Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173256 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Debbie Yournita
"Kanker payudara merupakan kanker paling sering pada wanita dan merupakan penyebab kematian kedua tersering dari seluruh kanker di dunia. Metastasis merupakan penyebab utama kematian pasien kanker payudara. Status kelenjar getah bening (KGB) digunakan untuk mengidentifikasi prognosis, stadium tumor, serta penentuan modalitas terapi. Nottingham Prognostic Index (NPI) juga dapat digunakan dalam memprediksi prognosis dan kesintasan pasien. Salah satu biomarker yang diharapkan dapat memprediksi adanya metastasis KGB dan memperkirakan kesintasan pasien yaitu CD133. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi protein CD133, sehingga dapat digunakan sebagai faktor penanda kemungkinan terjadinya metastasis KGB dan memprediksi kesintasan pasien pada karsinoma payudara invasif no special type (NST). Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol terhadap kasus mastektomi karsinoma payudara invasif NST di RSCM periode Januari 2019 sampai Desember 2022. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 kasus karsinoma payudara invasif NST dengan metastasis KGB dan 30 kasus tanpa metastasis KGB. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling. Dihitung skor NPI. Didapatkan perbedaan bermakna ekspresi CD133 pada karsinoma payudara invasif NST dengan dan tanpa metastasis KGB. Ekspresi CD133 tinggi lebih banyak ditemukan, yaitu 24 kasus (80%). Didapatkan korelasi yang bermakna antara ekspresi CD133 dan skor NPI. Ekspresi CD133 tinggi lebih banyak ditemukan pada kasus dengan NPI >5,4 (buruk), yaitu 20 kasus (66,7%).

Breast cancer is the most prevalent malignancy in women and the second largest cause of cancer-related death worldwide. The main cause of breast cancer’s high death rate is metastasis. Lymph node status is used to identify prognosis, tumor stage, and determine therapeutic modalities. Nottingham Prognostic Index (NPI) can be used to predict prognosis and patient survival. The biomarker that can predict lymph node metastasis and predict patient survival is CD133. This study aims to determine the expression of CD133 protein, which can be used as a marker for the possibility of lymph node metastasis and predict patient survival in invasive breast carcinoma of no special type. This study used a case control design on a mastectomy operation for invasive breast carcinoma NST cases at RSCM from January 2019 to December 2022. The study sample was divided into 2 groups, 30 cases of invasive breast carcinoma NST with lymph node metastasis and 30 cases without lymph node metastasis. The sample was taken by consecutive sampling. NPI score was calculated. There was a significant difference in CD133 expression in invasive breast carcinoma NST with and without lymph node metastasis. High CD133 expression was found more in invasive breast carcinoma NST with lymph node metastasis (24 cases or 80%). There was significant correlation between CD133 expression and NPI score. High CD133 expression was found more in invasive breast carcinoma NST with poor NPI (20 cases or 66,7%). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Anna bethania
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita dan penyebab kematian kanker yang paling sering terjadi. Status kelenjar getah bening (KGB) amerupakan faktor prognostik dan penentu pilihan tatalaksana pasien kanker payudara. Biomarka untuk memprediksi metastasis KGB sampai saat ini belum akurat. Beberapa biomarka yang berhubungan dengan agresivitas dan prediksi metastasis yaitu CD44 (Cluster of Differentiation 44) dan MT1-MMP (Membrane Type 1- Matrix Metalloproteinase). Ekspresi CD44 dan MT1-MMP yang tinggi berhubungan dengan sifat yang lebih agresif dan prognosis yang buruk sehingga dibutuhkan biomarka tumor yang dapat memberikan informasi adanya metastasis KGB.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi CD44 dan MT1-MMP pada metastasis kelenjar getah bening karsinoma payudara invasif NST.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang pada sediaan operasi mastektomi kasus karsinoma payudara invasif NST di RSCM periode Januari 2019 sampai Juni 2020. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 24 kasus karsinoma payudara invasif NST dengan metastasis kelenjar getah bening dan 24 kasus karsinoma payudara invasive NST tanpa metastasis kelenjar getah bening. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara simple random sampling dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Dilakukan pulasan imunohistokimia CD44 dan MT1-MMP dan dilakukan perhitungan jumlah sel yang terpulas positif. Analisis statistik Chi Square dan Kruskal Wallis dilakukan diantara dua kelompok tersebut.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna ekspresi CD44 pada karsinoma payudara invasif No Special Type dengan dan tanpa metastasis kelenjar getah bening.(p=0,009). Terdapat perbedaan bermakna ekspresi MT1-MMP pada karsinoma payudara tipe invasive carcinoma of No Special Type dengan dan tanpa metastasis kelenjar getah bening(p=0,032). Serta adanya hubungan overekspresi CD44 dan MT1-MMP pada metastasis kelenjar getah bening (p=0,000)
Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi CD44 dan MT1-MMP pada karsinoma payudara invasif NST dengan status metastasis kelenjar getah bening.

Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women and the most common cause of cancer death. Lymph node status (KGB) is a prognostic factor and determinant of treatment options for breast cancer patients. The biomarker for predicting lymph node metastasis is not accurate until this time. Several biomarkers associated with aggressiveness and metastatic prediction are CD44 (Cluster of Differentiation44) and MT1-MMP (Membrane Type 1-Matrix Mettaloproteinase). The high expression of CD44 and MT1-MMP is associated with a more aggressive nature and poor prognosis. The tumor biomarkers are needed to provide information on the presence of lymph node metastases.
Aims: This study aims to determine the relationship between CD44 and MT1-MMP expression on lymph node metastases of invasive breast cancer NST.
Method: An observational analytic study with a cross-sectional design on a mastectomy operation for invasive breast carcinoma NST cases at RSCM from January 2019 to June 2020. The study sample was divided into 2 groups, 24 cases of NST invasive breast carcinoma with lymph node metastases and 24 cases of invasive breast carcinoma NST without lymph node metastases. The research sample was taken by simple random sampling of cases that met the inclusion criteria and did not include the exclusion criteria. CD44 and MT1-MMP immunohistochemical staining were performed and the number of cells stained positively was calculated. Chi-Square and Kruskal Wallis statistical analysis was performed between the two groups.
Results: There was a significant difference in the expression of CD44 in invasive breast carcinoma NST with and without lymph node metastases (p = 0.009). There was a significant difference in the expression of MT1-MMP in invasive carcinoma of No Special Type breast carcinoma with and without lymph node metastases (p = 0.032). And there is a relationship between CD44 and MT1-MMP overexpression in lymph node metastases (p = 0.000)
Conclusion: There was a significant relationship between CD44 and MT1-MMP expression in invasive breast carcinoma NST and lymph node metastasis status.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Putri
"Latar belakang: Tipe histologi kanker tiroid yang paling banyak ditemukan adalah karsinoma tiroid papiler (KTP) yang memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan jenis tipe histologi lainnya. Meskipun demikian, 10% dari KTP mengalami rekurensi atau metastasis jauh setelah operasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, CD133 adalah penanda sel punca kanker yang dapat digunakan untuk memprediksi kesintasan. CD133 dapat muncul sebagai alat diagnostik prabedah penting untuk mengidentifikasi pasien yang mendapat manfaat dari diseksi leher yang lebih luas. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi CD133 dengan metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher dan agresivitas varian KTP. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KTP yang sudah dioperasi definitive dan terdapat blok paraffin yang layak diproses. Data klinikopatologis seperti usia, jenis kelamin, varian subtipe, T pada TNM, keterlibatan KGB leher, dan stadium kanker diperoleh dari rekam medis. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia pada jaringan tiroid yang tersimpan dan tingkat ekspresi CD133 disajikan dalam bentuk H-score. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 25.0. Hasil: Didapatkan 40 sampel dengan 20 subjek KTP dengan metastasis KGB dan 20 subjek KTP tidak dengan metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok varian subtipe agresif dan non-agresif (p = 0,006) dan terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi CD133 dan varian subtipe agresif (p = 0,005) dengan OR 7,917 (IK95% 1,711-36,633). Terdapat perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok stadium 1, 2 dan 3 (p = 0,010) dan hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi CD133 dan stadium (p = 0,009). Kesimpulan: Peningkatan ekspresi CD133 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis KGB leher pada pasien KTP tetapi memiliki hubungan yang signifikan dengan agresivitas subtipe KTP.

Introduction: Ten percent of papillary thyroid carcinoma (PTC) cases experience recurrence or distant metastasis after surgery. Based on previous research, CD133 is a cancer stem cell marker that can be used to predict survival. CD133 can emerge as an important preoperative diagnostic tool to identify patients who would benefit from neck dissection. Objective: To evaluate the association between CD133 expression and neck lymph node metastasis and aggressive variants of PTC. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were PTC patients who undergone definitive surgery with eligible paraffin block. Clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed, and CD133 expression levels were presented as H-score. Statistical analysis was conducted using SPSS 25.0 software. Results: A total of 40 samples were obtained. From the data analysis, a significant difference in mean H-score was found between aggressive and non-aggressive subtype variant groups (p = 0,006), and there was a significant association between CD133 expression and aggressive subtype variant (p = 0,005) with an odds ratio of 7,917 (95% CI 1,711-36,633). There was a significant difference in mean H-score between stage groups (p = 0,010) and a statistically significant association between CD133 expression and stage (p = 0,009). Conclusion: Increased CD133 expression is not significantly associated with the occurrence of neck lymph node metastasis in PTC patients but is significantly associated with the aggressiveness of PTC variants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Diana
"ABSTRAK
Latar belakang: Karsinoma papiler tiroid KPT merupakan 85-90 dari seluruhkanker tiroid. KPT adalah tumor epitel folikel ganas yang menunjukkan diferensiasisel folikular disertai perubahan inti dan/ atau pembentukan struktur papiler. Siklin D1dapat digunakan sebagai penanda invasi sel tumor. Tujuan penelitian inimembandingkan ekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, KPTdengan metastasis ke kelenjar getah bening KGB leher, dan KPT dengan metastasistulang.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 13kasus untuk masing-masing kelompok KPT tanpa metastasis, KPT dengan metastasisKGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang. Dilakukan pulasan siklin D1 danpenilaian pulasan berdasarkan intensitas dan jumlah inti sel yang terpulas. Dilakukanpenghitungan histoscore dan persentase setiap kasus. Hasil penghitungandikelompokkan menjadi derajat satu yaitu hasil kurang dari 10 , derajat dua yaituhasil 10-50 , dan derajat tiga yaitu lebih dari 50.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pulasan siklin D1 derajat tigaditemukan pada sebagian besar kelompok KPT dengan metastasis tulang dan tidakditemukan pada KPT tanpa metastasis. Terdapat hubungan yang bermakna antaraekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, kelompok KPT denganmetastasis KGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang interval kepercayaan 95 0,01-0,74; p

ABSTRACT
Background: Papillary thyroid carcinoma PTC represents 85 of all thyroidcancer. PTC is a malignant epithelial tumor showing evidence of folliculardifferentiation and characterized by distinctive nuclear features with or withoutpapillary structures. Cyclin D1 can be used as a marker of tumor cell invasion. Theaim of the study was to compare expression of cyclin D1 in PTC without metastasisgroup, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distant metastasis.
Methods: This was cross sectional study. Samples consist of 13 cases for each groupPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis stained with cyclin D1 antibody. Quantification was based on the intensityand distribution of nuclear staining. The appraisal was done with estimatinghistoscore and percentage. Calculation result was graded as follows grade one isfewer than 10 of tumor cells, grade two is 10 50 , and grade three is more than50.
Results: The result of the study shows that grade three of cyclin D1 staining found inmajority cases of PTC with distant metastasis and not found in PTC withoutmetastasis. There is a significant differences of cyclin D1 expression among group ofPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis 95 confidence interval 0,01 0,74 p.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) lidah merupakan kanker rongga mulut (KRM) yang paling banyak ditemukan. Diseksi leher dikerjakan bersamaan dengan eksisi luas tumor karena tingginya angka occult metastasis yaitu sebesar 30% pada kelenjar getah bening (KGB) leher yang secara yang klinis tidak teraba (N0). Berdasarkan penelitian sebelumnya penanda epitelial E-cadherin dan penanda sel punca kanker CD44 dapat digunakan sebagai alat diagnostik prabedah untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami metastasis KGB sehingga dapat menjadi salah satu modalitas yang membantu ahli bedah dalam mengambil keputusan tipe diseksi leher yang akan dikerjakan agar memberikan manfaat terbaik bagi pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi E-cadherin dan CD44 dengan metastasis KGB leher pada KSS lidah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KSS lidah tanpa metastasis jauh, dilakukan operasi eksisi luas tumor dan diseksi KGB leher, dan blok parafin yang layak diperiksa. Data sosiodemografi dan klinikopatologis diambil dari rekam medis. Pewarnaan imunohistokimia dengan E-cadherin dan CD44 dilakukan pada jaringan KSS lidah yang sudah terdapat di blok parafin tersimpan kemudian tingkat ekspresi E-cadherin dan CD44 dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah sesuai kepustakaan. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS 24.0. Hasil: Didapatkan 30 dengan 15 subjek KSS lidah dengan metastasis KGB dan 15 subjek tanpa metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi E-cadherin dengan metastasis KGB (p=0.000) dan terdapat hubungan yang bermakna antara CD44 dengan metastasis KGB (p=0.003). Kesimpulan: Ekspresi E-cadherin yang rendah dan CD44 yang tinggi memiliki hubungan bermakna dengan metastasis KGB pada KSS lidah.

Background: Squamous cell carcinoma (SCC) of the tongue is the most common oral cavity cancer. Neck dissection was done simultaneously with wide excision of the tumor because of occult metastases high rate (about 30%) in clinically non-palpable neck lymph nodes (N0). Based on previous research, the epithelial marker E-cadherin and cancer stem cell marker CD44 could be used as pre-surgical diagnostic tools to identify patients who have lymph node metastases so that it could be a modality that helps surgeons in making decisions about neck dissection type to be performed to provide the best benefit for patients. Objective: To evaluate the association between E-cadherin and CD44 expressions and neck lymph node metastasis in SCC of the tongue. Methods: This research was an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were patients with SCC of the tongue without distant metastases, post wide excision of the tumor with neck lymph node dissection, and eligible paraffin block for examination. Sociodemographic and clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed with E-cadherin and CD44 from stored paraffin blocks, then the expression levels of E-cadherin and CD44 were grouped into high and low according to the literature. Statistical analysis was conducted with SPSS 24.0. Results: Thirty samples of SCC of tongue were collected, consist of 15 subject with neck lymph node metastasis tongue and 15 subject without neck lymph node metastasis. From data analysis, a significant difference was found between E-cadherin and CD44 expressions with neck lymph node metastasis (p value was 0.000 and 0.003, respectively). Conclusion: Low expression of E-cadherin and high expression of CD44 was significantly associated with the occurence of neck lymph node metastasis in SCC of the tongue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman
"Latar Belakang: CXCR4 adalah reseptor kemokin G-protein 7-transmembran yang diekspresikan pada beberapa sel kanker payudara manusia pada tumor payududara primer dan metastasis yang menyebabkan migrasi sel hematopoietik dari sumsum tulang belakang ke kelenjar getah bening perifer. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa CXCR4 berkaitan dengan metastasis kelenjar getah bening aksilla. Namun, sampai sekarang, tidak ditemukan penelitian yang mengevaluasi peran CXCR4 dalam metastasis kelenjar getah bening sentinel pada kanker payudara stadium dini.
Tujuan: Menentukan peran reseptor kemokin CXCR4 pada migrasi sel kanker payudara ke kelenjar getah bening sentinel.
Metode: Digunakan desain studi potong lintang dengan mengevaluasi ekspresi CXCR4 pada 32 pasien kanker payudara stadium dini yang menjalani mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Maret sampai Juni 2016. Pada seluruh kasus, ekspresi CXCR4 diperiksa dengan pemeriksaan imunohistokimia. Kemudian, dievaluasi hubungan antara ekspresi CXCR4 dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel.
Hasil: Ekspresi CXCR4 yang tinggi (cut off point ≥ 5) terdeteksi pada 19 dari 32 (59.4%) pasien kanker payudara stadium dini. Dari 19 pasien dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel, 16 (84.21%) pasien memiliki ekspresi CXCR4 yang tinggi. Ekspresi CXCR4 berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening (p < 0.01).
Kesimpulan: Ekspresi CXCR4 yang tinggi berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel pada pasien kanker payudara stadium dini.

Background: CXCR4 is a 7-transmembrane G-protein chemokine receptor expressed in some human breast cancer cells in both primary breast tumors and metastases that allows for migration of hematopoietic cells from the bone marrow to the peripheral lymph nodes. Previous studies have shown that CXCR4 is associated with axillary lymph node metastases. However, up until now, no studies evaluating the role of CXCR4 in sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients were found.
Aim: To determine the role of chemokine receptor CXCR4 in breast cancer cells migration to sentinel lymph nodes.
Methods: A cross sectional study design was used by evaluating CXCR4 expression of 32 early stage breast cancer patients that underwent mastectomy in Cipto Mangunkusumo Hospital during the period of March to June 2016. CXCR4 expression was assessed by immunohistochemistry in all cases. Associations between CXCR4 expressions and sentinel lymph node metastases were evaluated.
Results: High CXCR4 expression (cut off point ≥ 5) was dectected in 19 of 32 (59.4%) primary early stage breast cancer patients. Of 19 patients with sentinel lymph node metastases, 16 (84.21%) had high expression of CXCR4. The expression of CXCR4 is significantly associated with sentinel lymph node metastases (p < 0.01).
Conclusions: High expression of CXCR4 was significantly correlated with sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca N. Angka
"Faktor perturnbuhan cndote1 vaskular atau Vascular Endothelial Growth Factor (selanjutnya disebut VEGF) adalah suatu glikoprotein dimer yang dihasilkan oleh sel tumor dan jaringan yang memerlukan pasokan pembuluh darah baru. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara penyebaran ke kelenjar gctah bening ketiak dengan ekspresi VEGF C dan D terutama pada kanker payudara jenis duktal invasif. Ekspresi berlebihan dari VEGF disenai ekspresi berlebihan dari HER2 kanker payudara. Lebih jauh diketahui bahwa ekspresi VEGF berhubungan dengan penyebaran ke kelenjar getah bening ketiak. Pengaruh faktor ini mendorong peneliti untuk mempelajari kanker payudara stadium II dengan HER-2 posltif karena penyebaran ke kelenjar getah benlng ketiak pada sisi yang sama dengan kanker payudara, mulai ditemukan pada stadium II baik pada tumor ukuran di bawah 2 em ataupun pada tumor berukuran lebih dari 2 em. Dalam penelitian ini dinilai poia ekspresi VEGF pada subjek dengan penyebaran ke kelenjar getah bening (N l) dan pada keadaan belum adanya keterlibatan kelenjar getah bening (NO). Ekspresi VEGF dapat diamati dan diukur derajatnya pada jaringan kanker payudara dengan teknik imunohistokimia. Pola ekspresi yang didapatkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat melihat sifat biologik kanker payudara dalam hal penyebarannya ke kele11iar gctah bening ketiak dan dapat digunakan sebagai faktor prediksi dalam hal penyebarannya.

Vascular Endotbelia1 Growth Factor (VEGF) is a chimeric glycoprotein produced by tumor cells and tissues that require ample blood supply. Some studies have suggested that there is an association between metastasis of cancer cells to the axillary lymph nodes and VEGF C and D especially in ductile invasive breast carcinoma. The over expression from VEGF together with HER-2 were found in 77.2 percent of breast cancer patients. Furthermore evidence suggest that VEGF expression is connected with the spread of cancer to the axillary lymph nodes. We examined breast cancer stage II with HER-2 positive, as the spread of cancer cells to the axillary lymph nodes from the same breast cancer side will only be found at stage H for both tumor under 2 em or more than 2 em. We examined VEGFC the its relationship with axillary lymph node. The results from this research is aimed at monitoring the spread of breast cancer to the axillary lymph nodes and to predict its spread and therefore to find the most effective treatment management for this type of cancer. We analyzed VEGF-C expression in 95 sample breast cancer stage ll with HER-2 positive from 1999 2009. There is no significant associated between VEGF-C expression and axillary lymph node (p = 0.089)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Islam Akbar Alam
"Latar Belakang : FGF2 merupakan ligan bagi Fibroblast Growth Factor Receptor2(FGFR2). Interaksi dengan reseptor ini memediasi dimerisasi reseptor, fosforilasi, dan aktivasi jalur pensinyalan, seperti jalur Ras-MAPK dan PI3K. Mutasi yang berlebihan melalui sumbu FGF / FGFR dapat menginduksi proliferasi sel kanker, memicu angiogenesis dan limfogenesis, yang mendorong terjadinya metastasis. Penelitian ini mencoba mengevaluasi peran FGF2 pada metastasis kelenjar getah bening aksila pada pasien kanker payudara stadium dini.
Tujuan : Mengetahui hubungan nilai ekspresi FGF 2 pada tumor primer terhadap kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila.
Metode : Digunakan studi potong lintang dengan mengevaluasi ekspresi FGF2 pada 47 pasien kanker payudara stadium dini yang menjalani mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Januari 2014 sampai Desember 2018. Ekspresi FGF2 diperiksa dengan pemeriksaan imunohistokimia, kemudian dievaluasi dan dihubungkan antara ekspresi FGF2 dengan metastasis kelenjar getah bening aksila.
Hasil : Uji Chi Square memperlihatkan nilai p=0.044 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai FGF2 pada tumor payudara dengan kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila. Odds ratio 4,22 (CI 95% 0,983-18,1).
Kesimpulan : Peran FGF2 dalam metastasis kelenjar getah bening berhubungan dengan interaksi antara berbagai faktor limfangiogenik dalam mempromosikan limfangiogenesis dan metastasis limfatik. Ekspresi FGF2 yang tinggi memiliki korelasi signifikan dengan angka kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila.

Background : FGF2 is a ligand for Fibroblast Growth Factor Receptor 2 (FGFR2). Interaction with this receptor mediate dimerization of receptor, phosphorilation, and activation of signaling pathway, such as Ras-MAPK and PI3K. Overmutation through FGF/FGFR induced proliferation of cancer cells, promoted angiogenesis, lymphogenesis, and metastasis. This study tried to evaluate the role of FGF2 in axillary lymph node metastasis in early-stage breast cancer patients.
Aim : To determined the relationship of FGF 2 expression values in primary tumors to the incidence of axillary lymph node metastases.
Methods :A cross-sectional study was used by evaluating the expression of FGF2 in 47 early-stage breast cancer patients who underwent a mastectomy at the Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital (RSCM) from January 2014 to Desember 2018. FGF2 expression was examined by immunohistochemistry, then evaluated and linked between expression FGF2 with axillary lymph node metastases.
Results : The Chi Square test had a value of p=0.044 (p<0.05) that showed there was a significant relationship between FGF2 value in breast tumors with the incidence of axillary lymph node metastasis. Odds ratio 4.22 (95% CI 0.983-18.1).
Conclusions The role of FGF2 in lymph node metastasis is related to the interaction between various lymphangiogenic factors in promoting lymphangiogenesis and lymphatic metastasis. High expression of FGF2 has a significant correlation with the incidence of axillary lymph node metastasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arqam Athallah Al Hinduan
"Latar Belakang: Karsinoma tiroid papiler (KPT) adalah salah satu bentuk paling umum dari keganasan pada tiroid di dunia. Di Indonesia, ditemukan bahwa dari semua keganasan tiroid, KPT menyumbang 83% dari semua kasus, serta menyumbang 61% dari semua kasus nodul tiroid. Namun secara luas, etiologi sebagian besar kasus masih belum diketahui dan tidak memiliki etiologi spesifik. Varian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu varian agresif dan non-agresif. Metastasis kelenjar getah bening juga dapat terjadi pada beberapa kasus KPT, dengan penelitian menunjukkan bahwa 50-60% kasus metastasis kelenjar getah bening terjadi. Pasien dengan KPT dan metastasis kelenjar getah bening (KGB) juga terbukti memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa metastasis KGB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinikopatologi KPT dan hubungannya dengan metastasis KGB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis dan arsip pasien dari Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM yang telah didiagnosa KPT dari periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan antara varian agresif dan non-agresif dalam kejadian metastasis KGB (p = 0,001). Selain itu, jenis kelamin pasien menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik untuk kejadian metastasis KGB di KPT (p = 0,001). Selain itu, ukuran tumor menunjukkan perbedaan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di PTC (p=0,026). Selanjutnya, invasi jaringan lunak menunjukkan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di KPT (p = 0,001). Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia, ukuran tumor, atau invasi limfovaskular pada kejadian metastasis KGB pada kasus KPT. Kesimpulan: Studi menunjukkan bahwa jenis kelamin, varian, ukuran tumor, dan invasi jaringan lunak pada pasien KPT menyebabkan peningkatan risiko terjadinya metastasis KGB. Penelitian di masa depan dapat menggunakan studi longitudinal prospektif untuk melacak data penting dari pasien dengan lebih baik.

Introduction: Papillary thyroid carcinoma (PTC) is one of the most common forms of malignant thyroid in the world. In Indonesia, it is found that out of all thyroid malignancies, PTC accounts for 83% of all the cases as well as accounting 61% of all thyroid nodule cases. Broadly though, the etiology of most cases remains unknown and does not have a specific etiology. The clinicopathological characteristics of PTC consists of age, sex, tumor size, lymphovascular invasion, soft tissue invasion, and variant of the PTC. Lymph node metastasis (LNM) may also occur in some cases of PTC, with research showing that 50-60% of LNM cases occurring. Patients with PTC and LNM have also shown to have a worse prognosis compared to their counterparts without LNM. This study aims to find the clinicopathological profile of PTC and its association with the LNM. Methods: This research is a descriptive analytical research using a retrospective method using secondary data from medical records and patient archives from the Department of Anatomical Pathology FKUI-RSCM that had been diagnosed with PTC from a period of January 2014 to December 2018. Results: This study found that there are differences between aggressive and non-aggressive variants in the occurrence of LNM (p =0.001). In addition, the sex of the patient and tumor size showed statistically significant differences for LNM occurrences in PTC (p = 0.001 and p=0.026, respectively). Furthermore, soft tissue invasions showed statistically significant differences of LNM occurrences in PTC (p = 0.001). This study also found that there were no significant differences of age or lymphovascular invasion in the occurrence of LNM in cases of PTC. Conclusion: The study shows that the sex, variant, tumor size, and presence soft tissue invasion in patients with PTC are associated with the increased risk of LNM occurrence. Future research may use prospective longitudinal studies to better keep track of essential data from patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Woro Setyaningrum
"Adrenomedulin merupakan peptida dengan berbagai aktivitas biologi baik pada keadaan fisiologis maupun pada keganasan. Pada keganasan adrenomedulin berperan sebagai faktor stimulasi proliferasi, menghambat apoptosis, serta menginduksi angiogenesis. Ekspresi adrenomedulin terutama dipengaruhi oleh hipoksia sehingga adrenomedulin banyak ditemukan pada berbagai tumor solid. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ekspresi Adrenomedulin jaringan karsinoma payudara invasif NST baik yang metastasis dan non-metastasis, serta dilihat hubungan adrenomedulin dengan jumlah mitosis dan apoptosis yang dilakukan dengan memeriksa ekspresi Caspase-3.
Metode penelitian: pada 50 kasus karsinoma payudara invasif NST dengan 25 sampel non-metastasis (N0) dan 25 sampel sisanya adalah sampel metastasis (N1) dilakukan pemeriksaan ekspresi adrenomedulin dan Caspase-3 dengan pulasan imunohistokimia, serta jumlah mitosis dengan pulasan HE.
Hasil : ada perbedaan bermakna ekspresi Adrenomedulin pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,002) dan terdapat korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 490) antara ekspresi adrenomedulin dengan metastasis, ada perbedaan bermakna ekspresi Caspase-3 pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,038) dan ada korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 327) antara ekspresi Caspase-3 dengan metastasis, namun tidak ada perbedaan bermakna jumlah mitosis pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,004) dan tidak ditemukan korelasi (koefisien korelasi Spearman 0,188) antara mitosis dengan metastasis, tidak ada perbedaan bermakna antara ekspresi adrenomedulin dengan ekspresi Caspase-3 (p=0,697) maupun dengan mitosis (p=0,711) pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis.

Adrenomedullin is a peptide hormone with many biological activities either in physiological conditions or malignancy. Adrenomedullin in malignancy acts as a factor in stimulating proliferation, inhibiting apoptosis, and induces angiogenesis. Its secretion is influenced by hypoxia condition and cytokine secretion. Adrenomedullin is found in variety of solid tumors. The purpose of this study was to analyze the expression of adrenomedullin in invasive carcinoma NST of the breast tissue both metastatic and non-metastatic, and its relations with mitosis count and apoptosis.
Methods: in 50 cases of invasive carcinoma NST of the breast with 25 samples of non-metastatic (N0) and 25 metastastic (N1) samples were examined for the expression of adrenomedullin and Caspase-3 that investigated by immunohistochemistry staining, and mitosis count by HE staining. Apoptosis was investigated by the expression of caspase-3.
Results: There is significance differences of Adrenomedullin expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.002) and correlation between the expression of adrenomedullin with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.490), there is significance differences of Caspase-3 expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.038) and there is correlation between the expression of Caspase-3 with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.327), but there isn‟t significance differences in mitosis count between metastasis and non-metastasis (p = 0.906), there is no correlation between the expression of adrenomedullin and the expression of Caspase-3 (Spearman coefficient correlation 0.089) and mitosis (Spearman coefficient correlation 0.099).
Conclusion: adrenomedullin expression are found correlate to metastasis to the lymph nodes in breast cancer invasive NST, but there were no correlation with mitosis and apoptosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>