Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148075 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nysa Ro Aina Zulfa
"Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL atau trigliserida di atas nilai normal serta penurunan konsentrasi kolesterol HDL dalam darah atau kombinasi. Dislipidemia merupakan silent risk kesehatan populasi secara umum. Kondisi berat badan lebih berasosiasi terhadap kondisi dislipidemia sehingga meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi berisiko terhadap kejadian dislipidemia. Desain studi pada penelitian ini adalah cross sectional menggunakan data rekam medis pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD Cibabat tahun 2022. Analisis dilakukan secara deskriptif dan estimasi dengan analisis modifikasi cox regresi. Status gizi dibagi menjadi dua, yaitu berisiko jika berat badan lebih dan obesitas, tidak berisiko jika berat badan kurang dan normal. Total responden pada penelitian ini adalah 344. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi insiden dislipidemia adalah 45,9%, dan 64,38% terjadi pada status gizi berisiko. Status gizi berisiko memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami dislipidemia dibandingkan status gizi tidak berisiko (PR= 2,154; 1,552-2,988). Status gizi berisiko meningkatkan risiko terhadap kejadian dislipidemia.

Dyslipidemia is a disorder of lipid metabolism characterized by an increase in total cholesterol, LDL or triglyceride levels above normal values and a decrease in HDL cholesterol concentration in the blood or a combination. Dyslipidemia is a silent risk to the health of the population in general. Weight conditions are more associated with dyslipidemia conditions, thereby increasing the risk of various chronic diseases. This study aims to determine the relationship between risky nutritional status and the incidence of dyslipidemia. The study design in this study was cross sectional using patient medical record data at the Outpatient Installation of Cibabat Hospital in 2022. The analysis was carried out descriptively and estimated using a modified cox regression analysis. Nutritional status is divided into two, namely at risk if you are overweight and obese, not at risk if you are underweight and normal. The total number of respondents in this study was 344. The results showed that the proportion of incidents of dyslipidemia was 45.9%, and 64.38% occurred in at-risk nutritional status. At-risk nutritional status has a two times higher risk of experiencing dyslipidemia than nutritional status without risk (PR = 2.154; 1.552-2.988). Nutritional status is at risk of increasing the risk of dyslipidemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiky Rahayuningtiyas
"Status gizi lebih sudah menjadi masalah global bagi semua kategori usia, yang akan bermanifestasi menjadi suatu penyakit yang berbahaya pada saat dewasa jika dialami saat masa remaja. Di Indonesia menurut data Riskesdas 2010, prevalensi penduduk usia 13-15 tahun yang memiliki status gizi lebih sebesar 2,9 % pada laki-laki dan 2 % perempuan. Asupan serat memiliki pengaruh yang sangat penting dalam mengontrol pertambahan berat badan dan terjadinya status gizi lebih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik siswa, karakteristik orang tua, asupan makanan (asupan serat, energi, lemak, protein, dan kebiasaan jajan), dan aktifitas fisik dengan status gizi lebih pada siswa SMPN 115 Jakarta Selatan tahun 2012.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Subjek penelitian ini merupakan siswa siswi kelas 7 dan 8 yang memenuhi kriteria sebanyak 113 responden yang dipilih dengan metode systematic random samping. Data penelitian yang didapatkan dengan cara pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan, kuesioner untuk karakteristik siswa, karakteristik orang tua, kebiasaan jajan, dan aktifitas fisik, serta food recall 2x24 jam untuk asupan makanan.
Hasil penelitian ini sebanyak 47,8 % responden memiliki status gizi lebih dan hasil bivariat yang menggunakan uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, asupan energi, asupan lemak, asupan karbohidrat, pendidikan ibu, lama tidur, dan kebiasaan berolah raga dengan status gizi lebih. Perlu diberikan edukasi kepada siswa dan pedagang makanan sekitar sekolah mengenai makanan yang harus dikonsumsi siswa sesuai dengan kebutuhannya.

Over nutritional status in adolescent has been the global problem for all age, which will become a chronic disease in the future. Indonesia from Riskesdas 2010 had prevalence of over nutrition in adolescent, 13-15 years old, 2,9 % in male and 2 % in female. Fiber intake has a very important role for controlling weight gain and the next over nutrition.
This research objectively investigated relationship between student characteristic, parents characteristic, food intake (fiber intake, energy intake, fat intake, protein intake, and snacking habit), and physical activity with over nutritional status in junior high school student of 115 Junior High School East Jakarta 2012.
This research was a quantitative study with cross sectional study. Subjects for this research are 113 of 7th and 8th grade students who meet the criteria. They selected by systematic random sampling. Data for this research are obtained by antropometri measurement for height and weight, questionnaire for student and parents characteristic, snacking habit, and physical activity, and also food recall 2x24 hour for food intake data.
Based from the result, 47,8 % respondents had over nutritional status and from analyses data by chi square test, there were significantly relationship between gender, energy intake, fat intake, carbohydrate intake, mother's education, sleep duration, and exercise habits with over nutritional status. It is important giving an education for student and food seller in around the school, especially for school's canteen, about the food that supposed to be eaten for the students according their needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Leila Mutia
"ABSTRAK
Menarche adalah haid pertama yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana fungsi sistem reproduksi dalam keadaan sehat dan tidak hamil. Umur menarche cenderung menurun jika tidak disertai dengan pemenuhan gizi yang sesuai kebutuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi yang berdampak pada gangguan haid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan status menarche dengan disain cross sectional yang dianalisis menggunakan uji chi-square dan t-test. Sampel penelitian sebanyak 113 responden yang dilakukan di SDN Pancoran Mas 2 Depok pada Maret 2011.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 87% responden belum menarche dan 23% responden sudah menarche. Rata-rata usia menarche adalah 133.69 ± 7.002 bulan. Dengan usia termuda 121 bulan dan usia tertua 145 bulan. Analisis bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara status gizi dengan status menarche dengan nilai p=0.007. Terdapat juga hubungan yang signifikan antara usia menarche ibu dengan status menarche responden dengan nilai p=0.001. Perlu diadakan penyuluhan dan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di sekolah tentang kesehatan reproduksi terutama menarche dan gizi pada remaja, khususnya melibatkan ibu dalam kegiatan ini.

ABSTRACT
Menarche is the first menstruation which is a sign of maturity of a woman, in which the function of reproductive system in good health and did not pregnant. Age of menarche tends to decrease if have not accompanied by adequate intake of nutrients which could caused reproductive dysfunction and menstrual disorders.
The purpose of this study is to identify the relationship between nutritional status and the status of menarche with cross-sectional design and statistical analysis used was chi-square and t-test. The study have been done with 113 respondents conducted in SDN Pancoran Mas Depok 2 in March 2011.
Results showed 87% of respondents have not menarche and 23% of respondents have menarche. The average age of menarche was 133.69 ± 7.002 months. The youngest age was 121 months and the oldest age was 145 months. Bivariate analysis showed a significant relationship between nutritional status with the status of menarche and p=0.007, there was also significant relationship between mother?s age of menarche with status of menarche and p=0,001. Need to establish a counseling and communitation, information and education (CIE) programs at school about reproductive health particularly menarche and nutritions in adolescents, especially those involving mothers in these activity.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Fauziyana
"Tingkat kebugaran pada pekerja merupakan faktor penting dalam mendukung produktifitas kerja yang optimal dan terhindar dari berbagai resiko penyakit terkait gaya hidup yang sedentari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tinkat kebugaran pada pekerja. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-ssectional pada 98 karyawan yang bekerja di kantor pusat PT Wijaya Karya, Cawang, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode simple randon sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-independen, uji ANOVA, uji korelasi Pearson, dan uji korelasi regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, hubungan persen lemak tubuh dan tingkat kebugaran ditemukan bermakna dengan pola hubungan positif (p< 0.000, r= 0.38). IMT berhubungan bermakna positif hanya pada responden laki-laki (p< 0.05, r= 0.301). Aktifitas fisik (p< 0.05, r= -0.304), asupan vitamin B1 (p< 0.05, r= -0.204), dan vitamin B6 (p<0.05, r= -0.216) berhubungan bermakna dengan pola hubungan negatif terhadap kebugaran. Berdasarkan hasil analisis, diketahui faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan tingkat kebugaran yaitu IMT, persen lemak tubuh, ativitas fisik, asupan vitamin B1 dan B6. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kelompok pekerja/ karyawan dapat meningkatkan aktivitas fisik secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai dengan anjuran konsep gizi seimbang.

Employee's fitness is one of the urgent factor to support optimum wor productivity and avoid from sedentary lifestyle disease. This research ovjective is to investigate factors related to employess' fitness. This research designed for a crosssectional study to 98 employees in main office of PT Wijya Karya, North Jakarta, 2012. Samples taken by simple random sampling method. Statistic analysis used is tindependent, ANOA, Pearson correlation, and simoke linier regression analysis.
According to the Pearson's correlation analysis, body fat percentage significantly has positive associtation with physical fitness (p< 0.000, r= 0.38). Body mass index was significantly has postitive association with physical fitness only for males employees (p<0.05, r= 0.301). Physical acitivities (p< 0.05, r= -0.304), vitamin B1 intake (p< 0.05, r= -0.204), and vitamin B6 intake (p<0.05, r= -0.216) significantly has negative associations' with employees fitness. It is recommended for employees to improve their regular physical activities and balancing their nutrient's intake based on recommended dietary allowance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Denny Marianty
"status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok.

A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007.
The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaula Karima
"Berat badan lahir merupakan faktor penting yang dapat memberikan dampak hingga usia dewasa. Besar 2500 gram merupakan standar berat badan lahir rendah yang masih digunakan hingga saat ini untuk mengukur risiko morbiditas dan mortalitas bayi, sementara itu bayi dengan berat badan lahir dibawah 3000 gram berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir, khususnya status gizi ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu: berat badan prahamil, pertambahan berat badan selama kehamilan, serta kadar hemoglobin ibu, dan beberapa faktor lain yaitu status bekerja ibu, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, urutan kelahiran bayi, jarak kelahiran bayi, dan jenis kelamin bayi dengan berat badan lahir bayi. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain crossectional menggunakan data dari rekam medis RSIA Budi Kemuliaan Jakarta yang diukur pada bulan Januari 2012 yang berjumlah 118 pasien. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square dan korelasi regresi, sementara itu analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil uji chi square dan korelasi regresi menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan prahamil ibu dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Setelah dikontrol oleh berbagai variabel, hasil uji regresi logistik ganda menyatakan bahwa berat badan prahamil ibu, pertambahan berat badan selama kehamilan, usia ibu, dan urutan kehamilan merupakan faktor yang mempengaruhi berat bada lahir bayi. Berat badan prahamil ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi (OR=6,643) setelah dikontrol oleh berbagai variabel. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan dengan status gizi yang kurang.

Birth weight is important factor that could give impact until adulthood. 2500 g is a standard of low birth weight that still used to asses risk of infant mortality and morbidity, while infant with birth weight less than 3000 is related to risk of non communicable disease in adulthood. Various studies determined there are many factors that affect birth weight, especially nutritional status of mothers.
The objectives of this paper is to determine the relationship between mother nutritional status, i.e. pre-pregnancy weight, weight gain during pregnancy, and maternal hemoglobin level in 3rd trimester and several other factors i.e. maternal work status, maternal age, maternal education level, birth order, birth interval, and infant sex with infant?s birth weight. This is quantitative researched by design cross sectional and using secondary data from medical record Budi Kemuliaan Hospital Jakarta which measured in January 2012 involved 118 respondents. Data analysis using chi square and correlation regression test and multivariate analysis using multiple logistic regression.
Result of chi square and correlation regression test show there is significant relationship between pre-pregnancy weight and weight gain during pregnancy to birth weight. After controlled by many variables, multiple logistic regression test result that pre-pregnancy weight, weight gain during pregnancy, maternal age, and birth order are factors that effecting birth weight. Pre-pregnancy weight is the major factor that affect infant?s birth weight (OR=6,643) after controlled by other variables. Therefore, it is necessary to give more attention to women who are planned conception who undernourished.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Selvia Sinta
"Citra tubuh merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan penampilan fisik, yaitu ukuran, bentuk tubuh, dan berat badan yang menggambarkan seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan antara status gizi dengan citra tubuh dan faktor lain pada pengguna pusat kebugaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 dengan menggunakan desain cross-sectional dan jumlah sampel sebanyak 143 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 74,1% responden laki-laki dan perempuan mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Beberapa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan citra tubuh adalah status gizi (p-value = 0,001), pola makan berdasarkan frekuensi minuman berenergi dan minuman isotonik (p-value = 0,003), pengaruh teman sebaya (p-value = 0,001), dan pengaruh lawan jenis (p-value = 0,009) dengan citra tubuh.
Disarankan kepada pusat kebugaran untuk melakukan kerja sama dengan universitas-universitas yang memiliki program studi gizi dalam mempromosikan dan meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi, aktivitas fisik dan citra tubuh yang baik bagi pengguna pusat kebugaran melalui upaya komunikasi, informasi dan edukasi.

Body image is a concept related to the body appearance, including size, body shape and weight which describe someone based on their shape and weight. This study aims to show factors that have significance associated between nutritional status, body image, and other factors within the gym community. This cross-sectional study was conducted on April 2015 with a total of 143 respondents.
The result showed that 74,1 % men and women respondents were unsatisfied with their body image. Variables that showed a significantly associated with body image are nutritional status (p-value = 0,001), model of meal based on energy and isotonic drink frequencies (p-value = 0,003), impact by peer group (p-value = 0,001), and their body image perception based on their opposite gender counterparts (p-value = 0,009).
The results of this study has come to a few suggestions where gyms should work together with universities with major in nutrition to promote and increase knowledge about eating habits, physical activities and the right body image the gymers through the efforts of communication, information, and education."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliani Budiyarti
"Di Indonesia masih ditemukan tradisi dan budaya seputar pantangan dan keharusan pasca persalinan. Salah satunya pantangan dan keharusan tentang perilaku konsumsi makanan oleh ibu nifas suku Banjar di propinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 'hubungan antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas, dan hubungan perilaku berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu di Banjarmasin'. Jenis penelitian analitik komparatif, dengan metode cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan (p = 0,000; OR = 0,035; 95 % CI: 0,004- 0,281), tipe keluarga (p = 0,000; OR = 0,011; 95 % CI: 0,001-0,092), pengetahuan ibu (p = 0,000; OR = 0,004; 95 % CI: 0,000-0,036), pengetahuan masyarakat (p = 0,000; OR = 0,029; 95 % CI: 0,006-0,145) dan sikap masyarakat (p = 0,000; OR = 0,025; 95 % CI: 0,003-0,204) dengan perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas dan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu (p = 0,000; α= 0,05; OR= 46,75; 95 % CI: 9,04 - 241,7).

In Indonesia, still found in the traditions and culture surrounding the taboo and mandatory post-delivery. One of these restrictions and the necessity of food consumption behavior by postpartum mothers tribe Banjar in South Kalimantan province. The purpose of this study to find out "the relationship between internal and external factors that affect maternal behavior during parturition food abstinence, and abstinence from food related behavior during postpartum with the nutritional status of mothers in Banjarmasin." Kind of a comparative analytical study, with cross sectional method. The results showed a significant correlation between level of education (p = 0,000; OR = 0,035; 95 % CI: 0,004 to 0,281), family type (p = 0,000; OR = 0,011; 95 % CI: 0,001 to 0,092), maternal knowledge (p = 0.000, OR = 0.004; 95% CI: 0.000 to 0.036), the knowledge society (p = 0.000, OR = 0.029; 95% CI: 0.006 to 0.145) and social attitude (p = 0.000, OR = 0.025; 95% CI: 0.003 to 0.204) with maternal behavior during the post partum abstinence from food and there were significant relations between the behavior during the post partum abstinence, food with nutritional status of mothers (p = 0.000, α= 0.05, OR = 46.75; 95% CI : 9.04 to 241.7)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmia Fahmi
"Perubahan musim memiliki dampak serius pada kualitas makanan. Oleh karena itu, kami menginvestigasi hubungan antara skor healthy eating index HEI dan status gizi pada wanita usia subur di dua musim di daerah pedesaan, Kabupaten Buol. Studi longitudinal dilakukan pada musim panen dan musim non-panen. Semua wanita n=153 di musim non-panen dan 98 wanita n=150 di musim panen termasuk dalam kategori poor diet. Total skor HEI lebih tinggi secara signifikan pada musim panen dibandingkan musim non-panen p=0.026 . Ada hubungan positif antara skor HEI dengan indeks massa tubuh ?=0.113, p=0.043 setelah dikontrol dengan musim dan karakteristik demografi.

Seasonal change has serious impacts on diet quality. Therefore, we investigated the association between healthy eating index HEI score and nutritional status of reproductive aged women across two seasons in rural areas of Buol District. A longitudinal study was conducted in lean and harvest seasons. All women n 153 in lean season and 98 women n 150 in harvest season had poor diets HEI"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinantya Ratnasari
"Tesis ini mengkaji hubungan intensi ibu terhadap asupan dan status gizi anak di dua sekolah dengan status sosial menengah ke atas dan ke bawah. Tujuannya untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pembentuk intensi dan tingkah laku serta hubungannya dengan asupan dan status gizi anak. Faktor-faktor itu terdiri atas sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC). Asupan gizi mencakup asupan energi, protein, frekuensi konsumsi buah dan sayur. Status gizi anak diukur menggunakan indikator indeks antropometri TB/U dan BB/U.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cros sectional. Responden penelitian terdiri atas 67 orang, mencakup 33 orang dari sekolah X dan 34 orang dari sekolah Y. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Order dan uji perbedaan menggunakan teknik Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap, norma subyektif, dan intensi ibu dengan asupan dan status gizi, tetapi ada korelasi positif antara PBC dan asupan energi anak. Hasil juga menunjukkan bahwa intensi ibu dari Sekolah Y lebih tinggi dari ibu di Sekolah X. Hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat lebih tinggi memiliki kecenderungan memberikan makanan sehat yang lebih tinggi daripada ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat yang lebih rendah.
Peneliti menyarankan untuk meningkatkan persepsi kontrol pada para ibu untuk memberi makanan sehat melalui peningkatan self-efficacy, mengembangkan strategi penyediaan bahan mentah, dan meningkatkan keterampilan memasak.

This thesis examines the relationship among mother’s behavioral intention, child food intake and nutritional status children in two schools in South Jakarta, using the theory of planned behavior approach. The goal is to describe the factors forming intentions and behavior and its relationship with the nutritional status of children. These factors consist of attitude, subjective norm, PBC. Food Intake includes intake of energy, protein, frequency of consumption of fruits and vegetables. Nutritional status was measured using anthropometric indicators of HFA and WFA.
This study used quantitative methods with cross sectional study design. The respondents consisted of 67 people, including 33 people from school X and 34 people from school Y. Data were analyzed using Spearman's Rank Order Correlation technique and mean difference test using the Mann-Whitney technique.
The results showed no significant relationship between attitudes, subjective norms, and intentions to food intake and nutritional status of children, but there is a positive correlation between perceived behavioral control and children’s intake of energy. The results also indicate that mother’s behavioral intention of the Preschool Y is higher than mother’s behavioral intention of the Preschool X. Results showed that mothers who have higher intention of giving healthy food has a higher tendency to give healthy foods than mothers who have lower intention.
Researchers suggest to improve mother’s perception of control on providing healthy food through increased self-efficacy, modeling, developing strategies to supply raw material food, and improve their cooking skills.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>