Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202543 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Giskar Yudistira
"Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) bertujuan menurunkan kerawanan pangan dengan mendorong kelompok masyarakat desa dan kelurahan menanam bahan pangan di halaman rumah masing-masing. Sejak tahun 2017 hingga 2021, jumlah KRPL terus mengalami peningkatan. Namun sejak tahun 2020 tingkat kerawanan pangan juga meningkat. Pada penelitian ini, diperhitungkan variasi jumlah KRPL yang ditumbuhkan sejak tahun 2017 hingga tahun 2021 untuk mengestimasi peran KRPL terhadap kerawanan pangan. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis data panel dengan metode Fixed Effect dalam memperkirakan besaran dan signifikansi hubungan antara KRPL dengan kerawanan pangan. Hasil estimasi menunjukkan KRPL berperan signifikan terhadap penurunan tingkat kerawanan pangan setelah satu tahun, terutama di wilayah Jawa dan Bali. Rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini adalah dalam intervensi kerawanan pangan, KRPL perlu dibarengi dengan kebijakan lain terutama program penanggulangan kemiskinan setidaknya untuk kabupaten/kota dengan kategori kerawanan pangan “tinggi” dan “sangat tinggi”.

The Government’s Home Garden Areas (KRPL) program aims to decrease food insecurity by encouraging rural and urban communities to grow their own food ingredients in their backyards. The number of KRPLs has steadily increased between 2017 and 2021. However, the level of food insecurity has risen since 2020. Variations in the number KRPLs grew from 2017 to 2021 were considered in this study to estimate the effect of KRPLs on food insecurity. The significance and magnitude of the relationship between KRPLs and food insecurity were estimated using this study's panel data analysis techniques with the Fixed Effect method. According to the estimation results, KRPLs significantly reduce food insecurity after one year, particularly in the Java and Bali regions. This study recommends that KRPL be accompanied by other policies, particularly poverty reduction programs in food insecurity interventions, at least in regencies/municipalities with "high" and "very high" food insecurity categories."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitoh
"Penyakit infeksi pada balita merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani karena menjadi penyebab langsung kematian balita dan stunting. Salah satu penyebab tidak langsung dari penyakit infeksi balita adalah kerawanan pangan. Meskipun beberapa bukti saat ini menunjukkan ada hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita tetapi masih sedikit bukti yang meneliti hubungan ini di negara berpenghasilan sedang dan rendah seperti di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data SSGI Tahun 2021. Hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi dikontrol oleh variabel kovariat. Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji multiple multinomial logistic untuk memperoleh nilai OR adjusted. Hasil penelitian menunjukkan balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,367 kali, rawan pangan sedang berisiko 1,490 dan pada rawan pangan berat 1,500 kali. Begitu juga risiko untuk menderita lebih dari satu penyakit infeksi. Balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,685 kali, pada rawan pangan sedang 2,418 kali dan rawan pangan berat 2,596 kali. Dapat disimpulkan risiko balita untuk menderita satu penyakit infeksi maupun lebih dari satu penyakit infeksi semakin meningkat seiring dengan level kerawanan pangan rumah tangga.

Infectious diseases in toddlers are a health problem that needs to be addressed because they are a direct cause of toddlers deaths and stunting. One of the indirect causes of infant infection is food insecurity. Although some current evidence shows that there is a relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers, there is still little evidence examining this relationship in middle and low income countries such as Indonesia. Therefore this study aims to determine the relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers in Indonesia. The research was conducted with a cross-sectional design using SSGI data for 2021. The relationship between food insecurity and infectious diseases was controlled by covariate variables. Multivariate analysis was performed using the multiple multinomial logistic test to obtain an adjusted OR value. The results showed that toddlers from households with mild food insecurity had a risk of 1,367 times, moderate food insecurity had a risk of 1,490 and in severe food insecurity 1.500 times. Likewise, the risk of children suffering from more than one infectious disease. Toddlers from households with mild food insecurity have a risk of 1,685 times, in moderate food insecurity 2,418 times and severe food insecurity 2,596 times. It can be concluded that the risk of toddlers suffering from one infectious disease or more than one infectious disease increases along with the level of household food insecurity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkudung, Suci Nurmaya
"Di Indonesia, salah satu komponen penting dari jaring pengaman sosial untuk mengurangi kerawanan pangan adalah Program Sembako, yang sebelumnya dikenal sebagai Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Manfaat Program Sembako sama di seluruh Indonesia; namun, karena adanya perbedaan harga pangan dan pola konsumsi di tingkat regional, nilai riil - atau daya beli-dari manfaat Program Sembako bisa sangat bervariasi di seluruh Indonesia. Dalam studi ini, kami mengestimasi variasi daya beli Program Sembako di berbagai wilayah di Indonesia untuk menguji dampak Program Sembako terhadap kerawanan pangan. Kami menggunakan metode fixed-effect untuk mengestimasi hubungan antara daya beli lokal Program Sembako dan kerawanan pangan. Penelitian kami menunjukkan bahwa peningkatan daya beli peserta Program Sembako dapat menurunkan prevalensi kerawanan pangan, terutama di wilayah timur Indonesia.

In Indonesia, one of the essential components of the country's social safety net to reduce food insecurity is the Sembako Program, which was formerly known as non-cash food assistance (BPNT). The benefits of the Sembako Program are the same all over Indonesia; Nevertheless, because the disparities in regional food costs and consumption patterns, the purchasing power or the real value of Sembako Program benefits might vary greatly across the nation. In this study, we estimate the variation in Sembako Program purchasing power across regencies/municipalities in Indonesia to examine the effects of the Sembako Program on food insecurity. We use a fixed effects framework to estimate the relationship between the local purchasing power of the Sembako Program and food insecurity. Our research shows that increasing the purchasing power of participants in the Sembako Program leads to a reduction in the prevalence of food insecurity, particularly in the eastern region."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniaji
"Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Tangerang Selatan disertai dengan
produksi bahan makanan yang naik turun menyebabkan ketahanan pangan di
Tangerang Selatan menjadi kekhawatiran pemangku kepentingan khususnya
pemerintah. Pemerintah kemudian menjalankan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari untuk meningkatkan Ketahanan Pangan di daerah tersebut. Tujuan
penelitian yang dilakukan di KRPL Al Munawaroh, KWT Karya Ibu dan LSM
Kebun Kumara adalah menganalisis Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL), menganalisis Efektifitas Program KRPL melalui Tingkat Kerawanan
Pangan Dengan AKG, membandingkan Tingkat Kerwanan Pangan Dengan AKG,
menganalisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Peluang Ketahanan
Pangan Rumah Tangga dan merumuskan Rumusan Strategi Ketahanan Pangan
Rumah Tangga. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus yaitu
dengan melakukan wawancara kepada semua Kepala Rumah Tangga dan
observasi terhadap seluruh kegiatan program KRPL di tiga tempat penilitian.
Sedangkan untuk penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif dan survei
dimana metode ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada semua
Kepala Rumah Tangga yang berada di wilayah penelitian. Data yang ada dianalisa
dengan Penghitungan Kerawanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan AKG dan
analisis regresi ordinal serta analisis SWOT untuk menganalisis Strategi
Ketahanan Pangan di Wilayah Kota Tangerang selatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program KRPL yang dijalankan di wilayah penelitian cukup
efektif dan berhasil serta Tingkat Kerawanan Pangannya berstatus Tahan Pangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang ketahanan pangan adalah tingkat
Pendidikan dan Pekerjaan Kepala Rumah Tangga. Strategi ketahanan pangan
yang ditetapkan berdasarkan SWOT adalah peningkatan kapasitas produksi
pangan, optimalisasi pemanfaatan lahan yang ada, peningkatan intensitas
koordinasi dengan pihak terkait, dan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang
ada. Keputusan pemerintah mengimplementasikan program KRPL pada tahun
2018 dianggap dapat mengatasi masalah ketahanan pangan di wilayah penelitian
mengingat wilayah tersebut mempunyai tingkat partisipasi masyarakat yang aktif
dan pemberdayaannya yang tinggi

The high population growth rate in South Tanggerang accompanied by the
fluctuating production of foodstuffs has made food security in South Tanggerang
a concern for stakeholders, especially the government. The government then runs
the Sustainable Food House Area program to improve Food Security in the area.
The purpose of research conducted at KRPL Al Munawaroh, KWT Karya Ibu and
LSM Kebun Kumara was to analyze the Sustainable Food House Area Program
(KRPL), analyze the effectiveness of the KRPL Program through the Food
Insecurity Level with the AKG, compare the Food Inability Level with the RDA,
analyze what factors Only Affects Opportunities for Household Food Security and
formulates Strategy Formulation of Household Food Security. This type of
research is qualitative and quantitative research. For qualitative research using the
case study method, namely by conducting interviews to all household heads and
observing all KRPL program activities in three research locations. Meanwhile,
quantitative research uses descriptive and survey methods where this method is
carried out by distributing questionnaires to all household heads in the research
area. Existing data were analyzed by calculating household food insecurity based
on the RDA and ordinal regression analysis and SWOT analysis to analyze the
Food Security Strategy in South Tangerang City. The results showed that the
KRPL program which was implemented in the study area was quite effective and
successful and the Food Insecurity Level was Food Resistant. The factors that
influence the opportunities for food security are the level of education and
occupation of the head of the household. The food security strategy set based on
SWOT is to increase food production capacity, optimize the use of existing land,
increase the intensity of coordination with related parties, and evaluate existing
performance. The government's decision to implement the KRPL program in 2018
is considered to be able to overcome the problem of food security in the research
area considering that the region has a high level of active community participation
and empowerment.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evida Karismawati
"Ketahanan pangan merupakan bagian dari ketahanan ekonomi yang mendukung ketahanan nasional. Ketidakmampuan untuk mencapai ketahanan pangan disebut sebagai kerawanan pangan. Angka Rawan Pangan (ARP) tertinggi berada pada kawasan Maluku Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kerawanan pangan rumah tangga berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Food Insecurity Experience Scale (FIES) di kawasan Maluku Papua, menganalisis model risiko atas kerawanan pangan rumah tangga tersebut, dan menyusun strategi pengendalian risiko atas kerawanan pangan rumah tangga tersebut. Data yang digunakan merupakan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2018 yang diselenggarakan oleh BPS. Tingkat kerawanan rumah tangga di kawasan Maluku Papua menurut AKG pada kategori sangat rawan pangan sebesar 26,2 persen dan pada kategori rawan pangan sebesar 28,2 persen, sedangkan menurut FIES pada kategori rawan pangan berat sebesar 2,1 persen dan pada kategori rawan pangan sedang sebesar 10,7 persen. Risiko kerawanan rumah tangga berdasarkan AKG secara signifikan meningkat pada usia KRT yang lebih muda, jenis kelamin KRT laki-laki, jenis pekerjaan KRT pada selain sektor formal, KRT berstatus tidak bekerja, pendidikan KRT yang lebih rendah, tingkat pengeluaran rumah tangga yang lebih rendah, jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak, rumah tangga yang tidak memperoleh bantuan pangan, rumah tangga miskin, tinggal pada daerah perkotaan, dan tinggal pada daerah rawan pangan. Risiko kerawanan rumah tangga berdasarkan FIES di kawasan Maluku Papua secara signifikan meningkat pada usia KRT yang lebih muda, jenis kelamin KRT perempuan, jenis pekerjaan KRT pada selain sektor formal, KRT tidak bekerja, pendidikan KRT yang lebih rendah, tingkat pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi, rumah tangga yang memperoleh bantuan pangan, tinggal di daerah perkotaan, dan tinggal pada daerah rawan pangan. Upaya pengendalian risiko kerawanan pangan rumah tangga di kawasan Maluku Papua dapat dioptimalkan dengan pemberdayaan rumah tangga.

Food security is a part of economic security which supports national security. Food security is the inability to achieve food security. The food insecurity rate in Maluku and Papua is the highest. The purposes of this study are to measure the level of household food insecurity based on Recommended Daily Allowance (RDA) and Food Insecurity Experience Scale (FIES) in Maluku and Papua, analyze the risk model of household food insecurity, and also develop a strategy for controlling risk of household food insecurity. This study uses Sosio-Economic National Survey (Susenas) Data by Statistics Indonesia on March 2018. According to RDA, the level of household most food insecurity is 26.2 percent and the level of household food insecurity is 28.2 percent. According to FIES, the level of household severe food insecurity is 2.1 percent and the level of household moderate food insecurity is 10.7 percent. The risk of household food insecurity based on RDA in Maluku and Papua significantly increases among the younger household head, male household head, household head who is not working in the formal sector, unemployment household head, lower level of household expenditure, bigger household size, household that do not receive food assistance, poor household, live in urban area, and live in food insecure areas. The risk of household food insecurity based on FIES in Maluku and Papua significantly increases among the younger household head, male household head, household head who is not working in the formal sector, unemployment household head, lower level of household expenditure, bigger household size, household that do not receive food assistance, poor household, live in urban area, and live in food insecure areas. The efforts to control the risk of household food insecurity in Maluku Papua can be optimized by household empowerment."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaya
"Masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan terhadap kerawanan pangan. Strategi bertahan mereka unik karena berkaitan dengan budaya dan kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi bertahan pada keluarga tahan pangan dan keluarga rawan aman pada Masyarakat Adat Kaluppini di Sulawesi Selatan. Informan adalah ibu balita. Enam puluh satu ibu terlibat dalam penelitian ini. Semua informasi dicatat, ditranskripsi verbatim dan dianalisis menggunakan Dedoose. Strategi yang sama diterapkan seperti meminjam makanan/uang serta melakukan strategi tradisional. Keluarga rawan pangan mencari penghasilan tambahan dengan cara mencari pekerjaan tambahan di kota sedangkan keluarga tahan pangan bekerja di luar pulau atau ke negeri.

Indigenous peoples are the most vulnerable to food insecurity. Their coping strategies were unique because related to culture and belief. This study aimed to explore coping strategies among food secure and food insecure households of Kaluppini Indigenous People in South Sulawesi. Informants were mothers of under five. Sixty one mothers involved in this study. All information was recorded, transcribed verbatim and analyzed by using Dedoose. The same strategies were applied such as borrowing food money and doing traditional coping. Food insecure households generated additional money by seeking additional job in town while food secure households migrated to the other islands or working overseas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofi Ana Sari
"

Derajat kesehatan penduduk Indonesia secara agregat dilihat dari harapan hidup saat lahir cenderung meningkat, namun tidak di semua tahun tersebut dalam kondisi sehat. Estimasi World Health Organization (WHO) ada sekitar 9 tahun (12,67 persen) di masa hidup seseorang dalam keadaan tidak sehat. Indikator kesehatan dapat juga dilihat melalui seberapa besar beban penyakit yang terjadi per populasi tertentu dapat digunakan Dissability Adjusted Life Years (DALYs). Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan 3 terbawah untuk DALYs terbesar. Selain itu, data keluhan kesehatan untuk Indonesia tahun 2017 meningkat dalam dua dekade. Kondisi kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya rawan pangan serta peran program pemerintah yang terkait bantuan pangan dan jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh rawan pangan, penerimaan bantuan pangan dan kepemilikan jaminan kesehatan pada keluhan kesehatan dan dikontrol oleh karakteristik demografi dan sosial ekonomi (daerah tempat tinggal, jenis kelamin, umur, pendidikan, akses air minum, sanitasi, dan status ekonomi), dan fasilitas kesehatan per kepadatan penduduk. Data yang digunakan yaitu data Survei sosial ekonomi Indonesia (Susenas) yang dilakukan pada bulan Maret 2018, dianalisis menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil studi menunjukkan bahwa individu dengan tingkat rawan pangan sedang hingga parah memiliki risiko mengalami keluhan kesehatan dan terganggu lebih dari 2 kalinya yang tahan pangan. Pemilik jaminan kesehatan BPJS PBI/Jamkesda memiliki risiko keluhan kesehatan yang lebih rendah dari yang BPJS berbayar. Individu yang menerima bantuan pangan dan jamkes BPJS PBI/Jamkesda (penerima bantuan iuran jamkes) memiliki probabilitas keluhan kesehatan lebih kecil daripada menerima salah satu bantuannya. Intervensi pemerintah pada individu rawan pangan sedang/parah dibutuhkan pemberian bantuan pangan dan jaminan kesehatan berupa BPJS PBI/Jamkesda, terutama pada kelompok umur lansia, tinggal di perdesaan, berjenis laki-laki yang belum memiliki jaminan kesehatan.


The degree of health of the Indonesian population in aggregate from life expectancy at birth tends to increase, but not all years are in a healthy condition. The estimation of the World Health Organization (WHO) is around nine years (12.67 percent) in a person's lifetime in an unhealthy state. Health indicators can also be seen through how much disease burden occurs per particular population can be used Disability Adjusted Life Years (DALYs). Compared to Southeast Asian countries, Indonesia ranks the bottom 3 for the largest DALYs. Also, health complaints data for Indonesia in 2017 increased in two decades. The health conditions can be influenced by many factors, including food insecurity and the role of government programs related to food aid and health insurance. This study aims to study the effect of food insecurity, receipt of food aid and ownership of health insurance on health complaints and controlled by demographic and socio-economic characteristics (area of residence, gender, age, education, access to drinking water, sanitation, and economic status), and health facilities per population density. The data used are data from the Indonesian Socio-Economic Survey (Susenas) conducted in March 2018, analyzed using multinomial logistic regression. The results of the study show that individuals with moderate to severe levels of food insecurity have a risk of experiencing severe health complaints more than twice that which is food resistant. The owner of the BPJS PBI/Jamkesda health insurance has a lower risk of health complaints than the paid BPJS. Individu who has receive food assistance and health insurance BPJS PBI/Jamkesda have a smaller probability of health complaint than receiver food assistance. Government intervention in individuals with moderate/severe food insecurity is needed to provide food assistance and health insurance BPJS PBI/Jamkesda, especially in the elderly age group, living in rural areas, men who do not have health insurance.

"
2019
T54715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Habib Maksum Ashari
"Keberadaan pangan, baik pangan pokok maupun non-pokok, sangat penting karena pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan papan. Sawah sebagai aset alam mampu menghasilkan padi untuk kebutuhan pangan pokok. Namun, hasil sawah di Desa Sukawening hanya mampu memenuhi pangan rumah tangga pertaniannya sendiri. Sementara itu, rumah tangga petani juga perlu memenuhi kebutuhan non-pokok untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangganya. Oleh sebab itu, rumah tangga petani perlu melakukan strategi penghidupan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik wilayah, karakteristik rumah tangga, dan strategi penghidupan terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga, serta menganalisis kondisi dimensi penyusun ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan karakteristik wilayahnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 162 responden untuk mengumpulkan strategi penghidupan rumah tangga dan ketahanan pangan; menganalisanya dengan menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistik biner untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan. Temuan mengungkapkan bahwa faktor aksesibilitas secara signifikan berpengaruh pada tingkat ketahanan pangan. Rumah tangga yang berada di aksesibilitas mudah maka berpeluang tahan pangan tiga kali lebih tinggi daripada rumah tangga di aksesibilitas sulit. Meskipun faktor kepemilikan sawah, beban ketergantungan, dan strategi penghidupan tidak berpengaruh secara parsial, namun secara simultan mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Selain itu, dimensi ketahanan pangan rumah tangga yang paling terpengaruh oleh kondisi aksesibilitasnya adalah dimensi akses pangan, sementara dimensi ketersediaan dan pemanfaatan pangan relatif tidak berbeda antar kondisi aksesibilitasnya. Hal ini terjadi karena di wilayah penelitian merupakan daerah pertanian yang memiliki sumber pangan dan memiliki kebiasaan makan yang sama.

Food, both staple and non-staple, is essential since it is one of the most basic human necessities and clothes and shelter. Rice fields, as natural resources, can produce rice to provide staple food as the primary dietary needs. Unfortunately, most rice fields in Sukawening Village can only provide for its household consumption, while it is insufficient for household food security. So, the farmer households need to carry out their livelihood strategies. This study aims to analyse the impact of physical characteristics, household characteristics, and livelihood strategies on food security at the household level; and identify the critical dimensions that create household food security. This study conducted 190 interviews to collect the household livelihood strategy and food security; analysed it by using descriptive analysis and binary logistic regression to determine the factors that influence food security. The findings revealed that the accessibility factor had a substantial impact on food security. Households at the more accessible location have three times the opportunity to be food secure than at the remote site. Although rice field ownership, dependency ratio, and livelihood choices have no partial effect on food security, they all simultaneously affect food security levels. Furthermore, the food access dimension is significantly different on both types of accessibility, while the food availability and food usability are mostly the same in both accessibility areas. It because all the research location was in an agricultural area with food sources and similar eating habits. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sriningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran dan kompetensi penyuluh pendamping terhadap keberhasilan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Selanjutnya penelitian ini mencoba menganalisis kontribusi keberhasilan Gerakan P2KP dalam mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Klaten.
Jenis penelitian ini menggunakan mix methode dengan menggunakan metode embbeded konkuren. Teknik pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner tertutup dengan skala likert dan kuesioner terbuka, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam dan terstruktur. Selain itu, peneliti juga melakukan studi pustaka, observasi dan dokumentasi. Untuk penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan dua variabel independen yaitu peran (X1) dan kompetensi (X2), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan Gerakan P2KP (Y1).
Unit analisis dalam penelitian ini adalah penyuluh pendamping P2KP di Kabupaten Klaten pada tahun 2010-2013 dengan jumlah 36 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data tentang responden, analisis regresi linier berganda untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel depernden serta teknik analisis gabungan untuk menggabungkan hasil kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh pendamping mempunyai pengaruh signifikan terhadap keberhasilan Gerakan P2KP yaitu sebesar 26,2%, sedangkan kompetensi penyuluh pendamping mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan Gerakan P2KP sebesar 10,1 %. Secara keseluruhan peran dan kompetensi penyuluh pendamping di Kabupaten Klaten terhadap keberhasilan Gerakan P2KP dapat dikatakan berhasil. Gerakan P2KP di Kabupaten Klaten berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan di Klaten dilihat dari kenaikan skor PPH yaitu pada tahun 2010 sebesar 81,6.

This research is conducted to know the effect and the role of extension assistant competency on the success of the Acceleration Movement of Food Consumption Diversity. Another purpose of this research is to analyze the contribution of the Food Consumption Diversity Acceleration Movement to support food resilience in Klaten Municipal.
This research is conducted by using mix method of embbeded konkuren. The technique in collecting quantitative data was using open and closed questionnaire and measured with likert scale. The qualitative research was conducted by using in-depth and structured interview. Moreover, the researcher conducted putala study, observation and documentation. As for quantitative research, the researcher used two independent variables, the role (X1) and the competency (X2) and the success of P2KP movement as dependent variables (Y).
The unit analysis in this research is 36 P2KP extension assistants in Klaten Municipal on 2010-2013. The technique of data analysis is using descriptive statistics to describe the data about respondents, double linear regression analysis to predict the effect of independent variable on to dependent variable and combined analysis technique to combine the qualitative and quantitative result in this research.
The result of the research showed that the role of extension assistant showed significant effect on the success of P2KP movement, that is about 26,2%, and competency showed significant effect on the success of P2KP movement about 10,1%. Totally, the role and competency of extension assistant in Klaten municipal toward P2KP movement categorized as success. P2KP movement in Klaten contributed to support food resilience in Klaten which can be seen from the increase of PPH score at 2010 is 81,6; at 2011 is 83,1; at 2012 is 89,9 and at 2013 is 91,5.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamam Mas`Adi
"Tesis ini membahas tentang strategi pengembangan pangan lokal berbasis ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan pangan lokal ubi kayu dan mencari alternatif strategi pengembangan pangan lokal ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Treaths). Analisis deskriptif dilakukan dengan memaparkan potensi pengembangan ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang. Sementara Analisis SWOT dilakukan untuk mencari alternatif strategi pengembangan pangan lokal berbasis ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ubi kayu di Kabupaten Batang selama tahun 2008-2012 mengalami tingkat penurunan luas panen sebesar -9,21% dan produksi sebesar -18,31%, tetapi potensi pengembangan ubi kayu masih mampu untuk dikembangkan lebih baik lagi. Berdasarkan analisis SWOT menunjukkan bahwa faktor kekuatan bernilai 2,20 dan faktor peluang bernilai 1,95, sehingga Grand Strategy berada di Kuadran I. Kuadran I berarti strategi SO (Strategi Agresif), yaitu strategi menggunakan seluruh kekuatan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Selanjutnya urutan prioritas strategi terpilih adalah: (1) pengembangan kapasitas produksi ubi kayu, (2) pengembangan mutu dan keragaman pangan ubi kayu, (3) peningkatan citra pangan tradisional ubi kayu, (4) peningkatan keberdayaan dan partisipasi masyarakat.

This thesis discusses the development strategic for local food based on cassava to support of food security in Batang District. This studies aim to determine for development potential and seek development strategies alternative of local food based on cassava in support of food security in Batang. The method was used quantitative descriptive, approached by SWOT (Strengths Weakness Opportunities Treaths) analysis. Descriptive analysis describe development potential of cassava to support of food security in Batang District. While the SWOT analysis was used to find alternative strategies local food based on cassava to support of food security in Batang District.
The results showed that the development of cassava in Batang District during 2008-2012 has decreased harvested area was -9.21% and production was - 18.31%, but potential for cassava development is still able to be developed better. Based on the SWOT analysis shows that the Strengths factor was 2.20 and Opportunities factor was 1.95, so the Grand Strategy was in Quadrant I. Quadrant I means SO strategy (Aggressive Strategy), its strategy uses all the Strenghts and take Opportunities as large possible. Furthermore, the order of priority for selected strategies are: (1) development of cassava production capacity, (2) development of food quality and diversity of cassava, (3) image enhancing of cassava traditional food, (4) increasing the empowerment and participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>