Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adira Kori Kallista
"Hasil obversasi awal pada tahun 2021 didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa obat mati (dead stock) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Hal ini dikarenakan perhitungan safety stock obat yang belum tepat sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan obat (overstock). Selain itu, terdapat kendala dalam pemesanan obat dikarenakan tidak adanya penentuan obat yang harus diutamakan dalam pemesanan. Oleh karena itu, studi perencanaan obat berdasarkan Quick (2012) menggunakan analisis ABC (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), dan ROP (Reorder Point) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara dilakukan sehingga dihasilkan pembelian obat dengan jumlah yang ekonomis, pada waktu yang tepat, dan mencegah terjadinya kelebihan obat (overstock) maupun kekosongan obat (stockout). Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data pemakaian obat pada tahun 2021. Sampel pada penelitian ini adalah obat yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Dari hasil penelitian, analisis ABC terhadao 251 obat menunjukkan bahwa obat yang masuk kedalam kelompok A adalah sebanyak 40 item obat dengan nilai investasi sebesar 79,47%, kelompok B sebanyak 48 item obat dengan nilai investasi sebesar 15,43%, dan kelompok C sebanyak 163 item obat dengan nilai investasi sebesar 5,10%. Perhitungan EOQ pada penelitian menghasilkan jumlah pemesanan persediaan obat yang ekonomis dengan variasi mulai dari 1-377 botol, 1-243 box, dan 2-13 kolf. Pemesanan obat dilakukan kembali ketika persediaan telah mencapai jumlah minimummnya (reorder point), dengan variasi mulai dari 1-11.019 satuan dari 21 unit obat yang berbeda.

The results of initial observations in 2021 obtained information that there were several dead stock drugs at Jatinegara Sub-district Health Center. This is due to the inaccurate calculation of drug safety stock, which causes overstocking of drugs. In addition, there are obstacles in ordering drugs because there is no determination of which drugs that should be prioritized in ordering. Therefore, the study of drug planning inventory control based on Quick (2012) was carried out through ABC analysis (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), and ROP (Reorder Point) systems at Jatinegara Sub-district Health Center so that the purchase of drugs in economical quantities was carried out, at the right time and prevent overstocks or stockouts. This study was conducted retrospectively using drug use data in 2021. The sample in this study was drugs used at the Jatinegara Sub-district Health Center in 2021. From the results of the study, the ABC analysis showed that the drugs included in group A were as many as 40 drug items with an investment value of 79,47%, group B as many as 48 drug items with an investment value of 15,43%, and group C as many as 163 drug items with an investment value of 5,10%. The EOQ calculation in the study resulted in an economical number of drug supply orders with variations ranging from 1-377 bottles, 1-243 boxes, and 2-13 kolf. Drug orders are made again when supplies have reached their minimum amount (reorder point), with variations ranging from 1-11.019 units from 21 different drug units."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Indah Hermanto
"Instalasi Radiodiagnostik RS Kanker Dharmais pada tahun 2019 memiliki persediaan perbekalan farmasi yang berlebih lalu menjadi kedaluwarsa. Hal ini menyebabkan peningkatan pada biaya penyimpanan persediaan, biaya pengelolaan limbah rumah sakit, serta limbah berpotensi mencemari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, studi perencanaan pengendalian persediaan melalui sistem EOQ (Economic Order Quantity) dan ROP (Reorder Point) di Instalasi Radiodiagnostik RS Kanker Dharmais dilakukan untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, jumlah persediaan minimum, dan jumlah persediaan cadangan. Penelitian dilakukan secara deskriptif observasional dengan pendekatan retrospektif, di mana data yang digunakan dalam penelitian adalah dokumen produksi di fasilitas pembuatan PET radiofarmaka, berupa harga beli perbekalan farmasi yang termasuk biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, jumlah pemakaian persediaan dalam setahun, serta waktu yang diperlukan dari saat memesan barang hingga sampai. Perhitungan EOQ pada penelitian menghasilkan jumlah pemesanan perbekalan farmasi yang ekonomis dengan variasi mulai dari 1-17 box, 1-5 botol, dan 1 tabung gas. Pemesanan dilakukan kembali ketika persediaan telah mencapai jumlah minimumnya (reorder point), dengan variasi mulai dari 1-91 piece(s), 1/10 - 1 4/5 botol, dan 2-14 bar. Kemudian, untuk mengantisipasi stockout maka dibutuhkan safety stock dengan jumlah bervariasi mulai dari 1-10 box, 1 botol, dan 1 tabung gas. Berdasarkan perencanaan yang dilakukan, pengendalian persediaan perbekalan farmasi melalui sistem EOQ dan ROP di Instalasi Radiodiagnostik RS Kanker Dharmais menghasilkan jumlah pemesanan yang ekonomis, pada waktu yang tepat, serta mencegah terjadinya overstock (kelebihan persediaan) maupun stockout (kekosongan persediaan).

Radiodiagnostic Department of Dharmais Cancer Hospital in 2019, had an excess supply which eventually became expired. This case increased inventory storage costs, the hospital waste management cost, as well as the waste potentially pollute the surrounding environment. Therefore, the study of planning inventory control was carried out through the EOQ (Economic Order Quantity) and ROP (Reorder Point) systems at the Radiodiagnostic Department of Dharmais Cancer Hospital to determine the number of economic orders, minimum inventory quantities, and the number of safety stocks. The study was conducted descriptively observational with a retrospective approach, where the data used in the study were production documents at the radiopharmaceutical PET manufacturing facility, consisting the purchase price of the supplies which included ordering cost and holding cost, annual usage for the inventory item, also lead time for a new order. The EOQ calculation in this study resulted in an economical amount of pharmaceutical supplies with variations ranging from 1-17 boxes, 1-5 bottles, and 1 gas cylinder. Orders were remade when the amount of inventory had reached the reorder point (ROP), with variations ranging from 1-91 piece(s), 1/10 - 1 4/5 bottles, and 2-14 bars. Then, to anticipate stockout, safety stocks were needed with varying amounts ranging from 1-10 boxes, 1 bottle, and 1 gas cylinder. Based on the planning, inventory control for pharmaceutical supplies through EOQ and ROP systems in the Radiodiagnostic Department of Dharmais Cancer Hospital generated an economical number of orders, at the right time, also prevented overstock and stockout."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Nurfadhilah
"Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat menjadi ancaman bagi pemerintah setempat karena dapat menghambat kesejahteraan masyarakat dan kesehatan masyarakat. KLB yang timbul harus segera dicegah agar kasus yang terjadi tidak banyak menimbulkan kerugian. Labkesda memiliki peran penting dalam upaya mendukung kesehatan masyarakat melalui pemeriksaan untuk penegakan diagnosa penyakit, skrining penyakit dan untuk pemantauan status kesehatan daerah disatu wilayah. Ketersediaan Reagen di Laboratorium menjadi penting agar Laboratorium dapat menjalankan sesuai tugas dan fungsinya dan menjaga mutu pelayanannya. Salah satu cara untuk pengendalian persediaan reagen adalah dengan mengklasifikasikan reagen berdasarkan kepentingannya dengan metode ABC, EOQ dan ROP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan Reagen di Labkesda Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Observational Research dengan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 10 jenis Item reagen yang masuk kedalam Kelompok A, dengan pemesanan ekonomis bervariasi mulai dari 1 sampai 2 botol untuk sekali pemesanan dengan frekuensi 20 sampai 44 kali pemesanan dalam setahun, dan hasil perhitungan ROP terhadap 10 item Reagen, Reagen dapat dipesan ketika persediaan mencapai 3 botol – 11 botol.

Extraordinary Events (KLB) can be a threat to local governments because they can hamper community welfare and public health. Outbreaks that arise must be prevented immediately so that cases that occur do not cause too much loss. Labkesda has an important role in efforts to support public health through examinations to confirm disease diagnoses, disease screening and to monitor regional health status in one region. The availability of reagents in the laboratory is important so that the laboratory can carry out its duties and functions and maintain the quality of its services. One way to control reagent inventory is to classify reagents based on their importance using the ABC, EOQ and ROP methods. Therefore, this research aims to determine the control of reagent supplies in the DKI Jakarta Province Health Lab. The type of research used in this research is Observational Research with document review. The research results show that there are 10 types of reagent items included in Group A, with economic orders varying from 1 to 2 bottles for one order with a frequency of 20 to 44 orders a year, and the results of ROP calculations for 10 Reagent items, Reagents can be ordered when inventory reaches 3 bottles – 11 bottles."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Dewintasari
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui daftar obat generik berdasarkan analisis ABC. Penelitian ini dilakukan di RSIJ Pondok Kopi dengan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada analisis ABC pemakaian terdiri dari 57 item obat kelompok A dengan pemakaian tertinggi sebesar 1.636.016, kelompok B terdiri dari 71 item obat dengan pemakaian sedang sebesar 474.444, dan kelompok C terdiri dari 259 item obat dengan pemakaian terendah sebesar 235.745. Untuk analisis ABC investasi, kelompok A terdiri dari 39 obat dengan nilai investasi sebesar Rp. 3.004. 053.435, kelompok B terdiri dari 70 obat dengan nilai investasi sebesar Rp. 875.283.696 dan kelompok C terdiri dari 279 obat dengan nilai investasi sebesar Rp 431.405.277. Terdapat 13 obat generik yang termasuk kedalam kelompok A analisis ABC investasi ? pemakaian. Perhitungan EOQ untuk kelompok A didapatkan hasil yang bervariasi antara 80- 2018 item persediaan , sementara ROP bervariasi antara 36 - 385 item persediaan. Studi ini menyarankan agar rumah sakit menerapkan metode analisis ABC untuk pengendalian persediaan obat generik.

This study aimed to find generic drug list based on ABC analysis. This research was conducted in RSIJ Pondok Kopi with quantitative methods. The result indicate generic drugs group A of ABC analysis quantity consist of 57 drugs with 1.636.016 quantity value, group B consist of 71 drugs with 474.444 quantity value, and group C consist of 259 drugs with 235.745 quantity value. Generic drugs group A of ABC analysis investment consists of 39 drugs with investment value Rp.3.004.053.435, group B consists of 70 drugs with investment value Rp. 875.83.696 and group C consists of 279 drugs with investment value Rp.431.405.277. There are 13 generic drugs which include into group A of ABC analysis quantity ? invesment. EOQ calculations for group A showed that variety of the result around 80-2018 inventory item, while ROP around 36 to 385 inventory item. This study suggests the hospital for using ABC analysis to inventory control of generic drug.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Untuk mencegah terjadinya kekosongan obat (stock out) di gudang farmasi dan jumlah persediaan obat berkurang terus menerus maka perlu menentukan batas minimal pemesanan (ROP) dan jumlah stock pengaman (buffer stock) selama masa tenggang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Cara pengambilan data adalah wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen dengan jumlah sampel 332 item.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengklasifikasian obat antibiotik berdasarkan pemakaian yaitu fast moving sebanyak 41 item (12,35%), moderate sebanyak 65 item (19,58% ) dan slow moving sebanyak 226 (68,07%) dari total 332 item obat antibiotik.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah buffer stock dan Reorder Point (ROP) untuk kelompok fast moving, moderate dan slow moving obat antibiotik di RS Haji bervariasi dan menunjukkan angka dibawah standar ideal.
Untuk itu diharapkan jumlah buffer stock dan ROP di unit gudang RS Haji dapat ditingkatkan lagi untuk mencegah terjadinya kekosongan obat (stock out) sehingga pelayanan dapat terpenuhi tepat waktu dan sesuai kebutuhan.

To prevent a stock out fast decresing in drug stock in pharmaceutical Unit RS Haji Jakarta, it needs to determine ROP and buffer stock the lead time.
This research uses qualitative and quantitative, Information was obstained from indep interview, observasion and dokumen review with a total sample of 332 antibiotics item.
The results showed that the classification based on the use of antibiotic drugs fast moving (40 items), moderate (66 items) and slow moving (226 items) from the total 332 antibiotic items.
Base on the calculation, the amount of buffer stock and ROP for fast, moderate and slow moving antibiotics are still under the ideal standard.
Therefore, it needs to increase the number of buffer stock ang ROP in the pharmaceutical Unit RS Haji Jakarta in order to give a good pharmaceutical service to the patient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Dwi Ariyanti
"Rumah sakit memiliki fungsi utama yaitu menyelenggarakan kesehatan yang paripurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan farmasi merupakan kegiatan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Pada data pemakaian obat pada tahun 2011 didapat total investasi RS untuk pembelian obat antibiotik sebesar Rp. 1.866.502.206 dan terjadi kekosongan pada persediaan obat sehingga pemberian obat kepada pasien tidak tepat jumlah. Penelitian ini menggunakan analisis ABC untuk mengetahui pengelompokan obat berdasarkan katagori A, B dan C serta perhitungan EOQ dan ROP. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, kuesioner dan wawancara mendalam kepada informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan obat kelompok A terdiri dari 11 item obat dengan persentase sebesar 4,25 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 876.329.723. Pada kelompok B terdiri 96 item obat dengan persentase 37, 07 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 785.005.348. Sedangkan sisanya, 152 item obat dengan persentase 58, 68 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 205.166.955 merupakan kelompok C. Sedangkan perhitungan ekonomis pada kelompok A didapat bervariasi antara 3 hingga 67 unit untuk sekali pesan. Sedangkan ROP untuk obat kelompok A indeks kritis didapat titik pesan kembali untuk obat antibiotik bervariasi dari 9 hingga 126 unit. Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan obat (stock out), maka ROP dapat dikombinasikan dengan safety stock. Dari hasil penelitian, rumah sakit melakukan analisis ABC untuk mengetahui kelompok obat sehingga dapat dilakukan pengawasan yang ketat.

The hospital has a main function that is held through a joint plenary health promotive, preventive, curative and rehabilitative. Pharmacy services are an integral part of the activities of the health care system-oriented health services and the provision of patient care quality medicines. On drug consumption in 2011 obtained a total investment of RS to purchase antibiotics Rp. 1,866,502,206 and a vacancy occurs on the drug supply so that application of the drug is not appropriate number. This study uses ABC analysis to determine the classification of drugs based on category A, B and C as well as the calculation of EOQ and ROP. Results was collected through document review, questionnaires and interview the informant.
The results of this study showed the drug group A consisted of 11 items with a percentage of the drug is 4.25% of the total drugs with an investment of Rp. 876.329.723. In group B, comprised 96 items with a percentage of 37,07% of the total drugs with an investment of Rp. 785.005.348. In group C have 152 items with a percentage of the drug 58,68% of the total drug with an investment of Rp. 205.166.955. While the economic calculations in group A gained varies between 3 and 67 units for a single message. While the ROP for the drug group A critical indices obtained reorder point for antibiotics varies from 9 to 126 units. To anticipate stock out, then the ROP can be combined with the safety stock. From the research, hospitals ABC analysis to determine the drug so it can be done surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avini Risda Khaerani
"Pengendalian persediaan kefarmasian selama pandemi COVID-19 diperlukan untuk mencegah adanya kekurangan obat (drugs shortage) dan stagnansi obat (stagnant drugs). Tujuan penulisan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui klasifikasi antimikroba COVID-19 berdasarkan analisis ABC dan mengetahui jumlah pemesanan ideal menggunakan metod e Economic Unit Quantity (EOQ) di RSUI dalam kurun waktu 6 bulan. Tugas khusus ini disusun dari September hingga Oktober 2022. Berdasarkan hasil analisis ABC, terdapat: 3 jenis dengan nilai investasi sebesar 69,95 % obat yang masuk ke dalam obat golongan A (Always); 1 jenis dengan nilai investasi sebesar 13,86 % obat yang masuk ke dalam obat golongan B (Better), dan; 1 jenis dengan nilai investasi sebesar 16,19 % obat yang masuk ke dalam obat golongan C (Control). Berdasarkan hasil analisis EOQ, jumlah pemesanan ideal minimum berkisar dari 1 hingga 312 unit dengan seftriakson 1000 mg injeksi dengan nilai EOQ tertinggi (312 unit) dan covifor 100 mg serbuk injeksi dengan nilai EOQ terendah (1 unit).

Pharmaceutical supply control during the COVID-19 pandemic is necessary to prevent drug shortages and stagnant drugs. The purpose of writing this special assignment is to find out the classification of COVID-19 antimicrobials based on ABC analysis and find out the ideal number of orders using the Economic Unit Quantity (EOQ) method at RSUI within 6 months. This special assignment was prepared from September to October 2022. Based on the results of the ABC analysis, there are: 3 types with an investment value of 69.95% of drugs that are included in class A drugs (Always); 1 type with an investment value of 13.86% of drugs included in class B drugs (Better), and; 1 type with an investment value of 16.19% of drugs included in class C drugs (Control). Based on the results of the EOQ analysis, the minimum ideal order quantity ranges from 1 to 312 units with ceftriaxone 1000 mg injection with the highest EOQ value (312 units) and covifor 100 mg powder injection with the lowest EOQ value (1 unit).
"
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Rasyida Pancaputri
"Rumah Sakit memiliki fungsi utama dalam menyelenggarakan kesehatan yang peripurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan farmasi merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Penelitian ini membahas mengenai perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Min-Max Analysis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian obat pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra belum belum optimal. Penghitungan perencanaan obat masih manual menggunakan metode konsumsi. Analisis ABC menunjukkan bahwa dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra, 96,15% jenis obat kelompok A menghabiskan 69,85% biaya obat. Obat kelompok B yakni 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan obat kelompok C dengan 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hasil analisis EOQ, RO), Min-Max Analysis untuk obat kelompok "A" menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari 1-37 unit obat, 1-241 unit obat, 1-372 unit obat, dan 1-532 unit obat. Hasil penghitungan analisis ABC, EOQ, ROP, dan Max-Min Analysis dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.

Hospital has main function to held plenary health through promotion, prevention, curative, and rehabilitative. Pharmacy service is inseparable part from health service system oriented to the patient service and quality drug supply. This research examine about supply control using ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), and Min-Max Analysis.
Result from this research shows that drugs control at the planning stage in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation still not optimal. Drugs planning calculation has been done manually using consumption method. ABC analysis shows that from 764 types of drugs in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation, 96.15% type A of drugs spend 69.85% drugs cost. Drugs type B, that is 12.30% spend 20.09% drugs cost, and drugs type C with 81.54% types of drugs spend 10.05% drugs cost. Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), Min-Max Analysis result group ?A? shows vary results start from 1-37 drugs unit, 1-241 drugs unit, 1-372 drugs unit, and 1-532 drugs unit. Calculation result from ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Max-Min Analysis are expected can be used as consideration in conducting drugs supply supervision and control in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirah Wijaya
"Manajemen logistik dalam sektor kesehatan, khususnya dalam rumah sakit, memiliki peran krusial dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Penelitian ini mengambil kasus Rumah Sakit Azra sebagai studi, dengan fokus pada perencanaan persediaan obat antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan metode ABC indeks kritis, safety stock, dan reorder point (ROP) yang efektif untuk meningkatkan efisiensi manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RS Azra. Penelitian ini melibatkan analisis ABC indeks kritis untuk mengkategorikan obat antibiotik menjadi tiga kelompok: A, B, dan C, serta menghitung safety stock dan ROP untuk setiap obat antibiotik. Hasil analisis akan diimplementasikan dalam manajemen logistik di RS Azra. Evaluasi dilakukan dengan memantau dampak implementasi metode tersebut terhadap kejadian backorder, frekuensi pembelian obat di luar jadwal pemesanan, nilai Inventory Turn Over Ratio (ITOR), dan fill rate di Instalasi Farmasi RS Azra. Hasil penelitian diharapkan akan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perencanaan obat dalam lingkungan rumah sakit, khususnya obat antibiotik. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan akan membantu RS Azra dalam meningkatkan ketersediaan obat yang tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mengoptimalkan anggaran pembelian obat. Penelitian ini juga memiliki potensi untuk memberikan manfaat bagi institusi pendidikan dengan menghasilkan penelitian yang relevan dan berkontribusi dalam pengembangan praktik perencanaan obat di rumah sakit, serta memfasilitasi kolaborasi antara institusi pendidikan dan rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Logistic management in the healthcare sector, particularly in hospitals, plays a crucial role in providing quality healthcare services. This research focuses on the case of Azra Hospital, with a specific emphasis on antibiotic drug inventory planning. The objective of this study is to formulate the ABC critical index, safety stock, and reorder point (ROP) methods that are effective in improving the efficiency of drug logistics management in the Pharmacy Department of RS Azra. The research involves an analysis of the ABC critical index to categorize antibiotic drugs into three groups: A, B, and C, and calculates safety stock and ROP for each antibiotic drug. The results of the analysis will be implemented in the logistics management of RS Azra. The evaluation is conducted by monitoring the impact of the implementation of these methods on backorder occurrences, the frequency of out-of-schedule drug purchases, the Inventory Turn Over Ratio (ITOR), and the fill rate in the Pharmacy Department of RS Azra. The research is expected to provide deeper insights into drug planning in a hospital environment, especially for antibiotic drugs. Furthermore, it is expected to assist RS Azra in improving the timely availability and quantity of drugs according to patient needs and optimizing drug procurement budgets. This research also has the potential to benefit educational institutions by producing relevant research and contributing to the development of drug planning practices in hospitals, facilitating collaboration between educational institutions and hospitals in enhancing healthcare service quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Rizky Fidiana
"Anggaran pengadaan persediaan obat membutuhkan biaya yang besar dan dapat mencapai 40% dari total anggaran Rumah Sakit. Persediaan obat di Rumah Sakit Kanker " Dharmais" perIu dikendalikan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dengan memperhatikan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian obat berdasarkan formularium rumah sakit dan merencanakan pengendalian persediaan obat dengan menggunakan analisis matriks ABC-YEN. Penelitian ini dilakukan digunakan metode deskriptif observasional dengan desain penelitian crosssectional. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Pemakaian Obat 2019 berupa data pemakaian obat beserta harganya pada bulan Januari-Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan persentase pemakaian obat berdasarkan formularium rumah sakit adalah 44,03% dan pemakaian obat diluar forn1Ularium rumah sakit adalah 10,69%. Perencanaan pengendalian persediaan terhadap 9 kelompok obat berdasarkan nilai kritis dan nilai investasi adalah memprioritaskan pengendalian persediaan berupa perencanaan kebutuhan dan penyimpanan terhadap kelompok AY (87 item); kelompok BV (76 item); dan kelompok CV (459 item). Obat esensial pada kelompok AE (26 item); kelompok BE (90 item); dan kelompok CE (1069 item) barus dibeli semua. Bila diperlukan penyesuaian rencana pengadaan, maka pengurangan obat nonesensial dapat dilakukan dengan pengurangan berturut-turut pada kelompok AN (4 item); kelompok BN (19 item); dan kelompok CN (237 item).

The drug procurement budget required a large budget and could reach 40% of the total Hospital budget. Drug inventory in the "Dharmais" Cancer Hospital needed to be controlled to improve the efficient usage of the budget by also paying attention to health services. This study aimed to determine drug usage based on hospital formulary and to plan drug inventory control using ABC-VEN matrix analysis. This research was conducted using an observational descriptive method with cross-sectional study design. Data were collected retrospectively using secondary data obtained from the 2019 Drug Usage Report in the form of drug usage data and prices in January-December 2019. The results showed the percentage of drug usage based on hospital formulary was 44.03% and the usage of drugs outside the hospital formulary is 10.69%. Inventory control planning for 9 groups of drugs based on the critical value and investment value is to prioritize inventory control for the AV group (87 items); BV group (76 items); and CV group (459 items). essential drugs in the AE group (26 items); BE group (90 items), and the CE group (1069 items) must be purchased. if there were adjustments in the procurement plan, nonessential drugs can be reduced successively in the AN group (4 items); BN group (19 items); and CN group (237 items).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S70476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>