Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoana Anandita
"Tesis ini mengeksplorasi tentang pemberian dukungan sosial kepada pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) oleh penyintas di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG), salah satu pusat rujukan pelayanan TBC RO. Penelitian ini mengkaji program dukungan pasien yang diinisiasi oleh kelompok penyintas TB Terjang sejak 2019. Menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, data dikumpulkan pada Mei 2023 melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Penelitian ini melibatkan 14 (empat belas) informan, meliputi Patient Supporter (PS), Manajer Kasus (MK), Perawat, dan pasien TB Resistan Obat. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa mekanisme dukungan sosial yang diberikan PS sebagai penyintas kepada pasien TBC RO di RSPG sudah berjalan, dirasakan manfaatnya baik bagi pasien maupun penyedia layanan kesehatan. Namun, penguatan dalam koordinasi dan forum evaluasi formal diperlukan untuk implementasi yang optimal. Anggaran kegiatan pendampingan bergantung sepenuhnya pada dukungan donor. Peran PS dalam pendampingan pasien berfokus pada pemberian dukungan sosial kepada pasien dan keluarganya. Berbagai bentuk dukungan sosial diidentifikasi, termasuk dukungan emosional, instrumental, informasi, penilaian (appraisal), penghargaan, jaringan, tenaga kerja dan waktu, pengurangan stigma dan diskriminasi, pemantauan pengobatan, bantuan paralegal, dan dukungan kesehatan mental. Penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan sosial yang digerakkan oleh penyintas TBC RO untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengalaman baik bagi pasien. Peningkatan mekanisme koordinasi dan evaluasi akan semakin meningkatkan efektivitas program. Dengan mengenali peran para penyintas dan menangani kebutuhan dukungan mereka, fasilitas layanan kesehatan dapat mengembangkan pendekatan komprehensif untuk perawatan dan pengelolaan TBC RO.

This thesis, review the provision of social support to drug-resistant tuberculosis (DRTB) patients by survivors at Dr. M. Goenawan Partowidigdo Lung Hospital (RSPG), a referral center for DRTB service. The study examines patient support programs initiated by a TB survivors’ group Terjang since 2019. Employing a qualitative case study approach, data was collected in May 2023 through in-depth interviews, observations, and document reviews. The research involved 14 informants, including Patient Supporters (PS), Case Managers (MK), Nurses, and Drug Resistant TB patients. The study findings reveal that the mechanism of social support provided by PS as survivor to TB patients at RSPG has been implemented, benefiting both patients and healthcare providers. However, improvements in coordination and formal evaluation forums are necessary for optimal implementation. The program's budget relies entirely on donor support. PS's role in patient accompaniment focuses on providing social support to patients and their families. Various forms of social support were identified, including emotional, instrumental, informational, appraisal, appreciation, network, labor and time support, stigma and discrimination reduction, treatment monitoring, paralegal assistance, and mental health support. This research highlights the importance of survivor-driven social support in improving the well-being and experiences of drug-resistant TB patients. Enhancing coordination and evaluation mechanisms will further enhance the program's effectiveness. By recognizing the role of survivors and addressing their support needs, healthcare institutions can develop comprehensive approaches to TB care and management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fitriana
"Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama karena prevalensinya yang terus meningkat, terutama kasus TB resisten obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons adaptasi makrofag terhadap hipoksia dan kemampuan fagositosis makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat yang terinfeksi laten dan sehat. Enam pasien TBRO dan 18 kasus kontak erat (8 TB laten; 10 sehat) di RS Universitas Indonesia direkrut sebagai subjek penelitian. Makrofag berasal dari hasil isolasi sel mononukleus darah tepi (SMDT) subjek yang dikultur selama 7 hari. Pemeriksaan ekspresi mRNA dan protein HIF-1α dilakukan menggunakan qRT-PCR dan ELISA. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas fagositosis kelompok infeksi laten lebih tinggi dibandingkan kelompok sehat dan TB RO (p<0,05). Ekspresi mRNA dan protein HIF-1α lebih tinggi pada kelompok TB RO dibandingkan kelompok lainnya (p<0,05). Terdapat korelasi negatif sedang antara kemampuan fagositosis dengan ekspresi protein HIF-1α (r = -0,612; p<0,05). Perbedaan respons adaptasi hipoksia dan fungsi sel makrofag diharapkan dapat menjadi referensi selanjutnya dalam membuka penelitian yang lebih spesifik, untuk menelusuri lebih lanjut dari aspek lain mengenai respons imun makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat terdiagnosis laten TB, dan kontak erat yang sehat.

Tuberculosis remains a major health problem due to its increasing prevalence, especially in cases of drug-resistant TB. This research aims to analyze the macrophage adaptive response to hypoxia and the phagocytic ability of macrophages in patients with drug-resistant TB compared to close contact with latent infection and healthy individuals. Six drug-resistant TB patients and 18 close contact cases (8 latent TB; 10 healthy) at the University of Indonesia Hospital were recruited as research subjects. Macrophages were derived from the PBMC of the subjects and cultured for 7 days. Examination of HIF-1α mRNA and protein expression was conducted using qRT-PCR and ELISA. The results showed that the phagocytic activity of the latent infection group was higher compared to the healthy and drug-resistant TB groups (p<0,05). HIF-1α mRNA and protein expression were higher in the drug-resistant TB group compared to the other groups (p<0,05). However, there was a moderate negative correlation between phagocytic ability and HIF-1α protein expression (r = -0,612; p<0,05). The differences in hypoxia adaptive responses and macrophage cell function are expected to serve as a reference for further, more specific research to explore other aspects of macrophage immune responses in drug-resistant TB patients compared to close contacts diagnosed with latent TB and healthy close contacts."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliyani
"Latar Belakang: Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita Tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia. Jawa barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus TB tertinggi yang dilaporkan. Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) adalah layanan kesehatan yang melaporkan kasus TB tertinggi pada kabupaten Bogor, dengan angka keberhasilan pengobatan kurang dari target nasional.
Tujuan: Memperoleh informasi mendalam mengenai keberhasilan program penanggulangan TB menggunakan model Donabedian di RSPG tahun 2022.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2022, dengan 23 informan.
Hasil: Secara umum, penelitian ini menemukan bahwa kualitas pelayanan TB di RSPG kurang optimal. Komponen struktur dan proses yang kurang baik serta belum dilaksanakan sesuai standar pelayanan TB, merupakan faktor yang mungkin dapat menghambat keberhasilan pengobatan. Ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan ruangan tunggu terpisah untuk pasien TB dan non TB, ruangan pemeriksaan yang menjamin privasi pasien, ruangan dan kursi tunggu yang nyaman, serta ruangan poliklinik Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) sesuai standar belum tersedia. Demikian halnya dengan kemudahan untuk menemukan dan mencapai lokasi tempat pemeriksaan penunjang, keterjangkauan geografis, ketepatan waktu kehadiran dokter, informasi yang memadai tentang TB, penggunaan media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), serta ketanggapan petugas yang dinilai kurang baik. Meskipun demikian, penelitian ini menemukan bahwa petugas kesehatan mempunyai keahlian dan sikap yang baik dalam memberikan pelayanan, kebersihan seluruh ruangan dan toilet, kelengkapan sarana prasarana, serta pemeliharaan peralatan kesehatan.
Kesimpulan: RSPG harus memaksimalkan potensi yang sudah baik dan memperbaiki aspek-aspek yang kurang baik, untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta mendukung keberhasilan program penanggulangan TB.

Background: Indonesia is ranked second as the country with the highest number of Tuberculosis (TB) sufferers in the world. West Java was recorded as the province with the highest number of reported TB cases. Pulmonary Hospital dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) is a health service that reports the highest TB cases in Bogor district, with treatment success rates less than the national target.
Purpose: Obtain in- depth information on the success rate of TB control programs using the Donabedian model at the RSPG in 2022.
Method: This research is a qualitative research, conducted in May-July 2022, with 23 informants.
Results: In general, this study found that the quality of TB services at RSPG was less than optimal. Structural components and processes that are deficient and have not been implemented according to TB service standards, are factors that may hinder the success of treatment. Availability of resources related to separate waiting rooms for TB and non-TB patients, examination rooms that ensure patient privacy, comfortable waiting rooms and chairs, and standardized Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) polyclinic rooms are not yet available. Likewise with the ease of finding and reaching the location of the supporting examination, geographical accessibility, doctor’s attendance, adequate information about TB, use of Educational Information Communication (KIE) media, and the response of officers who are considered deficient. However, this study found that health workers have good skills and attitudes in providing services, cleanliness of all rooms and toilets, completeness of infrastructure, and maintenance of health equipment.
Conclusion: RSPG must maximize the potential that is already good and improve deficient aspects, to improve service quality and support the success of TB control programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Eviriana Romauli Harapan
"Latar belakang: Infeksi TB (TB) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah penyakit menular terbanyak di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens nasional koinfeksi TB-HIV sebanyak 36% dan angka kematian koinfeksi TB-HIV 9,3%. Insidens nasional TB resistan obat yang masih menjadi ancaman saat ini sebesar 23% dan semakin mempersulit keadaan tersebut. Keberhasilan pengobatan koinfeksi TB resistan obat-HIV di Indonesia sejauh ini masih belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi keberhasilan pengobatan pasien koinfeksi TB resistan obat HIV serta faktor yang mempengaruhi.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian retrospektif potong lintang menggunakan data rekam medis, eTB manager dan data penunjang pasien koinfeksi TB resistan obat-HIV yang berobat di Rumah Sakit Pusat Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan Jakarta, Indonesia sejak tahun 2013-2019 untuk evaluasi keberhasilan pengobatan dan faktor yang mempengaruhi.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 63 pasien koinfeksi TB resistan obat HIV. Paisen terbanyak laki-laki (77,8%) dengan median usia 32 tahun. Pada akhir pengobatan didapatkan sebanyak 16 pasien (25,4%) berhasil menyelesaikan pengobatan. Faktor yang berkaitan terhadap keberhasilan pengobatan adalah status pekerjaan (p=0,000), status pernikahan (p=0,035), gejala akhir pengobatan (p=0,000), waktu konversi dan total lama pengobatan (p=0,013).
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan bahwa keberhasilan pengobatan pasien koinfeksi TB resistan obat HIV masih rendah (25,4%) yang dipengaruhi oleh faktor status pekerjaan, status pernikahan, gejala akhir pengobatan, waktu konversi dan total lama pengobatan.
.....Background: Tuberculosis (TB) and Human Immunodeficiency Virus (HIV) infections remain the largest communicable disease problem in developing countries, including Indonesia. The national incidence of TB-HIV co-infection is 36% and the mortality rate of TB-HIV coinfections is 9,3%. The threat of drug resistance TB which it national incidence is 23%, further complicate this situation. The success rate of drug resistant TB-HIV coinfection treatment in Indonesia, to our extent, is yet to be known.
Aim: This study aims to estimate the treatment success rate of drug resistance TB- HIV coinfection and realted factors influencing its outcomes.
Method: This retrospective cross sectional study used hospital medical records, eTB manager and additional data of TB-HIV coinfected patients treated at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia, between 2013 and 2019, to observe the treatment success and its related factors.
Result: Sixty-three patients were drug resistance TB-HIV coinfected. Patients mostly men (77,8%) and were of median age of 32 years old. By the end of their treatments. 16 patients (25,4%) were completing their treatment. Factor correlated to the treatment success were employement status (p=0,046), marital status (p=0,035), final symptoms by the end of their treatment (p=0.000), convertion time and treatment total duration (p=0,013).
Conclusion: This study found that the treatment success rate of drug resistance TB-HIV coinfection was 25,4%. Its contributing factors included employment status, marital status, final symptoms by the end of their treatment, convertion time and treatment total duration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miptah Farid Thariqulhaq
"Penyakit TB MDR merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia dengan angka keberhasilan pengobatan 45%. Konversi kultur sputum merupakan suatu prediktor kuat dari awal keberhasilan terapi. Waktu konversi yang lambat akan memperpanjang periode penularan dan memprediksi tingkat kegagalan pengobatan yang tinggi. Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan konversi kultur sputum pasien TB MDR. Penelitian terkait faktor risiko kadar albumin dengan waktu konversi kultur sputum masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar albumin dengan waktu konversi kultur sputum di poli MDR terpadu RS Paru Dr M Goenawan Partowidigdo tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi cohort retrospektif dengan sampel yang diambil dari catatan rekam medis dan SITB pasien poli MDR. Variabel yang diteliti adalah kadar albumin < 3,5 gram/dl dan ≥ 3,5 gram/dl dengan variabel covariat usia, jenis kelamin, pendidikan, index masa tubuh, status merokok, gradasi sputum bta, komorbid, regimen pengobatan, dan kepatuhan minum obat . Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat menunjukkan kadar albumin < 3,5 mg/dl memiliki kecepatan waktu konversi 41,8% lebih lambat dengan (HR=0,582, 95% CI 0.344-0.984) untuk mengalami konversi dibanding dengan pasien TB MDR dengan kadar albumin ≥ 3,5 mg/dl setelah memperhitungkan status merokok dan kepatuhan minum obat. Perlunya memperbaiki kadar albumin yang rendah pada pasien TB MDR di rumah sakit dan memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien agar turut berpartisipasi memantau asupan makan pasien yaitu makanan yang mengandung tinggi protein seperti ikan gabus serta ekstra putih telur untuk membantu meningkatkan kadar albumin pasien yang dapat berguna untuk terjadinya konversi kultur sputum.

MDR TB disease is an infectious disease whose prevalence is increasing from year to year in Indonesia with a treatment success rate of 45%. Sputum culture conversion is a strong predictor of initial therapeutic success. Slow conversion time will prolong the period of transmission and predict a high rate of treatment failure. There are several risk factors associated with sputum culture conversion in MDR TB patients. Research related to risk factors for albumin levels and sputum culture conversion time is still very limited. The aim of this study was to determine the relationship between albumin levels and sputum culture conversion time at the integrated MDR polyclinic at Dr M Goenawan Partowidigdo Pulmonary Hospital in 2022. This study used a retrospective cohort study with samples taken from medical records and SITB patients at poly MDR. The variables studied were albumin levels < 3.5 mg/dl and ≥ 3.5 mg/dl with the covariate variables age, sex, education, body mass index, smoking status, sputum gradation, co-morbidities, medication regimens, and drinking adherence drug . The results of the study based on multivariate analysis showed that albumin levels < 3.5 mg/dl had a 41.8% slower conversion time (HR=0.582, 95% CI 0.344-0.984) to experience conversion compared to MDR TB patients with albumin levels ≥ 3.5 mg/dl after taking into account smoking status and medication adherence. It is necessary to improve low albumin levels in MDR TB patients at the hospital and provide counseling to the patient's family to participate in monitoring the patient's food intake, namely foods that contain high protein such as snakehead fish and extra egg whites to help increase the patient's albumin levels which can be useful for the occurrence of sputum culture conversion."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melya Puspitasari
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2021, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan beban Tb paling tinggi dan Indonesia menyumbang sekitar 8% dari keseluruhan beban Tb didunia. Namun pasien Tb yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan kedalam sistem informasi nasional hanya sekitar 48%. Tb yang resisten terhadap obat terus menjadi ancaman kesehatan manusia. Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis bisa terjadi akibat infeksi primer dengan bakteri Tb resisten atau bisa disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat, sehingga muncul strain yang resisten akibat adanya perubahan atau mutasi pada gen-gen tertentu dalam genom Mycobacterium tuberculosis. Saat ini sudah banyak teknologi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Salah satunya adalah Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing merupakan teknologi sekuensing akurat, hemat biaya dan throughput tinggi yang memungkinkan penyelidikan genom termasuk Whole Genome Sequencing untuk studi epidemiologi dan untuk mendeteksi penanda resistensi obat dan keragaman strain. Analisis Whole Genome Sequencing dapat digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis lini pertama y a n g sangat menjanjikan sebagai pengganti uji kepekaan obat konvensional. Hasil dari analisis Whole Genome Sequencing pada Mycobacterium tuberculosis yang resisten rifampisin menunjukkan adanya mutasi-mutasi yang ada pada wilayah operon Rpo terutama pada gen RpoB dan RpoC. Mutasi yang paling dominan pada gen RpoB adalah perubahan S450L (36,45%) dan pada gen RpoC adalah G594E (30,95%). Dan analisis whole genome sequencing juga menunjukkan adanya mutasi baru yang berbeda dengan mutasi-mutasi yang ada berdasarkan penelitian sebelumnya.

Tuberculosis is a disease that is still a major health problem for people in Indonesia. Based on the Global TB Report 2021, Southeast Asia is the region with the highest burden of TB and Indonesia produces around 8% of the total burden of TB in the world. However, only about 48% of TB patients who have been found, treated and reported to the national information system. Drugresistant TB continues to be a threat to human health. Resistance to anti-tuberculosis drugs can occur as a result of primary infection with resistant TB bacteria or can be caused by inadequate treatment, resulting in the emergence of resistant strains due to the presence or mutations in certain genes in the genome of Mycobacterium tuberculosis. Currently there are many technologies and methods used to detect resistance to anti-tuberculosis drugs. One of them is Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing is an accurate, cost-effective and highthroughput sequencing technology that enables genomic investigations including Whole Genome Sequencing to study epidemiology and to detect markers of drug resistance and strain diversity. Whole Genome Sequencing analysis can be used to detect resistance to first-line anti-tuberculosis drugs which are very promising as a substitute for conventional drug sensitivity tests. The results of Whole Genome Sequencing analysis on rifampicin-resistant Mycobacterium tuberculosis showed that there were mutations in the Rpo operon region, especially in the RpoB and RpoC genes. The most dominant mutation in the RpoB gene was the change in S450L (36.45%) and in the RpoC gene was G594E (30.95%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pada pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), ada kemungkinan pasien mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). KTD serius dapat menyebabkan kematian, keadaan yang mengancam yang jiwa, kecacatan permanen, dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Maka dari itu, setiap fasilitas kesehatan TB RO perlu mencatat dan melaporkan KTD Serius. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mencatat dan menganalisis KTD Serius pada pasien TB RO di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Juli – November 2022. KTD Serius pada pasien TB RO dilihat dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada sistem AFYA Rumah Sakit Universitas Indonesia. Kemudian KTD serius dicatat ke dalam Formulir Pelaporan KTD Serius dan dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan 8 pasien TB RO yang mengalami KTD serius dan 3 pasien diantaranya mengalami KTD serius sebanyak 2 kali sehingga total ada 11 laporan KTD serius. KTD serius yang ditemukan pada pasien antara lain sesak napas (72,7%), mual muntah (36,4%), nyeri (36,4%), gangguan pencernaan (18,2%), demam (18,2%), batuk darah (9%), dan ruam gatal (9%). Kesimpulannya adalah terdapat sebanyak 11 laporan KTD serius pada pasien TB RO dan KTD serius yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah sesak napas.

In the treatment of drug-resistant Tuberculosis (DR TB), there is a possibility that the patient will experience an adverse event. Serious adverse events can cause death, life-threatening conditions, permanent disability, and hospitalization. Therefore, every DR TB health facility needs to record and report serious adverse events. The purpose of this special assignment was to record and analyze serious adverse events in DR TB patients at the Universitas Indonesia Hospital in the period July – November 2022. Serious adverse events in DR TB patients can be seen from the integrated patient progress record in the Universitas Indonesia Hospital AFYA system. Then the serious adverse event was recorded on the serious adverse event reporting form and analyzed. The results showed that there were 8 DR TB patients who had serious adverse events, and 3 of them had two serious adverse events, for a total of 11 serious adverse events reported. Serious adverse events found in patients included shortness of breath (72.7%), nausea, vomiting (36.4%), pain (36.4%), digestive disorders (18.2%), fever (18.2%), coughing up blood (9%), and an itchy rash (9%). In conclusion, there were 11 reports of serious adverse events in DR TB patients, and the most common serious adverse event found in patients was shortness of breath."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Miftahul Fidini
"Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Berpartisipasi langsung dalam praktik kerja kefarmasian merupakan salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional. Oleh karena itu, sebagai bekal dan pengalaman dalam memahami peran apoteker dalam dunia kerja, para calon apoteker diwajibkan untuk menjalani praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di RS UI periode Juli-Agustus 2022.

Pharmacists have an important role in doing pharmaceutical practice. Participating directly in the practice of pharmacy work is one of the important things to do to become a professional pharmacist. Therefore, as a provision and experience in understanding the role of pharmacists in the world of work, prospective pharmacists are required to undergo professional work practices. The Professional Practice of Pharmacist is held Matraman University of Indonesian Hospital periode July - August 2022.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Adiwidia
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang salah satunya menyerang paru-paru dan ditularkan melalui droplet (udara) dari penderita TB paru aktif. Pengendalian penyakit TB paru adalah dengan meningkatkan pengetahuan penderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien TB paru rencana pulang rawat inap tentang penyakit TB paru. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan 64 sampel. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien adalah 51,6% berpengetahuan baik dan 48,4% berpengetahuan kurang. Rumah sakit perlu mengoptimalkan pengetahuan dan evaluasi pengetahuan pasien rawat inap yang akan pulang.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis germs, the disease can attacks the lungs and transmitted by droplets (air) by patients TB active. Control of TB with increase knowledge of the patient TB. The purpose of this research for to know about the knowledge TB patients which have to plan depart from hospital about TB disease. This is the descriptive research with 64 sample. The result of this research show that level of patient knowledge is good knowledge 51.6% and 48.4% is poor knowledge. Hospitals must to optimize knowledge and evaluation patients will go home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42072
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Agustina
"Kasus TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 (67,9%) menjadi 51,1% tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini melihat hasil pengobatan TB RO dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager berusia ≥15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018. Didapatkan 223 kasus dengan 46,6% sembuh, 26,5 % putus berobat, 4,9% pengobatan lengkap, 14,2 meninggal, 6,3% gagal dan 1,3% lainnya. Usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis resistensi, status HIV, status diabetes mellitus dan status kavitas paru secara statistik tidak berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek ialah resisten terhadap amikasin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloksasin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), dan kanamisin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (RR 0.307; CI 0.09-0.98).

The case of drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease to increase. The decline in treatment success rates from 2010 (67.9%) to 51.1% in 2013 and an increase in cases of patients dropped out encouraged Indonesia to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB treatment and reduce cases of patients dropped out. This study aims to look the results of DR-TB treatment and factors related to treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using a retrospective cohort study design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB manager aged ≥15 years who have completed treatment for the maximum short regimen in November 2018. There were 223 cases with 46.6% cured, 26.5% dropped out, 4.9% completed, 14.2 died, 6.3% failed and 1.3% others. Age, gender, previous treatment history, type of resistance, HIV status, DM status and lung cavity status were not statistically related to the results of treatment of short regimens. Factors related to the results of treatment of short regimens were resistant to amikacin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloxacin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), kanamycin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), and treatment initiation interval >7 days (RR 0.307; CI 0.09-0.98).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>