Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa
"Latar Belakang: Perencanaan perawatan, proses fabrikasi, dan dukungan gigi tiruan yang adekuat akan menghasilkan retensi dan stabilitas yang baik. Penggunaan material tambahan berupa denture adhesive untuk meningkatkan retensi pada gigi tiruan lepasan harus sesuai dengan indikasi. Maraknya iklan komersial dapat berkontribusi terhadap persepsi sendiri pada pengguna gigi tiruan akan indikasi denture adhesive. Dokter gigi perlu mengetahui penggunaan denture adhesive secara tepat sehingga dapat memberi edukasi kepada masyarakat untuk menghindari dampak yang berkelanjutan. Guna mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan dokter gigi dibutuhkan alat ukur yang valid dan reliabel yang belum ada dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan mahasiswa profesi dan dokter gigi, serta melihat tingkat pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive pada mahasiswa profesi dan dokter gigi. Metode Penelitian: Pengembangan alat ukur dilakukan melalui dua tahap, yaitu formulasi kuesioner yang dilanjutkan dengan uji psikometri. Formulasi dilalui dari tahap studi literatur dan diskusi pakar untuk menggali item kuesioner yang selanjutnya diujicobakan melalui wawancara untuk mendapatkan kuesioner yang mudah dipahami responden. Uji psikometri untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas dengan total subjek penelitian 148 orang yang terdiri dari 73 mahasiswa profesi dan 73 dokter gigi. Analisis univariat dan bivariat dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, dan implementasi pada setiap kelompok responden. Hasil Penelitian: Kuesioner yang dihasilkan memiliki tiga domain, berupa pengetahuan, sikap, dan implementasi dengan validitas alat ukur yang baik serta reliabilitas domain sikap dengan nilai koefisien Cronbach’s alpha 0,440 dan nilai ICC 0,743. Rerata pengetahuan dihasilkan nilai yang mendekati nilai maksimal menunjukkan pengetahuan yang baik mengenai material denture adhesive seperti sediaan, indikasi, kontraindikasi, keuntungan, serta kerugian. Mayoritas mahasiswa profesi dan dokter gigi telah menunjukkan rerata sikap yang positif dalam penggunaan denture adhesive yang sesuai. Terdapat perbedaan rerata implementasi denture adhesive antara mahasiswa profesi dan dokter gigi dengan mayoritas responden belum pernah mengaplikasikan denture adhesive pada praktik klinis kedokteran gigi. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan dan sikap mengenai denture adhesive antara mahasiswa profesi dan dokter gigi, serta adanya perbedaan bermakna secara statistik implementasi denture adhesive pada kedua kelompok tersebut. Kesimpulan: Validitas alat ukur pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan dokter gigi sudah cukup baik, namun untuk reliabilitas perlu dilakukan pengembangan terutama pada domain sikap. Mayoritas responden telah mengetahui dan bersikap positif tehadap penggunaan denture adhesive. Mayoritas responden juga belum pernah mengaplikasikan denture adhesive. Pengalaman bekerja dalam merawat kasus gigi tiruan lepasan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan implementasi dari penggunaan denture adhesive.

Background: Treatment planning, fabrication process, and adequate denture support will result in good retention and stability. The use of additional material in the form of denture adhesive to increase retention in removable dentures must be according to indications. The rise of commercial advertisements can contribute to denture users' self-perception of denture adhesive indications. Dentists need to know the proper use of denture adhesive so that they can educate the public to avoid lasting impacts. In order to identify knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dentists, a valid and reliable measurement tool is needed which does not yet exist and has never been done in Indonesia. Objectives: Obtain a valid and reliable measurement tool to assess knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dental students and dentists, and to see the level of knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dental students and dentists. Research Methods: The development of a measuring instrument was carried out in two stages, namely the formulation of a questionnaire followed by a psychometric test. The formulation was passed from the stage of literature study and expert discussion to explore the questionnaire items which were then tested through interviews to obtain a questionnaire that was easy for respondents to understand. Psychometric test to determine the validity and reliability test with a total of 148 research subjects consisting of 73 professional students and 73 dentists. Univariate and bivariate analyzes were carried out on knowledge, attitudes and implementation of each group of respondents. Research Results: The final questionnaire has three domains, consists of knowledge, attitudes, and implementation with a good validity, the reliability of the attitude domain with a Cronbach's alpha coefficient value of 0.440 and an ICC value of 0.743. The average knowledge resulted in a value close to the maximum value indicating good knowledge of denture adhesive materials such as preparations, indications, contraindications, advantages and disadvantages. The majority of dental students and dentists have shown an average positive attitude in using the appropriate denture adhesive. There is a difference in the average implementation of denture adhesive between dental students and dentists with the majority of respondents having never applied denture adhesive in dental clinical practice. There were no statistically significant differences in knowledge and attitudes regarding denture adhesives between professional students and dentists, and there were statistically significant differences in the implementation of denture adhesives in the two groups. Conclusion: The validity of the measuring instrument for knowledge, attitude, and implementation of denture adhesive among dentists is quite good, but for reliability it is necessary to develop especially in the attitude domain. The majority of respondents already know and have a positive attitude towards the use of denture adhesive. The majority of respondents also had never applied denture adhesive. Experience working in treating removable denture cases can be one of the factors that influence knowledge, attitudes, and implementation of the use of denture adhesive"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nafisah
"ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi. Belum ada penelitian yang mengamati asupan dan status nutrisi pada sebelum dan setelah pemakaian gigi tiruan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan asupan dan status nutrisi di Indonesia dilakukan dengan studi potong lintang dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi posterior dengan faktor sosiodemografi, hubungan antara kehilangan gigi posterior, pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan asupan dan status nutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang akan dibuatkan gigi tiruan lepasan. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner FFQ semikuantitatif dan MNA-SF. Hasil penelitian: Kehilangan gigi posterior diketahui tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi. Kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan usia dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Uji analisis Paired T-Test menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan asupan nutrisi. Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan asupan nutrisi pada 1 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan status nutrisi. Kesimpulan: Kehilangan gigi tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Namun, pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia.

ABSTRACT
Background Posterior tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patients nutrition. There has been no research that discusses nutrient intake and nutritional status before and after denture wearing in Indonesia. Previous studies on tooth loss and denture wearing with nutrient intake and nutritional status were using cross sectional study and showed inconclusive result. Objectives To analyze the relationship between posterior tooth loss and sociodemographic factors, the relationship between posterior tooth loss, denture wearing, denture type, and sociodemographic factors age, gender, educational level with nutrient intake and nutritional status. Methods Observational study was conducted on 30 patients that will be made a removable denture at RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 45 years and over. Subjects 39 personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for semiquantitative FFQ and MNA SF were conducted. Results There was no significant difference between posterior tooth loss and nutrient intake, and between posterior tooth loss and nutritional status. Posterior tooth loss is known to be age related and unrelated to gender and educational level. Paired T Test analysis showed significant difference between denture wearing and nutrient intake. There was a significant difference between age and nutrient intake 1 month after denture wearing. Wilcoxon analysis showed significant difference between denture wearing and nutritional status. Conclusion Posterior tooth loss is not related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. However, denture wearing is related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheanita Nissrina Andini
"Latar belakang: Resistensi antibiotik adalah salah satu masalah kesehatan global yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terkait penggunaan antibiotik. Dengan adanya pandemi COVID-19 yang memengaruhi segala aspek kehidupan, perlu dilakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik masyarakat saat ini termasuk faktor sosiodemografi yang berhubungan. Hal ini diperlukan sebagai salah satu dasar untuk menentukan intervensi apa yang dapat dilakukan nantinya dalam menangani peningkatan angka resistensi antibiotik dari sisi masyarakat. Penelitian dilakukan pada masyarakat DKI Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 paling tinggi di Indonesia (20.6%). 
Metode: Penelitian ini bersifat cross-sectional dan dilakukan dengan sampel minimal 385 orang yang berdomisili di Jakarta dan berusia minimal 18 tahun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner tervalidasi KAPAQ dengan skor <50%, 50-70%, dan >70% masing-masing menunjukkan nilai pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik yang rendah, sedang, dan tinggi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square untuk menilai hubungan antara variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku serta faktor-faktor yang berhubungan dengan ketiga variabel tersebut. 
Hasil: Proporsi terbesar responden pada variabel pengetahuan (45,2%), sikap (54,8%), dan perilaku (64,3%) menunjukkan nilai dalam kategori tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara kategori nilai pengetahuan dengan sikap (p<0,001), pengetahuan dengan perilaku (p<0,001), dan sikap dengan perilaku (p<0,001). Jenis kelamin dan bidang pekerjaan berhubungan dengan ketiga tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku (p<0,05). Sedangkan tingkat pendidikan hanya berhubungan dengan tingkat pengetahuan (p<0,05) dan riwayat swamedikasi antibiotik hanya berhubungan dengan tingkat sikap dan perilaku (p<0,05). Umur, status pernikahan, dan riwayat COVID-19 tidak menunjukkan hubungan yang bermakna pada tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik. 
Kesimpulan: Sebagian besar responden menunjukkan nilai pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik pada kategori tinggi. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku didapatkan saling berhubungan dan bermakna secara statistik. Faktor sosiodemografi yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik adalah jenis kelamin, bidang pekerjaan, tingkat pendidikan, dan riwayat swamedikasi antibiotik.

Introduction: Antibiotic resistance is one of the global health problems which could happen because of insufficient knowledge in antibiotic use among general public. With the COVID-19 pandemic affecting all aspects of human life, a study about knowledge, attitude, and practice level on antibiotic use is needed to be carried out, including possible associated sociodemographic factors. It is needed to determine which intervention is suitable to overcome the increasing number of antibiotic resistance from the consumer’s side. This study was conducted in DKI Jakarta because the highest proportion of COVID-19 cases in Indonesia came from this province. Method: It is a cross-sectional study with a minimum sample of 385 people living in DKI Jakarta and aged 18 or above. This study used a validated KAPAQ questionnaire with score <50%, 50-70%, and >70% representing high, moderate, and low knowledge, attitude, and practice, respectively. Data analysis was conducted using Chi-Square analysis to analyze the correlation between knowledge, attitude, and practice level. Chi-Square analysis was also used to analyze the correlation between possible associated factors with those three variables. 
Result: The score of the biggest respondent proportion in knowledge (45,2%), attitude (54,8%), and practice (64,3%) on antibiotic use were considered high. There was a statistically significant correlation between knowledge and attitude (p<0,001), knowledge and practice (p<0,001), and also between attitude and practice (p<0,001). Sex and occupation fields show a statistically significant correlation with knowledge, attitude, and practice level (p<0,05). Meanwhile, education level only correlates significantly with knowledge level (p<0,05) while history of self-medication with antibiotic correlate significantly with both attitude and practice level (p<0,05). Age, marital status, and history of COVID-19 are not showing any statistically significant correlation with knowledge, attitude, and practice level on antibiotic use. 
Conclusion: Most respondents’ score in knowledge, attitude, and practice in antibiotic use are in the high category. This study shows a statistically significant correlation between knowledge, attitude, and practice level in antibiotic use. The sociodemographic factors that correlate significantly with knowledge, attitude, and practice level are sex, occupation field, education level, and history of self-medication with antibiotic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhasal Nirwana
"Minuman beralkohol merupakan salah satu faktor risiko utama dalam masalah kesehatan global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan faktor lainnya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada mahasiswa di Jabodetabek tahun ajaran 2020/2021.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada 202 mahasiswa. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner online. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 70,8% responden mengonsumsi alkohol. Pada penelitian ini diketahui bahwa jenis kelamin, uang saku, sikap, dan pengaruh teman memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku konsumsi alkohol dengan nilai p-value <0,05.

Alcoholic beverages are one of the main risk factors for global health problems. This study aims to determine the relationship between knowledge and other factors on alcohol consumption behavior in students in Jabodetabek for the academic year 2020/2021. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design conducted on 202 students. Online data collection using an online questionnaire. The data obtained were analyzed by univariate and bivariate (using chi-square test). The results showed that 70.8% of respondents consumed alcohol. In this study, it is known that gender, pocket money, attitudes, and the influence of friends have a significant relationship with alcohol consumption behavior with p-value <0.05."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Radiananda
"Porphyromonas gingivalis dalam plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri kulit lidah buaya terhadap Porphyromonas gingivalis dengan metode ekstraksi terpilih. Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan metode difusi (zona hambatan). Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM dan KBM pada konsentrasi 70%. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 2.25 mm pada konsentrasi 80%. Dapat disimpulkan bahwa infusum kulit Aloe vera mengandung senyawa fenol, tanin, dan antrakuinon serta memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.
Porphyromonas gingivalis in dental plaque has been the primary cause of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial properties because of its active compounds such as phenol. The aim of this study was to examine antibacterial effects of Aloe vera rind on Porphyromonas gingivalis using the chosen method. It was performed by doing xtraction with maceration and infusion methods to attract antibacterial active compounds. Antibacterial tests on Porphyromonas gingivalis were carried out using dilution (MIC and MBC)) and diffusion (inhibition zone) methods. The result of the dilution method showed MIC and MBC values at 70% concentration while the diffusion method showed the highest inhibition zone of 2.25 mm at 80% concentration. Hence, Aloe vera rind infuse revealed the presence of phenol, tannin, and anthraquinon and along with bacteriostatic and bacterisidal effects on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armalia Iriano
"Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri penyebab penyakit periodontal. Aloe vera memiliki khasiat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis. Dilakukan metode ekstraksi maserasi dan infundasi terhadap Aloe vera untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat).
Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 70% dan tidak terdapat nilai KBM. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 90%. Kesimpulan, infusum lidah buaya mengandung senyawa aktif fenol, tanin dan antrakuinon serta memiliki sifat bakteriostatik dan tidak bersifat bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.

Porphyromonas gingivalis is the main etiologic agent of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial effect because of its phenolic compound. The aim of this study is to investigate the antibacterial effectivity of Aloe vera on Porphyromonas gingivalis. The study was performed by extracting Aloe vera using maceration and infusion extraction methods in order to attract the antibacterial active compounds. The test method of the antibacterial effect was carried out by dilution method (MIC and MBC) and diffusion method (inhibition zone).
The results of dilution method showed that MIC value was at 70% concentration while MBC value could not be determined. The largest inhibition zone of the diffusion method was 1,75 mm at 90% concentration. In summary, Aloe vera infuse contained antibacterial active compounds such as phenol, tannin and anthraquinone and showed bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
R20-OB-446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Philia Silado
"Industrialisasi di Jepang membawa tantangan baru terhadap perekonomian jepang yaitu krisis bahan baku karena kualitas sumber daya alam mineral Jepang yang minim. Di samping itu, krisis ekonomi yang terjadi akibat Gempa Bumi Kant5 1923, jatuhnya perdagangan internasional Jepang pasca perang Dunia I, dan Depresi Ekonomi 1929 memperburuk perekonomian Jepang. Dengan analisis data menggunakan pendekatan histori, tulisan ini menguraikan upaya Jepang untuk masuk ke Manchurk dan aktivitas ekonomi Jepang di Manchuria untuk memahami bahwa machuria adalah arternatif yang sesuai untuk masalah Jepang· South Machuriaa Railway yang dibentuk Jepang di Machuriaa menjadii solusi untuk meningkatkan kondisi ekonomi jepang yang terpuruk.

Industrialization brought out japan into a new challenge which is raw materials crisis as the pool quantity of minetal resources in Japan. Coming to aggravate Japan's economy were the economy crisis for the Great Kanto Earthquake 1923, the decline of Japan' international trade post-World War I, and the Great Depression 1929. By using historical approach on analyzing data, this thesis describes japan's efforts to enter Manchuria and her economy activities there in order to figure out that Manchuria as the alternative to Japan's problems was appropriate. South Machuria Railway that was formed in Manchuria by Japan was the solution towards the increase of Japan's economic health."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42855
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Alharis
"Di Indonesia khususnya di Sumatera, gempa bumi telah membawa dampak kerusakan yang sulit untuk diprediksi, tidak hanya pada manusia tetapi juga pada lingkungan dan makhluk hidup lainya. Karena kondisi ini lah selama beberapa dekade para ahli mengembangkan disiplin ilmu tentang gempa dan mitigasi setelah terjadinya gempa. Salah satu aplikasi yang telah dikembangkan adalah Sistem Proteksi Pasif dengan menggunakan sistem seismic isolation. Pada studi ini akan dijelaskan tentang pengaruh seismic isolation terhadap prilaku lateral pondasi. Studi ini mengacu pada gedung di Sumatera Barat yang menggunakan Sistem proteksi Pasif dengan Lead Rubber Bearing sebagai isolatornya. Dengan Sistem Proteksi Pasif ini diharapkan momen, lendutan, geser dan putaran sudut di sepanjang tiang pondasi dapat dikurangi, sehingga menghindari terjadinya kegagalan pondasi dan struktur tetap dalam keadaan stabil setelah terjadinya gempa.
In Indonesia, especially in West Sumatera earthquake phenome has bought unpredictable damage, not only for the people but also for environment and all living thing. Because of this situation, over the past few decades, earthquake engineering has developed as a branch of engineering concerned with the estimation of earthquake consequences and the mitigation of these consequences. One of them is passive protective system that using Seismic Isolation system. In this study would be explained the influence of seismic isolation to foundation behavior of structure. Its study refers to building in west sumatera. In this case, Lead Rubber Bearing is one of passive protective system that used. With this passive protective system, the moment, deflection, shear and rotation along of foundation will be over come and there is no failure on foundation, so the structure of building stay on stable condition after earthquake attack."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42828
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiono
"Pendahuluan: Dampak kesehatan akibat pajanan pelarut organik cukup serius baik yang bersifat akut maupun kronis. Pengendalian lingkungan kelja dan pemantauan kesehatan pekerja harus dilakukan sedini mungkin. Penggantian bahan pelarut organik dengan bahan lain yang lebih aman adalah pilihan terbaik untuk mengurangi dampak pada kesehatan pekelja. Namun pcnggantian bahan pelarut dengan bahan lain dapat berdampak pada proses produksi maupun mutu produksi. Oleh karena itu analisis dampak kesehatan pekelja sedini munglcin menjadi bagian yang sangat penting, sehingga ganggllan kesehatan pekcrja dapat diketahui secara dini untuk dilakukan penanganan.
Metode: Menggunakan metode penelitian potong lintang (Cross-Sectional study). Variabcl bebas adalah kadar MBK di udara tempat kexja dan kadar MEK di dalam air seni. Variabel terikat berupa gangguan kesehatan {penyakit lculit, saluran napas, iritasi mata dan gejala dini gangguan sistem sarat), Data penelitian adalah data primer dan sekunder dari hasil pengukuxan, pemeriksaan dan catatan medis.
Hasil: Kadar MEK di tempat kexja textinggi adalah 249 ppm, sedangkan pajanan terendah adalah 103 ppm. 30,2% responden ditemukan terpajan di alas NAB. Kadar IPB di dalam air scni tcrtinggi adalah 5,21 mg/1, sedangkan hasil terendah adalah 0,01 mg/l. Sebanyak 27,9% responden di atas IPB. Prevalensi gangguan kesehatan peke1ja akibat pajanan pelarut organik MEK adalah: penyakit kuiit (34,9%); penyakit saluran napas (55,8%); iritasi mata (4,7%); dan gejala dini gangguan sistem saraf (44,2%). Prevalensi gangguan kesehatan lebih banyak ditemukan pada pekerja yang terpajan MEK di atas NAB dibandingkan dengan di bawah atau sama dengan NAB.
Kesimpulan: Hasil analisis muitivaliat membuktjkan adanya hubungan yang bermakna antara kadar MEK di udara tcmpat kcrja, kadar MEK di dalam air seni, status gizi dan lama kerja dengan gejala dini gangguan sistem sarai.

Introduction: The effect on health due to the exposure of Methyl Ethyl Ketone organic compound is a serious condition which related to acute and chronic eifccts. Exposure controlling work environments and monitoring the health status of employees must be done properly. Substituting the MEK organic compound with another safer substance is the best solution to reduce the health effect. However, it will give an impact to the product line and quality product. Early health effect detection is an important to find out the possibility of adverse health effect and manage the finding.
Method: Cross-Sectional Study is thc method in this research. The independent variables are the level of MEK in the work place and the level of MEK in the urine. The dependent variables are health effects (skin diseases, respiratory tract, eye irritation and early neurotoxic symptom). The data are taken from the Primary and Secondary Sources that are obtained by conducting a measurement, a physical exam as well as collecting and analyzing the medical records.
Results: The highest level of MBI( in the work place is 249 ppm and the lowest is 103 ppm. There are 30.2% respondents exposed to MEK above the Thresh Hold Limit Value (TLV). The highest Biological Exposure Index (BEI) urine is 5.2lmg/l and the lowest is 0.01 mg/l. There are 27.9% respondents with the level of MEK above the BEI. The prevalence of health effect due to the exposure of MEK is skin diseases (34.9%), 'respiratory tract diseases (55.8%), eye irritation (4.7%) and early neurotoxic symptom (44.2%). The prevalence of health problem is more Hequent to the respondents who are above the TLV than less than the TLV.
Conclusion: Multivariate analysis indicated a significant correlation among MEK, BEI, nutritional status and length of work with early neurotoxic symptom.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Penggunaan ultrasonografi USG pada penderita sindrom terowongan karpal STK telah banyak dilakukan, tetapi belum diketahui nilai normal luas penampang lintang nervus medianus pada populasi Indonesia.Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang komparatif menggunakan data primer. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2017. total sampel 40 orang, 20 orang masing-masing kelompok subjek normal dan STK. Subjek normal dan STK yang telah terbukti melalui pemeriksaan konduksi hantaran saraf KHS , dilanjutkan dengan pemeriksaan USG pada level proksimal inlet. Dilakukan evaluasi pengukuran luas penampang lintang nervus medianus dan dibandingkan antara kedua subjek.Hasil: Nilai rata- rata luas penampang lintang nervus medianus proksimal inlet pada subjek normal 8,3 mm2 SD /- 1,4 , sedangkan populasi STK 15,4 mm2 SD /- 4,4 . Kurva receiver operating characteristics ROC memperlihatkan titik potong 10,6 mm2 dengan sensitivitas 95 dan spesifisitas 95 p

ABSTRACT
Background and purpose The use of ultrasound US in patients with carpal tunnel syndrome CTS has been done, but not yet known the normal value of cross sectional area of the median nerve in the Indonesian population.Methods The study used a comparative cross sectional design using primary data. The study was conducted from February to March 2017. a total sample of 40 people, 20 individuals in each normal and CTS subject group. Normal and CTS proven subjects through nerve conduction studies NCS , followed by US examination at the inlet proximal level. We evaluated the measurements of the cross sectional area of the median nerve and compared between the two subjects.Result The mean value of the cross sectional area of the proximal inlet nodes in the normal subjects is 8.3 mm2 SD 1.4 and the CTS population 15.4 mm2 SD 4.4 . The receiver operating characteristics ROC curve shows cutting point 10.6 mm2 with a sensitivity of 95 and a specificity of 95 p "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>