need for entertainment is increasing over time. One of the entertainment media is a movie. Through movies, various realities in society are presented, one of which is the existence of the LGBT community. The topic is represented in the movie Anne+ (2021) by Valerie Bisscheroux, which lasts 1 hour and 35 minutes. The movie tells the story of Anne's life journey in the process of discovering her identity as a lesbian in the Netherlands. The process includes issues that Anne faces, such as romance, career, friendship, and self-development. A series of obstacles and situations affect changes in Anne's personality elements. The problem of this research is how are the personality dynamics of the main character in the movie Anne+ (2021) by Valerie Bisscheroux. The purpose of this research is to describe the personality dynamics of Anne's character. The method used in this research is descriptive qualitative method. The theory used in this research is Sigmund Freud's psychoanalysis theory of id, ego, and superego. Psychoanalysis theory is supported by William McDougall's opinion on basic human instincts. The results of this study show that there are changes in the elements of personality in the character Anne, namely from id to ego, id to ego then to superego, and id to superego then to ego. This research provides a deeper understanding of the personality changes of the main character in the movie Anne+ (2021)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Jihan
"Pada 2019, Black Widow oleh Cate Shortland dirilis. Ceritanya berfokus pada karakter tentara super perempuan, Natasha Romanoff dan masa lalunya sebagai black widow (tentara super perempuan terlatih) dan membahas topik keibuan, keluarga, dan peran gender dalam bentuk semu. Artikel ini menganalisa dan mengembangkan teori keibuan semu atau inkonvensional milik Giallombardo dari studinya terhadap perempuan di penjara (1966). Menurutnya, di bawah keadaan yang keras, perempuan dapat membuat komunitas di mana salah satu dapat mengambil peran sebagai ibu di antara lainnya dan memiliki nilai keibuan, walaupun ia bukan ibu biologis lainnya. Artikel ini bertujuan untuk meneliti koneksi semu yang dapat dilihat dari interaksi antara kelompok yang terdiri dari Natasha dan black widow lainnya dengan membandingkannya dengan teori keibuan semu Giallombardo. Artikel ini menemukan bahwa Natasha Romanoff memiliki ciri keibuan semu yang tidak terlihat secara langsung dimana ia menerapkan ciri keibuan tradisional pada black widow lainnya yang disebabkan oleh tekanan keadaan sekitarnya yang keras.

In 2019, Black Widow by Cate Shortland is released. The story centers around the female super-soldier, Natasha Romanoff and her past as a black widow (trained female super soldier) and touches on the topic of motherhood, family, and gender roles in a pseudo form. This article analyzes and develops Giallombardo’s theory of pseudo or unconventional motherhood from her study of women in prison (1966). According to her, under harsh circumstances, women can create a community in which one will take the role of mother among others and possess motherhood values, despite not being the biological mother of the others. This article aims to examine these pseudo connections that can be seen through the interactions between the groups created by Natasha and the other black widows by comparing it with Giallombardo’s theory of pseudo or unconventional motherhood. The findings in this article states that Natasha Romanoff possesses pseudo motherhood traits where she performs traditional motherhood traits on the other black widows that are triggered by her harsh surroundings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>