Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kent Adrian Gitoharsono
"Latar Belakang: Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan kerusakan pada jaringan pendukung gigi seperti ligamen periodontal dan tulang alveolar. Periodontitis dapat bersifat agresif dengan melibatkan Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang memiliki kemampuan menginduksi inflamasi melalui produksi dan sekresi beberapa faktor virulensi. Kemampuan A. actinomycetemcomitans untuk menginvasi berperan penting dalam perkembangan periodontitis agresif. Maka dari itu diperlukan penelitian untuk melihat apakah dalam waktu 30 menit bakteri A. actinomycetemcomitans mampu untuk menginvasi sel preosteoklas ketika berinteraksi langsung. Tujuan: Menganalisis internalisasi bakteri A. actinomycetemcomitans ke dalam sel preosteoklas pasca infeksi 30 menit. Metode : Eksperimental secara in vitro dengan sel preosteoklas yang dikultur dari bone marrow cells (BMC) mencit diinfeksikan dengan bakteri A.actinomycetemcomitans (ATCC 29522) selama 30 menit, kemudian sel preosteoklas dilisis dan dikultur untuk melihat apakah terjadi internalisasi bakteri. Hasil: Koloni bakteri A. actinomycetemcomitans intraseluler (ATCC 29522) yang terbentuk pada kultur agar menandakan adanya internalisasi bakteri dari hasil lisis sel preosteoklas yang sudah diinfeksikan dengan bakteri A. actinomycetemcomitans (ATCC 29522). Kesimpulan: Terjadi internalisasi bakteri A. actinomycetemcomitans ke dalam sel preosteoklas setelah diinfeksi selama 30 menit yang merupakan salah satu mekanisme pertahanan bakteri A.actinomycetemcomitans yang berpotensi berperan dalam perkembangan periodontitis agresif.

Background: A chronic inflammatory condition called periodontitis causes harm to the tissues that support the teeth, including the alveolar bone and the periodontal ligament. Aggregatibacter actinomycetemcomitans, which has the capacity to cause inflammation by the synthesis and secretion of various virulence factors, may play a role in aggressive periodontitis. The invasion potential of A. actinomycetemcomitans is crucial to the emergence of aggressive periodontitis. Therefore, more study is required to determine whether A. actinomycetemcomitans can invade preosteoclast cells within 30 minutes of direct contact. Purpose: To analyze the internalization of A. actinomycetemcomitans into preosteoclasts cells after being infected for 30 minutes. Methods: Experimental in vitro with preosteoclasts cells cultured from bone marrow cells (BMC) of mice infected with A.actinomycetemcomitans bacteria for 30 minutes, then preosteoclasts cells were lysed and cultured to see if bacterial internalization occurred. Results: A. actinomycetemcomitans bacterial (ATCC 29522) colonies formed on agar culture indicates the internalization of bacteria from the lysis of preosteoclasts cells that had been infected with A. actinomycetemcomitans (ATCC 29522). Conclusion: There was internalization of A. actinomycetemcomitans into preosteoclasts cells after being infected for 30 minutes, which is one of the defense mechanisms of A. actinomycetemcomitans and has the potential to play a role in the development of aggressive periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frina Purim Marsaulina
"Latar belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal. Periodontitis agresif merupakan salah satu tipe periodontitis dengan kerusakan tulang yang cepat akibat meningkatnya aktivitas sel osteoklas dan sering dikaitkan dengan salah satu bakteri Gram negatif yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang dapat menginvasi inang dan terjadi penurunan jumlah ekstraseluler ketika diinfeksikan dengan sel preosteoklas yang menunjukkan adanya potensi internalisasi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ke dalam sel preosteoklas untuk menghindari mekanime pertahanan sel inang sehingga laju kerusakan tulang alveolar meningkat. Pada penelitian ini memperhatikan waktu interaksi langsung antara bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas dalam kurun waktu yang singkat selama 15 menit. Tujuan: Menganalisis adanya internalisasi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada sel preosteoklas pasca infeksi 15 menit. Metode: Studi in-vitro dengan membuat kultur bone marrow cells pada conditioned medium, lalu diinkubasi untuk menjadi sel preosteoklas. Setelah diinkubasi, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans diinfeksikan ke dalam sel preosteoklas selama 15 menit. Setelah itu, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dilisis menggunakan antibiotik gentamisin selama 1 jam, lalu medium dikumpulkan dan disimpan. Kemudian sel preosteoklas dilisis dan dilakukan kultur bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dari medium yang disimpan dan hasil lisis sel preosteoklas untuk dilihat ada tidaknya koloni bakteri. Hasil: Terdapat koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada kultur bakteri setelah diinfeksikan dengan sel preosteoklas selama 15 menit. Kesimpulan: Interaksi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas selama 15 menit menyebabkan terjadi internalisasi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ke dalam sel preosteoklas.

Background: Periodontitis is a chronic inflammatory disease that causes loss to the cementum, alveolar bone, and periodontal ligament. Aggressive periodontitis is a type of periodontitis with rapid bone destruction due to increased activity of osteoclast cells and is often associated with one of Gram negative bacteria that is Aggregatibacter actinomycetemcomitans which can invade the host and there is a decrease in the number of extracellular when infected with the preosteoclast cells that indicates the potential for internalization of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria into preosteoclast cells to avoid host cell defense mechanisms so that the rate of alveolar bone destruction increases. In this study, the direct interaction time between Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria and preosteoclast cells was observed in a short time of 15 minutes. Purpose: To analyzing the internalization of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria in the preosteoclast cells after 15 minutes of infection. Methods: In-vitro study of bone marrow cells culture in conditioned medium, and then incubated to become preosteoclast cells. After incubation, Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria were infected into the preosteoclast cells for 15 minutes. After that, Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria was lysed using the antibiotic gentamisin for 1 hour, then the medium was collected and stored. Then the preosteoclast cells were lysed and Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria was cultured from the stored medium and the results of the preosteoclast cells lysis to see the presence or absence of bacterial colonies. Results: There were colonies of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria in bacterial culture after being infected with preosteoclast cells for 15 minutes. Conlusions: The interaction of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria with preosteoclast cells for 15 minutes causes internalization of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria into preosteoclast cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Nissa Khairani
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi yang ditandai dengan
kerusakan tulang alveolar yang dipicu oleh bakteri di rongga mulut, salah satunya yaitu
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Interaksi langsung antara bakteri
dengan sel osteoklas sebagai sel resorpsi tulang dalam kurun waktu tertentu dapat
menyebabkan bakteri mengalami internalisasi untuk menghindari mekanisme pertahanan
sel inang sehingga meningkatnya laju kerusakan tulang alveolar. Tujuan: Menganalisis
terjadinya internalisasi bakteri A. actinomycetemcomitans pada sel osteoklas pasca infeksi
15 menit. Metode: Interaksi A. actinomycetemcomitans dan osteoklas dilakukan secara
in vitro dengan menginfeksikan A. actinomycetemcomitans selama 15 menit pada kultur
sel osteoklas dari primary cell culture bone marrow cells (BMC) mencit. Hasil isolasi
lisis sel osteoklas kemudian dikultur untuk diamati pembentukan koloni bakteri sebagai
indikator internalisasi A. actinomycetemcomitans ke dalam sel osteoklas. Hasil:
Terbentuknya koloni bakteri A. actinomycetemcomitans pada kultur bakteri dari lisis sel
osteoklas terinfeksi selama kurun waktu 15 menit. Kesimpulan: Interaksi bakteri A.
actinomycetemcomitans pada osteoklas selama 15 menit dapat menyebabkan terjadinya
internalisasi A. actinomycetemcomitans ke dalam sel osteoklas yang berpotensi
mendukung terjadinya replikasi bakteri A. actinomycetemcomitans di dalam sel osteoklas
yang dapat menyebabkan terjadinya laju kerusakan tulang alveolar secara progresif pada
periodontitis agresif.
.....Background: Periodontitis is an inflammatory disease characterized by alveolar bone
damage triggered by bacteria in the oral cavity, one of which is the bacterium
Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Direct interaction between bacteria and
osteoclast cells as bone resorption cells within a certain period can cause the bacteria to
experience internalization to avoid the host cell defense mechanism so that the rate of
alveolar bone destruction increases. Purpose: To analyze the occurrence of
internalization of A. actinomycetemcomitans bacteria in osteoclast cells after 15 minutes
of infection. Methods: The interaction of A. actinomycetemcomitans and osteoclasts was
carried out in vitro by infecting A. actinomycetemcomitans for 15 minutes in osteoclast
cell cultures from primary cell culture bone marrow cells (BMC) mice. The results of
isolated osteoclast cell lysis were then cultured to observe the formation of bacterial
colonies as an indicator of the internalization of A. actinomycetemcomitans into osteoclast
cells. Results: The formation of A. actinomycetemcomitans bacterial colonies in bacterial
culture from lysis of infected osteoclast cells within 15 minutes. Conclusion: The
interaction of A. actinomycetemcomitans bacteria on osteoclasts for 15 minutes can cause
the internalization of A. actinomycetemcomitans into osteoclast cells which have the
potential to support the replication of A. actinomycetemcomitans bacteria in osteoclast
cells which can cause a progressive rate of alveolar bone destruction in aggressive
periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Kurnia Huda
"Latar Belakang: Periodontitis ditandai oleh inflamasi kronis dengan kerusakan pada jaringan tulang alveolar yang dapat terjadi secara cepat seperti yang diamati pada periodontitis agresif. Salah satu bakteri penyebab periodontitis agresif, Aggregatibacter actinomycetemcomitans, mengalami penurunan jumlah secara ekstraseluler saat berinteraksi langsung dengan sel preosteoklas yang menandakan terjadinya internalisasi Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Secara internal di dalam sel preosteoklas, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans berpotensi untuk melakukan replikasi. Tujuan: Menganalisis replikasi intraseluler bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dalam sel preosteoklas Metode: Eskperimental secara in vitro dengan sel preosteoklas yang dikultur dari bone marrow cells (BMC) mencit diinfeksikan dengan bakteri A. actinomycetemcomitans (ATCC 29522) selama 75 menit, 90 menit, 3 jam, dan 19,5 jam, kemudian sel preosteoklas dilisis dan dikultur untuk melihat apakah terjadi internalisasi bakteri Hasil Penelitian: Jumlah koloni dan luas permukaan koloni bakteri A. actinomycetemcomitans (ATCC 29522) yang terbentuk pada kelompok 90 menit lebih kecil dibanding kelompok perlakuan interaksi 75 menit, sedangkan pada kelompok 3 jam lebih besar dibanding 19,5 jam. Kesimpulan: Tidak dapat dianalisis replikasi intraseluler bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada sel preosteoklas pasca infeksi 1,5 jam dan 19,5 jam karena kondisi sel preosteoklas pada 19,5 jam yang tidak optimal.

Background: Periodontitis is characterized by chronic inflammation with destruction of tooth supporting tissue such as alveolar bone with rapid onset as observed on aggressive periodontitis. One of a bacterium that causes aggressive periodontitis, Aggregatibacter actinomycetemcomitans’s number decrease upon interacting directly with preosteoclast cells that indicates that internalization of Aggregatibacter actinomycetemcomitans into preosteoclast cells. Inside the preosteoclast cell, Aggregatibacter actinomycetemcomitans have the potential to intracellularly replicates. Objective : To analyze the intracellular replication of A. actinomycetemcomitans bacteria in preosteoclast cells. Methods: Experimental in vitro with preosteoclast cells cultured from bone marrow cells (BMC) of mice infected with A.actinomycetemcomitans bacteria for 75 minutes, 90 minutes, 3 hours, and 19,5 hours, then preosteoclast cells were lysed and cultured to see if bacterial internalization occurred. Results: A. actinomycetemcomitans bacterial (ATCC 29522) colonies formed on agar culture showed that the number of colonies, as well as their surface area on groups with 75 minutes of infection is greater than groups with 90 minutes of infection. And the number of colonies formed on groups with 3 hours infection is greater than those of group with 19,5 hours of infection. Conclusion: Intracellular replication of A. actinomycetemcomitans can not be analyzed on groups with infection for 1,5 hours and 19,5 hours because the cell condition of preosteclast cell is no longer optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakya Sukma Hapsari
"Latar Belakang: Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang merusak jaringan pendukung gigi meliputi gusi, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Salah satu tipe penyakit ini adalah periodontitis agresif yang dicirikan dengan kerusakan tulang yang cepat akibat aktivitas sel osteoklas yang berlebih. Tipe tersebut sering dikaitkan dengan bakteri Gram negatif Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Namun, interaksi langsung antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas sebagai cikal dari sel osteoklas belum diketahui. Tujuan: Mengetahui pengaruh interaksi langsung dari bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas terhadap proliferasi bakteri. Metode: Studi in vitro dengan melakukan paparan bakteri A. actinomycetemcomitans terhadap sel preosteoklas yang didapatkan dari bone marrow cells mencit dalam keadaan aerob dan anaerob selama 30 menit. Kemudian medium pascapaparan tersebut dilakukan total plate count dengan teknik spread plate. Hasil: Rerata jumlah koloni bakteri (CFU/mL) pada kelompok paparan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diinteraksikan dengan sel preosteoklas baik dalam keadaan aerob maupun anaerob (p<0,05). Sementara itu, perbandingan rerata jumlah koloni kelompok yang dipaparkan dalam kondisi aerob cenderung menghasilkan lebih banyak koloni dibandingkan kelompok anaerob (p<0,05). Kesimpulan: Interaksi langsung antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas menurunkan tingkat proliferasi bakteri ekstraseluler diduga akibat internalisasi bakteri terhadap sel preosteoklas yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Background: Periodontitis is an inflammatory disease that affects the supporting tissues of the teeth, including the gingiva, periodontal ligament, and alveolar bone. One type of periodontitis is aggressive periodontitis, which is characterized by rapid bone destruction due to overactivity of osteoclasts. This type of periodontitis is often associated with Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Gram-negative bacteria. However, the direct interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria and preosteoclasts as the precursor of osteoclasts was still unclear. Objective: To determine the effect of direct interaction of A. actinomycetemcomitans with preosteoclasts on bacterial proliferation. Methods: In vitro study by A. actinomycetemcomitans bacterial infection to preosteoclasts that obtained from bone marrow cells of mice under aerobic and anaerobic conditions for 30 minutes. Then the medium from the infection was collected. The total plate count is then carried out on the post-exposure medium using the spread plate technique. Results: The mean number of bacterial colonies (CFU/mL) in the exposure group was significantly lower than the control group which did not interact with preosteoclasts in both aerobic and anaerobic conditions (p<0.05). Meanwhile, the comparison of the mean number of colonies in the exposure group in aerobic conditions tended to produce more colonies than the anaerobic group (p<0.05). Conclusion: The direct interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria and preosteoclasts affects the rate of extracellular bacterial proliferation that presumed to be due to the internalization of bacteria into preosteoclasts which requires further research."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karenina Raihani Amalia Ardiman
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang diinduksi oleh biofilm dan dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar. Salah satu bakteri utama penyebab periodontitis adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang merupakan bakteri Gram-negatif fakultatif anaerob. Tujuan: Mengkaji secara sistematis literatur yang relevan dengan mekanisme peran bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans terhadap kerusakan tulang alveolar pada penyakit periodontitis. Metode: Penyusunan systematic review dilakukan dari bulan Juli hingga November 2020, dengan mengacu pada pedoman PRISMA. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed dan Scopus, dengan memasukkan kombinasi kata kunci, kriteria inklusi, dan kriteria eksklusi. Literatur yang termasuk dalam kriteria inklusi ialah literatur yang ditulis dalam Bahasa Inggris, diterbitkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tersedia dalam full-text, dan berupa research article. Hasil: Ditemukan sembilan literatur inklusi yang membahas mekanisme bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dalam menyebabkan kerusakan tulang alveolar. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang digunakan ialah whole bacteria atau faktor virulensinya, yaitu lipopolisakarida (LPS), dengan sel target berupa sel tulang, yaitu osteoklas progenitor, osteoklas, dan osteoblas. Kesimpulan: Melalui berbagai mekanisme, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat menginduksi kerusakan tulang alveolar melalui peningkatan apoptosis osteoblas, penurunan marker osteoblas, peningkatan diferensiasi dan aktivitas osteoklas, serta peningkatan sitokin inflamasi yang berperan terhadap sel-sel tersebut

Background: Periodontitis is an inflammation of the tooth supporting tissue, that is induced by biofilm and leads to the destruction of alveolar bone. One of the main etiologic agents of periodontitis is Aggregatibacter actinomycetemcomitans, which is an anerobic facultative Gram-negative bacteria. Objective: To systematically evaluate relevant scientific literature about the mechanisms of Aggregatibacter actinomycetemcomitans in inducing alveolar bone destruction in periodontitis. Methods: This systematic review is conducted from July until November 2020, using PRISMA guidelines. An online literature search was done using PubMed and Scopus database and including the right keyword combination, inclusion criteria, and exclusion criteria. Results: Nine research articles were found to investigate the mechanisms of Aggregatibacter actinomycetemcomitans with alveolar bone destruction. These researches used whole-bacteria Aggregatibacter actinomycetemcomitans or its virulence factor, which is lipopolysaccharide (LPS), infected on bone cells target, specifically osteoclast progenitor, osteoclast, and osteoblast. Conclusion: With different mechanisms, Aggregatibacter actinomycetemcomitans can induce alveolar bone destruction by increasing osteoblast apoptosis, decreasing markers of osteoblast, increasing differentiation and activation of osteoclast, and increasing proinflammatory cytokines that could potentially affect those bone cells."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahira Aviandiva
"Latar belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi, dengan gambaran klinis terjadinya kehilangan perlekatan klinis dan adanya poket periodontal. Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap periodontitis. Tingginya prevalensi merokok di Asia dapat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit periodontal dan hasil dari terapi periodontal di Asia. Tujuan:
Untuk mendapatkan data perubahan parameter klinis periodontal pasca terapi periodontal pada subjek perokok penderita periodontitis di Asia. Metode: Pendaftaran protokol dari studi systematic review dan meta-analisis ke PROSPERO database (CRD42020201607) dan pencarian literatur dengan menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada tiga electronic database (PubMed, Scopus, EBSCO) Hasil: Sebanyak 19 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Sintesis kuantitatif atau meta-analisis dilakukan secara terpisah untuk melihat perubahan kedalaman poket dan perbaikan tingkat perlekatan klinis pasca terapi periodontal, pada kelompok perokok dan bukan perokok. Hasil meta-analisis menggunakan random effects model menunjukkan terjadinya reduksi kedalaman poket pasca terapi periodontal pada perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,83 mm (95% CI: -1,23 mm; -0,43 mm) dan pada bukan perokok dengan nilai overall mean sebesar - 1,13 mm (95% CI: -1,53 mm; -0,73 mm). Hasil meta-analisis menggunakan random effects model juga menunjukkan terjadinya perbaikan tingkat perlekatan klinis pasca terapi periodontal pada perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,98 mm (95% CI: - 1,40 mm; -0,56 mm) dan bukan perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,97 mm (95% CI: -1,57 mm; -0,38 mm). Kesimpulan: Parameter klinis periodontal pasca terapi periodontal pada subjek perokok dengan periodontitis di Asia mengalami perubahan, namun reduksi kedalaman poket pasca terapi periodontal pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok. Hal tersebut menunjukkan bahwa merokok memiliki efek negatif terhadap terapi periodontal.

Background: Periodontitis is an inflammatory disease of the supporting tissues of the teeth, with a presence of clinical attachment loss and periodontal pocket. Cigarette smoking is a well-established risk factor for periodontitis. The high prevalence of smoking in Asia therefore could affect the severity of periodontal disease and the outcome
of periodontal therapy in Asia. Objective: To determine the clinical periodontal parameter of smokers with periodontitis in Asia following periodontal therapy.
Methods: The protocol has been registered to PROSPERO database (CRD42020201607). Literature search followed the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines through these following electronic databases: PubMed, Scopus, and EBSCO. Results: Nineteen studies met the criteria for qualitative synthesis. The quantitative synthesis or meta-analyses were done separately for changes in
periodontal pocket depth (PPD) and clinical attachment level (CAL) on smokers and nonsmokers
following periodontal therapy. Meta-analysis results for changes in periodontal pocket depth (PPD) demonstrated a reduction in periodontal pocket depth in both smokers and non-smokers group, with a mean difference of -0.83 mm (95% CI: -1.23 mm; -0.43
mm) and a mean difference of -1.13 mm (95% CI: -1.53 mm; -0.73 mm), respectively. Meta-analysis results for changes in clinical attachment level (CAL) demonstrated a gain in clinical attachment level (CAL) in both smokers and non-smokers group, with a mean difference of -0.98 mm (95% CI: -1.40 mm; -0.56 mm) and a mean difference of -0.97 mm (95% CI: -1.57 mm; -0.38 mm), respectively. Conclusion: Clinical periodontal parameter of smokers with periodontitis in Asia following periodontal therapy showed changes. However, smokers demonstrated less reduction in periodontal pocket depth compared to non-smokers, indicating that smoking has a negative effect on the outcome of periodontal therapy.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
"Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait
anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman
besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti
munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth
(PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk
menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita
periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji
meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254)
dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO.
Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan
inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk
dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah
diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga
rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: -
13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [-
35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [-
6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita
periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu
ke-4 dan 5 pasca terapi.

Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and
microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent
diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and
increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms
caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical,
psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal
therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14
questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO
CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and
EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines.
Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies
using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative
analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2
weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks
follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup
with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy
can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact
can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Isni Rachma Dinda
"Polimorfisme gen VDR -1056 T/C berperan dalam metabolisme tulang dan mempengaruhi fungsi imun yang memicu terjadinya resorpsi tulang pada periodontitis.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pola distribusi polimorfisme gen VDR -1056 T/C pada penyakit periodontitis dengan kelompok kontrol.
Metode: Polimorfisme gen -1056 VDR dianalisis menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Taq I.
Hasil: Terdapat polimorfisme gen VDR -1056 T/C pada kasus dengan frekuensi genotip TC 44.5 dibandingkan dengan kelompok kontrol 55.6 . Sedangkan untuk frekuensi alel C pada kasus 44.4, dan kelompok kontrol 55.6.
Kesimpulan: Distribusi polimorfisme gen VDR -1056 T/C pada penyakit periodontitis sebesar 44.5 genotip TC, 50.5 genotip TT, dan 0 genotip CC. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara distribusi polimorfisme gen VDR -1056 T/C pada penyakit periodontitis dan kelompok kontrol p=1,0.

VDR 1056 T C gene polymorphism is involved in bone metabolism and affect the immune function that leads to bone resorption in periodontitis.
Objective: To know the difference of distribution pattern of the gene VDR 1056 T C polymorphism in periodontitis disease with control group.
Methods: The VDR 1056 T C gene polymorphism was analyzed by the PCR RFLP method with Taq I restriction enzyme digestion.
Results: There are VDR 1056 T C gene polymorphism in the case with TC genotype frequency 44.55 compared with the control group 55.6 . As for the frequency of C alleles in the case 44.4 , and control group 55.6.
Conclusion: The distribution of VDR 1056 T C gene polymorphism in periodontitis disease was 44.5 TC genotype, 50.5 TT genotype, and 0 CC genotype. But there was no significant difference between the distribution of VDR T C gene polymorphism in periodontitis and control group p 1.0.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Calista
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi dan angka penyakit ini bertambah setiap tahunnya di Inonesia. Pada terapi periodontal regeneratif, graft tulang digunakan untuk menggantikan jaringan tulang yang hilang dan memiliki berbagai sumber. Setiap jenis memiliki kelebihan dan keterbatasannya, pemilihan bergantung pada faktor tertentu. Literatur tentang persepsi dan preferensi pasien dalam pemilihan bahan graft tulang sudah banyak ditemukan, tetapi survei mengenai evaluasi klinis serta preferensi pemakaian graft tulang menurut dokter gigi terbatas, khususnya di Indonesia. Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia dan mahasiswa Peserta Program Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Periodonsia di Indonesia dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner via Google Form dengan desain penelitian deskriptif dan observasional dengan metode cross-sectional. Hasil: Seluruh responden memiliki pengetahuan dan preferensi yang beragam terkait penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Oral Hygiene dan gambaran radiografis merupakan parameter yang harus dievaluasi sebelum prosedur regeneratif. Jenis graft tulang xenograft paling banyak dipilih karena hasil, biokompatibilitas, dan bioaktivitas material yang baik. Biaya merupakan alasan tidak digunakannya graft tulang. Graft tulang seringkali dikombinasikan dengan Teknik GTR dan membran, dan bentuk granul adalah sediaan yang paling sering digunakan. Graft tulang paling sering digunakan pada kasus periodontitis dengan kehilangan tulang vertikal diikuti pemasangan implan. Kesimpulan : Xenograft menjadi bahan graft tulang yang paling banyak dipakai. Tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna antara persepsi kedua kelompok dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Responden merasa puas dengan penggunaan graft tulang untuk terapi regeneratif periodontal dibandingkan dengan bahan lain

Background: Periodontitis is an inflammatory disease of the supporting tissues of the teeth and the number of this disease increases every year in Indonesia. In regenerative periodontal therapy, bone grafts are used to replace lost bone tissue and it comes from various sources. Each type has its own advantages and limitations, the selection depends on certain factors. Literature on patient perceptions and preferences in the selection of bone graft material has been found, but surveys regarding clinical evaluation and preference for using bone grafts according to dentists are limited, especially in Indonesia. Objective: Evaluating the level of knowledge, perceptions and preferences of periodontists and periodontist resident students in Indonesia on the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Method: A cross-sectional descriptive study using questionnaires given to Periodontists in Indonesia. Result: All of the respondents had various knowledge and preferences regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Oral hygiene and radiographic appearance are parameters that must be evaluated prior to regenerative procedures. The most widely chosen graft is the xenograft, due to better results, biocompatibility, and bioactivity of the material. Cost is the main reason for the respondents not using bone grafts. Bone grafts are often combined with the GTR and membrane techniques, and the granular form is the most frequently used form of graft. Bone grafts are most often used in periodontitis cases with a vertical bone loss followed by implant placement.Conclusion : Xenograft are the most widely used bone graft material in Indonesia. There was no statistically significant difference between the perceptions of the two groups regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Respondents were satisfied with the use of bone grafts for periodontal regenerative therapy compared to other materials."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>