Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizal Hendrawan
"Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki potensi yang cukup besar, khususnya di bidang industri, pertanian, dan pariwisata sehingga memberikan nilai tambah bagi peluang bisnis dan investasi. Salah satu contohnya adalah Karawang International Industry City (KIIC), sebuah kawasan industri yang terletak di Kabupaten Karawang. KIIC mencakup luas total sekitar 1.347,00 hektar dan merupakan rumah bagi sekitar 160 perusahaan dari seluruh dunia, termasuk dari Eropa, Amerika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk memahami bangkitan-tarikan perjalanan, serta distribusi perjalanan kendaraan logistik dari berbagai industri di dalam KIIC. Model perjalanan dianalisis melalui regresi linier berganda dapat diketahui bahwa luas area, jumlah bekerja dan total produksi berpengaruh signifikan terhadap bangkitan perjalanan di KIIC. Sehingga didapatkan pembebanan lalu lintas lebih besar terjadi pada sore hari dengan kondisi eksisting akses keluar masuk tol jakarta-cikampek sebesar LOS A dan Jalan Arteri KIIC sebessar LOS C yang masih dalam ambang batas aman sedagkan untuk Jalan Permata V mendapatkan hasil LOS F yang sudah terjadi kepadatan lalu lintas sehingga perlu adanya penambahan kapasitas untuk ruas jalan tersebut.

Karawang Regency which is located in West Java Province has considerable potential, especially in the fields of industry, agriculture and tourism so as to provide added value for business and investment opportunities. One example is Karawang International Industry City (KIIC), an industrial area located in Karawang Regency. KIIC covers a total area of ​​approximately 1,347.00 hectares and is home to around 160 companies from around the world, including from Europe, America, Central Asia, and Southeast Asia. The main focus of this research is to understand the trip generation, as well as the distribution of logistics vehicle trips from various industries within KIIC. The trip model was analyzed through multiple linear regression. It can be seen that the area, number of workers and total production have a significant effect on trip generation at KIIC. So that a greater traffic loading occurs in the afternoon with the existing condition of the access in and out of the Jakarta-Cikampek toll road at LOS A and KIIC Arterial Road at LOS C which is still within the safe threshold while Jalan Permata V gets LOS F results where there is already a density. traffic so that there is a need for additional capacity for these roads."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribut Sugianto
Jakarta: Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia, 2022
711.552 RIB m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Darma
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Chairuddin
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Amril
"Pemerintah mengeluarkan Kepres No. 53/1989 mengenai relokasi pabrik-pabrik yang berada di daerah hunian, sehingga perusahaan kawasan industri semakin berkembang. IAI belum mengeluarkan standar khusus untuk penjualan tanah eceran. Penulis bermaksud untuk menganalisa unsur-unsur harga pokok serta metode alokasi dan akumulasinya. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data dari obyek penelitian yang dapat memenuhi pokok permasalahan dan tujuan penulisan yang telah dirumuskan. Observasi langsung ke claim perusahaan dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak manajemen dan karyawan perusahaan yang terkait. Unsur-unsur harga pokok penjualan meliputi biaya perijinan, perencanaan, pembebasan tanah, pematangan tanah dan pembangunan fasilitas. Perusahaan mencatat akumulasi setiap biaya, menghitung variannya terhadap akumulasi biaya tahun lalu dan mengalokasikannya kepada setiap sektor yang dapat Varian yang disebabkan oleh produksi baru dialokasikan kepada persediaan. Varian yang disebabkan oleh kenaikan biaya per unit dialokasikan kepada persediaan sebanyak produksi yang belum terjual dan kepada harga pokok penjualan periode berjalan sebanyak produksi yang telah terjual. Perusahaan menggunakan metode area dalam mengalokasikan unsur-unsur harga pokok. Perusahaan harus memasukkan taksiran biaya pengerjaan kontrak yang belum selesai dan taksiran biaya pengembangan kawasan, dengan mempertimbangkan tingkat inflasi dalam perhitungannya. Alokasi kepada harga pokok penjualan harus dipisahkan antara harga pokok penjualan periode berjalan untuk produksi yang terjual pada tahun berjalan dan laba ditahan untuk produksi yang terjual pada tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode identifikasi khusus untuk mengalokasikan biaya pembebasan dan pengembangan tanah serta metode nilai untuk pengeluaran bersama atau umum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khalasha Ridwan
"Proses migrasi merupakan proses perpindahan manusia untuk tujuan menetap. Migrasi dapat terjadi dengan lebih cepat seiring dengan kemajuan teknologi yang dimiliki manusia. Seorang sosiolog bernama Everett S. Lee pada tahun 1966 mempelajari tentang migrasi dan membuat sebuah paper yang berisi tentang penjelasan bahwa ada yang namanya faktor penarik dan faktor pendorong migrasi. Dia juga menuliaskan konsep daerah asal yang biasanya memiliki banyak faktor pendorong dan daerah tujuan yang biasanya memiliki banyak faktor penarik. Penelitian ini ingin mengetahui pola migrasi neto (net migration) di Provinsi Jawa Barat serta hubungannya dengan faktor pendorong dan faktor penariknya. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan overlay net migration dengan karakteristik wilayahnya, lalu menganalisis faktor penarik dan pendorongnya. Karakteristik wilayah di penelitian ini ditandai dari ketinggiannya serta keberadaan jalan tol dan rel kereta api. Beberapa faktor penarik dan pendorong yang digunakan yaitu UMK, tingkat pengangguran, dan luas kawasan industri. Daerah-daerah yang menjadi daerah tujuan migran di Provinsi Jawa Barat tersebar di wilayah daratan rendah dan daratan agak rendah. Keberadaan jalan tol dan rel kereta api disini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap peristiwa migrasi yang terjadi. Disini ketinggian UMK dan tingkat pengangguran bervariasi, sedangkan daerah dengan kawasan industri yang luas hanya sedikit.

Migration process is the process of human movement which the purpose is to settle in a place. Migration can become faster as new inventions of technology being discovered by human. A sociologist which name is Everett S. Lee in 1966 is studying the migration, and he wrote a paper which describe the existence of push and pull migration factors. He also describe the concept of area of origin which usually have plenty of push factors and area of destination which usually have plenty of pull factors. The method which is being used here is to overlay net migration with the place's characteristics, and then conduct an analysis on it's push and pull factors. The characteristics of the places which is used here is marked by it's height and the presence of highway and railways. Some of the push and pull factors used is UMK (minimum wage), unemployment rate, and the width of industrial estate. The areas which constitute the migrant's areas of destination spread in the lowland and mid-lowland regions. Here, the presence of highway and railways do not have significant effect for the migration phenomena. The minimum wage rate and unemployment rate varies, while the areas which have industrial estates only exist few.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New Brunswick : Transaction Publishers, 1992
307.76 SOU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Luthfi
"Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah bahwa secara simultan, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan aktivitas manusia telah mendorong terciptanya permintaan terhadap produk lingkungan, yakni adanya udara segar, sejuk, pemandangan yang indah dan alamiah serta jauh dari berbagai problema kehidupan. Dalam hal ini pengembangan pariwisata (taman rekreasi) merupakan suatu alternatif untuk dapat memenuhi permintaan tersebut.
Sumberdaya lingkungan, seperti taman rekreasi memberikan manfaat bagi para pemakainya, tetapi karena tidak ada pungutan atau pungutannya relatif kecil atau nilai kepuasannya yang diperoleh pemakai bersifat abstrak, maka pencerminan akan nilainya tidak terlihat. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya lingkungan tanpa nilai atau hilangnya tak akan merupakan kehilangan bagi masyarakat. Analisis ekonomi merupakan suatu alternatif yang dapat membantu menilai manfaat tersebut.
Mengingat bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo tersebut milik Pemerintah, maka lebih bersifat public goods (barang publik) dibandingkan dengan aspek komersialnya (ekonomi). Di lain pihak, taman rekreasi tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi penduduk. Sebagai produk lingkungan, maka keberadaan taman rekreasi tersebut perlu dipertahankan karena mempunyai nilai.
Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan nilai dari manfaat yang diperoleh masyarakat terhadap konsumsi produk lingkungan taman rekreasi, oleh karena itu perlu suatu penilaian untuk menunjukkan berapa besar manfaat dari produk tersebut (Kawasan pantai wisata Watu Ulo). Salah satu cara adalah dengan mengkuantifikasikan manfaat tersebut ke dalam nilai moneter.
Tujuan penelitian adalah : 1) untuk mengukur besarnya manfaat lingkungan yang diperoleh pengunjung; 2) untuk mengukur besarnya elastisitas kunjungan berdasarkan biaya perjalanan total; 3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk lingkungan (taman rekreasi); 4) untuk mengidentifikasi perilaku konsumen dalam pemeliharaan kualitas lingkungan dan persepsi konsumen terhadap kualitas lingkungan di kawasan pantai wisata Watu Ulo.
Jenis data yang diperlukan adalah: data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan teknik nonrandom sampling. Data primer diperoleh pada orang/wisatawan yang dijumpai di lapangan, sehingga teknik pengambilan data ini disebut pula sebagai incidental sampling. Besarnya sampel diperkirakan sebesar 200 responden (pengunjung tempat rekreasi).
Untuk menentukan besarnya biaya perjalanan dan tingkat kunjungan, maka responden dikelompokkan menurut zona (asal). Penentuan zona asal responden penelitian adalah berdasarkan batasan administratif, yakni tingkat Kecamatan untuk Daerah Tingkat II Kabupaten Jember (terdapat 28 kecamatan) dan tingkat Kabupaten untuk daerah di luar Kabupaten Jember (terdapat 4 Kabupaten).
Data jumlah penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal yang ada di lingkungan Kabupaten Jember (tingkat Kecamatan) diambil dari data registrasi penduduk masing-masing Kecamatan pada periode tahun 1993. Data penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal di luar Kabupaten Jember (tingkat Kabupaten) diambil dari penduduk rata-rata, yakni jumlah total penduduk masing-masing Kabupaten dibagi dengan jumlah Kecamatan yang ada.
Dalam pendekatan biaya perjalanan, model dasar yang dipakai adalah menggambarkan kunjungan tiap 1000 penduduk sebagai faktor yang akan dianalisis dalam fungsi permintaan. Fungsi permintaan telah disederhanakan untuk dapat menggambarkan kurva permintaan, di mana faktor-faktor lain selain biaya perjalanan dianggap tetap (citeris paribus), sehingga dapat ditentukan besarnya surplus konsumen sebagai nilai manfaat dari produk lingkungan pantai wisata Watu Ulo. Dari fungsi ini dapat dihitung besarnya elastisitas, koeffisien korelasi dan koeffisien determinasi. Sedangkan untuk mengetahui preferensi, persepsi dan perilaku pengunjung dianalisis dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan persentase.
Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Manfaat ini akan semakin besar jika diikuti oleh menurunnya biaya perjalanan dan meningkatnya kepedulian pengunjung terhadap lingkungan serta cukup tersedianya fasilitas peinbuangan limbah (sampah).
Secara parsial dapat disimpulkan pertama, bahwa manfaat lingkungan taman rekreasi kawasan pantai wisata Watu Ulo sebesar Rp.767.688,38 per seribu penduduk dan Rp.1.637.399.489,82 untuk total penduduk; kedua, pengaruh perubahan variabel babas (biaya perjalanan) terhadap variabel terikat (tingkat kunjungan) bersifat elastis (e=-1,39), apabila terdapat kenaikan biaya perjalanan sebesar 1,00% akan berakibat menurunnya tingkat kunjungan sebesar 1,39%; ketiga, faktor utama yang menentukan preferensi pengunjung terhadap kawasan pantai wisata Watu Ulo adalah faktor pemandangan indah (59,50%), menunjukkan bahwa unsur kualitas lingkungan berperan dalam menarik pengunjung, dan memberikan kepuasan pada pengunjung; keempat, sebagian besar pengunjung menilai bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo cukup bersih, yakni sebesar 44,50%, sedangkan yang berpendapat kotor adalah sebesar 30,00%, sisanya menilai dengan bersih 11,00% dan kurang bersih 12,00%. Sedangkan untuk pemeliharaan fasilitas yang ada, sebagian besar pengunjung menilai cukup bersih, sebesar 43,50%, kurang bersih 21,00%, kotor 21,00% serta bersih senilai 14,50%; dan kelima, sebagian besar perilaku pengunjung pada kawasan wisata tersebut mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang "relatif rendah", hal ini terbukti bahwa terdapat sebanyak 75,50% pengunjung yang membuang sampah di sembarang tempat, hanya terdapat 15,00 % yang membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan, sisanya dengan cara lain.
Saran yang dapat disampaikan, yakni : Mengingat bahwa manfaat yang dinikmati masyarakat (pengunjung) cukup besar, maka seyogyanyalah : 1) Pemerintah sebagai pemilik dan pengelola lebih memberikan perhatian untuk menjaga kualitas lingkungan dan bila perlu meningkatkannya, serta berusaha mengembangkan seoptimal mungkin potensi yang ada, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengunjung, penduduk dan Pemerintah itu sendiri; 2) Pemerintah hendaknya lebih banyak menempatkan tong-tong sampah, dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terpelihara, dengan limbah yang sedikit dan tidak menggangu keindahan pemandangan alam. Perilaku pengunjung yang sebagian besar membuang sampah sembarangan tidak terlepas dari fasilitas pembuangan sampah yang kurang.

The problems which provided the basis for this research is that the growth in population, income and human activities have simultaneously increase the demand towards the environmental product, that is, the existence of fresh, cool air and beautiful natural scenery, which is far away from all kinds of life problems. In this case the developments of tourism (recreation park) becomes an alternative to be able to meet such demand.
Environmental resource such as recreation park gives the benefit to the visitors, but since there is no. fee or the fee is relatively low, or the value of satisfaction which the visitors get is abstract, so they could not see the real value. It doesn't mean that environmental resource has no value or the absence of it means nothing for the society. The economical analysis will be an alternative that could help evaluating the benefit.
Considering that the tourism coast Watu Ulo is the Government's property so it has the quality more indicates as public goods compared with its commercial aspect. On the other hand, the recreation park gives the specific satisfaction for the residents. As a product of the environment, then the existence of recreation park ought to be maintained because of its value.
This analysis caused some problems, mainly concerning the value and benefit obtained by the society towards the consumption of environmental product of the recreation park, therefore it needs evaluation to indicate how many benefit of the product (coastal tourism area Watu Ulo). One of those ways is to quantify the benefit in the monetary value.
The aims of the research are : 1) to measure the size of the environmental benefit is obtained by the visitors; 2) to measure the size of the visit elasticity based on the total traveling cost; 3) to know the factors influenced by the consumer's demand toward the environment product (recreation park); 4) to identify the attitude of the consumers in the care of environmental quality and the consumer's perception toward the quality of environment in the coastal tourism area Watu Ulo.
The data type needed among others are primary and secondary datas. The primary data is obtained through nonrandom sampling technique. The primary data is obtained from the tourists met in the location so that the sampling technique is called the incidental sampling. The number of samples are estimated 200 respondents (the visitors of recreation park).
To determine the amount of traveling cost and visiting degree, the respondents are grouped according to the original zone. The determination of the research .respondent's zone is based on the administrative area, namely : Kecamatan level for the second level region of Jember regency (there are 28 Kecamatan) and regency-level for districts outside Jember regency (there are 4 regencies).
The total population to determine the visiting degree on the original zone in Jember regency (Kecamatan level) is taken from the data of population registration in each kecamatanin the period of 1993. The population's data to determine the visiting degree in the original zone outside Jember regency (regency level) taken from the the population average, is that the total amount of population of each regency divided with the amount of the kecamatan.
Within the travelling cost approach, the basic model which is used describes the visit of every 1000 population as the factor that will be analyzed in the function of demand. This demand's function has been simplified to describe the demand curve where the other factors besides the traveling cost are assumed constantly (citeris paribus), so that we can determine the amount of the consumer's surplus as the value of environmental benefit of the tourism cost Watu Ulo. From this function, elasticity's coefficient , correlation's coefficient and determination's coefficient can be calculated. Where as to know the preferency, the perception and the attitude of the visitors they're analyzed by the descriptive method by means of the percentage approach.
-The general conclusion of this research is that the area of coastal tourism Watu Ulo is potential and valuable environmental resources and gives a great sufficient benefit for the society. This benefit becomes bigger if it will be followed up by the decrease of traveling
cost and the increase of visitor's care toward the environment, and with available sufficient facilities for wasted disposal.
Partially the conclusion are firstly, that the environment benefit of the recreation park of coastal tourism area Watu Ulo is Rp.767.688,38 per 1000 inhabitants and Rp.l.627.399.489,82 for total population; secondly, the effect of change of independent variable (visiting degree) toward's the traveling cost are elastic (e=-1,39) when there is an increase of traveling cost is 1,00%, it will caused a decrease of the visiting degree of 1,39%; third, the main factor that determines the visitor's preference toward the coastal tourism area Watu Ulo is the beautiful scenery (59,50%), this indicates that the factor of environment quality play an important role to attract the visitors and gives satisfaction to the visitors.; fourth, the great part of visitors evaluates that the tourism coastal area Watu Ulo is 'fairly clean, viz around 44,50%, meanwhile those who evaluate it dirty is 30,00% the rest evaluates less clean, and clean 11,00% and less clean 12,00%. While for the care of facilities, most of visitors evaluate clean enough, 43,50%, less clean.21,00%, dirty on is 21,00% and clean 14,50%; and fifth, the most of visitors attitude in tourism area have a relatively low attention in the environment. This proves that there are 75,50% of the visitors who throw the waste in every place, only 15,00% of those who throw the garbage in the prepared places, the rest use an other way.
Recommendation : considering that the benefit of tourism area which is enjoyed by the great part of visitors, it is suggested that : 1) the government as the owner and the manager ought to pay more attention to take care of the environment quality and if necessary to increase the appearance and develop as much as possible the existing potency, in order to give a bigger benefit to the visitors, population and government itself; 2) It"s better if the government places more waste disposals, so that the environment quality could be taken care of and cared from less waste disposal would not polute the beautiful scenery. The attitude of careless visitors is caused of less facility.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widiyono
"Untuk menanggulangi keterbasan air, telah dibangun 334 embung kecil oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dapat menampung air 8.318.152 m, melayani 31.597 keluarga, 105.522 ekor sapid an pertanian 1.319 ha. Daerah Tangkapan Air (DTA) embung menghadapi kendala rendahnya tutupan vegetasi, laju aliran permukaan dan erosi yang tinggi, gangguan ternak serta kegiatan pertanian masyarakat di sekitar. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah prioritas untuk kegiatan aforestasi/reforestasi dalam rangka proyek pembangunan bersih (CDM; Clean Development Mechanism). Mengingat konservasi DTA merupakan tindakan yang mutlak harus dilakukan dalam mempertahankan fungsi eko-hidrologis embung maka kegiatan ini perlu ditingkatkan peranannya sebagai kegiatan aforestasi/reforestasi dalam rangka mekanisme pembangunan bersih. Berdasarkan luas hutan minimal untuk mendapatkan dana kompensasi melalui program CDM,yakni seluas 0,25 ha maka DTA embung dengan luasan bervariasi antara 3,1 43,2 ha; dan sejumlah 334 embung yang tersebar di kabupaten di NTT dengan luas total daerah tangkapan air 3.281 ha sangat berpotensi digunakan sebagai lahan kegiatan aforestasi/reforestasi."
[Place of publication not identified]: Limnotek, 2010
551 LIMNO 17:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berkeley: University of California Press , 1959
301.36 WOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>