Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noviarto Eko Nugroho
"DACA dan The DREAM Act adalah program yang mencoba melindungi imigran Latinx ilegal dan tidak berdokumen di AS, dan para pemuda atau Dreamers itu masih mengalami beberapa konsekuensi hukum dan perjuangan dalam kehidupan nyata. Dreamers, istilah yang diperkenalkan di bawah naungan kedua program tersebut, adalah individu muda yang tumbuh di Amerika tetapi tidak dapat memperoleh pengakuan hukum di bawah undang-undang imigrasi saat ini (ADL, 2022). Makalah ini mengulas dua karakter dari In the Heights (2021) yang mengalami perjuangan tersebut saat mencoba mewujudkan impiannya. Melalui konsep ruang Yi-Fu Tuan dan Elaine Baldwin, artikel ini mencoba menemukan dan mengkarakterisasi setiap ruang yang terkait dengan karakter dan bagaimana maknanya akan dihubungkan dengan bagaimana mereka mewujudkan El Suenito atau mimpi mereka. Menggunakan analisis tekstual dan naratif sebagai metode, artikel ini menyimpulkan bahwa setiap karakter memiliki masalah dalam menentukan tempat mereka berada. Ada berbagai momen yang memengaruhi cara mereka melihat dan merasakan tempat. Ini membawa mereka untuk memiliki makna ruang yang berbeda di tempat yang berbeda yang terhubung dengan bagaimana mereka mewujudkan impian mereka.

DACA and The DREAM Act are programs that try to protect the illegal and undocumented Latinx immigrants in the US, and those younger people or Dreamers still experience some legal consequences and struggles in real life. Dreamers, the term introduced under the auspices of those two programs, are young individuals who grew up in America but could not obtain legal recognition under present immigration laws (ADL, 2022). This paper examines two characters from In the Heights (2021) who experience those struggles while trying to make their dream come true. Through Yi-Fu Tuan and Elaine Baldwin’s concept of space, the paper attempts to find and characterize each space that is related to the characters and how its meaning will be connected to how they realize their El Suenito or dream. Using textual and narrative analysis as a method, this paper concludes that each character has a problem deciding which place they belong to. There are various moments that influence how they see and feel toward places. It leads them to have different meanings of space in different places that are connected to how they realize their dream."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mcfall, Claire
"Tristan dan Dylan berhasil keluar dari alam kematian. Namur, mereka memang tidak ditakdirkan untuk tetap hidup. Dylan mestinya tewas dalam kecelakaan kereta api. Tristan mestinya tetap menjadi Ferryman, imortal„, Sekarang, dengan tubuh yang bukan merupakan hak" mereka, keduanya mendapati bahwa mereka terhubung oleh sesuatu yang lebih kuat daripada cinta. Saat melanggar batas di antara dunia fana dan alam baka, mereka mengabaikan hukum dunia supernatural, dan - membukakan jalan bagi makhluk-makhluk lain untuk meloloskan diri. Sekarang Dylan dan Tri:slanlarus menghadapi konsekuensi. Sanggupkah cinta sejati mengalahkan segalanya"
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2022
813 MCF t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paolini, Christopher
"Sudah setahun Eragon berangkat dari Alagaësia untuk mencari rumah bagi generasi baru Penunggang Naga. Dia membangun benteng naga, menjaga telur-telur naga, dan berurusan dengan Urgal yang rusuh serta kaum peri yang angkuh."
Jakarta: PT Gramedia, 2021
823 PAO c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumpaet-Hutabarat, Julia
"Skripsi ini hanya merupakan suatu studi kccil ten_tang karya Hemingway dan Nescio, seorang penulis Belanda. Perkenalan kami yang pertama dengan karya Nescio adalah ketika mengikuti kuliah Kesusastraan Belanda, yang merupakan matakuliah pelengkap bagi studi kami dalam Kesusastraan Inggris. Secara kebetulan pada saat yang sama kami mempelajari Ernest Hemingway dalam rangka kuliah Kesusastraan Amerika. Dalam mengikuti kedua kuliah itulah timbul pi kiran pada kami untuk mengadakan perbandingan tentang pengungkapan ironis dari konflik: pengolahan dan penyelesaiannya. Sesungguhnya karya ini tidak berpretensi hendak membandingkan Hemingway secara menyeluruh dengan Nescio. Tujuan kami hanya untuk mendalami konflik, khususnyn dari segi pengolahan dan penyelesaiannya, dalam karya-karya Nascio dan Hemingway. Kami beranggapan bahwa aspek tersebut paling je1as menunjukkan hubungan antara karya Nescio dan Hemingway, baik berkenaan dengan persamaan maupun perbedaan. Kemudian akan diteliti pengungkapan pengolahan dan penye1esaian konflik secara ironis dalam karya masing-masing penulis.Pengungkapan secara ironis yang digunakan kedua penulis, dengan gaya masing_masing yang khas, sangat menarik perhatian kami. Selain itu kami berpendapat bahwa penyuguhan secara ironis_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1973
S14174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Karyanto Prasetyo
"ABSTRAK
Pembahasan struktur Winesburg, Ohio sebagai novel eksperimental melalui unsur-unsurnya yang berkaitan erat dengan ide pengarang, yaitu alur, tokoh, latar dan tema. Tujuannya ialah untuk mengetahui eksperimentasi yang dilakukan oleh Sherwood Anderson dalam novelnya tersebut.
Pembahasan skripsi ini menggunakan metode deskriptip_analistis dan melalui pendekatan strukturalis.
Hasilnya dapat diketahui bahwa secara keseluruhan unsur-unsur Winesburg, Ohio alur, tokoh dan tema mempunyai faktor-faktor keterpisahan dan penyatuan. Faktor-faktor keterpisahan dalam masing-masing unsur tersebut yang mengarahkan beberapa kritikus menyatakan bahwa karya Anderson ini sebagai kumpulan cerpen. Di lain pihak, faktor-faktor penyatu mengarahkan beberapa kritikus untuk menganggapnya sebagai suatu novel.

"
1989
S14164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Augustina
"Skripsi ini disusun dengan tujuan mencoba meneliti lebih dalam dua lakon Edward Albee yang paling berhasil. The Zoo Story dan Who's Afraid of Virginia Woolf. Di sana secara kritis Albee menyorot masyarakat kelas menengah Amerika. Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan ekstrinsik berdasarkan studi kepustakaan. Melalui kedua lakon tersebut dapat dilihat perubahan. nilai yang telah. terjadi dalam kehidupan kelas menengah. Modernisasi membawa akibat-akibat seperti tuntutan ekono_mi yang semakin tinggi, pendidikan yang semakin maju dan berkurangnya kesempatan untuk menjalin hubungan pribadi dengan sesananya serta banyak persoalan lain. Perkembangan dalam dunia teater Barat pada tahun 1960-an yang meng_hasilkan 'Teater Absurd_ sangat menunjang keberhasilan Albee mengangkat Absurd_ permasalahannya. Dalam lakon-lakon ini Albee telah berhasil menyingkapkan satu sisi dari kehidupan kelas menengah Amerika secara kritis. Dengan demikian lakon ini dapat dilihat sebagai kritik Albee terhadap kehidupan itu. Membaca lakon Albee yang dibahas, apalagi melihat pem.anggungannya merupakan salah satu dari banyak jalan untuk dapat mengenal dan mengerti kehidupan kelas menengah masyarakat Amerika yang sangat kompleks itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirta Samudrajiwa Soenarto
"Pinokio merupakan sebuah karakter yang sangat dikenal dari bagaimana dia belajar menjadi anak laki-laki sungguhan. Ceritanya juga sangat terkenal dengan keunikan dari hidung tokoh utamanya yang dapat bertambah panjang ketika dia berbohong. Formula cerita ini secara terus menerus digunakan dan dapat ditemukan dengan mudah di seluruh adaptasi Pinokio. Namun, apakah cerita Pinokio hanya tentang menggambarkan hidung Pinokio? Film tentu menawarkan banyak aspek lain yang dapat dilihat. Guillermo del Toro's Pinocchio (2022) telah menunjukkan hal tersebut dengan membuat alur cerita yang tidak hanya semata-mata menghadirkan tentang bagaimana tokoh utama Pinokio menjadi anak laki-laki sungguhan. Meskipun Pinokio yang banyak dikenal sebagai tokoh terkenal dalam sastra anak, tulisan ini bertujuan untuk melihat penggambaran dari fasisme dan bagaimana hal tersebut dikritik lewat cerita Pinokio. Dengan demikian, penulisan ini membahas fasisme dalam sebuah film Hollywood dan bagaimana film tersebut menggambarkan paham tersebut.

Pinocchio is a well-known character who is majorly recognized by how the wooden puppet learns to be a real boy. The story is also widely famous for the uniqueness of the main character when his nose grows longer as he lies. This same formula has been continuously used and can be easily found in every adaptation of Pinocchio. However, does it mean that the story of Pinocchio is only about depicting Pinocchio’s nose? Motion pictures certainly offer many aspects to be seen. Guillermo del Toro’s Pinocchio (2022) has stepped this notion up by creating storylines that do not simply present how the main character is portrayed to be a real boy. Even though Pinocchio is mostly known as a famous character in children's literature, this paper aims to see the portrayal of fascism and how it is criticized through the story of Pinocchio. Therefore, this paper deals with fascism in a Hollywood film and how it captures elements of fascism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mamoto, Retno Sukardan
"Skripsi ini membahas Saul Bellow, seorang novel dari Amerika keturunan Yahudi, yang terkenal sebagai novel ini terkemuka di tahun Enampuluhan, setelah Herzog,. novelnya yang Keenam terbit pada tahun '64 dan mendapat penghargaan National Book Award for Fiction Bari National Institute of Arta and Letters. Sebelum mengarang Herzog, Saul Bellow telah menulis beberapa novel lain, yakni: Dangling Man yang diterbitkan pada tahun '44, The Victim ('47), The Adventures of Angie March('531, yang mendapat penghargaan 'National Book Award for Fict_ion' dari 'National Institute of Arts and Letters, Seize the Day(''56), dan Henderson the Rain King_('59). Setelah Herzog Saul Bellow menulis Mr. Saimler's Planet ('71) dan Humboldt's Gift ('75). Skripsi ini mencoba menganalisa pandangan Saul Bellow mengenai manusia dengan linesa berdasar_kan penyajian pers tokoh utamanya (Joseph, Leventhal, Augie March, Wilhelm, Henderson, Herzog dan Sammler) da_lam novel-novelnya yang berjudul: Dangling Man, The Victim, The Adventures of Angie March, Seize the ^ Day, Henderson the Rain King, Herzog, dan Mr. Sammler''s Planet. Analiea pandangan Saul Bellow dalam Sakripsi ini tidak mencakup novelnya yang terakhir, Humboldt's Gift, karena ketika skripsi ini disiapkan, buku tersebut baru, diterbitkan dalam hard-oover dan belum terdapat di Indonesia_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S14135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savina
"ABSTRAK
Pokok pembahasan skripsi ini adalah mengenai Sastra Bandingan. Dalam hal ini penulis membandingkan dua buah no_vel, yaitu The Woman Warrior dan Birds of Passage. Adapun yang menjadi dasar perbandingan adalah kedua buku berasal dari dua kesusastraan yang berbeda, yaitu Kesusastraan Amerika dan Kesusastraan Australia; kemudian juga karena ke_duanya memiliki kemiripan tema, yaitu Dilema pencarian dan penentuan identitas diri dari seorang keturunan imigran Ci_na di Amerika dan Australia.
Meskipun kedua novel tersebut memliki kemiripan tema, namun hal ini bukanlah suatu hasil dari peniruan. Kemirip_an tema ini disebabkan oleh apa yang dalam Sastra Bandingan, dikenal sebagai faktor sosial dan psikologis. Faktor sosial berkaitan dengan keadaan masyarakat dan juga latar sejarah; sedangkan faktor psikologis berkaitan dengan reaksi kedua pengarang terhadap tema cerita. Kedua faktor di atas mempe_ngaruhi kemiripan tema dari kedua novel di atas.
Selanjutnya, untuk dapat membuktikan bahwa kedua novel tersebut berbeda satu dengan lainnya, maka dibandingkanlah unsur-unsur novelistiknya. Adapun unsur-unsur yang dikaji dalam skripsi ini adalah sudut pandang, pencerita, latar waktu dan tempat, pertikaian dan penokohan. Dengan cara ini kita dapat melihat keunikkan masing-masing karya. Akhir_nya, dengan keunikkan tersebut masing-masing karya dapat dikatakan sebagai wakil dari kesusastraan Amerika dan Australia yang menampilkan tokoh kelompok etnik Cina di masing-masing negara."
1989
S14177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayza Julia Pramesti Hapsari Prayoga
"Posisi Barbie sebagai “simbol feminisme” telah dipertanyakan karena representasinya atas pemberdayaan perempuan yang mengaitkan kesuksesan dengan pencapaian individu dan penampilan serta gaya hidup tertentu. Terlepas dari pesan feminis mengenai pilihan dan pemberdayaan, film Barbie (2023) yang disutradarai Greta Gerwig meneruskan narasi posfeminisme Barbie dengan mengangkat pendekatan individualistik terhadap pemberdayaan perempuan. Karya tulis ini menganalisis bagaimana posfeminisme dan, selanjutnya, feminisme neoliberal hadir di sepanjang film Barbie dan membahas ambivalensi gerakan feminisme dalam film tersebut. Dengan menganalisis adegan dan dialog dalam film Barbie dan menerapkan posfeminisme serta feminisme neoliberal sebagai kerangka konseptual, Karya tulis ini menemukan bahwa struktur masyarakat Barbie Land melekat dengan karakteristik posfeminisme. Selain itu, struktur kekuasaan di Barbie Land meniru struktur kekuasaan patriarki di Real World (Dunia Nyata) yang berusaha ditantang oleh narasi film Barbie. Solusi untuk patriarki yang ditawarkan berfokus kepada mengambil Kembali kekuasaan mutlak daripada mengatasi permasalahan yang ada di dalam struktur kekuasaan Barbie Land. Hasil studi ini mendorong kajian kritis terhadap budaya media posfeminis yang dapat berkontribusi terhadap tekanan individu yang dialami oleh perempuan dengan kedok “pemberdayaan.”

Barbie’s position as a “feminist icon” has been questioned due to her representation of women’s empowerment, which associates success with individual achievements and a particular look and lifestyle. Despite the feminist message of choice and empowerment, the live-action adaptation Barbie (2023), directed by Greta Gerwig, sustains the postfeminist narrative of Barbie as it promotes an individualistic approach to women’s empowerment. This paper analyses how postfeminism and, by extension, neoliberal feminism is present throughout Barbie and addresses the ambivalence of the feminist movement in the movie. By analysing scenes and dialogues in the film and applying postfeminism and neoliberal feminism as conceptual frameworks, the paper finds that the societal structure of Barbie Land adheres to the characteristics of postfeminism. Furthermore, the power structure in Barbie Land mimics the power structure of the Real World’s patriarchy that it supposedly challenges. The solutions to patriarchy that the movie offers focus more on regaining absolute power rather than addressing the issues within the power structure of Barbie Land. The findings call for a critical examination of postfeminist media culture, which may contribute to the individual pressures that women are experiencing under the guise of women’s empowerment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>