Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Harrys Argaditya
"Kelas menengah adalah kelompok mayoritas dari masyarakat di dunia yang banyak berkontribusi terhadap perputaran ekonomi di dunia. Meskipun mayoritas penduduk di dunia maupun di Indonesia adalah kalangan menengah, namun kebijakan yang berlaku masih banyak yang belum mewadahi kalangan menengah ini, termasuk dalam aspek perumahan. Hunian adalah suatu kebutuhan primer, namun nyatanya meskipun begitu masih banyak orang yang kesulitan untuk bisa memiliki rumah pribadi. Dalam mendefinisikan kelas menengah dengan konteks Jakarta perlu dilihat dari beberapa perspektif salah satunya adalah dari pendapatan dan juga pengeluaran seseorang serta aset yang dimiliki. Tentunya hal-hal tersebut tidak dapat mendefinisikan secara jelas posisi seseorang dalam sebuah spektrum kelas menengah, namun dapat menjadi acuan dalam menentukan housing attributes yang tepat baginya. Housing attributes adalah aspek-aspek yang melekat dengan suatu hunian dan dapat berupa atribut internal dan eksternal, dan hal-hal inilah yang akan memengaruhi preferensi seseorang ketika ingin memilih suatu hunian, selain menjadi preferensi juga bisa menjadi restriksi. Sehingga dengan konteks yang ada dan restriksi yang berlaku, muncul pertanyaan apakah ada hunian yang layak bagi kalangan menengah di Jakarta? Untuk kalangan bawah sudah ada rumah subsidi dari pemerintah, kalangan atas tentu tidak memiliki permasalahan dalam membeli hunian. Dari analasis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kalangan menengah paling menengah di Jakarta belum bisa memiliki hunian dengan status kepemilikan pribadi karena adanya ketimpangan yang terlalu jauh antara pendapatan bulanan dengan harga hunian di Jakarta.

Middle class is a group of people that contributes the most to the world’s economy. Despite that, they’re often overlooked and the policy rarely accomodate them, including in the context of housing. Housing is a primary need, but in reality there’s a lot of people that struggle to have their own private residence. In defining the middle class with the context of Jakarta, it needs to be seen from multiple perspectives such as income, outcome, and also assets. Those things wouldn’t be able to define a person’s position in a spectrum of middle class, but can be a reference in determining the right housing attributes for them. Housing attributes are aspects that stick close to a housing and be in an internal or external form, these kinds of things that’ll affect someone's preference when they’re looking for a new house, other than preference it also can be a restriction. With the existing context and restrictions, it generates a question of is there any proper housing that fits the middle class in Jakarta? For the lower class there’s already subsidized housing from the government, the upper class surely doesn’t have the same struggle. From the theoretical and contextual analysis, it’s been found that the ultimate middle class in Jakarta won’t be able to have a private owned housing because of the imbalance of the monthly income compared to the housing prices in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Meisya
"Media sosial adalah hasil perkembangan teknologi yang memiliki peran besar dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa ini. Melalui media sosial, individu dapat membangun relasi sosial dengan individu lainnya. Relasi sosial erat kaitannya dengan kelas sosial. Representasi diri individu pada akun media sosial yang mencerminkan kelas sosial menjadi basis terbentuknya relasi sosial dengan individu lainnya. Pemilihan bentuk representasi yang tepat dapat menciptakan relasi sosial yang tepat.
Arsitektur dalam representasinya foto arsitektur, menjadi salah satu media yang banyak digunakan untuk merepresentasikan kelas sosial individu, begitu juga dengan kelas menengah. Dalam hal ini arsitektur memiliki peran sebagai mediator dalam menjalin relasi sosial antarindividu kelas menengah. Melalui arsitektur, kelas menengah hendak membangun gambaran diri yang terkait dengan kemampuan ekonomi, selera dan popularitas.

Social media is the result of technological developments which plays an important role in social life at this time. Social relation between people can be established through social media. Self representation of an individual in their social media accounts reflecting their social class is the main aspect for the formation of social relation. The right type of representations creates the right social relations.
Architecture, in its representation architecture photograph , became one of the media used to be a representation of an individual 39 s social class, as well as the middle class, in social media. In this case architecture becomes a mediator in establishing social relation between middle class. Through architecture, the middle class intend to build image related to their economic ability, taste and popularity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Kustono
"Di kota-kota besar dunia, termasuk Jakarta, fenomena permukiman kumuh (slum) merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Sebuah idiom yang melekat pada perkotaan; sebuah persepsi sebagian besar masyarakat tentang lingkungan pemukiman yang kualitasnya buruk, tidak teratur, dan jelek yang menurut sebagian pihak sebaiknya disembunyikan atau dihilangkan keberadaannya.
Di Jakarta, tindakan penggusuran yang dilakukan pemerintah terhadap pemukiman ini dengan memindahkan penduduk ke tempat lain yang dianggap layak. Dalam hal ini solusi yang diambil pemerintah adalah dengan menempatkan mereka di rumah susun atau rumah sederhana. Namun solusi ini memiliki kendala dengan adanya penolakan penduduk untuk dipindahkan ke rumah susun atau rumah sederhana dengan berbagai alasan dan pertimbangan di antaranya masalah lapangan pekerjaan, jarak tempuh ke tempat kerja yang terlalu jauh atau penjualan unit rumah baik itu rumah susun maupun rumah sederhana kepada pihak lain (masyarakat berpenghasilan menengah maupun berpenghasilan tinggi) yang sering terjadi karena desakan ekonomi dan permasalahannya.
Aspek pengawasan setelah masyarakat dipindahkan dan bertempat tinggal di rumah susun atau rumah sederhana merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya pengalihkuasaan unit rumah yang seharusnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah kepada pihak Iain yang tidak berhak. Dengan demikian banyaknya kasus penjualan unit rumah oleh masyarakat berpenghasilan rendah diharapkan dapat diminimalisasi sekecil mungkin. Hal ini perlu ditunjang dengan kebijakan pemerintah yang lain seperti perangkat hukum (aturan) yang jelas, aparatur pemerintah yang berdedikasi tinggi, dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui perluasan Iapangan kerja.
Seringkali solusi yang diambil pemerintah kurang menyentuh akar permasalahan sebenarnya karena ada rangkaian proses yang terlupakan seperti masalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan. Hal ini memiliki peranan yang cukup penting terhadap keberhasilan program perumahan yang akan diterapkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Suatu langkah yang selama ini disadari atau tidak disadari terabaikan oleh pemerintah.
Masalah perumahan masyarakat berpenghasilan rendah bukan masalah yang mudah dipecahkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Solusi yang telah diterapkan pemerintah terhadap permasalahan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah baik tiu rumah susun dan rumah sederhana mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Dari sisi positif dan sisi negatif tersebut dapat diambil langkah yang dianggap tepat dan bijaksana dengan mempertimbangan aspek politik,ekonomi, sosial, budaya dan nilai kemanusiaan untuk mengatsi permasalahan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Masturah
"Indekos merupakan salah satu alternatif hunian bagi mahasiswa yang ingin menyewa kamar dekat dengan kampus. Beragam fasilitas disediakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam beraktivitas ataupun kebutuhan yang menunjang studi.  Kukusan Teknik merupakan salah satu kawasan di Depok yang mengakomodasi kebutuhan hunian mahasiswa Universitas Indonesia. Namun, terbatasnya jenis indekos di area Kukusan Teknik menyebabkan mahasiswa harus memilih hunian yang kurang sesuai dengan preferensinya. Ketidaksesuaian standar/norma mahasiswa terhadap kondisi indekos yang mempengaruhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial individu  mengakibatkan housing deficit.
Skripsi ini mecoba membahas housing adjustment seperti apa yang dilakukan pada indekos yang menurut individu defisit. Berdasarkan studi kasus, terdapat 3 respon yang dilakukan individu untuk meminimalisir housing deficit, yaitu residential adaptation, resident adaptation dan residential mobility. Respon ini dilakukan individu untuk mempertahankan kondisi hunian sesuai dengan standar/norma yang dimiliki.

Indekos is one of the housing alternative for college students who want to rent a room around campus proximity. Various facilities are provided to meet students needs and learning activities. Kukusan Teknik is one of the areas in Depok that accommodates the needs of housing. However, limited amount of student accomodation types in Kukusan Teknik caused them to choose indekos that do not suit their preferences. The discrepancy between students norms and actual housing condition which also affecting physical, psychological and social needs of the individuals led to housing deficit.
This thesis tries to identify what kind of housing adjustment that these individuals do to the student housing based on individual deficit. According to the case studied, there are 3 responses to minimize housing deficit, residential adaptation, resident adaptation and residential mobility. These responses are based on the needs of individuals on maintaining housing condition accordingly to their own standards/norms.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Krisna
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji ukuran yang telah ada untuk mengidentifikasi status kelas penduduk dan mengenali kelas menengah Indonesia menggunakan ukuran baru dalam bentuk indeks komposit tertimbang yang menggabungkan variabel ekonomi dan nonekonomi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kelas menengah Indonesia yang dihitung menggunakan Indeks lebih kecil daripada yang dihitung menggunakan ukuran pengeluaran per kapita yang mengindikasikan bahwa kelas menengah dapat dikenali tidak hanya dari tingkat pengeluarannya saja, tetapi juga dari kondisi perumahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan gaya hidup. Kelas menengah Indonesia didominasi oleh penduduk berusia produktif dan lebih banyak tinggal di perkotaan. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga kelas menengah masih berpendidikan di bawah SD/sederajat dengan mayoritas melakukan pekerjaan nonformal. Kelas menengah Indonesia diramalkan masih akan bertumbuh seiring dengan perbaikan pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.

This research aims to test the competence of existing measurement in identifying class status and to identify Indonesian middle class using a new approachment that combines economic and noneconomic measurements. The result shows that the size of middle class that counted by composite index is smaller than the estimation produced by single economic variable measurement. It means that middle class can be identified not merely by its expenditure but also its accomplishment in housing, education, job, and lifestyle. Indonesian middle class is majority constituted by young people and lives in urban area. Most of head of middle class household are low educated and having informal job. The number of Indonesian middle class is predicted to still be expanding mainly driven by the improvement in income, education level, and jobs."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ural, Oktay
New York: John Wiley & Sons, 1980
690.81 URA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dharyagitha Rizal
"Globalisasi dunia yang semakin menunjukkan penet[asinya, semakin
meluas membawa konsep-konsep modernisasi ke negara-negara
berkembang, seperti halnya Indonesia. Dampak globalisasi yang membawa
pengaruh modernisasi semakin terasa di kota-kota metropolitan seperti
halnya Jakarta, yang pada akhimya tumbuh ke arah terbentuknya global
city. Yaitu, kota yang tumbuh dan sangat dipengaruhi secara Iangsung oleh
arus derasnya globalisasi, sehingga memunculkan perubahan-perubahan
sosial yang sangat berarti. _
Perubahan sosial yang terjadi salah satunya adalah, muncuinya
kelas sosial yang disebut dengan ?kelas menengah baru". Yaitu golongan
masyarakat yang elemen utamanya dibentuk oleh kaum profesional dan
eksekutif. Di Jakarta kelompok ini sering disebut sebagai kaum esmuaL
yuppies (young executive) yang selalu berpenampilan glamorous, dan
sebagai generasi yang Iebih oocok diasosiasikan dengan kafe, mal,
intemet_ Dengan kata Iain memiliki gaya hidup (hfestyfe) sebagai komunitas
yang menurut masyarakat awam diidentikkan orang modern, dan sebagai
generasi yang suka berbelanja, we!! educated well informed, memiliki
mobilitas vertikal dan sangat rasional, kosmopolit dan pro-aktif terhadap
wawasan masa depan.Penelilian ini adalah untuk menyimak pola konsumsi dalam gaya
hidup golongan masyarakat kelas menengah baru di Jakarta, khususnya di
era pasca krisis. Dimana pemasalahan utamanya adalah, apakah ada
pergeseran-pergeseran yang cukup berarti dalam gaya hidup (lifestyle)
kelas menengah baru di Jakarta di era pasca krisis ?
Berdasarkan temuan penelitian, gaya hidup (lifestyle) kelas
menengah baru di Jakarta, antara sebelum krisis berlangsung dan pasca
krisis, teridentifikasi dari hasil penelitian tidak mengalami perubahan. Jenis-
jenis aktivitas-aktivitas yang terkait dengan gaya hidup (lifestyle) mereka
relatif tetap. Yang mengalemi perubahan atau pergeseran adalah
?intensitasnya? dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Dalam arti;
ada yang bertambah intensitasnya, dan ada yang berkurang intensitasnya.
Seperti halnya datam mengisi leisure time, kebutuhan akan pengetahuan,
pola konsumsi terhadap basic needs, dan Iainnya. Dimana pergeseran
yang terjadi Iebih disebabkan oleh faktor pendapatan riil (real income) yang
nilainya menurun akibat adanya krisis yang terjadi.
Khusus untuk kebutuhan akan penampilan pribadi (self
performance), ada keoenderungan Iebih memiiih performance yang
sederhana. Akan tetapi citra penarnpilan tetap elegan dan exelence.
Pergeseran ini Iebih disebabkan faktor kebutuhan keamanan pribadi (self
security needs) terhadap ancaman tindakdindak kriminal akibat adanya
krisis yang _me|anda_ U
Pemilihan terhadap jenis-jenis konsumsi secara menyeluruh, mulai
dari barangljasa yang bersifat bask: needs hingga ke barangdasa yang
bersifat non-basic needs, Iebih didasarkan pada;
(1) Konsumsi barang-barang atau jasa-iasa yang memberikan mereka
sifat-sifat yang mengarah pada membantu aktivitas dan kegiatan
mereka menjadi Iebih efektif dan efisien. Daiam arti bahwa dengan waktu, tenaga, biaya yang sama, kegiatan dan aktivitas yang mereka
Iakukan memberikan hasil kepuasan dan kegunaan (utditas) yang
tinggi atau maksimal.
Pertimbangan ?opportunity cost" yang ditekan seminimum mungkin.
Yaitu pertimbangan berapa kerugian yang akan diderita dalam
melakukan suatu kegiatan tertemu yang lebih menguntungkan, jika
hafus melakukan kegiatan Fainnya.
Lebih pada pertimbangan kemanfaatannya atau kegunaannya dan
memang menjadi skala kebutuhannya, bukan Iagi berorientasi pada
faktor "gengsi"."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glen Felix
"Penelitian ini menjelaskan bahwa bahasa Inggris pada era Globalisasi ini bukan hanya sekedar pengetahuan saja. Seiring perkembangan teknologi, lembaga-lembaga pendidikan bahasa Inggris tampil dalam bentuk yang lebih eksklusif. Akibatnya, munculnya fenomena-fenomena sosial baru, yaitu seseorang tidak hanya untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggrisnya (pengetahuan), akan tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup. Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Wall Street Institute di Pondok Indah Mall 1. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah pengamatan terlibat (Participant Observations), wawancara (Interviews), dan dokumentasi (Documentation). Hasil penelitian adalah Wall Street Institute telah menyediakan gaya hidup kelas menengah seperti fasilitas, pelayanan jasa, ruang yang nyaman, dan metode belajar yang modern, cepat, dan fleksibel.

The study explains that the English language in the era of globalization was not merely knowledge. As the development of technology, institutions of English language appeared in the form of the more exclusive. As a result, the emergence of new social phenomena, that a person not only to enhance the mastery of the English language (knowledge), but it has become a lifestyle. The location of the research is language education Institute United Kingdom Wall Street Institute in Pondok Indah Mall 1. Research methods are case studies, using a qualitative approach. Data collection techniques are the participant observations, interviews, and documentation. The research is Wall Street Institute provides a middle class lifestyle such as facilities, services, confident rooms, and modern learning methods, fast, and flexible."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kahfi Ramadhan
"ABSTRACT
Rumah sebagai salah satu objek untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam bernaung. Bernaung adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk bisa bertahan hidup. Selama manusia menghuni, terjadi perubahan kondisi dan kebutuhannya. Sebagai respon dari hal itu manusia melakukan renovasi pada tempat tinggalnya sehingga timbul bermacam-macam variasi rumah.Untuk memberi gambaran seperti apa variasi rumah yang ada di Jakarta, tipologi sebagai metode pengelompokan digunakan untuk mencari tipe-tipe rumah yang ada di perumahan di Jakarta khususnya perumahan formal. Rumah diamati berdasarkan aspek luas lahan, luas bangunan, pola perletakan ruang, dan bentuk atap. Pada akhirnya, penulisan ini bertujuan untuk bisa dijadikan salah satu pertimbangan penyedia rumah dalam melihat kebutuhan masyarakat yang tercermin dalam tipe-tipe tersebut.

ABSTRACT
House is an object that provide a space for human to live. Living means that they have their own daily activities and needs fulfilled in their house. Since their activities and needs is very personal and specific to their life, these factors will affect he space they lived. In response to that condition, eventually human made a renovation to their living space and therefore resulting a new house variation.In order to give an idea about the house variation in Jakarta, typology method was used to find types of formal house that existed in Jakarta. Those houses was analyzed based on several aspects land area building area room placing pattern and roof shape. In conclusion, this dissertation aims to provide information about people rsquo s needs in their houses based on those type methods. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahmi Priyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep, pengukuran, dan determinan millennials berada pada kelas menengah, dengan studi kasus Indonesia. Penelitian ini menggunakan model logit dan menetapkan objek penelitian pada level rumah tangga di tiga kohort generasi yang berbeda, yaitu rumah tangga yang dikepalai oleh Millenials, Gen X, dan Baby Boomer. Dengan melakukan komparasi determinan pada kohort generasi yang berbeda, maka penelitian ini dapat memastikan estimasi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu utama rumah tangga millennials berada pada kelas menengah adalah: (i) pendidikan (setidaknya lulus pendidikan sekolah menengah atas), (ii) pekerjaan (memiliki pekerjaan penuh waktu, bekerja pada sektor sekunder atau tersier, serta memiliki status sebagai wirausahawan atau karyawan formal), dan (iii) memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan (akses terhadap sanitasi, akses terhadap internet, dan akses terhadap keuangan). Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan determinan kelas menengah antara rumah tangga millennials dengan generasi pendahulunya yang dibahas lebih lanjut pada paper ini.

This study aims to examine the concepts, measurements, and determinants of millennials in the middle class, a case study of Indonesia. This study uses a logit model and sets the object of research at the household level in three different generation cohorts, namely households headed by Millenials, Gen X, and Baby Boomers. By comparing the determinants of different generations, this study can ensure the precise estimatation that match the unique characteristics of each generation. The results show that the main determinants of millennials households in the middle class are: (i) education (at least graduating from high school), (ii) employment (having a full-time job, working in the secondary or tertiary sector, having an entrepreneur or a formal employee status), and (iii) having the access to amenities and services (access to sanitation, access to internet, and access to finance). The estimation results also show that there are several differences in the determinants of staying in the middle class between millennials households and their predecessors which are discussed further in this paper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>