Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Faruq Fauzi
"Febrile neutropenia merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi yang harus diperlakukan sebagai keadaan darurat medis onkologi. Febrile neutropenia 80% terjadi pada pasien pasca kemoterapi agresif yang diberikan untuk keganasan hematologi. Kemoterapi agresif dapat menyebabkan neutropenia ditambah dengan adanya pencetus lain seperti infeksi. Pengetahuan perawat yang rendah mengenai faktor risiko septikemia dan tempat infeksi utama pada pasien neutropenia sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut akan menyebabkan perawatan dan pengobatan yang diberikan pada pasien febrile neutropenia dengan syok septik akan lebih sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang febrile neutropenia pada pasien leukemia pasca kemoterapi di Rumah Sakit Kanker di Jakarta. Desain penelitian adalah croos sectional deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random. Jumlah sampel sebanyak 150 perawat rawat inap dimana pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan uji frekuensi dengan persentase atau proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat 71,3% memiliki pengetahuan yang cukup tentang febrile neutropenia. Hasil analaisis juga menunjukkan bahwa usia, pendidikan, pengalaman kerja, serta pelatihan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan perawat tentang febrile neutropenia. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan secara berkala seperti pelatihan khusus tentang febrile neutropenia serta evaluasi kompetensi secara berkala penting untuk meningkatkan pengetahuan perawat.

Febrile neutropenia is a side effect of chemotherapy that could be treated as a medical oncology emergency. Febrile neutropenia occurs in 80% of patients' post-aggressive chemotherapy for haematological malignancies. aggressive chemotherapy cause neutropenia coupled with other triggers such as infection. Nurses' low knowledge of risk factors for septicaemia and the main site of infection in neutropenic patients is very worrying. This makes the care and treatment given to febrile neutropenic patients with septic shock more difficult. This study aimed to describe the level of knowledge of nurses about febrile neutropenia in post-chemotherapy leukaemia patients at Cancer Hospital in Jakarta. The research design was descriptive. The sample was recruited using the Proportionate Stratified Random technique. The total sample is 150 nurses. The results showed that most of the nurses 71, 3% have a moderate knowledge of febrile neutropenia. The results of the analysis also showed that age, education, work experience, and training have a significant relationship with nurses' knowledge about febrile neutropenia. The importance of regular efforts to improve knowledge, such as special training on febrile neutropenia and periodic competency evaluations, is important to increase nurse knowledge"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Kirana Dyah Ningrum Mandasari
"ABSTRAK
Leukemia adalah salah satu kanker dengan angka prevalensi dan mortalitas yang tinggi di dunia dan di Indonesia, salah satunya karena terapi yang digunakan saat ini masih banyak menimbulkan efek samping dan tidak bersifat spesifik. Salah satu jenis rumput laut, yaitu Sargassum vulgare, memiliki potensi sebagai agen anti kanker leukemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit skunder dan efek antiproliferatif makroalga Sargassum vulgare terhadap sel kanker leukemia P388 yang diekspresikan dengan nilai IC50. Metode MTT assay digunakan untuk menguji efek antiproliperatif Sargassum vulgare terhadap sel leukimia P388. Pada penelitian ini digunakan empat jenis ekstrak Sargassum vulgare, yaitu ekstrak n-heksana, etanol, kloforom, dan etil asetat dengan lima variasi konsentrasi. Uji fitokimia dilakukan unltuk menganalisis kandungan metabolit sekunder pada setiap ekstrak, sedangkan metode Kromatografi Lapis Tipis KLT digunakan untuk mengetahui jumlah komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tiap ekstrak. Uji fitokimia memperlihatkan hasil positif untuk saponin, tannin, alkaloid, dan triterpenoid. Analisis kualitatif metode kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum vulgare mengandung dua hingga enam senyawa yang berbeda. Hasil uji efek antiproliperatif keempat jenis ekstrak Sargassum vulgare terhadap sel leukimia P388 memberikan nilai IC50 kurang dari 100 ?g/ml, yang diinterpretasikan sebagai agen sitotoksik yang baik terhadap penghambatan proliferasi sel Leukemia P388. Efek antiproliperatif terbaik ditunjukkan oleh esktrak etil asetat Sargassum vulgare, dengan nilai IC50 sebesar 13,7 ?g/ml.

ABSTRACT
Leukemia is the blood cancer with high prevalence and mortality in the world and in Indonesia, due to technology and chemotherapy for treating patients with leukemia has many side effects and poor to treat cancer cell specifically. One of the brown seaweed which has potential to be used as cytotoxic and anticancer agent, especially for leukemia, is Sargassum vulgare. The objective of this research is to know secondary metabolit composition and antiproliferative effect of extract Sargassum vulgare on leukemia P388 cell which can be expressed by IC50 value. The method that was used in this research to analyze antiproliferative effect of Sargassum vulgare extract on leukemia P388 cell. Researcher used four varians of Sargassum vulgare extract which were extracted using n hexane, ethanol, chloforom, and ethyl acetate with five varians of concentration. Phytochemical methode was used to analyzed secondary metabolite composition of fours extract Sargassum vulgae, while qualitative analysis to find out the quantity of chemical compound component of the fours extracts used Thin Layer Chromatography TLC methode. The result of phytochemical methode are positive for saponin, tannin, alkaloid, and triterpenoid. While the result of qualitative analysis using Thin Layer Chromatography showed that the extract contains two to six chemical compounds. Then, measuring of absorbance and continued by analyzing data to obtain IC50 value. The results showed that all of Sargassum vulgare extract had IC50 values less than 100 g ml which could be interpreted as good cytotoxic agen for inhibiting proliferation of P388 leukemia cell. The lowest IC50 value among four extracts of Sargassum vulgare is showed byethyl acetate extract 13,7 g ml , thus has the best potency to be good cytotoxic agent against leukemic cell."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi fenomena yang terjadi pada pasien kanker yang mengalami neutropenia akibat kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalh studi kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif. Fenomenologi deskriptif digunakan karena peneliti ingin memperoleh makna dari pengalaman yang diungkapkan partisipan selama penelitian dilakukan. sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat atau dalam pengobatan RS Kanker Dharmais Jakarta< berjumlah 5 partisipan. Metode pengumpulan data pada penelitian dengan menggunakan wawancara mendalam (incepth interview) dengan bantuan tape recorder/digital vices recorder dilengkapi dengan catatan (fiels notes).
Hasil penelitian ditemukan enam buah tema yaitu: 1) Waktu pengobatan dan perawatan yang lama, 2) persepsi yang salah tentang neutropenia, 3) perasaan negatif dan koping saat neutropenia, 4) kesulitan perawatan diri, 5) dukungan kluarga dan teman, dan 6) harapan saat neutropenia implikasi untuk keperawatan dapat memberikan informasi pengalaman pasien saat mengalami neutropenia akibat kemoterapi, serta dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

The purpose of this study is to explore the phenomena that occur in cancer patients who experience chemotherapy-induced neutropenia. The design of this study is qualitative study using descriptive phenomenolgy. Descriptive phenomenology used because researcher wants to gain the meaning of the patients who were treated in Dharmais Cancer Hospital Jakarta, amounted to 5 participants. Data collection methods in this study using in-depth interviews with the help of a tape recorder/digital voices recorder and field notes.
The research found six themes, namely: 1) the length of treatment and care 2) a wrong perception of neutropenia 3) the negative feelings and coping when neutropenia 4) the difficulty of self-care 5) support of family and friends and 6) expectations and hope when neutropenia. Implication for nursing practice are can give an information about experiences in cancer patients when having neutropenia also as a base fotr further research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sharifah Shakinah
"Latar Belakang Demam neutropenia adalah suatu kondisi gawat darurat yang umum terjadi pada pasien dengan keganasan pasca kemoterapi dengan angka mortalitas mencapai 12.5%. Studi ini hendak menilai peran dari skor CISNE dibandingkan dengan skor MASCC sebagai metode stratifikasi risiko pada pasien demam pada neutropenia pasca kemoterapi pada tumor padat dan tumor hematologis.
Metode Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif pada 95 data pasien demam neutropenia pasca kemoterapi tumor padat dan 73 data pasien demam neutropenia pasca kemoterapi tumor hematologis di RSCM selama periode Januari 2015 - Desember 2019. Dilakukan analisis dan perbandingan area under curve dengan metode DeLong.
Hasil Terdapat perbedaan yang signifikan antara AUC skor CISNE (0,893; IK 95% 0,829 - 0,95, p=0,03) dengan AUC skor MASCC (0,77 ; IK 95% 0,68 - 0,86, p=0,04) pada kelompok tumor padat dan terdapat perbedaan yang signifikan antara AUC skor CISNE (0,91; IK 95% 0,84 - 0,97, p=0,03) dan AUC skor MASCC (0,735; IK 95% 0,68 - 0,86, p=0,04) pada kelompok tumor hematologis.
Kesimpulan Skor CISNE memiliki performa yang lebih baik secara bermakna dibandingkan skor MASCC dalam memprediksi komplikasi pada pasien demam neutropenia pasca kemoterapi tumor padat dan tumor hematologis dengan nilai titik potong 2.

Background Febrile neutropenia is an oncologic emergency that is common in patients with malignancy who undergo chemotherapy with a mortality rate of 12.5%. This study assessed the role of CISNE score compared to MASCC score as a risk stratification in post-chemotherapy febrile neutropenia in solid tumors and haematological tumors.
Methods This study was a retrospective cohort study on 95 post-chemotherapy febrile neutropenia patients with solid tumor and 73 post-chemotherapy febrile neutropenia patients with hematologic tumor in RSCM on January 2015 - December 2019. We did analysis and comparison of the area under curve with DeLong method.
Results There was a significant difference between AUC of CISNE score (0.893; 95% CI 0.829 - 0.95, p = 0.03) and AUC of MASCC score (0.77; 95% IK 0.68 - 0,86, p = 0.04) in the solid tumor group and there was also a significant difference between the AUC CISNE score (0.91; 95% CI 0.84 - 0.97, p = 0.03) and the AUC MASCC score (0.735 ; 95% CI 0.68 - 0.86, p = 0.04) in the hematologic tumor group.
Conclusion CISNE score has significantly better performance than MASCC score in predicting complications in post-chemotherapy febrile neutropenia patients in solid tumors and hematologic tumors with a cut-off point value of 2.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T55553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachellya Volvo
"ABSTRAK
Pemberian kemoterapi semakin meningkat sehingga perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian kemoterapi karena hal tersebut sangat bersiko tinggi baik bagi perawat tersebut maupun lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain univariat deskriptif kuantitatif, sampel diambil di salah satu rumah sakit di Jakarta dengan memberikan kuisioner kepada perawat di ruang perawatan dewasa dengan total perawat sebanyak 103 orang tetapi yang bersedia menjadi responden sebanyak 90 responden. Tingkat pengetahuan tentang kemoterapi rendah terdapat pada usia 20 ? 25 tahun sebanyak 23 responden (59%) juga pada responden dengan lama kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 17 responden (50%) hal tersebut disebabkan karena sebagian besar perawat tidak pernah mendapatkan informasi maupun mengikuti pelatihan tentang kemoterapi. Pentingnya bagi perawat meningkatkan pengetahuannya terutama tentang kemoterapi karena selain dapat meminimalkan resiko akibat selama tindakan penanganan kemoterapi.

ABSTRAK
Administration chemotherapy treatments has a drastic increase, so that the need for nursing staff?s ability and knowledge in the field of chemotherapy administration because it is high risk not only for the nurse who the administer of chemotherapy but also for the environment. A study recently conducted in a Jakarta hospital which included a questionnaire for 103 nursing staff, to which 90 persons responded, showed that 23 nurses (59 %) with age 20 ? 25 years old and 17 nurses (50%) more than 10 years of practical work experience had very little knowledge about chemotherapy treatment and its dangers. One cause of this could be the lack of ongoing training measures within that hospital, giving rise to potential health hazards associated with chemotherapy to the practicing nurses.
"
2016
S65030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Dwi Lestari
"Terapi antibiotika empirik telah mengurangi angka kematian secara dramatis dalam penanganan febrile neutropenia, dan inisiasi yang cepat dari terapi antibiotika spektrum luas pada onset demam telah menjadi standar baku. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penggunaan antibiotika empirik terhadap pasien keganasan darah yang mengalami febrile neutropenia setelah menerima kemoterapi agresif yang meliputi pola penggunaan antibiotika empirik, kesesuaian dengan pola kuman di ruangan, kesesuaian dengan pedoman yang berlaku, tingkat kesembuhan infeksi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesembuhan infeksi. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi observasional menggunakan desain cross sectional (potong lintang). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data sekunder yang berupa data rekam medis pasien yang mengalami febrile neutropenia pada populasi terbatas di Ruang Isolasi Imunitas Menurun RS Kanker Dharmais selama periode Agustus 2009-April 2011. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif analitik. Selama penelitian terdapat 32 episode febrile neutropenia yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Antibiotika empirik yang banyak digunakan adalah golongan β-laktam dengan penggunaan terbanyak adalah sulferazon dan meropenem, masing-masing sebesar 15,6%, diikuti dengan ceftazidime (12,5%), cefotaxime (12,5%), cefpirom (6,2%) dan tazobactam-peperacillin (6,2%). Sebanyak 27 pasien (84.4%) mendapatkan terapi antibiotika empirik sesuai dengan pedoman yang berlaku dan hanya 15 pasien (46.9%) mendapatkan antibiotika empirik sesuai dengan pola resistensi antimikroba. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesembuhan infeksi adalah durasi febrile neutropenia (p=0.008), jenis kelamin (p=0.022) dan tingkat resiko neutropenia (p=0.013). Tingkat keberhasilan terapi empirik pada penelitian ini adalah cukup tinggi (68.8%). Penggunaan antibiotika monoterapi meropenem pada penelitian ini memberikan respon klinis dan mikrobiologis yang baik terhadap tingkat kesembuhan infeksi.

Empirical antibiotic therapy has reduced death rates dramatically in the treatment of febrile neutropenia, and early initiation of broad-spectrum antibiotic therapy at the onset of fever has become the gold standard. This study aims to provide an overview of empirical antibiotics use in patients with blood malignancies who experienced febrile neutropenia after receiving aggressive chemotherapy which includes aspects of empirical antibiotic usage patterns, compliance with the microbiological patterns locally, compliance with current guidelines, clinical outcomes of infection, as well as the factors that affect the clinical outcomes of infection. This study was conducted with the design of an observational study using crosssectional design. Data is collected in a retrospective review of secondary data in the form of medical records of patients who experienced febrile neutropenia in limited populations in the Declines Immunity Isolation Room Dharmais Cancer Hospital during the period August 2009-April 2011. Data processing is done in a descriptive analytic. During this study there were 32 episodes of febrile neutropenia which fulfilled the study inclusion criteria. Empirical antibiotics are widely used β-lactam group with the highest usage is sulferazon and meropenem, respectively of 15.6%, followed by ceftazidime (12.5%), cefotaxime (12.5%), cefpirom (6.2%) and the tazobactam-peperacillin (6.2 %). A total of 27 patients (84.4%) received empirical antibiotic therapy in accordance with current guidelines and only 15 patients (46.9%) received empiric antibiotics according to antimicrobial resistance patterns. The duration of febrile neutropenia (p = 0.008), sex (p = 0.022) and the risk level of neutropenia (p = 0.013) are the significant factors that influence the clinical outcome of infection. The success rate of empirical therapy in this study was as high as 68.8%. Monotherapy antibiotics with meropenem in this study provide a good clinical and microbiological response both to the clinical outcomes of infection."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T43296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Priscilla Margaret
"Latar Belakang: Sampai saat ini, belum ada riset yang membahas prevalensi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian neutropenia saat fase pemeliharaan Leukemia Limfoblastik Leukemia (LLA) dalam populasi Indonesia, meskipun neutropenia merupakan komplikasi paling sering dari merkaptopurin (6-MP). Kajian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi neutropenia dan mengenali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian neutropenia pada pasien anak dengan LLA di RSCM yang sedang menjalani terapi fase pemeliharaan dengan menggunakan merkaptopurin.
Metode: Kajian ini menggunakan metode cross-sectional dan data dalam penelitian ini diambil dari rekam medik dari 101 pasien anak di RSCM yang telah atau sedang menjalani fase pemeliharaan LLA (Januari 2014-Desember 2016). Yang termasuk sebagai sampel kajian ini adalah pasien yang berumur 0 sampai 18 tahun yang telah didiagnosa dengan LLA dan telah menjalani terapi maintenance LLA dengan merkaptopurin.
Hasil: Prevalensi pasien anak LLA yang mengalami neutropenia saat fase pemeliharaan dengan merkaptopurin adalah 56.4%. Terdapat hubungan yang signifikan (P=0.003) antara indeks massa tubuh (IMT) dan kejadian neutropenia saat terapi maintenance LLA sementara factor-faktor lain seperti umur (P=0.0795), jenis kelamin (P=0.624), kelompok resiko (P=0.224), dan albumin (P=0.4805) tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap kejadian neutropenia. Median dari IMT pasien-pasien yang mengalami neutropenia adalah 15.69 kg/mm2 (12.63-31.76 kg/mm2)
Diskusi: Hasil dari penelitian ini tidak berkorelasi dengan hasil dari penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilaksanakan. Ini mungkin dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil namun tidak dianalisis pada kajian ini seperti ras, obat lain (i.e. cotrimoxazole), status nutrisi, dan polimorfisme gen

Introduction: No research has been done to calculate the prevalence and identify the affecting factors of neutropenia occurrence during the maintenance therapy of childhood acute lymphoblastic leukemia (ALL) in Indonesian population, although neutropenia is the most common side effect of mercaptopurine (6-MP). Hence, this study aims to measure the prevalence of neutropenia and to identify factors that may influence the occurrence of neutropenia during ALL maintenance phase.
Method: The method of this research is cross-sectional and the data was taken from the medical records of 101 patients in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) who had maintenance therapy (January 2014-December 2016). This study included patients aged 0 to 18 years old who were diagnosed with ALL and used 6-MP during the maintenance phase of ALL.
Result: The prevalence of neutropenia throughout the maintenance therapy of ALL in this study is 56.4%. The factor that can significantly influence the occurrence of neutropenia is body mass index (BMI) (P=0.003) where neutropenic patients tend to have lower BMI while other factors such as age (P=0.0795), gender (P=0.624) risk groups (P=0.224), and albumin (P=0.4805) do not have significant association. The median of the neutropenic patients BMI is 15.69 kg/mm2 (12.63-31.76 kg/mm2).
Discussion: The result of this study does not have a similar outcome with the findings of previous studies. This may be due to the presence of other influencing factors that were not analyzed in this study such as ethnicity, other drugs (i.e. cotrimoxazole), and TMPT genetic polymorphism."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ermawati Putri
"Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker yang sedang menjalani hospitalisasi, sehingga memerlukan manajemen nyeri yang dilakukan secara tepat oleh tenaga kesehatan terutama perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker oleh perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 76 perawat yang ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 48.68% perawat sudah memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik serta 60.5% perawat sudah menerapkan dengan baik manajemen nyeri pada pasien kanker di rumah sakit tersebut. Namun, dari hasil uji Chi Square didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker (p= 0.85, α= 0.05).
Penelitian ini memberikan implikasi sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya, terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawat terkait manajemen nyeri kanker.

Cancer pain is the most articulated grievances by undergoing hospitalization cancer patients, so they require pain management by health workers properly, especially nurses. This research aims to identify the relationship between knowledge and attitudes with the implementation of cancer pain management among nurses in Dharmais Cancer Hospital. This research used cross sectional design by involving 76 nurses who had been chosen by total technical sampling.
The result showed that 48.68% of nurse had good level of knowledge and attitude, and 60.5% of nurses implemented cancer pain management well. However, the Chi Square test result revealed that there was no relation between level of knowledge and attitude with the implementation of cancer pain management (p= 0.85, a= 0.05).
This research showed implication as starting data for the next research, especially which related to the influencing factors of knowledge and attitude of nurse towards cancer pain management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Vonky Rebecca
"Identifikasi IL-6, PCT, dan CRP dalam mendiagnosis awal bakteremia pada pasien leukemia akut dengan demam neutropenia banyak dilakukan. Tujuan studi ini mengetahui performa diagnostik delta IL-6, delta PCT, dan delta CRP sebagai penanda awal kejadian bakteremia pada pasien leukemia akut dewasa dengan neutropenia berat selama menjalani kemoterapi standar (agresif). Desain studi ini potong lintang dengan mengambil semua pasien leukemia akut dewasa yang mengalami neutropenia berat selama menjalani kemoterapi agresif di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais sejak 9 Agt – 9 Nov 2023. Sampel darah IL-6, PCT dan CRP diambil sebelum mulai kemoterapi dan dalam 24 jam saat mulai mengalami neutropenia berat serta kultur darah aerob volume 40cc dalam 24 jam sejak neutropenia berat. Performa diagnostik delta IL-6, delta PCT, dan delta CRP lemah dan tidak berbeda bermakna sebagai penanda bakteremia dengan AUC 0,6703 (IK95% 0,507-0,833); 0,6821 (IK 95% 0,521-0,844); dan 0,694 (IK 95% 0,532-0,856) serta nilai p=0,9681. Prevalensi bakteremia pada studi ini 64,44% (29/45) dengan bakteri gram positif 77,42% (24/31) dan yang terbanyak ialah Staphylococcus Epidermidis 41,67% (10/24). Walaupun performa diagnostik ketiganya lemah, delta CRP dapat dipertimbangkan digunakan dengan mempertimbangkan biaya dan ketersediaan reagen.

IL-6, PCT, and CRP test were often performed in acute leukemia patients with febrile neutropenia as early markers of bacteremia. Our objective was to determine the diagnostic performance of delta IL-6, delta PCT, and delta CRP as early markers of bacteremia in adult acute leukemia patients with severe neutropenia during standard/aggressive chemotherapy. This research was conducted using cross-sectional design by taking all of adult acute leukemia patients with severe neutropenia during aggressive chemotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Hospital from 9 Aug – 9 Nov 2023. IL-6, PCT and CRP blood samples were taken before starting chemotherapy and within 24 hours of starting to experience severe neutropenia as well as blood cultures aerobic volume 40cc. The diagnostic performance of delta IL-6, delta PCT, and delta CRP were weak and didn’t differ significantly as early markers of bacteremia (p = 0.968) with an AUC of 0.6703 (95% CI 0.507-0.833); 0.6821 (95% CI 0.521-0.844); and 0.694 (95% CI 0.532-0.856). Bacteremia was found in 64.44% (29/45), mostly gram-positive bacteria (77.42%) and Staphylococcus epidermidis 41.67%. Although the diagnostic performance of all three markers were weak, delta CRP can be considered as an early marker regarding the cost and availability of reagents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Al Hima
"Demam neutropenia merupakan efek samping yang sering terjadi setelah kemoterapi. Demam neutropenia dapat menyebabkan penundaan dosis kemoterapi sehingga dapat mengurangi efektivitas terapi. Kejadian demam neutropenia paskakemoterapi dapat dicegah dengan pemberian Granulocyte-colony Stimulating Factor (G-CSF). Regimen kemoterapi yang digunakan dapat memengaruhi kejadian demam neutropenia. Selain itu, usia, stadium kanker, riwayat kemoterapi dan kadar hemoglobin sebelum kemoterapi merupakan faktor risiko demam neutropenia paskakemoterapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian demam neutropenia regimen TAC (dosetaksel, doksorubisin, siklofosfamid) dengan profilaksis primer G-CSF dan regimen FAC (fluorourasil, doksorubisin, siklofosfamid) pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2017-Juni 2019.
Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Jumlah sampel sebanyak 61 regimen TAC dan 102 regimen FAC. Kejadian demam neutropenia dianalisis menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian demam neutropenia paskakemoterapi lebih banyak terjadi pada regimen TAC dengan profilaksis primer G-CSF dibandingkan dengan regimen FAC. Kejadian demam neutropenia 12 kali lebih banyak terjadi pada regimen TAC dengan GCSF dibanding regimen FAC. Usia, stadium kemoterapi, riwayat kemoterapi dan kadar hemoglobin sebelum kemoterapi secara statistik tidak signifikan memengaruhi kejadian demam neutropenia paskakemoterapi.

Febrile Neutropenia is a common side effect of chemotherapy. Febrile neutropenia can cause delayed chemo doses that can reduce the effectiveness of therapy. The incidence of febrile neutropenia can be prevented by administering Granulocyte-colony Stimulating Factor (G-CSF). The chemotherapy regimen can affect the incidence of febrile neutropenia. In addition, age, stage of cancer, history of chemotherapy and prechemotherapy hemoglobin level are risk factors for febrile neutropenia.
This study aimed to compare the incidence of febrile neutropenia between TAC (docetaxel, doxorubicin, cyclophosphamide) regimen with G-CSF primary prophylaxis and FAC regimen (fluorouracil, doxorubicin, cyclophosphamide) in breast cancer patients at RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung period January 2017 - June 2019.
The study design was cross sectional test of two populations. The sample consisted of 61 TAC regimen and 102 FAC regimen. The incidence of febrile neutropenia were analyzed using chi-square.
The results showed that the incidence of post-chemotherapy febrile neutropenia is more common in TAC regimen with G-CSF primary prophylaxis than FAC regimen. The incidence of neutropenia is 12 times more common in TAC regimens with G-CSF than FAC regimen. Age, stage of chemotherapy, history of chemotherapy and pre-chemotherapy hemoglobin levels did not statistically significantly influence the incidence of febrile neutropenia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>