Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Derion Yesaya
"Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kemajemukannya. Salah satu unsur dari kemajemukan tersebut adalah keberagaman etnis dan suku bangsanya. Salah satu dari sekian banyak etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan nenek moyang rakyat Cina asli yang menetap di Indonesia. Menetapnya nenek moyang etnis Tionghoa menyebabkan terjadinya proses akulturasi. Salah satu produk akulturasi tersebut adalah kelenteng yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Banyaknya suku dari etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, seperti suku Hokkian, Hakka, Kanton, dan suku-suku lainnya, serta daerah penetapan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, menyebabkan terjadinya keberagaman proses akulturasi yang menghasilkan produk akulturasi yang berbeda-beda juga. Dalam konteks Tugas Akhir ini, produk akulturasinya adalah kelenteng, yang selain jumlahnya sangat banyak di Indonesia, ragam atau variasinya juga sangat banyak. Pada Tugas Akhir ini, yang penulis teliti adalah kelenteng Bio Kanti Sara Tangerang Selatan, yang merupakan kelenteng tertua di Tangerang Selatan dan memiliki tuan rumah dewa Kwan Kong. Masalah yang diteliti adalah bagaimana penempatan altar dewa-dewi dibuat dengan metode tertentu demi mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat ataupun pengurus kelenteng. Metode penelitiannya kualitatif dan pengumpulan sumber informasi dilakukan melalui wawancara, studi pustaka, dan juga online browsing. Hasil yang ingin didapatkan adalah makna penempatan altar dewa-dewi pada kelenteng Bio Kanti Sara, Tangerang Selatan.

Indonesia is a country that is well known for its diversity. One of the elements of this pluralism is the diversity of ethnic groups. One of the many ethnic groups in Indonesia is the Chinese who are descended from the ancestors of the original Chinese people who had settled in Indonesia. The settling of the Chinese ancestors led to the process of acculturation. One of the acculturation products is temple, in which there are so many of them built in Indonesia. The large number of Chinese ethnic groups in Indonesia, such as the Hokkien, Hakka, Cantonese, and other tribes, as well as settling areas that are spread from the western tip to the eastern tip of Indonesia, have resulted in a diversity of acculturation processes that produce different acculturation products. Also, in the context of this Final Project, the product of acculturation is temple, which apart from being very numerous in Indonesia, have a great variety or variations. In this Final Project, what the writer researches is the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang, which is the oldest temple in South Tangerang and has the god Kwan Kong as its host. The problem under study is how the placement of the altar of the gods is made with certain methods in order to achieve the goals that the maker or caretaker of the temple wants to achieve. The research method is qualitative and information sources are collected through interviews, literature studies, and online browsing. The result to be obtained is the meaning of the placement of the altar of the gods in the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Setiawan
"Kelenteng Boen Hay Bio merupakan salah satu tempat peribadatan tertua dari tiga kelenteng di kawasan Tangerang. Dua diantaranya telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Belum ditetapkannya kelenteng ini sebagai cagar budaya menjadi dasar dilakukannya penelitian ini dengan tujuan mengidentifikasi nilai penting pada bangunan beserta peringkatnya. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif melalui studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara yang akan digunakan dalam menentukan nilai penting dan peringkat kelenteng. Hasil identifikasi nilai ini mengindikasikan bahwa kelenteng Boen Hay Bio memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai cagar budaya karena memiliki salah satu atau gabungan dari nilai sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan agama. Penelitian ini berkontribusi dalam penentuan kebijakan pelestarian kelenteng sebagai upaya pelestarian cagar budaya.

Boen Hay Bio Temple is one of the oldest places of worship of the three temples in the Tangerang area. Two of them have been designated as cultural heritage buildings. This temple has not been designated as a cultural heritage which is the basis for conducting this research with the aim of identifying the important values of buildings and their level of significant. This study uses qualitative research techniques through literature study, field observations, and interviews which will be used in determining the importance and ranking of temples. The results of this value identification indicate that the Boen Hay Bio temple meets the requirements to be designated as a cultural heritage because it has one or a combination of historical, scientific, cultural and religious values. This research contributes to the determination of temple preservation policies as an effort to preserve cultural heritage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Egia Gamal
"ABSTRAK<>br>
Pemujaan leluhur merupakan hal yang paling kuno dan memiliki peranan yang penting dalam kepercayaan Cina. Terkait dengan pemujaan leluhur, maka dilakukan upacara Sembahyang Rebutan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Upacara ini juga dilaksanakan oleh Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang setiap tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Dalam pelaksanaan upacara Sembahyang Rebutan di kelenteng ini, makna dilakukannya upacara Sembahyang Rebutan terbagi menjadi tiga sudut pandang sesuai dengan agamanya masing-masing. Dalam agama Konghucu, upacara Sembahyang Rebutan dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Malaikat Bumi. Dalam agama Buddha, makna upacara ini adalah sebagai penyeberangan arwah. Kemudian dalam ajaran Tao makna upacara ini adalah untuk menghindari malapetaka. Walaupun berbeda-beda dalam memaknai upacara ini, tetapi terdapat kesamaan tujuan yaitu menyembahyangi arwah agar tidak mengganggu manusia.

ABSTRACT<>br>
Ancestor worship is the most ancient and has an important role in Chinese belief. Associated with ancestor worship, then performed the ceremony Sembahyang Rebutan which is held every the 15th of the 7th month of the Imlek calendar. The ceremony is also held by Boen Tek Bio Temple, Tangerang on 7th of 7th day of the Lunar calendar. In the implementation of this ceremony in this temple, the meaning of the ceremony is divided into three points of view in accordance with his religion. In Confucianism, the Sembahyang Rebutan ceremony is interpreted as a form of gratitude to the Angel of the Earth. In Buddhism, the meaning of this ceremony is as a spirit crossing. Then in Taoism the meaning of this ceremony is to avoid catastrophe. Although different in interpret this ceremony, but there is a common goal is to worship the spirit so as not to disturb humans."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shereen
"ABSTRAK
Ciamsi merupakan sebuah ritual yang dikenal masyarakat Cina untuk melihat peruntungan dan nasib seseorang melalui bilah bambu. Nomor yang tertera pada setiap bilah bambu berisikan syair-syair Cina kuno dipercayai sebagai jawaban dari ?? Shenming Dewa atas berbagai permasalahan yang ditanyakan oleh pengunjung yang melakukan ritual tersebut. Sarana Ciamsi yang disediakan pada setiap kelenteng berupa bilah bambu telah menjadi bagian tradisi yang diikuti oleh pengunjung kelenteng. Makalah ini membahas tentang ritual ramalan Ciamsi di Kelenteng Boen Tek Bio yang terletak di Tangerang beserta kajian budaya atas keyakinan tradisional ini.

ABSTRACT
Ciamsi is a ritual that is known by the Chinese people to discover one rsquo s luck and fortune by using divinatory sticks. Numbers in each divinatory stick that correspond with an ancient Chinese poem believed to be an oracle from the Shenming Deities for any problem that is questioned by the temple visitors. Ciamsi that involves divinatory sticks in every temple has been one of the traditions followed by temple visitiors. This paper discusses Ciamsi ritual and cultural studies about this traditional belief at the Boen Tek Bio temple which is located in Tangerang."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rais Ramdhany
"Penelitian ini merupakan upaya dalam melihat memori kolektif yang terdapat pada Kelenteng Tek Hay Bio di Semarang. Pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat sebuah tokoh manusia yang dianggap berjasa dan mengingat tokoh tersebut memiliki peranan besar bagi masyarakat sekitar dan dijadikan sebagai dewa utama serta letaknya pada bagian bangunan utama Kelenteng. Memori kolektif ini diwujudkan dalam bentuk sebuah ritual atau peringatan kebesaran bagi tokoh tersebut serta dilengkapi sesajian pada ritualnya. Juga melalui sebuah representasi yang muncul. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data (observasi langsung dan studi literatur), pengolahan data dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat memori kolektif oleh sebagian kelompok masyarakat etnis Tionghoa di Kota Semarang yang layak untuk diingat dan dikenang serta perwujudan memori kolektif tersebut melalui sebuah representasi sehingga terjadi keterkaitan satu sama lain.

This research is an attempt to see the collective memory found in the Tek Hay Bio Temple in Semarang. At Tek Hay Bio temple can be found a human figure that is considered meritorious and remembers that the figure has a large role for the surrounding community and for the community and is used as the main deity and is located in the main building part of the temple. This collective memory is manifested in the form of a ritual or commemoration of greatness for the figure and is equipped with offerings on the ritual. Also through a representation that appears. The research method used is data collection (direct observation and study of literature), data processing and interpretation. The results showed that in Tek Bio Bio Temple there is a collective memory by some ethnic Chinese communities in the city of Semarang that deserves to be remembered and remembered and the embodiment of the collective memory through a representation so that there is a connection to one another.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
"ABSTRAK
Dalam hegemoni globalisasi dan tantangan dalam membangun kota, gagasan smart city
menjadi imperatif kebijakan saat ini. Kota Tangerang Selatan yang terpilih sebagai salah satu
dari 25 daerah peserta program smart city oleh pemerintah pusat di 2017 lalu menjadikannya
momentum untuk lebih meningkatkan kinerja pemerintahan berbasis TIK guna memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Namun, semrawutnya pengendalian urban
sprawl, disintegrasi sarana/prasarana kota, inefektifias pemerintahan, persampahan, banjir,
dan kemacetan ialah masalah-masalah yang berpotensi menghambat tujuan tersebut. Tesis
ini menganalisis implementasi strategi dan pola keterlibatan stakeholder pada program smart
city di Kota Tangerang Selatan. Terdapat 2 teori utama sebagai pisau analisis penelitian yakni
teori strategi pembangunan smart city (Chourabi et. al., 2012) dan teori pola keterlibatan
stakeholder dalam program smart city (Niaros, 2016). Tesis ini menggunakan paradigma post
positivism dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi strategi pada program smart city belum begitu baik. Hal tersebut karena masih
terdapat beberapa kekurangan seperti: belum adanya kajian kebutuhan dan potensi daerah,
ketiadaan dokumen masterplan dan blueprint smart city, kurangnya kuantitas dan kualitas
SDM di bidang IT, diskontinyu kegiatan pelatihan, minimnya inovasi yang dimuat di aplikasi
play store dan app store, terbatasnya jumlah Area Traffic Control Systems (ATCS), belum
adanya teknologi command center berbasis IoT, ketiadaan produk hukum yang menyangkut
smart city, inefektifitas tata kelola kolaborasi, sosialisasi dan integrasi pelayanan publik,
kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat, instabilitas ekonomi, rendahnya penyerapan
anggaran pembangunan dan pengelolaan infrastruktur, dan rendahnya kualitas lingkungan
hidup. Di sisi lain, penelitian ini juga menemukan bahwa pola keterlibatan stakeholder dalam
program smart city cenderung bersifat corporate smart city. Rekomendasi penelitian dalam
implementasi strategi pada program smart city meliputi: harus dilakukannya kajian
kebutuhan dan potensi daerah, segera dibuatkannya dokumen masterplan dan blueprint
smart city, peningkatan kuantitas dan kualitas SDM di bidang IT, kontinuitas kegiatan
pelatihan, perbanyak inovasi kedalam aplikasi play store dan app store, penambahan ATCS,
pengadopsian command center berbasis IoT, menyediakan produk hukum smart city,
peningkatan kolaborasi, sosialisasi dan integrasi pelayanan publik, peningkatan
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi, peningkatan infrastruktur, dan peningkatan kualitas
lingkungan hidup. Sedangkan dalam posisinya yang cenderung corporated smart city,
rekomendasinya antara lain: mendelegitimasi besarnya peran korporasi, assessment yang
lebih profesional dan transparan kepada pihak swasta yang terlibat, dan mengurangi
ketergantungan penyediaan teknologi terhadap pihak swasta.

ABSTRACT
In the hegemony of globalization and the challenges of building cities, the idea of smart city
has become a policy imperative recently. South Tangerang City, which chosen as one of the
smart city program participant from 25 regions by the central government in 2017, made it a
momentum to increasing performance of ICT-based government in order to provide better
services to their citizen. However, the chaotic control of urban sprawl, disintegration of urban
facilities/infrastructure, ineffectiveness of government, trash, floods, and congestion are the
problems that potentially obstructing these aim. This thesis analyzes the implementation of
strategy and the pattern of stakeholder involvement in smart city program in South Tangerang
City. There are 2 main theories as a knife of research analysis. First, theory of smart city
development strategy (Chourabi et. Al., 2012). Second, theory of stakeholder involvement
patterns in smart city program (Niaros, 2016). This thesis using post positivism paradigm
with descriptive research methods. The research shows that implementation of strategy in
smart city programs is not too good. This is because there are still some shortcomings such
as: there is no studies of city need and city potency, nothingness smart city masterplan and
blueprint documents, lack of quantity and quality of human resources in the IT field,
discontinuation of training activities, lack of innovation in play store and app store
applications, limited quantity of Area Traffic Control Systems (ATCS), nothingness IoTbased
command center technology, nothingness of city law related smart city, ineffectiveness
of collaborative governance, socialization and integration of public services, less optimal
community empowerment, economic instability, low absorption of infrastructure
development and management budgets, and lack quality living environment. On the other
hand, this research also found that pattern of stakeholder involvement in smart city programs
tended to be corporate smart city. Research recommendations on the implementation of
strategies in the smart city program include: the study of needs and potency of the city must
be carried out, masterplan and blueprint documents of smart city should be made
immediately, increasing the quantity and quality of human resource in the IT field, continuity
of training activities, increasing quantity of innovation into the Play Store and App Store
applications , adding of ATCS, adoption of IoT-based command center, providing smart city
law products, increasing collaboration, socialization and integrating public services,
increasing community and economic empowerment, improving infrastructure and
environmental quality. Whereas, in its position that tends to be corporate smart city, research
recommendations include: delegitimizing hegemony of the corporation, more professional
and transparent assessments to the corporation involved, and reducing the dependence on
providing technology to the private sector"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Dionika
"Pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap digital public service penting untuk keberhasilan penerimaan dan penggunaan digital public service itu sendiri. UTAUT 2 sebagai model yang menganalisis penerimaan dan penggunaan teknologi terlebih penggunaan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam organisasi, seperti Pemerintahan. Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mengimplementasikan strategi  smart city dengan berbagai digital public service dinilai berhasil dengan berbagai prestasi yang didapat. Digital public service terdiri dari berbagai aplikasi dan situs yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi, layanan jasa administrasi kependudukan dan jasa-jasa lain seperti perizinan, pembayaran pajak, retribusi, dll. yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bahwa model UTAUT 2 dengan penambahan variabel percaya teraplikasi pada penerimaan dan penggunaan digital public service oleh penduduk Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model UTAUT 2 tidak teraplikasi sepenuhnya terhadap penerimaan dan penggunaan digial public service Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Ketujuh konstruk dalam model UTAUT 2 yaitu harapan kinerja, harapan usaha, pengaruh sosial, fasilitas pendukung, motivasi hedonis, nilai harga dan kebiasaan hanya motivasi hedonis yang tidak berpengaruh terhadap niat penggunaan dan perilaku penggunaan digital public service Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Selain itu, Gender, usia dan pengalaman sebagai variabel pemoderator memoderiasi variabel eksogen terhadap variabel endogen namun tidak pada semua konstruk.

Understanding publics acceptance towards digital public service is important for the successful acceptance and use of the digital public service itself. UTAUT 2 as a model that analyzes the acceptance and use of technology, especially the use of technology that aims to improve efficiency and effectiveness in organizations, such as government. The South Tangerang City Government has implemented a smart city strategy with various digital public services considered to be successful with various achievements. Digital public services consist of various applications and sites that allow the public to access information, population administration services and other services such as licensing, tax payments, levies, etc. provided by the Regional Government. The purpose of this research was to prove that the UTAUT 2  with the addition of variables believed was applied into acceptance and use of digital public services by residents of South Tangerang City. This research uses a quantitative approach with quasi experimental methods. The results of this study indicate that the UTAUT 2 is not fully applied into accapetance and use of the digial public service of South Tangerang City Government. The seven constructs in the UTAUT 2, performance expectations, business expectations, social influences, supporting facilities, hedonic motivation, price values and habits are only hedonic motivations that do not affect the behavioural intention and use behaviour  of digital public service in South Tangerang City Government. In addition, gender, age and experience as moderating variables modulate exogenous variables towards endogenous variables but not all constructs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>