Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihan Rizqi Aghniyaa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk representasi relasi gender dalam serial drama televisi “From Five to Nine” (2015) dan makna serta kritik yang ingin disampaikan dalam representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gender dan hegemonic masculinity oleh R.W. Connell (1985, 1987), teori feminisme liberal oleh Rosemarie Tong (2014), serta teori representasi oleh Stuart Hall (1997). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis semiotika menggunakan teori semiotika kode-kode televisi milik John Fiske (2001) yang membagi analisis film ke dalam tiga level yakni realitas, representasi, dan ideologi. Peneliti memfokuskan analisis kepada tokoh utama perempuan dan laki-laki, Sakuraba Junko dan Hoshikawa Takane. Analisis meliputi aspek-aspek karakterisasi tokoh, dialog, konflik, sorotan kamera, pemilihan musik, editing, serta nilai-nilai ideologis yang terkandung di dalam setiap segmen adegan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan adanya perubahan bentuk hubungan yang terjadi antara Junko dan Takane dari awal episode hingga akhir. Pada awal hubungan keduanya Takane digambarkan lebih dominan daripada Junko, namun Junko sebagai gambaran karakter perempuan independen tidak ingin didominasi sehingga hubungan mereka berubah ke arah yang lebih setara. Drama ini juga merepresentasikan adanya hubungan saling ketergantungan dan bukan relasi kuasa antara kedua tokoh.

This study aims to determine the form of representation of gender relations in the television drama series “From Five to Nine” (2015) and the meanings as well as critics to be conveyed through the drama. The theory used in this study is R.W. Connell’s theory of gender and hegemonic masculinity (1985, 1987), Rosemarie Tong’s liberal feminism theory (2014), and Stuart Hall’s representation theory (1997). The research method used in this research is semiotic analysis using John Fiske’s semiotic theory of television codes (2001) which divides film analysis into three levels: reality, representation, and ideology. The research focusses on the main female and male characters, Sakuraba Junko and Hoshikawa Takane. The analysis includes characterization, dialogue, conflict, camera shots, music, editing, and ideological values ​​contained in each scene segment. Based on the analysis that has been done, the researcher found that there was a change in the form of the relationship that occurred between Junko and Takane from the beginning of the episode to the end. At the beginning of their relationship, Takane is described as more dominant than Junko, but Junko, as an independent female character, does not want to be dominated, so their relationship changes in a more equal direction. This drama also represents a relationship of interdependence and not a power relationship between the two characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthia Hasna
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi feminitas perempuan berdasarkan gender sebagai dampak dari globalisasi yang ditampilkan dalam drama televisi Jepang For You in Full Blossom (2007) dan Pretty Proofreader (2016) serta drama televisi Korea Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Perempuan modern terkait feminitas, dihadapkan dengan maskulinitas dalam struktur masyarakat Jepang dan Korea. Dengan unit analisis perilaku, penampilan, dan gaya hidup, penelitian antardisiplin ini menganalisis representasi dari keempat drama televisi sebagai korpus penelitian. Metode analisis isi digunakan sebagai teknik penelitian untuk membuat simpulan yang sahih dan dapat direplikasi dari teks ke konteks penggunaannya, melalui empat tahapan: merumuskan tujuan dan konseptualitas, menyusun kategorisasi unit sampling, mencatat unit sampling, dan terakhir mengkaji hasil pencatatan dengan memberikan interpretasi. Hasil penelitian keempat drama televisi tersebut merepresentasikan perempuan Jepang dan Korea sebelum dan sesudah 2010 sebagai titik pergeseran perilaku dan penampilan perempuan dalam nilai-nilai feminitas yang dihadapkan dengan maskulinitas di Asia Timur. Perempuan Jepang dan Korea memahami tuntutan masyarakat untuk berbaur demi menjaga harmoni yang menjadi nilai penting dalam masyarakat Asia Timur, tanpa mengesampingkan individualitasnya.

This study aims to analyze the representation of women’s femininity according to gender as the impact of globalization shown in the Japanese television dramas For You in Full Blossom (2007) and Pretty Proofreader (2016), and Korean television dramas Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Modern women related to femininity faced masculinity in Japanese and Korean social structures. With behavior, appearance, and lifestyle as analysis units, this interdisciplinary study analyzed the representation in those four television dramas as the corpus of research. The context analysis method is used as a research technique to make a valid and replicable conclusion from text to the usage context through four steps: formulate the purpose and concept of research, arrange a set of sampling unit categorizations, record the sampling unit, and study the data record by giving the interpretation. The study shows that these four television dramas represented Japanese and Korean women before and after 2010 as a shift point of behavior and appearance in femininity values faced masculinity values in East Asia. Japanese and Korean women acknowledged the requirements to mingle in their society to maintain harmony as one of the essential values in East Asian society without neglecting their individualities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fisda Nadya Rosa
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas konstruksi gender dalam drama televisi Gomenne Seishun. Bertujuan untuk menjelaskan bagaimana konstruksi gender ditunjukkan dalam Gomenne Seishun terutama melalui aspek naratif dan visual. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis yang membahas segi naratif dan visual objek penelitian. Analisis menggunakan struktur naratif dari Algirdas Julian Greimas sebagai landasan teori, dan teori wacana feminisme oleh Judith P. Butler sebagai landasan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gomenne Seishun merepresentasikan konstruksi gender masyarakat Jepang dari segi struktur dan narasinya.

ABSTRACT
This thesis is about gender construction in television drama Gomenne Seishun. The aim of this thesis is to describe how Gomenne Seishun shows resistance against gender construction from narrative and visual aspects. This research uses descriptive analitic method which discusses narrative and visual aspects of the research object. The analysis based on narrative structural theory by Algirdas Julian Greimas as basis theory, and theory of feminism by Judith P. Butler as basis conceptual. This research found that Gomenne Seishun representate the resistance against gender construction in Japan society by the structure and naration."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhika Januar Suhendar
"Maskulinitas salaryman yang diterima sebagai hegemoni dalam masyarakat Jepang memarginalkan bentuk maskulinitas lainnya termasuk bapak rumah tangga atau sengyoushufu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi maskulinitas sengyoushufu melalui tokoh Tatsu dalam drama televisi Gokushufudou (The Way of Househusband) dan refleksi film tersebut terhadap fenomena bapak rumah tangga di Jepang. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori deskriptif analisis melalui tangkapan layar adegan dan dialog dalam drama, lalu dianalisis dengan teori Hegemonic Masculinity dari R.W Connel (1987,1995) sebagai teori utama, dan didukung oleh teori maskulinitas New Man oleh John Beynon (2002). Dari hasil analisis ditemukan bahwa 1) Tokoh Tatsu merepresentasikan maskulinitas sengyoushufu yang tidak tunduk terhadap nilai-nilai maskulinitas salaryman sebagai Hegemonic Masculinity dalam masyarakat Jepang; 2) Identitas sengyoushufu direpresentasikan dengan positif dalam drama televisi inimelalui tokoh Tatsu yang secara sukarela menjadi bapak rumah tangga dengan lingkungan yang menerimanya dengan baik. Gokushufudou menjadi salah satu wacana baru yang mendekonstruksi hegemoni maskulinitas salaryman dalam masyarakat Jepang melalui representasi bapak rumah tangga.

Salaryman masculinity which is accepted as hegemony in Japanese society marginalizes other forms of masculinity including househusbands or sengyoushufu. This study aims to see the representation of sengyoushufu masculinity through the character Tatsu in the television drama Gokushufudou (The Way of Househusband) and the film's reflection on the phenomenon of househusbands in Japan. The method that will be used in this research is descriptive analysis method through screenshots of scenes and dialogues in the drama, then analyzed with the theory of Hegemonic Masculinity from R.W Connel (1987, 1995) as the basic theory, and supported by the theory of new man masculinity by John Beynon (2002). The results from this study show that 1) Tatsu's character represent sengyoushufu masculinity that is not subject to the values of salaryman masculinity as Hegemonic Masculinity in Japanese society; 2) The identity of sengyoushufu is represented positively in this television drama through the characterization of Tatsu who voluntarily becomes a househusband, and surrounding environment that accept his identity. Gokushufudou is one of the new discourses that deconstructs the hegemony of salaryman masculinity in Japanese society through the representation of househusband."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Oktafia Fribadi
"Tesis ini merupakan penelitian tentang maskulinitas yang direpresentasikan dalam drama TV Korea You're Beautiful (2009) yang pernah ditayangkan di Indosiar pada tahun 2010. Dalam sepuluh tahun terakhir, drama TV Korea beserta bintangnya menjadi fenomena di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Drama TV Korea merupakan salah satu produk kebudayaan populer yang memicu Korean Wave. Drama TV digemari dan dikonsumsi oleh remaja putri dan wanita dewasa karena pencitraan aktor-aktornya yang tampan dan menarik. Sebanyak 10 episode dari 16 episode yang ada dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Barthes dan dengan menggunakan model analisis milik Moon dan Jung mengenai maskulinitas dalam masyarakat Korea Selatan. Melalui analisis data visual dan dialognya, diketahui bahwa maskulinitas yang direpresentasikan dalam drama ini merupakan maskulinitas hibriditas dari elemen-elemen maskulinitas global seperti maskulinitas bhisonen Jepang, maskulinitas metroseksual Hollywood, serta maskulinitas tradisional Konfusius. Dengan sendirinya maskulinitas hibriditas tersebut menjadikannya sebagai maskulinitas baru dalam masyarakat Korea saat ini.

This thesis examines masculinity represented on Korean TV drama entitled You're Beautiful (2009). The drama was aired on Indosiar in 2010. In the past ten years, Korean TV drama and its stars became a phenomenon in East Asia and Southeast Asia. Korean TV drama is one of the products of popular culture that triggers the Korean Wave. TV drama is popular amongst teenage girls and adult women and it is consumed because of the image of handsome and attractive actors. A total of 10 episodes of 16 episodes are analyzed by using Barthes's mythology and a model analysis of masculinity in South Korean society developed by Moon and Jung. From visual and textual analysis, it is known that masculinity represented in this drama is a hybrid masculinity comprises of Japan's bishonen masculinity, Hollywood's metro sexual masculinity and traditional masculinity of Confucian. In this way, hybrid masculinity itself can be seen as a new masculinity in Korean contemporary society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T30049
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alinda Febrina
"Isu mengenai gender merupakan salah satu bentuk keanekaragaman fenomena sosial yang cukup sensitif di kalangan masyarakat. Setiap individu memiliki kebebasan dalam memilih peran gendernya masing-masing. Akan tetapi, akibat adanya paham dan nilai-nilai masyarakat patriarki yang mengkategorikan peran gender telah memunculkan pakem tertentu tentang peran gender perempuan dan laki-laki. Seiring berjalannya waktu mulai terjadi perubahan peran gender tradisional dalam masyarakat Korea. Representasi dari peran gender perempuan salah satunya tercermin dalam drama berjudul My Mister. Penelitian ini menganalisis peran gender perempuan yang direpresentasikan melalui tiga tokoh perempuan dalam drama My Mister, dengan melihat narasi visual dan oral yang disajikan melalui gambar dan dialog antar tokoh. Hasil penelitian menunjukkan peran gender perempuan dalam drama My Mister terbagi menjadi tiga kategori, yaitu perempuan dalam sektor publik, perempuan dalam sektor domestik, dan maskulinitas perempuan dalam melawan kekerasan yang membuktikan adanya perubahan peran gender perempuan yang cukup signifikan dengan berubahnya stereotipe perempuan dalam peran gender tradisional.

The issue of gender is one form of the diversity of social phenomena that is quite sensitive in the community. Each individual has the freedom to choose their respective gender roles. However, due to the understanding and values of patriarchal society that categorize gender roles, it has given rise to certain standards regarding the gender roles of women and men. Over time, the traditional gender roles in Korean society began to change. The representation of women's gender roles is reflected in a drama called My Mister. This study analyzes the gender roles of women represented through three female characters in the drama My Mister, by looking at the visual and oral narratives presented through pictures and dialogues between characters. The results of the study show that the gender role of women in the drama My Mister is divided into three categories, namely women in the public sector, women in the domestic sector, and women's masculinity in fighting violence which proves that there is a significant change in women's gender roles with the changing stereotypes of women in traditional gender roles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sakina
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang struktur pembentukan dajare dalam drama televisi Jepang yang berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tipe struktur dajare yang digunakan dalam drama tersebut. Data penelitian diambil dari percakapan antar tokoh dalam drama televisi Jepang berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan klasifikasi tipe struktur dajare oleh Pawel Dybala et.al. dalam artikel jurnal yang berjudul NLP Oriented Japanese Pun Classification 2012 . Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat lima tipe struktur dajare yang digunakan, yaitu homofoni, penambahan mora, perubahan mora, campur kode dan pencampuran frasa.

ABSTRACT
This undergraduate thesis is focused on the forming of dajare Japanese pun in Japanese television series 99.9 Keiji Senmon Bengoshi. The purpose of this study is to find structure type of dajares that are being used in the said television drama. The data used is derived from conversations in Japanese television drama titled 99.9 Keiji Senmon Bengoshi. The method applied is descriptive analytic. The discussion in this study uses the classification of dajare structure type by Pawel Dybala et al. in NLP Oriented Japanese Pun Classification 2012 . The result shows that there are five structure types of dajare that are being used, which is homophony, mora addition, mora transformation, mix of language and blend. "
2016
S66806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Novianti
"Proyek Akhir ini menganalisis konsep representasi negosiasi muka dalam drama televisi Asia Timur. Di Asia Timur, “muka” memiliki posisi yang sangat penting ketika berkonflik. Jepang memiliki konsep mentsu, Korea Selatan memiliki konsep chemmyeon, dan Cina memiliki konsep mianzi. Secara garis besar, ketiga konsep “muka” dalam ketiga negara memiliki makna yang mengacu pada gambar diri seseorang di hadapan orang lain. Konsep tersebut kemudian direpresentasikan dalam drama televisi masing-masing negara. Drama televisi yang menjadi korpus penelitian ini adalah Hana Yori Dango (Jepang), Boys Over Flowers (Korea Selatan), dan Meteor Garden (Cina). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan metode analisis semiotika. Hasil penelitian yang diperoleh adalah meskipun ketiga negara di Asia Timur memiliki konsep “muka” yang sama, masing-masing negara memiliki cara dan budayanya sendiri dalam hal menjaga dan melindungi muka diri sendiri maupun lawan konflik yang ditandai dengan perbedaan pemilihan kata, ekspresi wajah, gaya bicara, dan intonasi bicara dari tokoh dalam ketiga drama televisi.

This Final Project analyzes the concept of face negotiation representation in East Asian television dramas. In East Asia, "face" has a crucial position during the conflict. Japan has the concept of mentsu, South Korea has the concept of chemmyeon, and China has the concept of mianzi. The three concepts of "face" in the three countries have meanings that refer to one's self-image in front of other people. This concept is then represented in the television dramas of each country. The television dramas that became the corpus of this research were Hana Yori Dango (Japan), Boys Over Flowers (South Korea), and Meteor Garden (China). This research is descriptive analysis research using the semiotic analysis method. The research results obtained are that although the three countries in East Asia have the same concept of "face," each country has its way and culture in terms of protecting and protecting the face of oneself and opponents of conflict, which is characterized by differences in word choice, facial expressions, style, speech, and intonation of the characters in the three television dramas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Tatyakirana
"Tulisan ini membahas tentang keluarga Korea yang ditunjukkan dalam drama televisi yang berjudul Reply 1988. Drama ini menceritakan kehidupan lima orang sahabat dengan keluarga mereka masing-masing yang tinggal berdekatan di daerah Ssangmundong, Seoul, Korea Selatan. Drama ini berlatar belakang pada tahun 1980-an akhir. Tema utama yang diangkat dalam drama Reply 1988 adalah keluarga. Dengan menggunakan metode kepustakaan dan kualitatif, peneliti memfokuskan analisis pada nilai-nilai keluarga yang terdapat di dalam drama. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes sebagai landasan teori penelitian karena teori ini mendukung analisis semiologi dalam bentuk drama televisi dan membantu penulis dalam mencari nilai keluarga yang ditunjukkan melalui gambar dan/atau ucapan tokoh dalam drama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apa saja dan bagaimana nilai-nilai keluarga Korea direpresentasikan melalui tanda visual dan audio dalam serial drama Reply 1988. Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa keluarga Korea pada tahun 1988 masih menerapkan nilai-nilai Konfusianisme, meskipun pengaruh Konfusianisme di Korea pada masa itu sudah semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai kekeluargaan yang ditemukan masih berhubungan dengan hubungan pokok ajaran Konfusianisme antara ayah dengan anak, suami dan istri, serta yang tua (kakak) dan muda (adik).

This paper studies the Korean family portrayed in the television drama named Reply 1988. This drama tells a story about five neighborhood friends and their families who lived together in Ssangmundong, Seoul, South Korea. This drama is situated back in the late 1980s. The main theme of the drama is family. Using qualitative and study of reference as the research method, the author focused on analyzing the family values portrayed in the drama. This research used Roland Barthes semiotic theory as the researchs theoretical base because it facilitates semiology analysis in the form of drama and helps the author in perceiving the family values portrayed by the acts and conversations inside the drama. The purpose of this research is to find what kind of values are showed and how they were expressed through audio and visual signs in the drama. The author found that Korean family values are still affected by Confucianism in 1988, despite the Confucianism influence that has weakened in that era. It is proven by the connection between values and Confucianisms teaching in main relationships between father and son, husband and wife, and senior (older child) and junior (younger child)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>