Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhika Paramasatya
"Stunting adalah menurunnya laju pertumbuhan panjang/tinggi badan dibawah minus 2 standar deviasi. Desa Cijeruk Kecamatan Kibin merupakan desa dengan angka kejadian stunting tertinggi di Kab. Serang dimana 233 (77,66%) balita menderita stunting. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran kejadian stunting pada balita di Desa Cijeruk Kecamatan Kibin Kabupaten Serang Banten tahun 2023 dan menganalisis hubungannya dengan Riwayat Penyakit Infeksi. Desain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting (p<0,01). Balita dengan riwayat penyakit infeksi berisiko 21,23 kali mengalami stunting (OR=21,23,95% CI 7,15-62,01). Variabel kovariat faktor balita yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah jenis kelamin (p=0,038) dan riwayat penyakit infeksi (p=<0,001); faktor keluarga yaitu pendapatan keluarga (p=0,040) dan pola asuh otoriter (p= 0,004); dan faktor lingkungan yaitu stop buang air besar sembarangan (p=0,038) dan pengamanan sampah rumah tangga (p=<0,001). Variabel MP-ASI dan stop buang air besar sembarangan merupakan variabel perancu terhadap hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting. Balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko 31,30 kali lebih tinggi mengalami stunting dibanding balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol oleh variabel perancu (OR=21,28 95% CI 6,088-74,379).

Stunting is a decrease in the growth rate of length/height below minus 2 standard deviations. Cijeruk Village, Kibin District, is the village with the highest stunting rate in Kab. Serang where 233 (77.66%) toddlers suffer from stunting. The purpose of this study was to identify the description of the incidence of stunting in toddlers in Cijeruk Village, Kibin District, Serang Banten Regency in 2023 and analyze its relationship with a History of Infectious Diseases. The research design is cross-sectional with a quantitative approach. The results of the study found that there was a relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting (p <0.01). Toddlers with a history of infectious diseases are at risk of 21.23 times experiencing stunting (OR=21.23.95% CI 7.15-62.01). The covariate variables associated with stunting were gender (p=0.038) and history of infectious diseases (p=<0.001); family factors, namely family income (p=0.040) and authoritarian parenting (p=0.004); and environmental factors, namely stopping open defecation (p=0.038) and safeguarding household waste (p=<0.001). The MP-ASI variable and stopping open defecation are confounding variables for the relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting. Toddlers who have a history of infectious diseases have a 21.28 times higher risk of experiencing stunting than toddlers who do not have a history of infectious diseases after controlling for confounding variables (OR=21.28 95% CI 6.088-74.379)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasarus Atamou
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian semua negara di dunia bahkan pada desa lokus stunting di indonesia khususnya di propinsi tertinggi kejadian stunting Nusa Tenggara Timur yang belum pernah diteliti. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui hubungan determinan stunting dengan kejadian stunting di desa lokusstunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 166 ibu balita yang dipilih melalui metode proportional random sampling pada empat desa lokus stunting. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Ditribusi frekuensi digunakan untuk melihat hasil univariat setiap variabel yang diteliti. Uji Chi Square digunakan untuk melihat analisis bivariat dan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,033), pola asuh ibu (p=0,016), pendapatan orang tua (p=0,025), pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,022), rumah tangga sanitasi (p=0,025), jenis kelamin (p=0,036), jarak kelahiran (p=0,000) dan riwayat penyakit infeksi (p=0,025) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting di desa lokus stunting adalah pengetahuan ibu (p=0,000 OR 35,167; CI 95% 6,064-295,438). Pemberian asuhan keperawatan pada komunitas balita stunting sebagai populasi rentan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting sehingga peningkatan pengetahuan dapat berdampak pada pemahaman stunting pada balita dan menurunkan angka kejadianstuntingdi desa lokus stunting

Stunting is a health problem that is of concern to all countries in the world, even in the village of stunting locus in Indonesia, especially in the province with the highest incidence of stunting in East Nusa Tenggara which has never been studied. A cross sectional study was conducted to determine the relationship between the determinants of stunting and the incidence of stunting in the stunting locus village. The number of samples in this study were 166 mothers of children under five who were selected through the proportional random sampling method in four stunting loci villages. The instrument used is a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Frequency distribution is used to see the univariate results of each variable studied. Chi Square test was used to see bivariate analysis and showed that there was a relationship between mother's knowledge (p=0.033), mother's parenting pattern (p=0.016), parents' income (p=0.025), utilization of health services (p=0.022), household sanitation (p=0.025), gender (p=0.036), birth spacing (p=0.000) and history of infectious disease (p=0.025) with stunting. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression showed that the factor most related to the incidence of stunting in the stunting locus village was maternal knowledge (p = 0.000 OR 35.167; 95% CI 6,064-295,438). The provision of nursing care to the stunting toddler community as a vulnerable population can be done by increasing mother's knowledge about stunting so that increased knowledge can have an impact on understanding stunting in toddlers and reduce the incidence of stunting in the stunting locus village."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Kurniadi
"Keluarga merupakan orang terdekat dengan balita yang mempunyai yang mempunyai berbagai fungsi yang salah satunya fungsi perawatan kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan setiap anggota keluarga supaya tetap memiliki kemampuan optimal untuk melakukan aktivitas seharihari. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsinya dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Salah satu hal yang penting untuk diteliti adalah tugas kesehatan keluarga yang berhubungan dengan stunting. fungsi
kesehatan keluarga mencakup lima kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tugas kesehatan keluarga dengan
kejadian stunting pada balita di Keluarahan Pangkalan Kasai, Provinsi Riau. Metode penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 366 keluarga. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita. Analisis menggunakan uji chi square yang menunjukkan terhadap hubungan setiap variabel tugas kesehatan keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Pangkalan Kasai, Provinsi Riau dengan nilai p < 0,05. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kemampuan mengenal masalah kesehatan merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian stunting.

The family is the closest person to a toddler who has various functions, one of which is health care. The health care function is a function to maintain the health condition of
each family member so that it still has the optimal ability to carry out daily activities. The ability of families to carry out their functions can be seen from the ability of families to carry out five family health tasks. One of the important things to study is family health tasks related to stunting. family health functions include five abilities to carry out family health tasks. This study aims to determine the relationship of family health tasks with the incidence of stunting in infants in Pangkalan Kasai Village, Riau Province. This research method is cross sectional with a sample of 366 families. Sampling using simple random sampling. The sample of this study is families who have toddlers. The analysis used the chi square test which showed the relationship of each variable in family health tasks with the incidence of stunting in children under five in Pangkalan Kasai Village, Riau Province with p value <0.05. Further analysis showed that the ability to recognize health problems was the variable most related to the incidence of stunting.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Indria Sari
"Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting pada anak dapat bersifat fatal bagi produktivitas mereka dimasa dewasa. Stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan akan meningkatkan resiko kematian. Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif dengan kejadian Stunting pada balita (6-59 bulan) di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen. Telah dilakukan penelitian cross sectional terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif dengan kejadian Stunting dengan hasil bivariat didapat hubungan bermakna pengetahuan, sikap dan praktek terhadap ASI eksklusif dengan kejadian Stunting.

Stunting is a state of body short and very short to beyond the deficit 2SD below the median length or height. Stunting in children can be fatal to their future productivity of adults. Stunting associated with impaired immune function and increase the risk of death. The general objective of this study is known picture of the behavior of exclusive breast feeding mothers in the incidence of Stunting in toddlers 6 59 months at the district health center Kilasah Kasemen. Cross sectional studies have been conducted on the behavior of exclusive breastfeeding with events Stunting with bivariate results obtained meaningful relationships of knowledge attitudes and practices towards exclusive breastfeeding Stunting events "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anisa Permatasari
"Prevalensi stunting di Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di Asia Tenggara sebesar 31,8% pada tahun 2020. Kecamatan Bunguran Timur Laut berada di urutan ke 3 prevalensi stunting dari 15 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Natuna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting pada balita usia 1-3 tahun di Kecamatan Bunguran Timur Laut. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bunguran Timur Laut pada bulan Juni-Agustus tahun 2023. Sampel adalah balita usia 1-3 tahun dengan responden adalah ibu yang mempunyai balita yang berjumlah 142 orang. Analisis bivariat menggunakan chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proprosi kejadian stunting (PB/U atau TB/U) yaitu 23,2%. Ada perbedaan proporsi kejadian stunting pada balita usia 1-3 tahun berdasarkan usia ibu, tinggi badan ibu, sumber air minum, berat badan lahir dan panjang badan lahir (p<0,05). Tidak ada perbedaan proporsi kejadian stunting pada balita usia 1-3 tahun berdasarkan IMT prahamil, riwayat hipertensi, jumlah anak, pendapatan rumah tangga, usia anak, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, kehadiran di posyandu 6 bulan terakhir dan frekuensi konsumsi protein hewani (p>0,05). Pemodelan terakhir terdiri dari variabel usia ibu (OR=2,38; 95%CI=0,94-6,00), panjang badan lahir (OR=2,11; 95%CI=0,82-5,43), berat badan lahir (OR=2,69; 95%CI=0,64-11,22) dan akses sumber air minum (OR=2,77; 95%CI=1,12-6,82). Akses sumber air minum sebagai faktor dominan setelah dikontrol variabel usia ibu, panjang badan lahir dan berat badan lahir.

In 2020, Indonesia exhibits the second highest prevalence of stunting among Southeast Asian countries, standing at 31.8%. North East Bunguran Sub-District is ranked third in stunting prevalence among the 15 Sub-Districts in Natuna Regency. This study aimed to determine the factors contributing to the prevalence of stunted growth among toodlers aged 1 to 3 years. The research employed a cross-sectional approach. The study was undertaken at North East Bunguran Sub-District from June to August 2023. The sample consisted of toddlers aged 1 to 3 years, and the respondents were Mothers with toddlers, comprising 142 individuals. The analysis involved using chi-square for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis. The proportion of stunting (PB/U or TB/U) is 23,2%. The proportion of stunted toddlers aged 1 to 3 years differ depending on factors such as mother age, maternal height, drinking water source, birth weight, and birth length (p<0.05). The proportion of stunted toddlers aged 1 to 3 years did not differ according to the number of children, household income, child age, gender, history of infectious disease, attendance at posyandu within the last six months, frequency of animal protein consumption, or weight gain during pregnancy (p>0.05). The final model included the following variables: maternal age (OR=2,38; 95%CI=0,94-6,00), birth length (OR=2,11; 95%CI=0,82-5,43), birth weight (OR=2,69; 95%CI=0,64-11,22), and access to drinking water sources (OR=2,77; 95%CI=1,12-6,82). The prevailing determinant after controlling for maternal age, birth length, and birth weight, was the access to drinking water sources."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar Tree Kencana
"Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi corynebacteritum diphteriae merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius karena seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di berbagai negara maupun belahan dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 telah terjadi KLB difteri di 20 propinsi dan 95 kabupaten / kota di Indonesia, termasuk Propinsi Banten dan salah satunya adalah di Kabupaten Serang. Di kabupaten Serang Status imunisasi dan statu gizi masyarakat masih menjadi masalah kesehatan, Cakupan imunisasi yang masih rendah di beberapa Desa dalam kecamatan dan status gizi buruk masih ditemukan, oleh karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status imunisasi dan status gizi dengan kejadian difter! pada KLB di kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun 2017-2018. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dimana variabel penelitiannya adalah status imunisasi dan status gizi serta variabel kovariat yaitu lingkungan fisik tempat tinggal, pengetahuan dan riwayat bepergian. Berdasarkan hasil penelitian secara multivariat dengan menggunakan regresi logistik di dapatkan hasil bahwa status imunisasi mempunyai OR : 3,777 95% CI = 1.48 -9.60 P Value 0.005 sedangkan Status Gizi memiliki OR : 1,23 90% CI = 0.44 — 3,41 P Value 0,680 setelah dikontrol dengan Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pengetahuan, Riwayat Bepergian, lingkungan fisik Rumah, pencahayaan alami, Kelembaban dan kepadatan Hunian.

Background: Diphtheria as a one of the most contagious diseases that can be prevented by immunization (VPD) is still a serious health problem because it often causes outbreak in various countries including Indonesia. Based on data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, during 2017 there have been diphtheria outbreaks in 20 provinces and 95 regency/cities including Serang Regency.This study aims to determine the relationship between immunization and nutritional status with the diphtheria outbreaks in Serang Regency of Banten Province in 2017-2018.
Methods: This study was an analytic study using case control design with 172 respondents consisting of 43 cases and 129 controls. Logistic regression analysis was performed to obtain an estimate of the relationship between immunization and nutritional status with diphtheria after controlled covariate variables.
Result: Proportion of immunization and good nutrition in the case is lower than in control. Immunization and nutrition in both cases were 51.2% and 76.7% while in controls were 77.5% and 81.4%. The association (OR) between immunization status and diphtheria was 3.78 (95% CI: 1.48-9.60) after controlling to age, room density and natural house lighting while the association (OR) between nutritional status and diphtheria was 1.23 (95% CI: 0.44-3.41) after controlling to age, knowledge, humidity, and immunization status.
Conclusions: The proportion of immunization in diphtheria cases is still low. Nonimmunization status are at risk for diphtheria 3.78 times. The Health Office is expected to conduct routine monitoring and evaluation of basic immunization programs, especially in areas with low coverage and provide information to the community about diphtheria, including factors such as immunization, nutrition, and the physical environment of the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshah Farah Fadhilah
"Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian. Banten merupakan sala satu provinsi dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sedangkan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dengan kasus diare tertinggi untuk semua umur pada tahun 2019 adalah Kabupaten Lebak dengan total 50.270 kasus. Kelompok umur dengan jumlah kasus diare terbanyak adalah usia balita dengan total lebih dari 14.000 kasus. ï»¿Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian diare terhadap karakteristikanak balita dan orang tua, personal hygine, dan sanitasi lingkungan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 209 anak balita usia 24-59 bulan. ï»¿Dengan variabel dependen yaitu kejadian diare dan variabel independen yaitu usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan, Kebiasaan Pemakaian Alas Kaki saat bermain di luar rumah, kebersihan kuku, dan kebiasaan BABS, sumber air minum, penyimpanan air bersih setelah dimasak, dan kepemilikan jamban. ï»¿ Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia anak ( p- value = 0,001; OR = 2,990), pendidikan ibu dengan ( p- value = 0,027; OR =  0,404), kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air mengalir ( p- value = 0,001; OR = 0,335), dan sumber air minum ( p- value = 0,005; OR = 0,329)  dengan kejadian diare pada balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2020.

Diarrhea is a major problem in developing countries including Indonesia, diarrhea is also a major cause of malnutrition that can lead to death. Banten is one of the provinces with a high incidence of diarrhea. While the Regency / City area in Banten Province with the highest diarrhea cases for all ages in 2019 was Lebak Regency with a total of 50,270 cases. The age group with the highest number of cases of diarrhea is under five with a total of more than 14,000 cases. This study aims to determine the relationship between the incidence of diarrhea on the characteristics of children under five and their parents, personal hygiene, and environmental sanitation. This study used secondary data with a cross-sectional design with a total sample of 209 children under five aged 24-59 months. The dependent variable is the incidence of diarrhea and the independent variables are the age of the child, the sex of the child, the mother's education, the mother's occupation, family income, hand washing habits, snack habits, the habit of using footwear when playing outside the house, nail hygiene, and defecation habits. sources of drinking water, storage of clean water after cooking, and ownership of latrines. The results of the bivariate analysis in this study showed that there was a relationship between the child's age (p-value = 0.001; OR = 2.990), mother's education (p-value = 0.027; OR = 0.404), the mother's habit of washing hands with running water (p- value = 0.001; OR = 0.335), and drinking water sources (p-value = 0.005; OR = 0.329) with the incidence of diarrhea in toddlers aged 24-59 months in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency, Banten Province in 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Eka Putri
"Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Status gizi erat hubungannya dengan status imunologi seseorang yang berkaitan dengan imunopatogenesis dari DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa. Desain studi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan rancangan kasus control. Sampel kasus akan di ambil dari keseluruhan kasus, dan untuk sampel kontrol akan diambil dengan menggunakan tekhnik sampel acak (Simple Random Sampling). Sehingga dapat disimpulkan jumlah kasus 97 (total kasus) keluarga yang memiliki balita dengan diagnosa DBD selama tahun 2018 sampai Maret 2020 (dari 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah DBD pada balita terbanyak) sedangkan kontrol 194 keluarga yang memiliki balita yang merupakan tetangga kasus. Dari hasil bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa (p value = 0.0001) dengan OR = 3.269 (95% CI: 1.757-6.083). Pada analisis multivariate menunjukkan hal yang sama (p value = 0.0001) dengan OR = 3.22 (95% CI: 1.679-6.174). Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek meningkatkan risiko 3.22 kali terkena DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever is an endemic disease in most parts of Indonesia, including in other tropical regions. Not all infected with dengue virus will show severe DHF manifestations. Nutritional status is closely related to a person's immunological status related to immunopathogenesis of DHF. The purpose of this study was to determine the relationship of stunting with the incidence of DHF in toddlers in Sumbawa Regency. The study design that will be used in this study is an analytic study with a case control design. Case samples will be taken from all cases, and for control samples will be taken by using a random sample technique (Simple Random Sampling). So it can be concluded the number of cases 97 (total cases) of families who have toddlers with DHF diagnoses from 2018 to March 2020 (from 5 working areas of puskesmas with the highest number of DHFs in toddlers) while control of 194 families who have toddlers who are neighboring cases. From the bivariate results it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of DHF in children under five in Sumbawa Regency (p value = 0.0001) with OR = 3,269 (95% CI: 1,757-6,083). In multivariate analysis showed the same thing (p value = 0.0001) with OR = 3.22 (95% CI: 1,679-6,174). This shows that toddlers with short and very short nutritional status increase the risk of 3.22 times getting DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina Makatita
"Tesis ini membahas hubungan pola asuh dan pendidikan ibu dengan stunting pada batita usia 12 – 36 bulan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Indonesia, Tahun 2019. Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak dibawah lima tahun mengalami gagal tumbuh yang di akibatkan karena kekurangan asupan gizi kronis yang disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umur anak tersebut atau bisa dikatakan anak terlalu pendek jika dibandingkan dengan usianya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi stunting turun  menjadi 30,8% dari yang sebelumnya adalah 37,2% (2013). Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional dari menganalisis 500 batita berusia 12 – 36 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi stunting pada batita dengan pola asuh ibu buruk dan pendidikan ibu rendah sebesar 2,65 lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting pada batita dengan pola asuh ibu baik dan pendidikan ibu tinggi yaitu 1(referensi). Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola asuh dan pendidikan ibu dengan stunting memiliki PR= 2,36 (95% CI : 1,46-4,81) p-value 0,005 , artinya peluang kejadian stunting pada batita dengan pola asuh ibu buruk dan pendidikan rendah sebesar 2,36 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan batita yang memiliki pola asuh ibu baik dan pendidikan ibu tinggi setelah dikontrol pendapatan keluarga dan usia ibu saat hamil.

This thesis discusses the relationship between parenting and maternal education with stunting in toddlers aged 12 - 36 months in Tamansari District, Bogor Regency in 2019. Stunting is a condition in which children under five years of age experience failure to thrive due to chronic nutritional deficiency caused by long-term malnutrition so that the child's height does not match the child's age or it can be said that the child is too short when compared to his age. The results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) showed the prevalence of stunting fell to 30.8% from 37.2% (2013). This research method is quantitative with a cross-sectional design of analyzing 500 toddlers aged 12 - 36 months.
The results of this study showed that the proportion of stunting among toddlers with poor parenting and low maternal education was 2.65, higher than the proportion of stunting among toddlers with good parenting and high maternal education, namely 1 (Reference). Multivariate analysis with the cox regression test showed that a significant relationship between parenting and maternal education with stunting had a PR = 2.36 (95% CI: 1.46-4.81) p-value 0.005, meaning that the chance of stunting in toddlers with a pattern poor parenting and low education were 2.36 times higher than toddlers who had good parenting and high maternal education after controlling for family income and maternal age at pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>