Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Noor Aqilla Maharani
"Latar belakang: Menarke merupakan kondisi ketika seorang remaja putri mengalami menstruasi pertama kali. Di Indonesia, usia menarke diketahui mengalami tren penurunan. Menarke dini dapat meningkatkan berbagai risiko terjadinya masalah-masalah kesehatan, di antaranya masalah reproduktif dan psikologis. Perubahan gaya hidup hingga asupan nutrisi diyakini menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usia menarke baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, aktivitas fisik, dan konsumsi ultra-processed food dengan usia menarke.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengisian kuesioner, dan wawancara 24 hour recall dilakukan dalam pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Uji post-hoc Mann-Whitney juga dilakukan untuk variabel yang signifikan.
Hasil: Didapatkan 91 sampel yang sudah menstruasi dari 3 sekolah dasar dan 1 sekolah menengah pertama di Jakarta Barat. Berdasarkan analisis data, didapatkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menarke (p < 0,011). Namun, tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan konsumsi ultra-ptocessed food terhadap usia menarke (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menarke, sedangkan aktivitas fisik dan konsumsi ultra-processed food tidak berhubungan dengan usia menarke.

Introduction: Menarche is a condition when a young woman experiences menstruation for the first time. In Indonesia, the age of menarche is known to experience a downward trend. Early menarche can increase the risk of various health problems, including reproductive and psychological problems. Changes in lifestyle and nutritional intake are believed to be factors that can affect the age of menarche either directly or indirectly. Therefore, this study aimed to analyze the relationship between body mass index, physical activity, and consumption of ultra-processed food and age at menarche.
Methods: This study was conducted with cross-sectional design study. Measurement of weight and height, filling out questionnaires, and interview using 24 hours recall were carried out in data collection. Data analysis in this study used the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. Post-hoc test using Mann-Whitney test was also performed for significant variable.
Results: There were 91 samples who had menstruated from 3 elementary schools and 1 junior high school in West Jakarta. Based on data analysis, it was found that there was a relationship between body mass index and age at menarche (p < 0.011). However, there was no relationship found between physical activity and consumption of ultra-processed food on the age of menarche (p > 0.05).
Conclusion: There is a relationship between body mass index (BMI) and age at menarche, while physical activity and consumption of ultra-processed food are not associated with age at menarche.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyyah Rizqy
"Latar belakang: Menarke merupakan peristiwa menstruasi pertama yang mencerminkan berbagai aspek kesehatan. Usia menarke remaja putri di Indonesia mengalami penurunan akibat berbagai faktor. Peneliti bertujuan ingin mengonfirmasi lebih lanjut hubungan usia menarke dengan indeks massa tubuh (IMT), aktivitas fisik, dan konsumsi teh.
Metode: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional pada 84 remaja putri berusia 9-15 tahun di Kota dan Kabupaten Tegal, yang mengalami menarke dalam satu tahun terakhir. Data usia menarke dan aktivitas fisik diambil menggunakan kuesioner yang diisi berdasarkan ingatan remaja putri. IMT dihitung berdasarkan berat badan serta tinggi badan yang diukur mandiri atau oleh peneliti. Data konsumsi teh diambil menggunakan metode wawancara.
Hasil: Median usia menarke dari penelitian adalah 11.42 tahun dengan usia menarke tercepat, yaitu 9 tahun dan usia menarke paling lambat 13.83 tahun. Tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara IMT dengan usia menarke (p = 0.291), aktivitas fisik dengan usia menarke (p = 0.241), dan konsumsi teh dengan usia menarke (p = 0.758). Uji korelasi menunjukkan korelasi negatif yang tidak signifikan antara IMT dengan usia menarke (r = -0.058; p = 0.602) dan korelasi positif yang tidak signfikan antara konsumsi teh dengan usia menarke (r = 0.005; p = 0.975)
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara IMT, aktivitas fisik, dan konsumsi teh dengan usia menarke pada remaja putri di Kota dan Kabupaten Tegal

Introduction: Menarche is the first menstrual event that reflects various aspects of health. The menarche age for adolescent girls in Indonesia has decreased due to various factors. Researchers aimed to further confirm the relationship between menarche age and Body Mass Index (BMI), physical activity, and tea consumption
Method: This study was a cross-sectional study on 84 adolescent girls aged 9-15 years in the City and District of Tegal, who experienced menarche in the past year. Data on the menarche age and physical activity were taken using a questionnaire that was filled out based on the memories of adolescent girls. BMI was calculated based on weight and height measured independently or by researchers. Tea consumption data was taken using the interview method.
Result: The median menarche age from the study was 11.42 years with the fastest being 9 years old and the latest being 13.83 years old at the latest. There was no significant relationship between BMI and menarche age (p = 0.291), physical activity with menarche age (p = 0.241), and tea consumption with menarche age (p = 0.758). Correlation test showed an insignificant negative correlation between BMI and menarche age (r = -0.058; p = 0.602) and an insignificant positive correlation between tea consumption and menarche age (r = 0.005; p = 0.975)
Conclusion: There is no relationship between BMI, physical activity, and tea consumption with menarche age in adolescent girls in the City and District of Tegal
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzati Diyanah
"Latar belakang: Perubahan usia menarke di Indonesia per tahunnya dipengaruhi berbagai faktor, seperti status gizi, genetik, status sosio-ekonomi, dan nutrisi. Kota Bandung sebagai wilayah dengan konsumsi makanan dan minuman jadi yang cukup tinggi dirasa perlu untuk diteliti rerata usia menarke serta kaitannya dengan IMT, aktivitas fisik, serta konsumsi makanan berbahan dasar tepung.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional dan survey kepada remaja putri usia 9-15 tahun di Kota Bandung. Sebanyak 31 orang mengisi kuesioner umum serta wawancara daring mengenai food recall 24 jam. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk, kemudian uji One Way Anova, uji T independen, dan uji Pearson untuk melihat korelasi usia menarke dengan IMT, aktivitas fisik, serta konsumsi makanan berbahan dasar tepung.
Hasil: Rerata usia menarke remaja putri di Kota Bandung adalah 11,8 tahun. Hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi data normal. Hubungan usia menarke dengan IMT didapatkan nilai p = 0,875 (p > 0,05). Korelasi usia menarke dengan aktivitas fisik didapatkan nilai p = 0,033 (p<0,05) serta korelasi usia menarke dengan konsumsi makanan berbahan dasar tepung bernilai p = 0,16 (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarke dengan IMT dan konsumsi makanan berbahan dasar tepung, namun terdapat hubungan yang signifikan dengan aktivitas fisik.

Background: Change in menarche age is influenced a variety of factors, as the nutritional status, genetic, socioeconomic status, and nutrients. Fast food consumption and beverage in Bandung City is plenty high. So, it was necessary to be known the menarche age and its correlation with BMI, physical activity, and its suspected flour-based food consumption.
Methods: The research was done with cross-sectional study and survey to adolescent girls age 9-15 years in Bandung. Thirty-one people fill in the general questionnaires and interviewed online about 24 hours food recall. The data was processed with Shapiro-Wilk test, One Way Anova, T-test independent, and Pearson test to see the correlation between menarche age, BMI, physical activity, and flour-based food consumption.
Results: The average menarche age among the adolescent girls in Bandung City was 11,8 years. The Shapiro-Wilk distribution result was normal. Correlation between menarche age with BMI showed p-value = 0,875 (p > 0,05). The correlation menarche age with physical activity and the p-value 0,033 (p < 0,05). Menarche age and its correlation with flour-based food consumption showed p-value = 0,16 (p >0,05).
Conclusion: There’s no significant correlation between menarche age with BMI and flour-based food consumption but there’s significant correlation with physical activity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Barokah
"ABSTRAK
Masalah berat badan menjadi epidemi kesehatan terbesar di dunia karena hampir 30% dari seluruh populasi kini mengalami obesitas (JPNN, 2014). Obesitas dapat diukur berdasarkan nilai indeks massa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya latihan fisik. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan latihan fisik dengan indeks massa tubuh pada usia dewasa awal. Sejumlah 100 orang responden pada penelitian ini adalah anggota kelompok Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Universitas Indonesia yang aktif melakukan latihan fisik minimal 2 kali dalam seminggu selama 6 bulan terakhir. Latihan fisik diukur dengan kuesioner Godin yang dimodifikasi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil 86% responden memiliki indeks massa tubuh normal dengan latihan fisik tingkat rendah atau latihan fisik tingkat berat yang dilakukan. Hasil penelitian bivariat dengan uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara latihan fisik dengan indeks massa tubuh pada kelompok ini (p = 0,972, α= 0,05). Kelompok disarankan untuk mempertahankan latihan fisik yang telah dilakukan untuk menjaga indeks massa tubuh tetap normal.

ABSTRACT
Nowadays weight problems have become world health epidemic because nearly 30% of the population is obese (JPNN, 2014). Obesity which is measured by body mass index values are influenced by several factors such as physical exercise. This study uses cross sectional design that determines the relationship of physical exercise and body mass index in early adulthood. A number of 100 respondents in this study were members in Sports Groups of the Student Activity Unit (UKM) Universitas Indonesia that exercised regularly at least 2 times a week in the last 6 months. Physical exercise is measured by Godin questionnaire that have been modified.
This study showed that 86% of respondents had a normal body mass index with low or strenuous level of physical exercise. The result of bivariate study with chi square test showed that there was no correlation between physical exercise and body mass index in this group (p = 0.972, α = 0.05). Groups are advised to maintain physical exercise that has been done to maintain normal body mass index.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Santy
"Kejadian gizi kurang pada remaja putri (rematri) sering terluputkan dari penglihatan dan pengamatan biasa, padahal kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai indikator keberhasilan pembangunan nasional terletak ditangan remaja. Menurut Susenas 1999-2003, 35 - 40% Wanita Usia Subur (WUS) 15-19 tahun berisiko Kekurangan Energi Kronis (ICED). Keadaan gizi kurang merupakan akibat dari asupan energi yang tidak cukup. Salah satu cars until menentukan keadaan gizi seseorang adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu membandingkan berat badan dan tinggi badan (kg/m2).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran status gizi remaja putri di Kota Bukittinggi dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional. Rancangan penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006. Remaja putri pada penelitian ini diwakili oleh siswi kelas III SLTA (SMA, MA, dan SMK) usia 16 - 18 tahun yang dikategorikan remaja akhir yang sangat dekat dengan masa kehamilan. Pemilihan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Sampel berjumlah 156 orang yang tersebar pada 11 sekolah. Variabel terikat adalah IMT dan variabel babas adalah asupan energi, kebiasaan makan, citra tubuh, pengetahuan gizi, kelompok sebaya, aktivitas fisik, dan karakteristik orang tua. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT rematri adalah 20,69 kg/m2 + 2,63. Proporsi siswi yang mempunyai IMT<18,5 kg/m2 sebesar 19,9% dengan penyebaran 14,1% kekurangan gizi tingkat ringan dan 5,8% kekurangan gizi tingkat berat. Rata-rata asupan energi adalah 1694 kalori. Rata-rata kontribusi protein terhadap total energi sebesar 11,8%, lemak 26,7% dan karbohidrat 58,7%. Rata-rata asupan energi dibandingkan AKG adalah total energi 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% dan karbohidrat 84,7%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara total energi, kebiasaan makan dan citra tubuh dengan IMT rematri. Variabel total energi merupakan variabel yang dominan mempengaruhi status gizi IMT rematri.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pengambil keputusan bidang kesehatan agar menyusun program penanggulangan dan peneegahan masalah gizi remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain artaiah mengadakan pelatihan untuk petugas khusus promosi gizi dan pelatihan guru BP/guru olah raga mengenai pemantauan status gizi, melaksanakan promosi gizi secara intensif dengan lebih mengarahkan sasaran penyuluhan ke sekolah serta membuat sarana penyuluhan yang disesuaikan dengan karakter remaja.Untuk Dinas Pendidikan agar dapat mengintegrasikan materi kesehatan khususnya pengetahuan gizi ke dalam kurikulum, menggiatkan UKS dan KKR untuk mengoptimalkan penggunaan KMS anak sekolah, menyediakan ruang UKS yang dilengkapi dengan timbangan, microtoise, food model dan buku-buku gizi, melaksanakan PSG setiap awal semester dan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk dapat menyediakan makan siang di sekolah (school lunch) guna menjaga asupan yang adekuat mengingat sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah. Untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian status gizi remaja agar menggunakan indikator status gizi yang memperhitungkan pacu tumbuh yang sesuai dengan remaja Indonesia serta penelitian citra tubuh secara mendalam yang diduga mempengaruhi perilaku makan remaja.

The incident of malnutrition at girls is often neglected from common sight and observation, whereas the quality of human resources as the indicator of a successful national development is laid on their hand. According to the National Health Survey (Susenns) of 1999 2003, 35 - 40% women in productive age (WUS) of 15 - 19 are at risk of Chronic Energy Deficiency (KEK). Malnutrition is resulted from the insufficient consumption of energy. One of ways to determine the nutritional condition of a person is finding out the Body Mass Index (BMI) of him/her, namely by comparing his/her body weight with his/her height (kg/mi).
This research is aimed at obtaining the description of nutritional status of girls in Bukittinggi and factors related to it. It was conducted by analyzing primary data using observational quantitative approach. The design of the research is cross sectional. The research was carried out from February until March 2006. The girls studied are represented by the third-grade female students of senior high schools (senior high school, islamic senior high school, and middle vocational school) of 16 -18 who are categorized as a last teenager who is very close to pregnant period. The sample was selected by systematic random sampling. It was totally 156 students who are distributed at 11 schools. The dependent variable is BMI and the independent variable are energy consumption, eating habit, body image, knowledge on nutrition, peer group, physical activities, and parents' characteristics. Data was analyzed gradually, starting from univariate, bivariate (chi square), until multivariate (multiple logistic regression).
The results show that the BMI of the female students is 20.69 kg/m2 ± 2.63 on average. The proportion of students having BMI<18.5 kg/m2 is 19.9% all of which is distributed to 14.1% of light level of malnutrition and 5.8% for heavy level of malnutrition. Intake per day is 1694 calorie on average with protein contributed to intake is 11,8%, fat 26,7% dan carbohydrat 58,7%. Intake energy compared with Recommended Dietary Allowence (RDA) are total energy consumption 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% and carbohydrat 84,7%.
Bivariate analysis indicates that there is a significant relation between energy consumption, eating habit, body image, by BMI. Variable energy consumption the dominant variable influencing BMI.
Based on the results, it is suggested that the decision maker in health areas begin to set up prevention and control program for nutritional problems of teenagers. Activities which can be conducted among others are training for special personnel of nutritional promotion and BP/sport teachers on nutritional status monitoring, conducting nutritional promotion intensively which is more focusing on education at schools, and setting up educational facilities adjusted to teenager character. It is also recommended that the Educational Office integrate health matters, especially nutritional knowledge into the curriculum, activate UKS and KKR to optimize the using of KMS of school students, provide UKS room equipped with scale, microtoise, food model and nutrition books, conduct PSG at the beginning of every semester and cooperate with students' parents to provide school lunch to maintain adequate intake, considering that most of their time is spent at school. Suggestion for the researcher to use nutritional status that adjusted growth spurts Indonesian girls and study of factor body image which influence food habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkah Afifah Oktaviani
"Penerapan sistem pendidikan jarak jauh sebagai upaya pencegahan pandemi Covid-19 menjadi penyebab perubahan pola aktivitas mahasiswa. Mahasiswa cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di depan gawai untuk menjalani rangkaian perkuliahan. Aktivitas fisik rendah dan tingginya aktivitas duduk menyebabkan perubahan pada indeks massa tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 234 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat uji chi square. Aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner IPAQ-SF (International Physical Activity Questionnaire Short Form) dan indeks massa tubuh ditentukan secara tidak langsung melalui kuesioner berat badan dan tinggi badan yang diisi secara mandiri. Hasil penelitian menunjukan aktivitas duduk rerata mahasiswa selama menjalani pendidikan jarak jauh 7,4 jam/hari. Sebagian besar mahasiswa memiliki aktivitas fisik rendah dan aktivitas fisik sedang sebesar 47,4% dan 44,9%. Hanya 7,7% mahasiswa yang mempunyai aktivitas fisik tinggi. Mayoritas Mahasiswa UI memiliki indeks massa tubuh normal 56,8%, namun tingkat kegemukan dan obesitas mahasiswa juga tinggi, masing-masing sebesar 15,8% dan 13,7%. Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh mahasiswa selama pelaksanaan pendidikan jarak jauh (p value 0,024 < 0,05). Dari hasil penelitian, peneliti merekomendasikan mahasiswa untuk meningkatkan aktivitas fisiknya dan memperhatikan indeks massa tubuh yang ideal selama pelaksanaan perkuliahan daring.

The implementation of the distance education system as an effort to prevent the Covid-19 pandemic has caused changes in student activity patterns. Students tend to spend more time in front of the device to undergo a series of lectures. Low physical activity and high sitting activity cause changes in body mass index. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and student body mass index. This study used a cross sectional and data were collected from 234 university students. This study uses bivariate analysis of chi square. Physical activity was measured using the IPAQ-SF (International Physical Activity Questionnaire Short Form) and Body Mass Index was determined indirectly through a weight and height questionnaire that was filled out independently. The findings showed that the average sitting activity of students during distance learning was 7.4 hours/day. Most students have low physical activity and moderate physical activity by 47.4% and 44.9%, respectively. Only 7.7% of students have high physical activity. The majority of UI Students have a normal body mass index of 56.8%, but the overweight and obesity rates of students are also high, at 15.8% and 13.7%, respectively. It was found that there was a significant relationship between physical activity and student body mass index during the implementation of distance education (p value 0.024 <0.05). According to the findings, researchers recommend students to increase their physical activity and pay attention to the ideal body mass index during the implementation of online lectures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Pradhana Fajri
"Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita dengan 2,3 juta kasus baru pada tahun 2020. Klasifikasi berdasarkan ekspresi reseptor hormon penting diketahui karena tiap subtipe dapat berbeda dalam karakteristik klinis, strategi pengobatan, dan prognosis. Penelitian hubungan faktor risiko usia dan IMT terhadap subtipe kanker payudara yang telah dilakukan masih menghasilkan kesimpulan yang bertentangan dan belum konklusif sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan di RCSM pada April-Mei 2024 dengan mengakses rekam medis 180 pasien kanker payudara primer yang datang ke Poli Bedah RSCM pada tahun 2022 dan menjalani pemeriksaan patologi anatomi dan imunohistokimia. Diperoleh 180 subjek dengan 82,8% berusia >40 tahun dan 17,2% berusia ≤40 tahun. Ditemukan 51,1% subjek obesitas, 27,2% berat badan normal, 16,1% berat badan berlebih, dan hanya 5,6% berat badan kurang. Ditemukan subtipe luminal mencakup 72,8% kasus dan non-luminal 27,2% kasus. Subtipe dengan proporsi paling banyak ditemukan adalah tipe luminal B dengan 41,1%, diikuti tipe luminal A 31,7%, TNBC 17,2%, dan HER2-enriched 10%. Analisis chi-square antara usia dengan subtipe kanker payudara serta IMT dengan subtipe kanker payudara tidak menemukan hubungan yang bermakna. Tidak terdapat hubungan antara usia ataupun IMT terhadap subtipe molekuler kanker payudara yang signifikan di RSCM tahun 2022.

Breast cancer is the most common type of cancer found in women with 2.3 million new cases in 2020. Classification based on hormone receptor expression is important because each subtype can differ in clinical characteristics, treatment strategies and prognosis. Research on the relationship between risk factors of age and BMI on breast cancer subtypes that has been carried out still produces conflicting conclusions and is not yet conclusive, so further research needs to be carried out. This research was conducted at RCSM in April-May 2024 by accessing the medical records of 180 primary breast cancer patients who came to the RSCM Surgical Clinic in 2022 and underwent anatomical pathology and immunohistochemical examinations. There were 180 subjects with 82.8% aged >40 years and 17.2% aged ≤40 years. It was found that 51.1% of subjects were obese, 27.2% were normal weight, 16.1% were overweight, and only 5.6% were underweight. It was found that the luminal subtype covered 72.8% of cases and non-luminal 27.2% of cases. The subtype with the highest proportion found was luminal B type with 41.1%, followed by luminal A type 31.7%, TNBC 17.2%, and HER2-enriched 10%. Chi-square analysis between age and breast cancer subtype and BMI and breast cancer subtype did not find a significant relationship. There was no significant relationship between age or BMI and breast cancer molecular subtype in RSCM in 2022."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Primariayu
"Insulin-like growth factor (IGF)-1 adalah salah satu hormon yang berperan pada pertumbuhan remaja perempuan. Kadarnya akan meningkat pada masa pubertas dan mulai menurun saat akhir pubertas. Kadar IGF-1 yang tinggi saat dewasa berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara IGF-1 dengan indeks massa tubuh (IMT) pada remaja perempuan usia 13-15 tahun di Jakarta. Studi potong lintang ini dilakukan sejak bulan April?Mei 2016 dengan menggunakan data primer dari serum darah tersimpan berupa kadar IGF-1 yang diperiksa dengan metode ELISA dan data sekunder dari penelitian berjudul ?Faktor Determinan Kadar Estradiol, IGF-1, dan Menarche Dini pada Remaja Putri Usia 13?15 tahun di Jakarta: Studi Epidemiologi Gizi Terkait Faktor Risiko Kanker Payudara? berupa data antropometri, asupan makanan, dan aktivitas fisik dari 178 subjek yang didapat dengan metode total population sampling. Indeks massa tubuh pada remaja perempuan usia 13?15 tahun diukur dengan menggunakan kurva WHO 2007 dan CDC 2000. Tidak didapatkan korelasi antara IGF-1 dengan IMT pada remaja perempuan, namun terdapat kecenderungan nilai IGF-1 akan meningkat pada status gizi overweight dan menurun pada obesitas. Hendaknya para remaja perempuan menjaga status gizi dengan menjaga pola makan, memilih jenis makanan yang tepat dan seimbang, serta meningkatkan aktivitas fisik.

The insulin-like growth factor (IGF)-1 is one of hormone that plays a role in the growth of adolescent girls. Its level will rise at puberty and begin to decline at the end of puberty. High IGF-1 levels in adult associated with the incidence of breast cancer. This study aimed to determine the correlation between IGF-1 and body mass index (BMI) in 13-15-years-old girls in Jakarta. This cross-sectional study was conducted in April-May 2016 by using primary data from stored blood serum to measure IGF-1 level byELISA method and secondary data from a study entitled "Determinant Factors of Levels of Estradiol, IGF-1, and Early Menarche in Adolescents Girls Aged 13-15 in Jakarta: Nutritional Epidemiology Study Related to Breast Cancer Risk Factors" such as anthropometric data, dietary intake, and physical activity were obtained from 178 subjects with a total population sampling method. Body mass index in girls aged 13-15 years were measured using WHO 2007 and CDC 2000 curves. There were no correlation between IGF-1 with a BMI in adolescent girls, however, there is a tendency value of IGF-1 will increase in overweight and decrease in obesity. Thus adolescent girls should maintain their nutritional status by maintain a diet, choose the right and balanced foods, as well as increased physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Hadi Kusuma
"Pemahaman citra tubuh yang keliru tentang ?kurus itu indah? menjadi idaman bagi remaja puteri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuhnya dan ketakutan menjadi gemuk mendorong remaja untuk menerapkan pembatasan makanan yang berlebihan, sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi yang nantinya akan berakibat terjadinya kurang gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap perilaku makan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi SMA Negeri 12 Jakarta Timur kelas X dan XI tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2014 dengan desain cross sectional, sampel penelitian adalah 238 siswi.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa terdapatnya pengaruh citra tubuh terhadap IMT melalui perilaku makan dan aktivitas fisik, membuktikan bahwa citra tubuh tidak langsung berpengaruh terhadap IMT, namun masih harus dilihat bagaimana perilaku makan serta aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk membangun keyakinan hidup sehat berkaitan dengan berat badan, bentuk tubuh, perilaku makan yang baik serta gizi seimbang. Selain itu, perlu diadakan kegiatan penyuluhan gizi secara berkala kepada remaja dengan materi penyuluhan tentang citra tubuh dan perilaku makan terutama tentang makanan yang seimbang dan berat badan yang ideal bagi remaja putri.

"Thin is beautiful" is an erroneous understanding of body image that becoming a dream for every teenage girls right now. This is often the cause of problems, because to maintain her slimness and fear of becoming obese encourage teenagers to apply excessive dietary restrictions, so that their nutritional needs are not met which will be result in the occurrence of malnutrition. The aim of this study is to determine the influence of body image against eating behavior and body mass index (BMI) among 10th and 11th grades 12th East Jakarta States Senior High School?s female students in 2014. This study was conducted in April - May 2014, with cross sectional design, the study sample was 238 female students.
The results of this study using path analysis concluded that the presence of the influence of body image against BMI through eating behavior and physical activity, proved that the body image does not directly influence the IMT, but remains to be seen how eating behavior and physical activity undertaken by respondents. Therefore, efforts are required to empower our teenagers by challenging unhealthy beliefs they may have regarding weight, shape, and eating behavior. In addition, there should be regular nutrition counseling activities for teenagers with education material about body image and eating behavior, especially on a balanced diet and ideal body weight for teenage girls.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Sindiana Dewi
"Persen lemak tubuh (PLT) merupakan salah satu indeks yang digunakan untuk menilai status gizi, namun pengukuran PLT tidak mudah dilakukan terkait dengan alat pengukuran yang mahal dan jarang dimiliki. Oleh karena itu, diperlukan adanya metode alternatif yang dapat digunakan sebagai prediktor PLT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model PLT(BIA) pada remaja berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), usia, dan jenis kelamin. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 47 laki-laki dan 46 perempuan yang merupakan siswa SMAI Al-Azhar 1 yang berusia 14-18 tahun pada bulan April 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMT memiliki korelasi yang sangat kuat dengan PLT(BIA) (r = 0,774), serta perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dan PLT(BIA) (p = 0,027). Model prediksi yang didapatkan untuk laki-laki adalah : PLT(BIA) = 1,8 (IMT) - 22,5, dan untuk perempuan : PLT(BIA) = 1,8 (IMT) - 13,6. Untuk memvalidasi penggunaan IMT sebagai prediktor PLT, disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk dengan variabel yang lebih spesifik dan pengukuran yang lebih akurat.

Body fat percentage (%BF) is one of the indexes to determine nutritional status, but actual body fat measurement is often difficult to conduct according to expensive facilities and limited access. Thus, researchers are encouraged to find alternative methods to predict actual %BF. The purpose of this study was to find a formula referred to the correlation of %BF(BIA) with body mass index (BMI), sex, and age. This is a cross sectional study with total of 47 men and 46 women aged 14 ? 18 years participated in this study which was held in April 2015.
The result of this study shown a very strong correlation between %BF(BIA) and BMI of adolescents (r = 0,774), and significant association between sex and %BF(BIA) (p = 0,027). Multiple regression analysis has done and it generated a formula to predict adolescents? body fat percentage in this population: %BF(BIA) = 1,8 (BMI) - 22,5 for men, and %BF(BIA) = 1,8 (BMI) ? 13,6 for women. Nevertheless, further research with more specific variable and more accurate measurements."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>