Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madeline Harlina Widjaja
"Permintaan domestik tidak cukup untuk menyerap tenaga kerja yang terus bertambah dalam ekonomi ketenaga kerjaan yang produktif. Pertumbuhan lapangan kerja tambahan datang dari perusahaan domestik dengan produktivitas lebih tinggi yang cenderung melakukan kegiatan ekspor. Studi ini mencoba menganalisis dampak kegiatan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di industri tekstil dan garmen Indonesia. Data yang digunakan besumber dari Survei Industri Besar dan Menengah Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada tingkat perusahaan. Data tersebut merupakan data panel yang tidak seimbang dari tahun 2000-2015. Hasil estimasi utama menunjukkan bahwa kegiatan ekspor secara positif dan signifikan mempengaruhi permintaan tenaga kerja perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa kegiatan ekspor berkaitan dengan permintaan tenaga kerja terampil yang lebih tinggi.

Domestic demand is inadequate to absorb the growing labor force in a productive employment economy. Additional job growth came from domestic firms with higher productivity which tend to do export activities of their production. This study tries to estimate the impact of export activities on labor absorption in Indonesian textile and garment industries. It has employed unbalanced panel firm-level data from 2000-2015 from the Indonesian Large and Medium-sized Manufacturing Survey published by the Indonesian Central Bureau of Statistics. The main estimation results suggest that exporters positively and significantly affect a firm’s labor demand. In addition, the study also found that export activities are associated with a higher share of skilled labor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Ramana
"Keterkaitan pada rantai nilai global atau GVC dianggap banyak pihak dapat mendorong perkembangan industri domestik, meningkatkan produktivitas, kemampuan ekspansi, yang akhirnya dapat menyerap tenaga kerja. Namun secara teoritis, partisipasi perusahaan pada GVC tidak hanya dapat meningkatkan permintaan tenaga kerja melalui efek skala (scale effect), melainkan juga dapat menurunkan permintaan tenaga kerja melalui efek substitusi (substitution effect). Isu ini menjadi relevan di Indonesia karena keterkaitan sektor manufaktur pada GVC yang ditengarai masih rendah. Studi ini pertama-tama menunjukkan tingkat partisipasi GVC dari industri manufaktur untuk tiga jenis keterkatikan GVC, yaitu Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), dan Pure Backward Participation (PBP). Kemudian, studi ini melihat apakah secara empiris partisipasi GVC pada subsektor manufaktur di mana perusahaan tersebut berusaha pada kurun waktu 2010-2015 berkorelasi dengan peningkatan tenaga kerjanya. Menggunakan data panel tingkat perusahaan di industri manufaktur dan persamaan permintaan tenaga kerja, studi ini menemukan bahwa dalam jangka pendek: i) partisipasi GVC dalam bentuk PFP berkorelasi positif dengan permintaan tenaga kerja; ii) partisipasi GVC dalam bentuk TSP cenderung negatif namun tidak signifikan; iii) partisipasi GVC dalam bentuk PBP positif namun tidak signifikan. Sementara itu, semua partisipasi ketiga jenis GVC signifikan dalam jangka panjang. Penelitian ini melakukan robustness check dengan menggunakan proksi partisipasi GVC dengan subsektor yang lebih rinci. Hasil estimasi robustness check menguatkan hasil penelitian ini. Studi ini menyimpulkan bahwa keterkaitan pada GVC saat ini khususnya dalam bentuk PFP dan PBP dapat didorong untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur.

It is widely believed that participation to the Global Value Chain (GVC) can encourage the development of the domestic industry, increase productivity, which in turn can expand the labor demand. However, theoretically, firm’s participation to GVC not only can increase the labor demand through the scale effect, but also can reduce the labor demand due to the substitution effect. This issue is relevant in Indonesia because the extent of GVC participation among firms in the manufacturing sector is still low. This study attempts to reveal the level of GVC participation of the manufacturing industry for three types of GVC participation, namely Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), and Pure Backward Participation (PBP). Then, this study empirically investigates whether the GVC participation in the sector in which manufacturing firms operates during the 2010-2015 period is correlated with their labor force. Using firm-level panel data from the manufacturing sector and the labor demand equation, this study finds that in short run: i) the GVC in the form of PFP positively affects labor demand; ii) The effect of GVC in the form of TSP on labor demand tends to be negative but not significant; and iii) the effect of GVC in the form of PBP on labor demand is positive but not significant. Meanwhile, effect of all GVC participations is significant in long run. This research conducts a robustness check by using GVC participation proxies with more detailed sub-sectors. The results of robustness check estimation confirm the results of this study. This study concludes that participation to GVC, especially in the form of PFP and PBP, can be encouraged to increase employment in the manufacturing sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Firnandi
"PT. FCM, di bawah naungan PT. FM, adalah merupakan perusahaan yang memproduksi sepeda, yang sering dikenal dengan nama Sepeda Federal. Divisi Perakitan, tempat dilakukannya penelitian merupakan salah satu divisi yang ada di perusahaan selain divisi permesinan dan pengelasan, dan divisi pengecatan.
Dalam rangka pengalihan sebagian fasilitas pabrik untuk perakitan sepeda motor (Honda), maka kapasitas produksi untuk sepeda Federal ini akan diturunkan dari 450 menjadi 250 unit per hari. Namun demikian perusahaan tidak ingin terlalu banyak menambah tenaga kerja langsungnya, dengan pertimbangan alokasi tenaga kerja pada jalur perakitan sepeda Federal sendiri dirasakan berlebihan, tambahan lagi dengan kapasitas produksi yang akan diturunkan tersebut.
Atas pertimbangan itulah diperlukannya penelitian tentang jumlah kebutuhan tenaga kerja yang optimal pada jalur perakitan sepeda Federal, khususnya untuk kapasitas 250 unit per hari tersebut, agar diperoleh efisiensi yang relatif tinggi. Kelebihan tenaga kerja yang terjadi akan dialokasikan untuk perakitan sepeda motor yang sedang dalam perencanaan.
Dengan menggunakan metode-metode penyeimbangan lintas, dalam hal ini digunakan dua metode sebagai bahan perbandingan, yakni metode Peringkat Bobot Posisi can meme COMSOAL, didapatkan hasil penyeimbangan yang antara lain berupa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, elemen-elemen kerja setiap stasiun kerja, efisiensi, balance delay (tundaan seimbang), dan lain-lain.
Dengan bantuan program komputer (QSOM), hasilnya dapat diketahui bahwa kinerja lintas terpasang pada kondisi awal memang cukup rendah, dan dengan menggunakan metode-metode penyeimbangan lintas seperti tersebut di atas, diperoleh keseimbangan dengan kinenja yang lebih baik, sesuai keinginan perusahaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Lastantini
"Program produksi PT. INTI (Persero) tahun 1997 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, untuk itu perlu diketahui apakah jumlah tenaga kerja yang tersedia di gudang komponen, mulai dari penerimaan barang sampai pelayanan permintaan komponen untuk produksi, dapat melayani sesuai dengan program yang telah dicanangkan.
Pertama kali ditentukan proses operasi dan elemen-elemen kerjanya, kemudian dilakukan pengukuran waktu dari setiap proses pelayanan untuk kemudian dihitung waktu baku proses pelayanan komponen dengan memperhatikan faktor-faktor penyesuaian dan nilai-nilai kelonggaran yang dianggap berpengaruh. Setelah itu dilakukan pengumpulan data beban kerja untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada beban kerja tertinggi dan pada beban kerja rata-rata.
Setelah didapat hasil penghitungan tenaga kerja, dilakukan Aanalisa perbandingan dengan jumlah tenaga kerja yang sudah ada dan analisa kepekaan untuk kemungklnan terjadinya penambahan pada beban kerja tertinggi. Berdasarkan pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk bebarapa operasi memerlukan penambahan tenaga kerja."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Sabarria
"Perkembangan kota dan sulitnya kehidupan ekonomi di desa yang mendorong mengalirnya pencari kerja dari desa ke kota, pada gilirannya membentuk pasar tenaga kerja sektor informal perkotaan. Dinamika dan mekanisme pasar tenaga kerja tersebut ditentukan oleh dua komponen utama yaitu komponen internal (kondisi ekonomi sosial di desa asal, alasan dan tujuan bermigrasi, kondisi ekonomi dan sosial di tempat kerja, karakteristik pasar tenaga kerja sektor informal) dan komponen eksternal (pertumbuhan kota yang pesat, peluang kerja sektor informal yang luas, proses migrasi urbanisasi).
Pembantu rumah tangga adalah tenaga kerja sektor informal yang utama dibutuhkan di sektor rumah tangga di perkotaan (permukiman). Permintaan akan pembantu pada rumah tangga mampu di pemukiman perkotaan cukup tinggi karena volume pekerjaan rumah tangga di lingkungan tersebut cukup besar, dan tak mampu diselesaikan sendiri oleh penanggung jawabnya, yaitu majikan wanita. Penawaran akan tenaga pembantu rumah tangga di pemukiman perkotaan cukup tinggi pula, karena di desa asal sulit diperoleh pekerjaan dengan upah memadai
Mudahnya pembantu memperoleh pekerjaan serta majikan mendapat tenaga pembantu berkat adanya perantara, yang umumnya adalah para pembantu jugs. Perantara merupakan orang penting (berjasa) yang turut menjaga tetap terpenuhinya permintaan serta penawaran tenaga pembantu di dalam pasar tenaga kerja di sektor rumah tangga di pemukiman perkotaan. Hal tersebut dimungkinkan berkat adanya ikatan kekerabatan semu (pseudo kinship) serta hubungan kekerabatan yang selalu terjalin diantara pars pembantu dengan sanak saudara dan teman sekampung asal.
Pekerjaan rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang sudah pasti dapat dikerjakan oleh pembantu rumah tangga. Ciri informal melandasi kegiatan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja pembantu rumah tangga. Bermacam persepsi tak menguntungkan bagi pembantu tak menyusutkan anus penawaran akan pembantu karena tetap tingginya permintaan. Dinamika dan mekanisme pasar tenaga kerja pembantu rumah tangga terus berjalan.
Desa Cinere, sebagai wilayah pinggiran kota yang berkembang pesat menjadi- kawasan pemukiman baru, merupakan daerah sasaran tempat bekerja pembantu. Hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan RW 14 desa Cinere adalah:
- Penggunaan 291 orang pembantu pada 183 KK/rumah tangga menunjukkan ketergantungan pada pembantu akan penanganan pekerjaan rumah tangga majikan di kota cukup besar dan selalu terpenuhi.
- Jumlah wanita dari desa yang menggantungkan hidup di sektor rumah tangga di perkotaan cukup besar pula.
- Faktor-faktor non ekonomi ikut mendorong (mempengaruhi) perginya para wanita pencari kerja dari desa ke kota.
- Penggunaan tenaga pembantu pada rumah tangga mampu di kota merupakan cara terbaik yang saling menguntungkan untuk dapat keluar dari kesulitan masing-masing.
- Peluang kerja yang disukai pembantu adalah tempat dan suasana kerja yang membuat betah pembantu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Sarino Rahmadi
"Negara Kepulauan Indonesia memerlukan alat transportasi laut (angkutan air) baik secara kuantitas maupun kualitas. Data menunjukkan bahwa investasi untuk angkutan air amat sedikit dibandingkan dengan kebutuhannya. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah: (1). Berapa besar dampak Investasi sektor perhubungan laut terhadap penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) (2). Berapa besar dampak Investasi sektor Perhubungan Laut dalam Penyerapan Tenaga Kerja (3). Berapa besar backward linkage dan forward linkage akibat investasi di sektor perhubungan laut.
Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Mengukur dan menganalisis dampak investasi sektor perhubungan laut terhadap penciptaan NTB. (2) Menghitung dan menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan investasi perhubungan laut dalam penyerapan tenaga kerja serta implikasinya pada Ketahanan Nasional (3) Menghitung dan menganalisis besarnya backward linkage dan forward linkage akibat investasi di sektor perhubungan laut. Metode yang digunakan adalah metode Input-Output dengan tahun dasar 2010, periode yang diteliti adalah data investasi perhubungan laut 2007-2012.
Hasil Menunjukkan Investasi di sektor perhubungan laut periode 2007-2012 dengan rata-rata: Rp 922.887 JT berdampak kepada: (1) NTB di sektor perhubungan laut dengan ratarata sebesar Rp 295.826 JT, dan Elastisitas NTB perhubungan laut rata-rata 0,86411 (2) Penciptaan tenaga kerja di sektor perhubungan laut dengan rata-rata 5.525 orang, Elastisitas tenaga kerja perhubungan laut rata-rata 0,69; implikasinya pada Ketahanan Nasional cukup baik karena banyak menyerap tenaga kerja (3) Forward Linkage dan Backward Linkage yang kuat pada sektor: Industri alat pengangkutan dan perbaikannya, Backward Linkage terkuat sektor Angkutan Darat: 1,295 dan Forward Linkage terbesar sektor Perdagangan: 2,652. Perhubungan laut (angkutan air) Backward Linkage: 1,215 dan Forward Linkage: 0,766.

The Indonesian archipelagic states require sea transport (water transport) both in quantity and quality. The data show that investment in water transport is very little compared to the needs. Existing problems in this study were: (1). How large is the impact of marine transportation sector investments towards the creation of Gross Value Added (NTB) (2). How large is the impact of investments in the sector of Sea of Manpower Absorption (3). How large is the backward linkage and forward linkage due to investment in marine transportation sector.
The study objectives were: (1) To Measure and analyze the impact of marine transportation sector investments towards the creation of NTB. (2) To Calculate and analyze the multiplier effects generated sea transportation investment in employment and its implications on National Security (3) To Calculate and analyze the magnitude of backward linkage and forward linkage due to investments in the marine transportation sector. The method used is the Input-Output method with the base year 2010, the period under study is a marine transportation investment data from 2007 to 2012.
Results Shows Investment in sea transportation sector with the period 2007-2012 average: Rp 922 887 Milion impact on: (1) NTB in sea transportation sector with an average of Rp 295 826 Milion, and Elasticity NTB average sea transportation 0.86411 (2) Creation of employment in the marine transportation sector, with an average of 5,525 people, the labor elasticity sea transportation average 0.69; implications on National Resilience is quite good because a lot of employment (3) Forward and Backward Linkage Linkage strong on sectors: transportation equipment industry and improvement, the strongest sector Backward Linkage Land Transportation: 1,295 and Forward Linkage biggest trade sector: 2.652. Sea transportation (water transport) Backward Linkage: 1.215 and Forward Linkage: 0.766.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Betty Nurindah Rustiawati
"Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh aktivitas ekspor terhadap inefisiensi teknis pada industri andalan ekspor Indonesia dengan menggunakan data level perusahaan yang bersumber dari Survei Industri Besar Sedang BPS periode 2010 sampai dengan 2014. Penelitian ini menggunakan model stochastic frontier dengan one step approach yang diterapkan pada fungsi produksi translog. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas ekspor berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perusahaan, yang mana industri yang tergolong dalam industri dengan tingkat teknologi rendah memiliki tingkat inefisiensi yang lebih rendah dibandingkan industri dengan tingkat teknologi tinggi.

Inefficiency of Indonesian manufacturing sector has been the concern of many parties because of importance of this sector for the Indonesian economy and several studies have been conducted to determine the source of these inefficiencies with different approaches. This study examines the effect of export activity on the technical efficiency. As we know that in this era of globalization or trade opennes many firms have adopted an export-oriented strategy to seek their organic growth. We do so by using firm level panel data taken from Annual Survey of Manufacturing conducted by BPS for the period 2010 to 2014 and focus on Indonesia’s mainstay export industry which is divided into two types, resource-based exports and technology-based exports. A stochastic frontier model is applied to the translog production function to estimate firm level technical efficiency. In general we expect a positive relationship between export activities and firm’s efficiency. The implication is that firms can learn more and understand the market of their products, thereby improving their performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sangkilawang, Elizabeth Kezia
"Dengan revolusi industri yang sekarang sedang berlangsung dunia sedang mengalami fenomena baru yang disebut "The New Normal". Dimana situasi ini dijelaskan oleh variabilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA). Untuk mengatasinya, industri manufaktur di Indonesia perlu adanya inovasi proses. Dalam penelitian ini dilakukan inovasi proses diilustrasikan dengan investasi mesin (otomasi) yang didasarkan pada teori memiliki dampak ambigu pada permintaan tenaga kerja. Dampaknya adalah bisa dirasakan meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja juga kurangi itu. Menggunakan data panel statistik industri dari tahun Dari 2004 hingga 2015, kami ingin melihat apa dampak nyata dari investasi mesin produktivitas tenaga kerja dan juga permintaan tenaga kerja di industri Manufaktur Indonesia. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa berinvestasi pada mesin memiliki dampak positif pada produktivitas. Perusahaan itu berinvestasi pada mesin memiliki jumlah pekerja yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak berinvestasi. Penelitian ini juga ditemukan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan padat modal dan padat karya tidak memiliki dampak yang berbeda. Terakhir, penelitian ini juga menemukan bahwa waktu investasi juga memiliki pengaruh yang signifikan melawan permintaan tenaga kerja.

With the industrial revolution that is now taking place the world is experiencing a new phenomenon called "The New Normal". Where this situation is explained by variability, uncertainty, complexity, and ambiguity (VUCA). To overcome this, the manufacturing industry in Indonesia there is a need for process innovation. In this research, process innovation is illustrated by machine investment (automation) which is based on theory having an ambiguous impact on labor demand. The impact is that it can be felt that increasing the demand for labor and reducing it. Using industrial statistics panel data from 2004 to 2015, we want to see what the real impact of investment in labor productivity machinery is on labor demand in the Indonesian manufacturing industry. The results of this study prove that investing in machines has a positive impact on productivity. Companies that invest in machinery have a greater number of workers than those who do not. This study also found that innovations carried out by capital-intensive and labor-intensive companies did not have a different impact. Finally, this study also finds that the investment time also has a significant effect on labor demand."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
"Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur.
Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional.
Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor non¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan
faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor.
dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985.
Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh.
Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The 2008 global financial and economic crisis led to a significant increase in unemployment rates in most developed economies, yet despite the rising supply of labor, a high share of employers claim that they cannot find the right talent and skills. Concerns that economic restructuring and changing skill needs associated with new technologies and workplace organization practices will not be met by an adequately skilled workforce, has placed the issue of skill mismatch the incongruence between skill supply and skill demand high up in the policy agenda. This volume contains eleven original research articles which deal with the linkages between education and skills and the causes and consequences of different types of skill mismatch. Topics include the way graduate jobs can be defined, the labor market decisions and outcomes of graduates, the determinants of the overeducation wage penalty, the determinants and consequences of underskilling, the wage return of skills, the impact of skill mismatch on aggregate productivity, and the role of work-related training and job complexity on skill development. "
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469466
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>