Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79832 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farrel Mahardhika Fajar
"Kelahiran prematur merupakan masalah berkepanjangan yang berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas bayi. Sistem inkubator dikemukakan untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur. Salah satu sistem otomasi yang digunakan pada inkubator adalah regulasi panas dan kelembaban. Regulasi panas dan kelembaban umumnya dikendalikan menggunakan sistem kendali feedback seperti PID dan fuzzy-logic PID. Material PTC adalah material yang biasa digunakan sebagai pemanas ruangan. Sistem kendali digunakan untuk mengendalikan pemanas PTC agar mencapai suhu yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan empat jenis eksperimen untuk mengevaluasi performa PTC sebagai pemanas inkubator dengan PID dan fuzzy logic-PID sebagai sistem kendali. Pertama, dilakukan uji karakteristik hambatan PTC terhadap suhu. Selanjutnya, PTC dihubungkan dengan kipas dan digunakan sebagai pemanas inkubator untuk diuji performa material sebagai pemanas. Eksperimen ini meliputi uji step response untuk mengetahui parameter yang diperlukan untuk tuning PID. Parameter ini kemudian digunakan pada kendali PID. Ditambah itu, diberikan implementasi fuzzy-logic pada PID untuk mengevaluasi perbandingan performa pengendali dengan performa inkubator yang sudah ada. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanas PTC dapat memanaskan udara pada inkubator dan dapat dikendalikan menggunakan sistem kendali PID dan fuzzy-logic PID. Meski performa lebih buruk dibandingkan sebagian besar inkubator yang sudah ada, konsumsi daya PTC yang hanya membutuhkan 120 Watt bersifat lebih hemat dibandingkan inkubator eksisting yang menghabiskan daya 350 – 400 Watt.

Premature birth is an everlasting problem that relates to the risk of morbidity and mortality of prematurely-birth infants. Incubator system was invented to minimize the risk. One of the automation systems that are used in incubator is heat and humidity regulation. This particular regulation system commonly uses feedback control system such as PID and fuzzy-logic PID. PTC material is the material commonly used as a room heater. In order to meet the desired temperature, control system is implemented to the PTC. This research evaluates the performance of PTC as incubator heater with PID and fuzzy logic-PID as the control system of choice. First, characteristic test is performed at the material to evaluate its heating performance. This test costists of step response test to determine parameters required to perform PID tuning. The obtained parameter is then calculated to determine the tuned PID parameter gains. After that, fuzzy logic is implemented to the system which controls those parameters based on the measured error and change of error. The result of both experiments are compared to existing incubators used in publications. The result of this comparison shows that PTC is capable of warming incubator to desired temperature and can be controlled with PID and fuzzy-logic PID. While the performance is inferior to majority of existing incubators, this tradeoff of more efficient power (120 Watt versus 350 – 400 Watt) can be considered as an alternative."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angie Prabhata Putri
"Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2021). Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko yang tinggi terkait masalah kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2015). Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan belum matangnya janin ketika dilahirkan. Organ-organ yang berperan sebagai oromotor pada bayi prematur belum berkembang secara sempurna, sehingga sebagian besar bayi prematur mengalami gangguan fungsi menghisap dan mekanisme menelan. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan stimulasi oromotor secara rutin. Tujuan dilakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi oromotor dengan peningkatan refleks hisap bayi premature. Pemberian stimulasi oromotr dinilai memberikan pengaruh yang positif dalam peningkatan refleks hisap bayi premature. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah case report. Case report ini sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada pasien dengan masalah yang sama

Premature babies are babies born before 37 weeks of gestation (WHO, 2021). Babies born prematurely also have a high risk of health problems (Hockenberry & Wilson, 2015). Premature babies have a higher risk of developing health problems. This is because the fetus is immature when it is born. The organs that act as oromotor in premature babies are not fully developed, so that most premature babies have impaired sucking and swallowing functions. One of the interventions that can be done to overcome this problem is to carry out regular oromotor stimulation. The purpose of this paper is to determine the effect of giving oromotor stimulation with an increase in the suction reflex of premature babies. Giving oromotr stimulation is considered to have a positive effect in increasing the suction reflex of premature babies. The method used in this paper is a case report. This case report serves as the basis for conducting further research on patients with the same problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Hikmah
"Terapi sentuhan merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada bayi prematur. Tujuan penelitian
mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap suhu dan nadi bayi prematur di ruang perinatologi RS X Tangerang. Desain
penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive
sampling. Responden berjumlah 30 bayi prematur, dengan 15 bayi pada kelompok intervensi dan 15 bayi pada kelompok
kontrol. Pengujian rata-rata suhu dan nadi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan uji t-test. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p= 0,000, α=
0,05). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan dapat diterapkan
dalam asuhan keperawatan pada bayi prematur.
Therapeutic touch is one of non pharmacologic therapy that can be given to premature babies. The purpose of study was to
identify the effects of therapeutic touch on the temperature and pulse of premature babies at Perinatal Unit, X Hospital in
Tangerang. Quasi-experimental research design was used with pre and post test. Sampling technique was by consecutive
sampling. Respondents were 30 premature infants, with 15 infants in the intervention group and 15 infants in the control
group. The average temperature and pulse in the control group and intervention group was measured by t-test. The results
showed an increase in the average temperature of premature infants in the intervention group were significant (p= 0,000, α=
0,05). In conclusion, therapeutic touch can increase the temperature of premature infants. It is recommended that therapeutic
touch can be applied in nursing care in preterm infants."
Poltekkes Kemenkes Bandung ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Hikmah
"Tujuan penlitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhdadap suhu dan nadi bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi. DEsain penelitian menggunakan kuaasi eksperimen dengan pre dan post test. Data dianalisis dengan uji t-test. Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling, dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p value=0,000). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan untuk diterapkan sebagai standar operasional prosedur bayi prematur.

The purpose of this research to identify the influence of touch therapy on temperature and pulse rate of premature baby which taken care of preinatology room. The test to know difference of increase of temperature score mean and of pulse rate on intervention group and control group by using t-test. Number of sample was 230 respondent.
Result shows there were significant increase of temperature premature baby after the intervention group obtain touch therapy p (value=0,000). Conclusion, touch therapy can improve premature baby temperature. uggested that touch therapy can be applied for premature baby which taken care of perinatology room."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28399
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Maulinda
"Berada dalam lingkungan perawatan yang terang benderang, suara yang berisik, suhu yang dingin dan berbagai aktivitas memiliki dampak terhadap istirahat bayi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan penutup telinga earmuffs dan earplugs terhadap respon fisiologis dan perilaku bayi prematur. Penelitian ini menggunakan desain crossover pada 15 orang responden bayi prematur stabil yang dirawat dalam inkubator tertutup secara consecutive sampling. Observasi respon fisiologis dan perilaku menggunakan ABSS diamati 30 detik setiap 15 menit selama 2 jam pemasangan alat penutup telinga. Hasil repeated anova menyatakan bahwa rerata frekuensi nadi bayi prematur menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum, selama, dan setelah pemasangan penutup telinga baik menggunakan earmuffs maupun menggunakan earplugs. Rerata saturasi oksigen menunjukkan perbedaan bermakna antara selama dengan setelah pemasangan earplugs. Rerata perilaku bayi menggunakan ABSS memiliki fase tidur dari rentang skor tidur tenang dan tidur gelisah dengan rerata tingkat kebisingan 56,31 dB. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan earplugs pada bayi prematur lebih muda, penggunaan pelindung telinga mampu membantu dan mendukung bayi prematur dalam mempertahankan kondisi tidur terjaganya.

Being in a brightly lit environment, loud noise, cold temperatures and activities have an impact on infant sleep. The aim of the study was to identify the effect of using earplugs on earmuffs and earplugs on the physiological and behavioral responses of premature infants. This is a crossover study design with 15 clinically stable preterm infants cared in closed incubator was conducted by using consecutive sampling technique. The preterm infants rsquo physiologic responses and Anderson Behavioral State Scoring System ABSS scores were assessed over 30 s every 15 minute during 2 h using earmuffs and earplugs. The results of repeated anova analysis revealed no significant differences of pulse frequency preterm infant before, during, and after using earmuffs or earplugs. Statistically significant difference means of oxygen saturation was note between during and after using earplugs. The means of ABSS scores was report preterm infants were more frequently observed in a quiet sleep in average of 56,31 dB noise level. This study recommends using earplugs for preterm baby appropriate chronological age. We suggest that noise reduction in preterm infants with earmuffs or earplugs is helpful by improving sleep efficiency and increasing time of quiet sleep. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Tanamas
"Latar Belakang : WHO melaporkan angka persalinan preterm mencapai 15 juta persalinan dan menyumbang kematian neonataus hingga 1 juta kasus. Berbagai faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus terkait ketuban pecah dini sudah banyak diteliti, namun hubungannya terhadap kematian neonatus belum konsisten di berbagai literature. Peneliti ingin meneliti hubungan faktor-faktor tersebut di RSCM.
Metode : Penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan rekam medis ibu dan neonatus yang mengalami kasus ketuban pecah dini preterm (<37 minggu) dari tahun 2013-2017 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Luaran neonatus yang dinilai adalah nilai APGAR menit ke-1 dan ke-5, Respiratory Distress Syndrome, sepsis neonatorum, dan kematian neonatus. Data dianalisis secara univariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat 1336 kasus ketuban pecah dini preterm dalam periode 5 tahun, namun hanya 891 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor utama yang terkait morbiditas dan mortalitas neonatus dengan kasus ketuban pecah dini adalah usia kehamilan, dimana usia <28 minggu memiliki RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 dan berat badan lahir <1000 gr memiliki RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Sepsis secara klinis meningkat risiko kematian neonatus RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Kesimpulan : Usia kehamilan yang semakin muda dan berat badan lahir yang semakin rendah meningkatkan risiko morbiditas dan kematian neonatus

Background :  WHO reported the rate of preterm labor are 15 million cases and contributed to 1 million neonatal death. Factors contributed to neonatal death in preterm premature rupture of membrane has been reported in many literatures, however the results are inconsistent. The Authors want to analyze factors contributing to neonatal death in RSCM
Method : This is a retrospective cohort using medical records of both mother and neonatal of preterm premature rupture of membrane from 2013-2017 in RSCM. Neonatal outcome analyzed in this study are minute-1 and minute-5 APGAR, respiratory distress syndrome, neonatal sepsis, and neonatal death. Data was analyzed with univariate and multivariate analysis.
Result : There was 1336 cases of preterm premature rupture of membrane during 5 years period. However, only 891 cases analyzed in this study. Main factors contributed to morbidity and mortality in preterm premature rupture of membrane are gestational age and birth weight, which gestational age <28 weeks has RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 and birth body weight <1000 gr has RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Clinically sepsis increases neonatal mortality RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Conclusion : Younger gestational age and lower birth weight increase the risk of neonatal morbidity and mortality."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kynan Tjandaputra Abdullah
"ABSTRAK
Tingkat kelahiran bayi prematur di Indonesia mencapai angka 72,000 bayi per tahunnya menurut data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012. Inkubator grashof menjadi salah satu alat biomedis yang sangat krusial untuk menjaga kondisi bayi prematur tersebut. Inkubator grashof ini bekerja berdasarkan prinsip konveksi alamiah dengan menggunakan lampu pijar sebagai sumber panas, dan bagian dalam kabin inkubator tidak menggunakan fan ataupun blower, hanya beberapa lubang di sekitar kabin untuk pertukaran udara dari dalam dan luar kabin. Penggunaan listrik yang dibutuhkan juga relatif sederhana dikarenakan sumber panas yang diciptakan berasal dari lampu pijar dengan besar daya 2x25watt. Hal tersebut memberi peluang untuk membuat inkubator dengan harga relatif murah. Mengingat tingkat elektrifikasi indonesia pada tahun 2017 baru mencapai 95,35%, masih terdapat daerah yang masyarakatnya belum dapat akses terhadap listrik untuk keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu, tujuan penggunaan inkubator dalam penelitian ini ditujukan bagi masyarakat pada daerah yang belum terelektrifikasi dengan baik dan kurang mampu untuk menggunakan fasilitas inkubator yang disediakan oleh rumah sakit. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah membuat sistem inkubator grashof yang memiliki sumber listrik tersendiri dan self-sustaining. Pada penelitian ini, sumber listrik inkubator berasal dari pembangkit listrik tenaga surya yang mini dan portable, dinamakan Be-Care yang dirancang oleh tim TREC UI. Be-Care ini mempunyai panel surya kapasitas 40wp dengan tempat penyimpanan energi sebesar 36Ah yang akan di instalasi dan di uji penggunaannya untuk inkubator grashof dalam kondisi aktual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji Be-Care dalam penggunaan aktual dan mampu menyediakan listrik tanpa matahari selama kurang lebih 12 jam pada malam hari dan menyediakan listrik dengan matahari selama kurang lebin 12 jam pada siang hari. Pengambilan data dilakukan pada saat penggunaan listrik inkubator full dari baterai Be-Care pada kondisi aktual dan kondisi ruangan ber-AC, charging baterai Be-Care dengan panel surya 40wp milik Be-Care dan 100wp, dan penggunaan listrik inkubator full dari sistem Be-Care pada kondisi aktual.

ABSTRACT
Premature birth rates in Indonesia reach 72,000 babies per year according to data from the World Health Organization (WHO) in 2012. The grashof incubator is one of the most crucial biomedical devices to maintain the health conditions of these premature babies. This grashof incubator works based on the principle of natural convection by using incandescent lamps as a source of heat, and the baby cabin inside of the incubator does not use a fan or a blower, only a few holes around the cabin to exchange air from inside and outside of the cabin. The electricity needed is also relatively simple because the heat source created comes from incandescent lamps with a power of 2x25 watts. This gives an opportunity to make incubators at a relatively cheap price. Considering the level of electrification of Indonesia in 2017 is at 95,35%, there are still areas where people have not been able to access electricity for their daily needs. Therefore, the purpose of using the incubator in this study is aimed at local peoples in areas that have not been properly electrified and are unable to use the incubator facilities provided by the hospital. The development carried out in this study is to make a grashof incubator system that has its own electricity source and is self-sustaining. In this study, the incubator power source came from a mini and portable solar power plant, called "Be-Care", which is designed by the TREC UI team. This "Be-Care" has a solar panel with a capacity of 40wp with an energy storage of 36Ah which will be installed and tested for use with the grashof incubator under actual conditions. The purpose of this study is to test "Be-Care" in actual use and be able to provide electricity without sunlight for approximately 12 hours at night and provide electricity with sunlight for approximately 12 hours during the day. Data retrieval was carried out at the time of full use of electric incubators from "Be-Care" batteries on actual conditions and conditions of air-conditioned rooms, charging Be-Care batteries with 40wp solar panel from the Be-Care unit and 100wp solar panel, and full incubator electricity usage from the Be-Care system in actual conditions."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Salah satu peralatan medis yang banyak digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah inkubator bayi yang berfungsi untuk melindungi bayi selama tahap awal kehidupan. Pengaturan suhu dalam pemakaian inkubator bayi dilakukan pada setting suhu 33°C atau 35°C atau 37°C, disesuaikan dengan kondisi bayi yang akan di lakukan perawatan. Kejadian yang menimbulkan kematian dan cedera pada bayi telah dikaitkan dengan kegagalan sistem kontrol pada inkubator, kerusakan atau cacat desain yang menyebabkan terjadinya kebakaran dan bahaya sengatan listrik, serta tingkat kebisingan yang berlebihan dapat berpengaruh buruk terhadap pendengaran bayi. Untuk mengetahui kinerja dan keselamatan listrik inkubator bayi telah dilakukan analisis pengaruh setting suhu terhadap kinerja dan keselamatan listrik terhadap 6 (enam) unit sampel inkubator bayi dari berbagai merk, dengan rentang produksi tahun 1997 sampai tahun 2013. Metode pengujian kinerja dan keselamatan listrik dengan standar: (AS 2853; 1986), (ANSI/AAMI II36; 2004), (IEC 60601-2-19; 2009), serta untuk mengetahui pengaruh setting suhu terhadap kinerja dan keselamatan listrik inkubator bayi tersebut dilakukan uji statistik multivatiriat. Hasil pengujian kinerja suhu kompartemen, kelembaban udara, aliran udara dan nilai kebisingan serta keselamatan listrik inkubator bayi seluruhnya memenuhi syarat, namun untuk perhitungan nilai ketidak pastian sesuai ISO-GUM (1995) hanya ada tiga inkubator yang memenuhi syarat. Sedangkan hasil pengujian dengan statistik multivatiriat, diketahui bahwa ada pengaruh setting suhu terhadap kinerja inkubator bayi namun tidak ada pengaruh terhadap keselamatan listriknya.

One of the medical equipment that is widely used in health care is a baby incubator that serves to protect the baby during the early stages of life. Temperature regulation in the use of infant incubator conducted at a temperature setting of 33°C or 35°C or 37°C, adjusted to the baby who will be treated. Events that cause death and injury in infants has been associated with failure of the control system in the incubator, damage or design flaw that caused a fire and electrical shock hazards, as well as excessive noise levels can adversely affect the baby's hearing. To determine the performance and safety of baby incubators we analyzed the effect of setting the temperature on the performance and electrical safety for six (6) units of samples of various brands of baby incubator, with a production range of 1997 to 2013. Test methods and performance for electrical safety by using standard: (USA 2853; 1986), (ANSI / AAMI II36; 2004), (IEC 60601-2-19; 2009), as well as to determine the effect of temperature on the performance and setting the electrical safety of the baby incubator done by multivariate statistical test. The results of the performance testing of infant incubator compartment temperature air humidity, air flow and noise as well as the value of the electrical safety all the baby incubator qualify. but with the calculation on the value of uncertainty according to ISO-GUM (1995) there are only three qualified incubator. While the results of statistical testing with multivariate, that there is the influence of the temperature setting on the performance of the baby incubator but no effect on the electrical safety."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Sinaringati
"ABSTRAK
Tingginya angka kelahiran bayi prematur di Indonesia menyebabkan inkubator sangat diperlukan. Seiring dengan kemajuan teknologi, inkubator bayi menjadi semakin canggih yang mana membuat harganya semakin mahal. Distribusi listrik yang belum merata di Indonesia, menjadikan inkubator elektrik tidak efektif. Salah satu solusi yang aplikatif adalah penggunaan Phase Change Materials (PCM) sebagai elemen pemanas. Karena besarnya nilai kalor laten yang dimilikinya, PCM dapat menyuplai energi panas dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dua jenis PCM sebagai elemen pemanas pada inkubator bayi, yaitu paraffin wax dan beeswax.
Variasi yang dilakukan dalam pengujian ini adalah waktu, jenis PCM, dan wadah PCM. Pengujian dilakukan dengan memanfaatkan prototipe Inkubator Grashof Seri-F dan fenomena konveksi natural. Pengukuran temperatur dilakukan menggunakan termokopel di dalam ruang inkubator, pada PCM, dan pada dinding wadah PCM. Melalui pengujian ini dapat disimpulkan bahwa paraffin wax dan beeswax mampu bekerja sebagai elemen pemanas pada inkubator bayi, yang mampu menjaga kondisi pada ruang inkubator pada rentang 32°C – 36°C. Beeswax memiliki performa yang lebih handal dibandingkan dengan paraffin wax, karena beeswax memiliki efisiensi volumetris sebagai reservoir panas yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan melalui percobaan dimana dengan volume yang sama, beeswax dapat mempertahankan suhu pada ruang bayi selama 2-3 jam lebih lama pada siang hari dan 1-2 jam lebih lama pada malam hari.

ABSTRACT
Indonesia’s high mortality rate of preterm birth causes the presence of infant incubator is very important. As the technology develops, infant incubator also becomes more developed which makes its price even higher. Furthermore, the electricity distribution issue in Indonesia makes electric incubator becoming less effective. One of the applicable solutions is the usage of Phase Change Materials (PCM) as heating element. Its high amount of latent heat makes it is capable of mantaining heat supply for a long time. The goal of this experiment is to find out the effectiveness of paraffin wax and beeswax as heating element for infant incubator.
Time, kind of PCM, and placement method is three variations that is tested in this experiment. The experiment uses Grashof Incubator F-Series prototype and natural convenction phenomenon. Data gathering is completed by measuring the temperatures of incubator, PCM, and container’s surfaces using thermocouple. Based on this experiment, can be concluded that both paraffin wax and beeswax are capable for being used as incubator’s heating element, because they can maintain incubator’s temperature in range of 32°C-36°C. Beeswax has a better performance than paraffin wax because it has higher volumetric efficiency. This is showed by the result section which states that beeswax lasts 2-3 hours longer than paraffin wax during the day and 1-2 hour longer during the night."
2015
S58170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Ompusunggu
"Pengontrolan suhu tubuh sangat penting pada bayi prematur karena fluktuasi suhu meningkatkan ketidakseimbangan tingkat metabolisme bayi baru lahir. Pengaturan suhu tubuh yang buruk menjadi sasaran faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kehilangan panas yang cepat sehingga rentan terhadap peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas akibat hipotermia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan teori Konservasi  Levine dalam mengatasi masalah risiko termoregulasi tidak efektif pada bayi baru prematur di ruang Perinatologi. Model Konservasi Levine berfokus pada peningkatan adaptasi dan mempertahankan integritas diri (wholeness) dengan menggunakan prinsip konservasi. Masalah risiko termoregulasi tidak efektif merupakan salah satu gambaran terganggunya konservasi energi mencakup ketersediaan dan pengeluaran energi bayi baru lahir dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen dengan mempertahankan fungsi normal termogenesis


Body temperature control is very important in preterm infant because temperature fluctuations improve the balance. Poor body temperature regulation is the target of environmental factors that can cause rapid heat loss, making them susceptible to an increased risk of morbidity and mortality due to hypothermia. The purpose of this study was to determine the application of Levine's Conservation theory in overcoming the problem of ineffective thermoregulation risk in premature newborns in the Perinatology room. Levine's Conservation Model focuses on increasing adaptation and maintaining wholeness using conservation principles. The problem of the risk  ineffective thermoregulation is one of the features of the disruption energy conservation and energy expenditure of baby and causes an increase in oxygen consumption by maintaining normal thermogenesis function.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>