Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mona Dwi Hardika
"Latar Belakang/Tujuan: Premature cellular senescence yang sering dikaitkan pada kondisi Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit terkait usia. Time restricted feeding sebagai contoh puasa Ramadhan ditengarai dapat menghambat proses penuaan. Sejauh ini, telah banyak studi yang menilai efek puasa
Ramadhan terhadap berbagai parameter metabolik dan antropometrik, namun belum ada studi yang mengevaluasi efek puasa Ramadhan terhadap biomarker aging yang dinilai melalui panjang telomer leukosit relatif (TLR).
Metode: Studi dengan desain potong lintang dan kohort retrospektif pada subjek DMT2
dan subjek non-DM berusia 40 – 60 tahun yang menjalani ibadah puasa Ramadhan setidaknya selama minimal 14 hari pada bulan Mei – Juli 2018 dan bulan Mei – Juli 2019. Perbedaan rerata panjang TLR antar subjek DMT2 dan non-DM dianalisis dengan
uji Mann Whitney sedangkan perbedaan rerata TLR pada subjek DMT2 yang berpuasa dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Hasil: Pada 39 subjek DMT2 dan 36 subjek non-DM subjek DMT2 yang ikut dalam penelitian ini didapatkan pemendekan panjang TLR yang bermakna pada subjek DMT2
dibandingkan dengan subjek non-DM (0,436 (0,034 –1,472) vs 1,905 (0,615 –12,380), p =0,000) dan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna pada 48 subjek DMT2 yang menjalani puasa minimal 14 hari (0,391 (0,021 – 1,515) vs 1,117
(0,528 –1,741), p=0,112), namun bermakna secara klinis.
Kesimpulan: Pada subjek DMT2 terjadi pemendekan panjang TLR yang secara statistik bermakna dibandingkan subjek non-DM sedangkan pada subjek DMT2 yang menjalani puasa Ramadan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna
secara statistik namun bermakna secara klinis.

Background/Aim: Premature cellular senescence which is often associated with type 2
diabetes mellitus (T2DM) can increase the risk of various age-related diseases. Time
restricted feeding such as Ramadhan fasting hypotesized could delay the aging process.
So far, there have been many studies assessing the effects of Ramadan fasting on various metabolic and anthropometric parameters, but no studies have evaluated the effect of Ramadhan fasting on aging biomarkers assessed by the relative telomere leucocyte length.
Method: An observational comparative dan cohort retrospective study was conducted from May to July 2018 and May to July 2019 on 40 – 60 years old T2DM and non-DM subjects. The mean difference between TD2M and control was analysed using Mann Whitney test and the mean difference relative telomere length in subjects with T2DM who underwent at least 14 days of Ramadan fasting was analyzed using Wilcoxon test.
Results: A total of 36 subjects with type 2 diabetes dan 39 subjects non-DM who enrolled in this study, there were a significant decrease relative leucocyte telomere in
subjects with type 2, compared with controls (0,436 (0,034 – 1,472) vs 1,905 (0,615 – 12,380), p =0,000) but there were statitically insignificant but clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting at least 14 days (0,391 (0,021–1,515) vs 1,117 (0,528–1,741), p=0,112.
Conclusions: In T2DM subjects, there were a statistically significant decrease relative
leucocyte telomere compared with controls while there were statitically insignificant but
clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Widhani
"Latar Belakang: Pada ODHA didapatkan peningkatan inflamasi dan stres oksidatif. Puasa Ramadan dapat memperbaiki inflamasi dan stres oksidatif, namun penelitian pada ODHA yang mendapat antiretroviral belum pernah dilakukan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap high sensitivity Creactive protein (hs-CRP) dan status antioksidan total (SAT) pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospektif pada 29 orang ODHA dengan ARV yang berpuasa dan 29 yang tidak berpuasa. Kriteria inklusi yaitu pria, 20-40 tahun, mendapat ARV lini 1 minimal 6 bulan, serta tidak dalam fase inisiasi pengobatan untuk infeksi oportunistik. Pasien yang mendapat steroid atau imunosupresan lain atau pasien dengan adherens minum ARV kurang dari 95% dieksklusi. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan SAT dilakukan sebelum dan saat puasa Ramadan (setelah 14 hari puasa).
Hasil: Karakteristik baseline usia, hitung CD4, HIV-RNA, kombinasi ARV, status hepatitis B dan C, serta kadar hs-CRP tidak berbeda antara kelompok berpuasa dengan kontrol. Setelah dua minggu, terdapat penurunan signifikan hs-CRP pada kelompok yang berpuasa dibandingkan kontrol (p=0,004). Median perubahan hs-CRP pada kelompok puasa adalah -0,41 (IQR -1; 0,1) mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,2 (IQR -0,3; 1,5) mg/L. Konsumsi polyunsaturated fatty acid, berat badan, jumlah rokok, dan jumlah jam tidur per hari menurun selama puasa Ramadan (berturut-turut p=0,029; p<0,001; p<0,001; dan p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan bermakna perubahan SAT antara kelompok yang berpuasa dengan kontrol (p=0,405). Median perubahan SAT pada kelompok puasa adalah 0,05 (IQR -0,03; 0,12) mmol/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,04 (IQR -0,13; 0,36) mmol/L.
Simpulan: Puasa Ramadan menurunkan kadar hs-CRP pada ODHA yang mengosumsi antiretroviral. Puasa Ramadan belum meningkatkan kadar SAT pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.

Background: Inflamation and oxidative stress were increased among HIV patients. Studies had showed Ramadan fasting could improve inflammation and oxidative stress, but not one of them had been conducted in HIV patients receiving antiretroviral therapy.
Aim: to know the effect of Ramadan fasting on hs-CRP level and total antioxidant status among HIV patients on highly active antiretroviral therapy.
Methods: A prospective cohort study comparing 29 HIV-infected patients on stable ART doing Ramadan fasting versus 29 non-fasting patients. Inclusion criteria were male, 20-40 years old, receiving first line ART for at least six months, and not on initial phase of opportunistic infection?s treatment. Patients who consumed steroid or other immunosuppressant or patients with poor ART adherence were excluded. Level of hs-CRP was obtained before and during Ramadan after at least 14 days fasting.
Results: Baseline age, CD4 cell count, HIV-RNA, ART combination, hepatitis B and hepatitis C status, and hs-CRP level were similar for both fasting and control groups. After 2 weeks, a significant hs-CRP decrease was found in fasting group compared to non-fasting one (p=0.004). Median difference of hs-CRP in fasting group was -0.41 (IQR -1 and 0.1) mg/L, while in control group the median difference was 0.2 (IQR -0.3 and 1.5) mg/L. Polyunsaturated fatty acid consumption, body weight, amount of cigarette smoking, and total sleep hours per day were decreased significantly during Ramadan fasting (p=0.029; p<0.001, p<0.001, p<0.001 respectively). There was no statistically significant changes in total antioxidant status between the two groups (p=0.405). Median total antioxidant status changes in fasting group was 0.05 (IQR -0.03;0.12) mmol/L. Median total antioxidant status changes in control group was 0.04 (IQR -0.13; 0.36) mmol/L.
Conclusion: Ramadan fasting decreased hs-CRP level among HIV patients on antiretroviral therapy. Ramadan fasting had not increased total antioxidant status among HIV patients on antiretroviral therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rissa Ummy Setiani
"Maen pukulan merupakan budaya Betawi yang mengandung unsur olah raga, budaya, spiritual, dan bela diri. Ia merupakan warisan yang hidup pada masyarakat Betawi serta Jakarta dan sekitarnya. Satu aliran maen pukulan yang relatif lama, eksis, dan populer pada masa kini ialah Beksi Tradisional H. Hasbullah. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji penggunaan memori kolektif pada perguruan maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah sebagai bagian dari budaya masyarakat Betawi dilihat dari sistem pewarisan dan pengelolaan perguruan pada masa kini. Pada perguruan tersebut, memori yang terpelihara terbagi menjadi memori individu yang teraplikasi pada guru maen pukul dan memori kolektif yang terdapat pada komunitas. Menggunakan tiga teori mengenai memori kolektif oleh Rubin, Bernecker, dan Halbwachs ditemukan bahwa maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah berkembang menggunakan memori kolektif para guru, murid, serta masyarakat yang menanggap pertunjukan Beksi. Ditemukan pula memori individu guru membentuk pola pewarisan yang ia pilih bagi muridnya serta tipe pengelolaan yang digunakan dalam kepengurusan perguruan. Memori kolektif berperan pada pertunjukan yang mengandung Beksi di dalamnya. Memori menjadi panduan ketika terjadi perbedaan walau di sisi lain, memori yang tereduksi menyebabkan terjadinya pengerucutan pakem pertunjukan. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peran memori kolektif untuk eksistensi dan perkembangan maen pukulan di masa depan.

Maen pukulan is a part of Betawinese tradition that contains sport, cultural, spiritual, and martial arts elements. It is a living heritage among Betawinese community and is found in Jakarta and its surrounding areas. A relatively old school of maen pukulan which still exists and popular today is the H. Hasbullah’s Traditional Beksi. This research aims to investigate the use of collective memory in the current Maen Pukulan Beksi Traditional H.Hasbullah schools as a part of Betawinese culture related to its cultural inheritance pattern and management. At the maen pukulan schools, there are two types of preserved memory. The first is individual memory which is applied by the maen pukulan gurus and the second is collective memory which is found among the community. Using three theories about collective memory by Rubin, Bernecker, and Halbwachs, it is found that the traditional maen pukulan Beksi of H. Hasbullah has developed through the collective memory of the gurus, students, and the publics who perceive the Beksi performance. It is also found that individual memory of the gurus forms an inheritance pattern which they choose for their students and the type of management use at the maen pukulan school organisation. Collective memory has its role in the performance that contains Beksi in it. The memory, on the one hand, becomes their guide when there is a dispute about Beksi. On the other hand, reduced memory has caused some changes and reduction, along with the continuity in the maen pukulan Beksi performance. This research shows the important role of collective memory in maintaining the existence and development of maen pukulan in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinhart Greglorio
"Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan pola tidur dan makan yang memengaruhi pasien dengan penyakit neurologis kronis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas tidur pasien selama puasa Ramadan. Studi potong lintang ini melibatkan 40 pasien dengan penyakit neurologis kronis di Poliklinik Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Februari hingga Juni 2023. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), dan STOP-BANG. Hasil menunjukkan 77,5% subjek mengalami gangguan tidur setelah puasa, dengan perubahan signifikan pada tingkat insomnia (ISI) dan risiko obstructive sleep apnea (OSA). Namun, tidak terdapat perubahan signifikan pada kualitas tidur menurut ESS dan PSQI. Mayoritas subjek (75%) adalah perempuan dengan usia rata-rata 40,25 tahun. Kesimpulannya, meskipun puasa dapat memicu gangguan tidur, manajemen yang tepat memungkinkan pasien menjalankan puasa tanpa dampak buruk yang signifikan terhadap kualitas tidur. Hal ini memberikan harapan bagi pasien dengan penyakit neurologis kronis untuk tetap menjalankan puasa secara aman.

Ramadan fasting can lead to changes in eating and sleeping patterns that affect patients with chronic neurological diseases. This study aimed to evaluate the sleep quality of patients during Ramadan fasting. A cross-sectional study was conducted involving 40 patients with chronic neurological diseases at the Neurology Clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from February to June 2023. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), and STOP-BANG. The results showed that 77.5% of the subjects experienced sleep disturbances after fasting, with significant changes in insomnia severity (ISI) and the risk of obstructive sleep apnea (OSA). However, there were no significant changes in sleep quality as measured by ESS and PSQI. The majority of subjects (75%) were female, with an average age of 40.25 years. In conclusion, while fasting may trigger sleep disturbances, proper management enables patients to fast without significant adverse effects on sleep quality. This finding provides hope for patients with chronic neurological diseases to safely observe Ramadan fasting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizmawardini Yaman
"Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) secara empiris telah digunakan sebagai obat alternatif untuk berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efek hipoglikemik kapsul sambiloto sebagai terapi tambahan pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Double-blind randomized controlled trial cross-over desain pada 34 subyek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama sambiloto mendapat 2 kali 2 kapsul sehari selama 14 hari, dan kelompok kedua mendapat plasebo selama 14 hari. Kedua kelompok tetap menggunakan metformin sebagai terapi standar kemudian dievaluasi kadar glukosa darah pasca terapi 14 hari. Pada pemberian kapsul sambiloto selama 14 hari tampak penurunan kadar glukosa darah puasa lebih besar dibandingkan plasebo, tetapi tidak bermakna. Kapsul sambiloto bermakna menurunkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan. Kesimpulan: Kapsul sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah namun bermakna secara statistik hanya 2 jam setelah makan.

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) is empirically used as an alternative medicine for various diseases including diabetes mellitus, but the scientific evident for treatment in humans is still limited. This study analyze the effects of hypoglycemic sambiloto capsules as additional therapy in patients with type 2 diabetes mellitus. Double-blind randomized controlled trial, cross-over design in 34 subjects who were divided into two groups. The first groups sambiloto received 2 capsules 2 times daily for 14 days, and the second groups received placebo for 14 days. Both groups kept taking metformin as standard therapy with an the evaluation of blood glucose levels on day 14. The results showed that administration of sambiloto capsules for 14 days, the blood glucose levels is greater compared to placebo but not significantly. Sambiloto capsules significantly reduced blood glucose 2 hours after eating. Conclusions: sambiloto capsules shown to reduced blood glucose levels, but statistically significant only in 2 hours after eating."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Soemarma Dirdjakoesoema
"Buku ini berisi mengenai ajaran-ajaran mengenai manusia kemudian ditinjau mengenai makna dari kata manusia, bahwa manusia terdiri dari wadag dan badan halus. Ada jiwa dan raganya. Manusia memiliki beberapa rasa yaitu rasa kesedihan dan senang. Manusia hidup memerlukan makanan bermacam-macam seperti makanan sesungguhnya dan makanan untuk jiwa raganya berupa ajaran kemanusiaan. Langgengnya kehidupan dimaksudkan pula bahwa manusia harus mensucikan jiwa raganya pada bulan Ruwah yaitu dengan berpuasa (siyam)."
Ngajogjakarta: Drukkerij Perbatoean, 1938
BKL.0027-PW 27
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
S. Adiwiyata
"Buku ini merupakan lanjutan dari serat puwasa djati. Buku ini menguraikan mengenai rasa dan rahasia dan juga tataran-tataran di dalam ibadah/menjalankan puasa (siyam). di antaranya adalah: puasa-puasa pilihan, syarat puasa pilihan; tata cara beribadah puasa."
Solo: Ab. Siti Sjamsiah, 1925
BKL.0018-PW 18
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ihsanuddin
"Buku ini menguraikan hal ihwal puasa yang ada dalam agama Islam yang dikutip dari kitab Maungidzatulmukmin. Diantaranya adalah: bab mengenai hukum wajib dari berpuasa ada 6 hal. Penjelsan mengenai tahun kabisah dan basitah beserta waktunya. Menentukan tanggal pertama Muharam atau Sura dan juga bulan-bulan lainnya: Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Sakban, Ramelan, Sawal, Dulkangidah, Dulhijah, Rabiulawal, Rabiulakhir, dan Sapar. Uraian mengenai hal-hal yang membatalkan puasa."
Solo: Ab. Siti Sjamsiah, 1929
BKL.0148-IS 20
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Rinnelya Agustien
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efek hiperglikemia postprandial terhadap kemampuan memori jangka pendek pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasy experiment post test group.Jumlah sampel sebanyak 35 responden. Hasil penelitian ini menyatakan ada perbedaan kadar gula darah dan kemampuan memori jangka pendek antara satu jam dan dua jam setelah makan.
Saran penelitian ini adalah perlu dilakukan skrining kognitif sejak dini kepada pasien DM, edukasi pasien DM diberikan dua jam setelah makan dan perlu ada penelitian lanjutan yang melibatkan jumlah sampel yang besar dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penurunan kognitif pasien DM.

This study aims to determine the effects of postprandial hyperglycemia on the ability of short-term memory in patients with type 2 diabetes. This research is a quantitative research with quasy experiment posttest design. Number of respondents were 35 people. The results there are differences in blood sugar level and short term memory ability one hour and two hour after meal.
Suggestion study was conducted in early cognitive screening for diabetic patients, education were given two hours after a meal and there needs to be further research involving a large number of samples and the factors that contribute to cognitive decline.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelbert Julyan Gravianto
"Latar belakang: Puasa sudah terbukti meningkatkan aktivtias enzim katalase pada berbagai jaringan tikus. Namun, belum diketahui jenis puasa yang paling berpengaruh terhadap aktivitas enzim katalase. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh puasa dan jenis puasa yang paling berpengaruh terhadap aktivitas enzim katalase pada plasma dan jaringan hati kelinci new zealand white yang merupakan hewan berderajat lebih tinggi daripada tikus.
Metode: Kelinci new zealand white dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan berbeda, yaitu (1) mendapat asupan makan dan minum (kelompok kontrol), (2) intermittent fasting, yaitu fase puasa selama 16 jam lalu diselingi fase tidak puasa selama 8 jam, selama 7 hari, (3) prolonged fasting, yaitu fase puasa selama 40 jam lalu diselingi fase tidak puasa selama 8 jam, selama 7 hari. Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas enzim katalase pada plasma dan jaringan hati, yaitu hasil bagi kadar enzim katalase dengan protein.
Hasil: Pada jaringan hati, rerata aktivitas enzim katalase kelompok kontrol sebesar 156,23 ± 10,59 U/mg, kelompok intermittent fasting 181,42 ± 7,48 U/mg, kelompok prolonged fasting 159,38 ± 11,40 U/mg yang menunjukan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Pada plasma, rerata aktivitas enzim katalase kelompok kontrol sebesar 9,73 ± 4,19 U/mg, kelompok intermittent fasting 7,47 ± 4,22 U/mg, kelompok prolonged fasting 7,15 ± 2,69 U/mg yang menunjukan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)
Kesimpulan: Intermittent fasting dan prolonged fasting selama 7 hari tidak mempengaruhi aktivitas enzim katalase pada plasma dan jaringan hati kelinci new zraland white.

Introduction: Fasting has been known to increase catalase activity in various mouse’s tissues. However, the types of fasting which mostly affect catalase activity remains unknown. This study showed the impact of various types of fasting toward catalase activity in the plasma and liver of new zealand white rabbit which level is higher than mouse.
Method: The new zealand white rabbits are divided to 3 different treatment group, (1) received food and drinks (control group), (2) intermittent fasting, 16 hours fasting phase then interluded with 8 hours not fasting phase, for 7 days, (3) prolonged fasting, 40 hours fasting phase then interluded with 8 hours not fasting phase, for 7 days. Specific catalase activity in the liver and plasma were obtained by dividing catalase level with protein level.
Result: In liver, the means of specific catalase activity in control group is 156,23 ± 10,59 U/mg, intermittent fasting group is 181,42 ± 7,48 U/mg, prolonged fasting group is 159,38 ± 11,40 U/mg which show unsignificant difference (p>0,05). In plasma, the means of specific catalase activity in control group is 9,73 ± 4,19 U/mg, intermittent fasting group is 7,47 ± 4,22 U/mg, prolonged fasting group is 7,15 ± 2,69 U/mg which show unsignificant difference (p>0,05).
Conclusion: Intermittent fasting and prolonged fasting for 7 days doesn’t affect specific catalase activity in plasma and liver new zealand white rabbit.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>