Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Wirdiani Fathiah
"Faktor transkripsi Hoxa 10 dan gen targetnya integrin αvβ3, keduanya adalah marka penting yang meregulasi kondisi endometrium reseptif. Stimulasi ovarium telah dilaporkan dapat mengganggu reseptifitas endometrium yang berkaitan dengan kegagalan implantasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh stimulasi rFSH terhadap tingkat ekspresi Hoxa 10 dan integrin αvβ3 pada endometrium selama fase sekresi, serta menilai hubungan korelasi keduanya. Metode, dipilih 27 tikus betina dengan siklus estrus normal dibagi dalam kelompok siklus alamiah dan dua kelompok dengan siklus terstimulasi, dilakukan penyuntikan rFSH dosis 12,5 IU dan 25 IU dan 48 jam kemudian dilanjutkan penyuntikan hCG dosis 10 IU. Pengambilan sampel uterus dilakukan pada hari pertama, kedua dan ketiga setelah penyuntikan hCG. Ekspresi kedua marka dinilai menggunakan teknik imunohistokimia dan Western Immunoblotting. Hasil, Ekspresi Hoxa 10 di stroma tidak berbeda antara kelompok kontrol dan distimulasi dosis 12,5 UI (P > 0,05). Ekspresi integrin αvβ3 di epitel luminal tidak menurun secara bermakna akibat distimulasi dosis 25 UI (P > 0,05) dan perubahan ekspresi integrin αvβ3 di epitel kelenjar juga tidak berbeda bermakna setelah pemberian stimulasi (P > 0,05). Kedua marka berkorelasi positif pada hari kesatu (r = 0,607) dan hari ketiga ditemukan korelasi negatif (r = -0,616). Dari data tersebut disimpulkan bahwa stimulasi rFSH tidak menurunkan ekspresi Hoxa 10 dan integrin αvβ3 pada fase sekresi.
The transcription factor Hoxa 10 and its target gene the αvβ3 integrin, are both essential molecules that regulate receptivite endometrial condition. Giving ovarian stimulation has been reported to impair endometrial receptivity in association with implantation failure. The aim of this study was to analyze the effect of rFSH administration on the expression level of Hoxa 10 and αvβ3 integrin in the endometrium during the secretory phase, as well as assess the correlation between the two. Methods, 27 Wistar female rats with normal estrus cycles were selected divided into natural cycle group and two groups were stimulated cycle of rFSH doses of 12.5 IU and 25 IU and 48 hours later followed by injection of hCG dose 10 IU. Uterine sampling was carried out on the first, second and third day after hCG injection. Hoxa 10 and αvβ3 integrin expression was assessed using immunohistochemistry and Western Immunobloting techniques. As a results, the expression of Hoxa 10 in the stromal cell did not differ between the control group and the group with stimulation dose 12,5 UI (P>0,05). The expression of αvβ3 integrin in the luminal epithelium did not decrease significantly due to stimulation dose 25 UI (P>0,05) and changes in αvβ3 integrin expression in the epithelial glands did not show a significant difference after stimulation (P>0,05). Both proved to be positively correlation on the first day (r = 0,607) and on the third day negatifly correlation (r = -0,616). From these data it was concluded that rFSH stimulation did not decrease Hoxa 10 and αvβ3 integrin expression in the secretory phase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Saddang
"Pendahuluan : Adenomiosis adalah sebuah kelainan jinak ginekologi dengan insidensi diperkirakan 20%, dimana kondisi ini berkaitan dengan nyeri pelvis kronis serta infertilitas. Saat ini pilihan terapi adenomiosis terbatas pada meringankan gejala menggunakan antinyeri, manipulasi hormon, dan pembedahan dengan efek samping yang signifikan dan dikontraindikasikan pada wanita yang ingin hamil. Salah satu pilihan terapi yang sedang dikembangkan saat ini adalah microRNA. Telah diketahui sebelumnya bahwa terdapat penurunan ekspresi E-Cadherin pada pasien adenomiosis, dimana salah satu yang meregulasi E-Cadherin adalah microRNA-10b. Selain itu diketahui microRNA-let-7a, yang mempengaruhi ekspresi gen KRAS, mengalami disregulasi pada berbagai kondisi dengan proliferasi abnormal, seperti pada kondisi keganasan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara ekspresi microRNA let-7a terhadap KRAS dan microRNA-10b terhadap E-Cadherin pada jaringan endometrium adenomiosis dan jaringan endometrium non-adenomiosis.
Desain : Studi potong lintang dengan analitik komparatif dan analitik korelasi.
Material dan Metode : Sampel penelitian didapat dari total 31 wanita yang datang berobat ke poliklinik ginekologi atau klinik fertilitas RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dengan 17 subyek dimasukkan ke dalam kelompok adenomiosis, dan 15 subyek ke dalam kelompok non-adenomiosis. Sampel dari tiap subyek diambil melalui tindakan histeroskopi, laparoskopi, maupun laparotomi operatif, bergantung pada indikasi masing-masing subyek. Pada masing-masing sampel kemudian dilakukan pengukuran kadar ekspresi microRNA-10b, microRNA-let-7a, E-Cadherin, serta KRAS.
Hasil : Terdapat perbedaan signifikan ekspresi E-Cadherin antara kelompok adenomiosis dan non-adenomiosis (P=0,001). Sementara itu tidak ditemukan perbedaan signifikan pada ekspresi microRNA-10b, microRNA-let-7a, dan KRAS antara kedua kelompok. Uji korelasi menunjukkan korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-let-7a dengan KRAS pada kelompok non-adenomiosis (R=-0.287; P=0.3), namun tidak pada kelompok adenomiosis. Terdapat korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-10b dengan E-Cadherin pada kedua kelompok sampel.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan signifikan pada ekspresi E-Cadherin antara kelompok adenomiosis dan non-adenomiosis. Terdapat korelasi negatif lemah antara ekspresi microRNA-let-7a dengan KRAS pada kelompok non-adenomiosis.

Introduction : Adenomyosis is a benign gynecologic disorder with incidence estimation up to 20%. This condition is strongly associated with chronic pelvic pain and infertility. Until now, treatments of this disorder are limited to symptomatic relief using painkillers, hormonal therapy, and surgical procedure. But these treatments come with significant side effects and are contraindicated for women planning to conceive. One of the therapeutic options currently being developed is microRNA. It has been known previously that there is a decrease in the expression of E-Cadherin in adenomyosis patients. And one of the factors that regulates E-Cadherin is microRNA-10b. In addition, microRNA-let-7ahas been discovered to affect KRAS gene expression, and it is dysregulated in various conditions with abnormal proliferation, such as in conditions of malignancy.
Purpose : The purpose of this study is to observe the correlation between expression of microRNA-10b and E-Cadherin, microRNA-let-7a and KRAS, in endometrial tissue of adenomyosis and non-adenomyosis patients.
Design : Cross-sectional study using comparative and correlation analytic.
Materials and Methods : Samples were collected from 31 women at gynecology and fertility clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Subjects are categorized into two groups, adenomyosis group with 17 subjects, and non-adenomyosis group with 15 subjects. Samples were taken through hysteroscopy, laparoscopy, or laparotomy, depending on the procedure indications for each subject. The expression of microRNA-10b, microRNA-let-7a, E-Cadherin, and KRAS then analyzed from each sample.
Result : A significant difference was found in E-Cadherin expression between adenomyosis and non-adenomyosis groups (P=0.001). No significant differences were found in the expression of microRNA-10b, microRNA-let-7a, and KRAS between the two groups. A weak negative correlation was found between the expression of microRNA-let-7a and KRAS in non-adenomyosis group (R=-0.287; P=0.3), but not in adenomyosis group. A weak negative correlation was found between the expression of microRNA-10b and E-Cadherin in both groups.
Conclusion : In this study we observed significant difference in E-Cadherin expression between adenomyosis and non-adenomyosis groups; a weak negative correlation between the expression of microRNA-let-7a and KRAS in the non-adenomyosis group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Zulhulaifah
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor proliferasi sel sebagai peyebab ketidaksiapan endometrium untuk implantasi setelah pemberian berbagai dosis rekombinan FSH (rFSH) dengan melihat tingkat ekspresi FSH-Reseptor (FSHR) dan ekspresi protein KI-67. Sampel penelitian ini adalah bahan biologi tersimpan (BBT) dari jaringan endometrium Macaca nemestrina. Total sampel 15, sampel terdiri dari tiga kelompok yang diberikan GnRH agonis dosis tetap dan rFSH dengan dosis stimulasi berbeda, yaitu 30IU, 50IU, dan 70IU dan satu kelompok kontrol. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara berbagai dosis rFSH yang diberikan dengan ekspresi FSHR dan ekspresi protein Ki67 pada sel endometrium Macaca nemestrina. Tingkat ekspresi FSHR dan ekspresi Ki67 ditemukan tidak berkorelasi siginifikan. Dosis rFSH yang lebih tinggi tidak menurunkan ekspresi FSHR dan Ki67 serta tidak terdapat korelasi antara ekspresi FSHR dengan ekspresi Ki67.

This study was conducted to look at cell proliferation factors as causes of endometrial unpreparedness for implantation after administration of various recombinant FSH doses (rFSH) by looking at FSH-receptor (FSHR) expression and expression of KI-67 proteins. The study sample was stored biological material (SBM) from endometrial tissue of Macaca nemestrina. The total sample was 15, the sample consisted of three groups given fixed-dose GnRH agonists and different stimulation doses, namely 30IU, 50IU, and 70IU and one control group. we found not significantly different between various doses of rFSH with FSHR and Ki67 expression in endometrial tissue Macaca nemestrina. We found not correlation significantly between FSHR expression and Ki67 Expression endometrial tissue Macaca nemestrina. Higher rFSH doses did not reduce FSHR expression and Ki67 and there was no correlation between FSHR expression and Ki67 expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Merry Amelya Puspita
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ekspresi reseptor leptin
endometrium dengan ekspresi reseptor αvβ3 integrin endometrium pada fase luteal
madya pasien infertilitas, untuk mencari tahu salah satu penyebab kegagalan
implantasi. Nilai leptin lokal endometrium dinilai melalui ekspresi leptin endometrium
dan daya terima endometrium dinilai melalui ekspresi reseptor αvβ3 integrin
endometrium. Penelitian ini dengan desain potong lintang di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Ekspresi reseptor dinilai dari H-score pada pewarnaan
imunohistokimia yang diambil dengan cara biopsi endometrium sebagai baku emas.
Dari 30 sampel didapatkan ekspresi reseptor leptin endometrium baik pada 23 sampel
(76,7%), ekspresi reseptor leptin endometrium buruk pada 7 sampel (23,3%),
sedangkan hasil daya terima endometrium baik pada 24 sampel (80%), dan daya
terima endometrium buruk pada 6 sampel (20%). Uji analisis membuktikkan kadar
leptin serum berkorelasi kuat dengan ekspresi leptin endometrium (r=0,67;p<0,01)
dengan ekspresi leptin endometrium, dan ekspresi leptin endometrium berkorelasi
dengan daya terima endometrium (r=0,72;p<0,01). Analisis multivariat menyebutkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya terima endometrium secara berurutan
adalah progesteron, ekspresi leptin endometrium, dan kadar leptin serum. ;The aim of this study is to correlate between endometrial leptin receptor expression
with endometrial integrin αvβ3 expression on mid luteal phase of infertility patients to
know one of the cause of implantation failure. Leptin played important role in female
neuroendocrine and endometrial implantation. Local leptin value were assessed
through the expression of leptin endometrial receptor and endometrial receptivity
assessed through the expression of integrin αvβ3 endometrial. This study was crosssectional
design
in
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo.
The
expression
of
the
receptor
rated
of
H-score
on immunohistochemical staining were taken by endometrial biopsy
as the gold standard. From 30 samples obtained, good endometrial leptin receptor
expression were found in 23 samples (76.7%), poor endometrial leptin receptor
expression in were found 7 samples (23.3% ), good endometrial receptivity were
found in 24 samples (80%) and poor endometrial receptivity in 6 samples (20%).
Result of this study show leptin serum was strongly correlated (r=0,67;p<0,01) with
leptin endometrial receptor expression and endometrial leptin receptor expression was
strongly correlated with endometrial integrin αvβ3 expression (r=0,72;p<0,01).
Multivariate analysis show factors that correlate to endometrial receptivity
sequentially are progesterone, endometrial leptin receptor, and leptin serum. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Astri Yuwono
"Latar Belakang: Endometriosis dan infertilitas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Namun etiopatogenesis terjadinya infertilitas pada kasus endometriosis sangat beragam. Teori yang berkembang akhir-akhir ini adalah buruknya reseptivitas endometrium. Gen HOXA 11 adalah salah satu gen yang berperan dalam reseptivitas endometrium karena berkorelasi dengan penanda lain seperti Leukemia Inhibitory Factor LIF, B3integrin, dan EMX2. Teori epigenetik yang berkembang adalah terjadi hipermetilasi pada gen HOXA 11 sehingga terjadi penurunan ekspresi gen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada Juli 2015 - Juni 2016. Subjek penelitian adalah pasien endometriosis yang terbukti secara histopatologi dengan infertilitas dan kelompok kontrol merupakan pasien non-endometriosis yang fertil. Status metilasi gen HOXA 11 dari sampel endometrium eutopik pada kedua kelompok ini diperiksa dan dibandingkan.
Hasil: Enam pasien endometriosis dan enam pasien kontrol diambil sebagai subjek. Perbedaan tingkat metilasi gen HOXA 11 pada kedua kelompok ini berbeda secara signifikan dengan nilai p 0.03 dengan perbedaan rerata peningkatan kadar metilasi pada kelompok pasien endometriosis sebesar 33.
Kesimpulan: Gen HOXA 11 yang berperan dalam reseptivitas endometrium mengalami hipermetilasi pada pasien dengan endometriosis dan infertilitas.

Introduction: Endometriosis compromises infertility in some patients. They have close relationship and many etiologies have been proposed. HOXA11 has important role in window implantation because it is related to other endometrial receptivity markers such as Leukemia Inhibitory Factor LIF , B3integrin, and EMX2. Recently, many researchers found poor endometrial receptivity in endometriosis due to hyper methylation of HOXA11 gene. Therefore, this study aims to find out the HOXA11 gene profile on endometriosis patients with infertility in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2015 June 2016. The subjects were endometriosis patients with infertility who have been confirmed histopathological. The control group was taken from non endometriosis and fertile patients. Eutopic endometrium samples were taken and examined for the methylation of HOXA11 gene.
Results: Both groups consist of six patients. The difference of methylation of HOXA 11 gene between those two groups is statistically significant p 0.03 . There was hyper methylation in endometriosis group.
Conclusion: There is a hyper methylation of HOXA 11 gene in eutopic endometrium of endometriosis patients with infertility. Thus, possibly can explain the poor endometrial receptivity in endometriosis patient and give a broad research area in epigenetic therapy of endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Dwi Prasojo
"Infertilitas adalah suatu masalah ataupun keadaan yang komplek dan berhubungan dengan banyak hal. Didefinisikan sebagai keadaan tidak terjadinya kehamilan setelah >1 tahun melakukan hubungan seksual secara normal dan teratur, tidak ada usaha menunda dan atau mencegah kehamilan, serta tidak menggunakan salah satu metode kontrasepsi . Hal ini diderita oleh sekitar 10% - 15% pasangan usia reproduksi. Saat ini jumlah kasus maupun penderita infertilitas yang mencari pengobatan meningkat.
Kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa keberhasilan implantasi dan plasentasi. Implantasi merupakan proses yang kompleks dimana terjadi proses penggabungan embrio pada dinding endometrium. Selama siklus haid, endometrium mengalami berbagai perubahan yang diperlukan untuk implantasi embrio. Penelitian-penelitian menunjukkan implantasi blastokista terjadi pada hari ke-20 siklus haid pada siklus ideal 28 hari. Endometrium reseptif terhadap implantasi hanya dalam waktu yang sempit pada fase luteal, yang sering disebut sebagai jendela implantasi. Pada manusia, jendela implantasi hanya terjadi pada waktu yang terbatas, yaitu pada hari ke 6 sampai ke 10 setelah ovulasi.
Agar proses implantasi berlangsung baik dibutuhkan suatu keadaan lingkungan endometrium yang optimal / resepfive, untuk menerima blastokista yang akan berimplantasi, dikenal sebagai jendela implantasi.5'7 Pada manusia, jendela implantasi hanya terjadi pada waktu yang terbatas yaitu pada hari ke 6 sampai ke 10 setelah ovulasi.
Dalam dekade terakhir, dilakukan penelitian untuk mencari marker spesifik guna menilai reseptivitas endometrium. Banyak protein endometrium yang diusulkan menjadi marker ini. Beberapa peneliti memfokuskan integrin sebagai marker potensial, dan menemukan bahwa molekul integrin di epitel dan desidua mengalami perubahan pada saat implantasi. Integrin adalah kelompok molekul adhesi, berfungsi dalam pengikatan sel dan matriks ekstraseluler, merupakan glikoprotein heterodimer yang mengandung subunit a dan b. Saat ini telah ditemukan 22 molekul integrin yang berbeda, dan tersebar di seluruh tubuh. Integrin avb3 ditemukan pada banyak tipe sel, termasuk sel endotel. Reseptivitas endometrium, yaitu pada jendela implantasi (hari ke 20-24 siklus haid), ditandai dengan adanya integrin spesifik endometrium pada waktu tertentu.
Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah kelompok gangguan yang mengenai traktus genitalia atas wanita, yang diakibatkan karena penyebaran organisme ke atas dari serviks atau vagina menuju endometrium (endometritis), tuba falopii (salpingitis) dan struktur di sekitarnya (abses tubo-ovarium, peritonitis pelvik), sebagian besar penyebab mikroorganisme PRP ialah Chlamydia trachomatis, Nisseria gonorrhoeae atau kuman lain yaitu Bacterial vaginosis, Trichomonas, Escherichia coil, Bacteroides sp, Anaerobic cocci, Mycoplasma hominis, dan Ureaplasma urealyticum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhea Debby Pradhita
"GnRH digunakan dalam program fertilisasi in vitro (FIV) sebagai salah satu regimen stimulasi ovarium. Agonis GnRH memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan endometrium terutama saat fase implantasi. Penggunaan agonis GnRH dapat berefek negatif terhadap perkembangan endometrium setelah pemberian stimulasi ovarium terhadap ekspresi reseptor dan apoptosis sel endometrium. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pemberian agonis GnRH terhadap ekspresi reseptor GnRH dan protein apoptosis sel-sel endometrium fase luteal terhadap perkembangan endometrium. Sampel dari penelitian ini menggunakan bahan biologi tersimpan berupa serum dan jaringan endometrium Macaca nemestrina. Total sampel ada 8 yang terbagi atas 2 kelompok, Stimulasi dan Kontrol. Setiap sampel dilakukan 2 pemeriksaan yaitu Enzym-Linked Immunosorebent Assay (ELISA) untuk serum dan Imunohistokimia (IHK) untuk jaringan endometrium. Jaringan IHK diperiksa dengan 2 jenis antibody, reseptor GnRH dan Caspase 3. Consentrasi diukur menggunakan ELISA reader lalu dikonversi dengan Optical Density (OD) menggunakan software SoftMax Pro. Sel pada jaringan IHK dihitung secara kuantitatif berdasarkan pewarnaan menggunakan software ImageJ lalu dinilai menggunakan IHC Optical Density Score. Tidak ada perbedaan signifikan pada serum GnRH, Reseptor GnRH, dan Caspse 3 diantara kedua kelompok (p> 0,05). Terdapat korelasi negatif pada serum GnRH dengan reseptor GnRH (p=0,014; r=-0,762). Tidak terdapat korelasi antara serum GnRH dengan caspase 3 (p>0,05). Tidak ada korelasi antara reseptor GnRH dengan caspase 3 (p>0,05).

GnRH is widely used in the embryo fertilization program as one of the ovarian stimulation regimens. At the implantation window, GnRH agonists are known to have an effect on the endometrium directly or indirectly. GnRH estimated has a negative effect on the development of endometrial cells after ovarian stimulation. This study is to analyze the impact of GnRH agonist on ovarian stimulation procedures on receptor expression and endometrial cell apoptosis due to endometrial development. The study sample was a stored biological material (BBT) from serum and the endometrial tissue of Macaca nemestrina. The total sample is 8 and divided into 2 groups, the stimulated and control groups. Each sample will be examined 2 types which are the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) for serum and immunohistochemistry (IHC) for endometrial tissue. IHC was performed with anti-GnRH receptor and caspase 3 antibody. Serum concentration is measured using an ELISA reader and then converts to a concentration using SoftMax Pro Software. Quantitative data of IHC were performed using the Image-J Analyzer programs and scored by IHC Optical Density Score. There is no significant difference between GnRH serum, GnRH receptors, and Caspase 3 in stimulation or control group (p>0,05). There was a strong negative correlation between serum GnRH levels and GnRH receptors (p=0,14; r=-0,762). There was no correlation between GnRH in serum with activation of caspase 3 (p>0,05). There was no correlation between GnRH receptors with activation of caspase 3 (p>0,05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmaningrum
"ABSTRAK
Latar Belakang: Stimulasi ovarium terkendali (SOT) merupakan langkah krusialdalam prosedur fertilisasi in vitro (FIV). SOT dilakukan dengan memberikan hormon gonadotropin eksogen. Pemberian hormon eksogen ini akan menyebabkan kondisi suprafisiologis hormon steroid. Perubahan kadar hormon-hormon steroid ini mempengaruhi reseptivitas endometrium, sehingga berpengaruh pada peristiwa implantasi. Biomarker mucin-1 dapat digunakan sebagai indikator terhadap perubahan yang terjadi dalam jaringan endometrium.
Tujuan: Mengetahuipengaruh prosedurSOT dengan berbagai dosis r-FSH yang berbeda pada ekspresi mucin-1 pada berbagai kompartemen jaringan endometrium dari hewan primata Macaca nemestrina.
Metode: Studi ini menggunakan jaringan uterus Macaca nemestrinayang tersimpan dalam blok paraffin. Subjek terdiri dari 15 kera betina berusiareproduktifdan memiliki riwayat melahirkan. Subjek terbagi dalam empat kelompok; kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang mendapatkan administrasi r-FSH dengan dosis yangberbeda (30, 50, dan 70 IU) sesuai dengan protokol SOT. Immunohistokimia dilakukan pada jaringan endometrium dan ekspresi mucin-1 dihitung menggunakan pluginRGB Measuredari perangkat lunak imageJ dan secara manual. Hasil kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu-arah, uji post-hocTukey HSD, dan uji korelasi bivariat Pearson
Hasil dan Pembahasan: Tedapat perbedaan ekspresi mucin-1 yang bermakna pada kompartemen kelenjar endometrium antara kelompok intervensi dengan uji ANOVA satu arah (F (3,10) = 7,474, p = 0,007). Namun, hasil yang tidak bermakna ditunjukkan dalam luminal (F (3,8) = 1,129, p = 0,394) dan stromal (F (3,11) = 1,129, p = 0,357) endometrium. Hasil yang signifikan dari kelenjar endometrium dapat dijelaskan dengan kondisi suprafisiologis hormon steroid. Sedangkan hasil yang tidak signifikan dapat dijelaskan oleh ekspresi mucin-1 yang terbatasdi bagian stromal, perbedaan 7 hari antara administrasi SOT dan pengambilan jaringan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya jumlah subjek, karena spesies subjek Macaca nemestrina, terbatas untuk pemanfaatan penelitian di negara kami.
Kesimpulan: Perbedaan dosis r-FSH memiliki pengaruh ekspresi mucin-1 pada jaringan endometrium secara signifikan pada bagian glandular namun tidak pada bagian stromal dan luminal.

ABSTRACT
Different r-FSH dosages affects mucin-1 expression on endometrial tissues significantly in glandular parts but not in luminal and stromal parts."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Viola Miranda
"Latar belakang: Meski krusial untuk keberhasilan fertilisasi in vitro (FIV), stimulasi ovarium terkendali (SOT) diketahui dapat menurunkan reseptivitas endometrium dan mempengaruhi keberhasilan prosedur tersebut secara keseluruhan. Hal ini terkait dengan administrasi recombinant follicle stimulating hormone (r-FSH) yang meregulasi ekspresi regulator reseptivitas endometrium, termasuk leptin, melalui perantara estradiol.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis r-FSH pada SOT terhadap perubahan ekspresi leptin pada jaringan endometrium Macaca nemestrina (beruk).
Metode: Penelitian ini menggunakan blok parafin berisi jaringan uterus Macaca nemestrina fase midluteal dari penelitian sebelumnya. Subjek adalah 15 beruk betina usia reproduktif (8-10 tahun) dengan riwayat melahirkan yang dibagi ke dalam empat kelompok: kelompok dengan administrasi r-FSH dosis 30 IU, 50 IU, 70 IU (kelompok intervensi), dan tanpa pemberian r-FSH (kelompok kontrol). Stimulasi ini diberikan selama 10 atau 12 hari pertama siklus haid. Pewarnaan dilakukan secara immunohistokimia. Ekspresi leptin diukur menggunakan plugin IHC Profiler pada software ImageJ serta dihitung secara semikuantitatif sebagai Histological Score (H-score). Analisis statistik untuk data normal dan homogen dilakukan dengan ANOVA satu arah, sedangkan untuk data tidak normal atau tidak homogen dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil dan Pembahasan: Pengaruh SOT pada jaringan endometrium ditemukan pada kompartemen epitel kelenjar, stroma, dan epitel luminal. Perbedaan ekspresi leptin antara keempat kelompok pada ketiga kompartemen tersebut bersifat tidak bermakna secara signifikan (Fkelenjar(3,10) = 0.464, p = 0.714; pstroma = 0.436; pluminal = 0.155). Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan r-FSH dan leptin yang tidak bersifat langsung, tetapi diperantarai oleh estradiol. Limitasi penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil, serta keterbatasan dalam mengukur durasi fase siklus haid dan cadangan ovarium pada subjek penelitian.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Dyah Puspitasari
"Latar Belakang: Dengan tingginya angka kasus infertilitas, terdapat beberapa teknologi yang dapat digunakan sebagai tata laksana. Salah satunya adalah teknologi Fertilisasi In Vitro (IVF), yang dilakukan dengan menstimulasi pasien dengan hormon FSH untuk mengembangkan lebih banyak oosit dan mengambil oosit tersebut setelahnya untuk menginduksi fertilisasi dengan sel sperma. Kualitas oosit dievaluasi dengan mengukur ekspresi oocytes-secreting factors yang salah satunya adalah gen BMP15. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat korelasi antara dosis rFSH dan ekspresi gen BMP15 pada pasien IVF. Tujuan: Mengetahui korelasi dosis rekombinan FSH terhadap ekspresi gen BMP15 sel granulosa pada pasien Fertilisasi In Vitro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan di Klinik Yasmin, Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta sejak bulan Juli 2019 hingga bulan Juli 2020. Terdapat 20 wanita berusia 25-40 tahun tanpa endometriosis dan Sindrom Ovarium Polikistik yang menjadi subjek penelitian ini. Pada pasien, dilakukan pengambilan cairan folikel dan kemudian dilakukan pengukuran ekspresi gen BMP15 pasien. Data ekspresi gen BMP15 kemudian dievaluasi dan diuji korelasinya dengan dosis rFSH menggunakan aplikasi SPSS. Hasil: Sebanyak 17 pasien IVF berpartisipasi dalam penelitian ini. Median jumlah ekspresi gen BMP15 adalah sebanyak 6.49 x 10-10 ng/ml dan rata-rata dosis rFSH yang diberikan pada pasien adalah sebanyak 2660.29±165.24. Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat korelasi positif antara dosis rFSH dan ekspresi BMP15 dengan signifikansi sedang (r = 0.419, p = 0.047). Kesimpulan: Terdapat korelasi positif dengan signifikansi sedang antara dosis rFSH dan ekspresi gen BMP15.

Background: With the high number of infertility cases, there are technologies that are used as the management of infertility. One of them is in vitro fertilization, which is done by stimulating the patients to develop more oocytes using FSH hormones and taking the oocytes soon after to induce a fertilization with the sperm cells. We can evaluate the quality of the oocytes by measuring the expression of oocytes-secreting factors, one of which is the BMP15 gene. This study is conducted to see the correlation between the dose of rFSH and the expression of BMP15 genes in the IVF patients. Aim: To find out the correlation between the dose of recombinant FSH and the expression of BMP15 Gene in the Granulosa Cells of IVF Patients. Methods: A cross sectional study was held in Klinik Yasmin, Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta since July 2019 to July 2020. 20 women aged 25-40 years old without the conditions of endometriosis and PCOS participated in this study. Follicular fluids were taken from the patients and the BMP15 gene expression were measured. The data were then evaluated with the amount of rFSH using SPSS. Results: About 17 IVF patients were included in this study. The median amount of BMP15 gene expression was 6.49 x 10-10 ng/ml and the average amount of rFSH dose given to the patients was 2660.29±165.24. According to the correlation test, there was a positive correlation between the rFSH dose and the expression of BMP15 gene with medium significance (r = 0.419, p = 0.047). Conclusion: This study showed a positive correlation between the dose of rFSH given to the IVF patients and the expression of BMP15 gene in the granulosa cells."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>