Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maudy Pratiwi Arfi
"Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018 menunjukkan bahwa banyak Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang tidak mengetahui status HIV-nya. Hal ini menandakan bahwa masih banyak LSL yang belum melakukan skrining IMS dan HIV. Hingga tahun 2019, DKI Jakarta menduduki posisi kedua terbanyak untuk jumlah infeksi HIV di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku skrining IMS dan HIV pada LSL di wilayah binaan Yayasan X di Jakarta berdasarkan teori Health Belief Model. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan desain rapid assessment procedure (RAP) untuk mengeskplor secara cepat dan mendalam mengenai gambaran perilaku skrining IMS pada LSL di Jakarta. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL yang pernah melakukan skrining IMS dan HIV melakukan skrining minimal setahun sekali, namun sebagian besar masih belum rutin melakukan skrining IMS dan HIV dalam tiga bulan sekali. Sebagian besar LSL menyatakan bahwa isyarat berindak yang mendorong perilaku skrining IMS dan HIV ialah tanda dan gejala yang dialami oleh LSL. Kesadaran LSL untuk melakukan skrining IMS dan HIV sebelum muncul tanda dan gejala masih sangat kurang. Persepsi kerentanan akan risiko tinggi tertular IMS dan HIV hingga persepsi manfaat yang baik yang dirasakan oleh LSL masih belum mampu mendorong LSL untuk memeriksakan status IMS dan HIV-nya secara rutin. Oleh karena itu, kepada penyedia layanan skrining IMS dan HIV seperti puskesmas tingkat kecamatan, klinik, LSM, hingga masyarakat umum diharapkan dapat bekerja sama untuk meningkatkan cakupan skrining IMS dan HIV pada LSL di DKI Jakarta.

The results of the 2018 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) show that many men who have sex with men (MSM) do not know their HIV status. This indicates that there are still many MSM who have not screened for STIs and HIV. Until 2019, DKI Jakarta Province occupied the second highest position for the number of HIV infections in Indonesia. The aim of this study was to describe the behavior of STI and HIV screening in MSM in the target area of Yayasan X in Jakarta based on the theory of the Health Belief Model. This study used a qualitative approach with the research design being the rapid assessment procedure (RAP) because it wanted to explore quickly and in depth the description of STI screening behavior in MSM in Jakarta. This study uses primary data with data collection methods through in-depth interviews with key informants and key informants. The results showed that MSM who had screened for STIs and HIV conducted screening at least once a year, but most still did not routinely screen for STIs and HIV once every three months. Most MSM stated that the cues for action that drive STI and HIV screening behavior were the signs and symptoms experienced by MSM. MSM awareness to screen for STIs and HIV before signs and symptoms appear is still lacking. Perceptions of vulnerability to the high risk of contracting STIs and HIV to the perceived good benefits experienced by MSM are still not able to encourage MSM to have their STI and HIV status checked routinely. Therefore, it is hoped that STI and HIV screening service providers such as sub-district health centers, clinics, NGOs, and the general public can work together to increase the scope of STI and HIV screening for MSM in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulan Anggraini
"Pola penularan HIV berdasarkan faktor resiko tidak mengalami perubahan. Bahkan berdasarkan kajian kajian paruh waktu Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN), salah satu kelompok dengan prevalensi HIV meningkat yaitu kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) di Poli IMS/VCT Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang dipakai yaitu crossectional, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari form VCT dan form register IMS. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas berkaitan dengan perilaku beresiko, digunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam pada 3 orang LSL. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh LSL yang merupakan klien VCT di Poli IMS/VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang baru berkunjung pada bulan Januari ? Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015.
Hasil penelitian ini diketahui 37,1% LSL klien VCT terinfeksi HIV. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dan pekerjaan terhadap status HIV pada LSL. Untuk itu perlunya kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kejadian HIV, khususnya pada kelompok LSL.

ABSTRACT
HIV transmission patterns based on risk factors did not change. Even based studies part-time studies Strategy and National Action Plan (SRAN), one of the groups with increased HIV prevalence is MSM. This study aims to determine the factors associated with HIV status in MSM (men having sex with men) in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo 2014.
This study is a quantitative research, design used is cross-sectional, using secondary data obtained from the form VCT and STI register form. To get a broader picture relating to risky behavior, used primary data obtained from in-depth interviews on 3 MSM. The population in this study is the entire MSM who are clients of VCT in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo new visit in January to December 2014. The study was conducted in December 2015.
The results of this study are known for 37.1% of HIV-infected MSM VCT clients. Statistical analysis showed a significant relationship between the variables education and work against HIV status in MSM. Therefore the need for cross-sectoral cooperation to suppress the incidence of HIV, particularly in MSM."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidya Mitha Rianto
"Infeksi HIV (Human Immununodeficiency Virus) masih menjadi permasalahan kesehatan secara global. Di Indonesia, populasi kunci LSL merupakan populasi dengan prevalensi kasus HIV tertinggi. DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan dua provinsi dengan kasus HIV tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian HIV dan faktor yang berhubungan dengan kejadian HIV pada populasi kunci LSL di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data STBP. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian HIV pada LSL di DKI Jakarta dan Jawa Barat sebesar 26,5%. Mayoritas LSL dalam penelitian ini adalah LSL dengan tingkat pendidikan tinggi (≥SMA/sederajat), bekerja, berusia ≥ 25 tahun, setia kepada pasangan seksual, konsisten menggunakan kondom, memiliki >1 pasangan seks, dan merasa berisiko tertular HIV. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa usia ≥ 25 tahun (PR= 1,567; 95%CI: 1,255-1,957) dan memiliki persepsi risiko tertular HIV (PR= 2,362; 95%CI: 1,690-3,302) merupakan faktor risiko dari kejadian HIV pada LSL. Oleh karena itu, diperlukan penjangkauan LSL yang lebih luas dan intervensi menggunakan sosial media dengan menargetkan kelompok usia produktif untuk meningkatkan kesadaran diri terkait risiko penularan HIV dan meningkatkan akses layanan HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) infection is still a global health problem. In Indonesia, MSM is one of the key populations with is the highest HIV prevalence. DKI Jakarta and West Java are the two provinces with the highest HIV cases. This study aims to determine the prevalence of HIV and factors associated with HIV incidence in key MSM populations in DKI Jakarta and West Java. This research is a cross-sectional study using IBBS data. Data analysis was carried out descriptively and used the chi-square test. The results of the study show that the prevalence of HIV among MSM in DKI Jakarta and West Java is 26,5%. The majority of MSM in this study were MSM with a high level of education (≥high school/equivalent), employed, ≥ 25 years, loyal to sexual partners, consistently using condoms, have >1 sexual partner, and feel at risk of contracting HIV. The results of statistical analysis show that ≥ 25 years (PR= 1,567; 95%CI: 1,255-1,957) and having a perceived risk of contracting HIV (PR= 2,362; 95%CI: 1,690-3,302) are risk factors for the incidence of HIV in MSM. Therefore, wider MSM outreach and interventions using social media targeting the productive age group are needed to increase self-awareness regarding the risk of HIV transmission and increase access to HIV services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivi Maharani Amri
"Prevalensi kejadian HIV pada kelompok lelaki seks lelaki LSL secara global termasuk di Indonesia terjadi peningkatan. Faktor yang menyebabkan kenaikan prevalensi HIV pada LSL antara lain adalah perilaku seks berisiko yang dilakukan. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa perilaku pencegahan yang juga telah dilakukan oleh LSL tersebut maupun oleh petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara perilaku berisiko dan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan status HIV pada lelaki seks lelaki LSL di 6 kota di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang Cross Sectional dari data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun 2015 pada kelompok LSL di 6 kota di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi serta analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi perilaku berisiko usia seks pertama, jenis pasangan seks pertama, jenis dan status pasangan seks, usia seks komersial pertama, durasi seks komersial, serta mobilisasi hubungan seks dan perilaku pencegahan konsistensi penggunaan kondom, kehadiran program intervensi HIV, penerimaan kondom gratis, serta keikutsertaan tes HIV. Sedangkan variabel dependen adalah status HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi LSL yang memiliki status HIV positif sebesar 34,7. LSL dengan status HIV positif yang melakukan perilaku berisiko HIV tertinggi pada LSL dengan usia seks pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, jenis pasangan seks pertama laki-laki, jenis dan status pasangan seks adalah pasangan seks tetap laki-laki, usia seks komersial pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, durasi seks komersial lebih dari 2 tahun, serta pernah melakukan mobilisasi hubungan seks. Sedangkan yang melakukan perilaku pencegahan HIV tertinggi pada LSL yang konsisten menggunakan kondom, hadir dalam program intervensi HIV, pernah menerima kondom gratis, serta pernah mengikuti tes HIV. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan status HIV pada LSL adalah jenis pasangan seks pertama PR= 1,23; 95 CI 1,02 ndash; 1,47, jenis dan status pasangan seks PR= 1,42; 95 CI 1,12-2,49 dan PR= 1,35; 95 CI 1,01-1,07, usia seks komersial pertama PR= 0,69; 95 CI 0,51-0,96, serta durasi seks komersial PR= 1,49; 95 CI 1,11-2,03. Sedangkan perilaku pencegahan yaitu penerimaan kondom gratis PR= 0,84; 95 CI 0,71-0,99 dan keikutsertaan tes HIV PR= 0,69; 95 CI 0,57-0,86.

The prevalence of HIV among population of Men Who Have Sex with Man MSM has increased globally including in Indonesia. Factor leading to an increase in HIV prevalence among MSM is, among other things, risky sex behaviors. In addition, there are also some preventive behaviors that have been done by the MSM group and the health workforce to prevent HIV transmission. This study aims to determine the Association between Risk Behavior and Preventive Behaviors of HIV AIDS and the Status of HIV among Men Who Have Sex with Man MSM in Six Cities of Indonesia in 2015. This study used cross sectional design from Integrated Biological and Behavioural Surveillance IBBS 2015 on MSM groups in 6 cities in Indonesia. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution and bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables. Independent variables includes risk behaviors age of first sexual intercourse, gender of first sexual partner, gender and status of sexual partner, age of first commercial sex, commercial sex duration mobilization of sexual activity and preventive behaviors consistency of condom use, participation in HIV intervention program, received a free condom, participation in HIV testing. While the dependent variable is the HIV status. The result of this study showed that 34.7 of MSM have a positive HIV status. MSM with HIV positive status who perform the highest HIV risky behaviors are the MSM group with the age of first sexual intercourse are more than or equal to 20 years, the gender of first sexual partner is men, status of the sex partners are male fixed sex partners, first commercial sex age are more than or equal to 20 years, commercial sex duration are more than 2 years, and have ever conducted in sexual mobilization. While those who did the highest HIV preventive behavior in MSM are the ones who consistently used condoms, participated in HIV intervention program, had received free condoms, and had done HIV test. In conclusion, significance risk behaviors associated with HIV status in MSM are the gender of first sexual partner PR 1,23 95 CI 1,02-1,47 , gender and status of sexual partner PR 1,42 95 CI 1,12-2,49 dan PR 1,35 95 CI 1,01-1,07, age of first commercial sex PR 0,69 95 CI 0,51-0,96, and commercial sex duration PR 1,49 95 CI 1,11-2,03. While the preventive behaviors that are statistically significant is free condom acceptance PR 0,84 95 CI 0,71-0,99 and HIV test participation PR 0,69 95 CI 0,57-0,86."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Alfio Andhika
"Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki merupakan salah satu populasi kunci pada infeksi Human Immunodeficiency Virus. Di Indonesia, LSL menduduki urutan keempat menurut faktor risiko penularan HIV. Prevalensi HIV di Indonesia pada kalangan LSL meningkat sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Masalah penggunaan kondom pada LSL masih menjadi perhatian di beberapa negara, termasuk Indonesia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada LSL di Jakarta dan Depok yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan pengetahuan HIV. Penelitian ini menggunakan kuesioner HIV KQ 18 yang telah diuji validitas dan reliabilitas (r=0.804). Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 92 responden. Analisis data meliputi uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan angka penggunaan kondom sebesar 85.9%. Dari kelima variabel yang diteliti, tidak ada satupun yang memiliki hubungan signifikan dengan penggunaan kondom (p>0.05).

Men who have sex with men is one of the key populations in Human Immunodeficiency Virus infection. In Indonesia, MSM ranked fourth as one of the risk factors for HIV transmission. HIV prevalence among MSM in Indonesia has increased since the year 2010 to 2014. The issue of condom usage among MSM remains a concern in several countries, including Indonesia. This cross-sectional study aimed to analyze the factors associated with condom usage in MSM who lives in Jakarta and Depok including age, education level, occupation status, relationship status, and HIV knowledge. This research used the HIV KQ 18 questionnaire that have been tested for validity and reliability (r = 0.804). The number of samples of this study were 92 respondents. Data analysis including univariate and bivariate. The results of this study indicate the numbers of condom usage is 85.9%. None of the five variables studied has a significant relationship with condom use (p>0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mevi Lilipory
"ABSTRAK
Prevalensi HIV pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Indonesia semakin
meningkat. Tingginya prevalensi tersebut berkaitan dengan rendahnya penggunaan
kondom dan perilaku seksual berisiko HIV yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan antara efikasi penggunaan kondom dengan perilaku
seksual berisiko HIV pada LSL. Desain penelitian ini adalah deskripsi korelasional
dengan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 181 responden yang dipilih secara non
probability sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara efikasi penggunaan kondom dengan perilaku seksual berisiko HIV (p-value =
0,000). Analisis bivariate untuk faktor konfonding menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara umur, pekerjaan, dan tipe pasangan dengan perilaku seksual
berisiko (p-value 0.000; 0,000; 0,020). Pekerjaan dan efikasi penggunaan kondom
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko HIV
(OR=1,302, OR=12,790). Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya peran
perawat dalam meningkatkan edukasi terkait efikasi penggunaan kondom pada
penderita HIV.

ABSTRACT
HIV prevalence in the Men who have sex with Men (MSM) group in Indonesia is
increasing each year. The high prevalence is associated with the low use of condom and
the high sexual HIV risk behaviors. This research aimed to know the relationship
between condom use efficacy and the sexual HIV risk behaviors on the Men who have
sex with the Men (LSL). The research design was correlation description with the
quantitative approach involving 181 respondents that were selected through
nonprobability sampling. The research result showed the significant relationship
between condom use efficacy and the sexual HIV risk behaviors (p-value = 0.000).
Bivariate analysis for the confounding factor showed significant relationship between
age, occupation, and type of partner with sexual risk behaviors (p-value 0.000; 0.000;
0.020). Occupation and condom use efficacy were the most dominant factors that affect
the sexual HIV risk behaviors (OR=1.302, OR=12.790). The research results suggest
the importance of nurses in improving the education related to the condom use efficacy
in people with HIV."
2018
T49264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Abdul Hasib
"

Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi LSL di DKI Jakarta terhadap HIV dan tindakan pencegahannya serta pemicu atas tindakan pencegahan tersebut melalui teori Health Belief Model (HBM) oleh Irwin Rosenstock. Berbagai studi terdahulu yang telah menggunakan HBM untuk meneliti persepsi LSL terhadap HIV dan tindakan pencegahannya umumnya cenderung mengaitkan HBM hanya pada satu tindakan pencegahan tertentu, terlebih analisisnya yang hanya menggunakan sebagian komponen HBM. Peneliti berargumen bahwa hal ini belum cukup untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang kompleksitas fenomena perilaku seksual LSL. Oleh karena itu, penelitian ini menguraikan seluruh komponen HBM dan memperluas eksplorasi pada berbagai tindakan pencegahan yang dilakukan oleh LSL. Penggunaan metode kualitatif membantu peneliti mendalami subjek penelitian dengan paradigma interpretif terkait keragaman pembentukan persepsi dan tindakan pencegahan LSL dalam perilaku seksualnya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa; Pertama, persepsi kerentanan LSL DKI Jakarta terhadap risiko HIV dilatarbelakangi oleh perilaku seksual, tindakan pencegahan, pengalaman pribadi terkait HIV, dan riwayat penyakit seksual. Kedua, persepsi keparahan LSL DKI Jakarta terhadap risiko HIV dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi terkait HIV, interaksi dengan teman sesama LSL dan tenaga kesehatan, hingga pengaruh media. Ketiga, persepsi manfaat LSL DKI Jakarta terhadap tindakan pencegahan banyak dikaitkan dengan kesehatan fisik, manfaat psikologis, motivasi pribadi, dan terkait dengan kenyamanan dalam hubungan. Keempat, persepsi hambatan LSL DKI Jakarta terhadap tindakan pencegahan terdiri dari hambatan sosial, seksual, dan ekonomi. Kelima, LSL DKI Jakarta mendapatkan isyarat untuk bertindak di antaranya karena dukungan sosial dari teman sesama LSL, informasi yang didapat dari media sosial, interaksi dengan tenaga kesehatan, riwayat penyakit seksual, motivasi internal, dan kepedulian terhadap keluarga. Selain itu, secara keseluruhan tindakan pencegahan yang dilakukan antara lain adalah menggunakan kondom, melakukan VCT, menghindari seks anal, melakukan ejakulasi di luar anus, tidak berganti-ganti pasangan seks, memastikan kebersihan dan kesehatan tubuh sebelum seks, meminum ARV, meminum PreP, dan memastikan kesehatan pasangan seks. Hasil penelitian ini juga menyarankan intervensi perilaku yang dapat digunakan pada LSL DKI Jakarta untuk meningkatkan perilaku seks aman dan mencegah risiko HIV.


This study aims to understand the perceptions of MSM in DKI Jakarta towards HIV and preventive measures and the triggers for these preventive measures through the Health Belief Model (HBM) theory by Irwin Rosenstock. Previous studies that have used the HBM to examine MSM perceptions of HIV and preventive measures generally tend to relate the HBM to only one specific preventive measure, especially when analyzing only some components of the HBM. The researcher argues that this is not yet enough to produce a deep and comprehensive understanding about the complexity of MSM sexual behavior. Therefore, this study elaborates on all components of HBM and broadens the exploration to a variety of preventive measures taken by MSM. The use of qualitative methods helps the researcher to explore the research subject with an interpretive paradigm related to the diversity of perception shaping and preventive actions of MSM in their sexual behavior. The results of this study found that; First, the perceived susceptibility of DKI Jakarta MSM to HIV risk is motivated by sexual behavior, preventive measures, personal experience related to HIV, and history of sexual disease. Second, the perceived severity of HIV risk is motivated by personal experience with HIV, interactions with fellow MSM and health workers, and media influence. Third, the perceived benefits of preventive measures are associated with physical health, psychological benefits, personal motivation and relationship comfort. Fourth, the perceived barriers of Jakarta MSM towards preventive measures consisted of social, sexual, and economic barriers. Fifth, DKI Jakarta MSM received cues to action such as social support from fellow MSM, information received from social media, interaction with health workers, history of sexual disease, internal motivation, and family concerns. In addition, the overall preventive measures taken include using condoms, doing VCT, avoiding anal sex, ejaculating externally, avoiding having multiple sex partners, ensuring body hygiene and health before sex, taking ARVs, taking PreP, and ensuring the health of sexual partners. The results of this study also suggest behavioral interventions that can be used in DKI Jakarta MSM to improve safe sex behavior and prevent HIV risk.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>