Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gerda Natasha Solichien
"Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan air terus meningkat. Namun, ketersediaan air bersih semakin berkurang karena pencemaran air. Koagulasi dan flokulasi dapat menjadi solusi yang baik untuk menghilangkan kekeruhan dalam air. Namun penggunaan koagulan kimia menimbulkan beberapa masalah kesehatan dan lingkungan, oleh karena itu digunakan koagulan alami dalam hal ini pati kationik. Untuk menemukan cara yang paling optimal untuk menghasilkan pati kationik, tinjauan literatur menyeluruh dilakukan. Metode kationisasi pati terbaik dengan membandingkan kemudahan proses, biaya, masalah lingkungan adalah metode kering, dengan skor keseluruhan 82%, jauh di atas metode basah 65%, semi kering 52%, dan proses ekstrusi 60%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pati kationik. Yang paling berpengaruh adalah konsentrasi reagen dan yang paling tidak berpengaruh adalah jenis pati yang digunakan. Secara umum, kinerja penghilangan kekeruhan pati kationik sebanding dengan tawas. Namun, biaya produksi pati kationik masih terlalu tinggi untuk dikomersialkan dan digunakan secara luas. Selain biaya produksi yang mahal, penerimaan dan kesadaran masyarakat, persetujuan menyeluruh dan pemerintah diperlukan sebelum pati kationik dapat dikomersialkan dan digunakan secara luas.

As population grow, water demand keeps increasing. However, the availability of clean water is decreasing because of water pollution. Coagulation and flocculation can be a good solution to remove turbidity in water. However, the use of chemical coagulants causes some health and environmental problem, therefore the use of natural coagulant, in this case, cationic starch is used. To find the most optimum way to produce cationic starch, a thorough literature review was conducted. The best starch cationization method by comparing the ease of process, cost, environmental issue is dry method, with overall score of 82%, much above wet method at 65%, semi-dry at 52%, and extrusion process at 60%. There are some factors that affect the production of cationic starch. The most influential one is reagent concentration and the least influential one is type of starch used. Generally, the turbidity removal performance of cationic starch is comparable with alum. However, the production cost of cationic starch is still way too high to be commercialized and used widely. Besides expensive production cost, public acceptance and awareness, thorough and government approval are needed before cationic starch could be commercialized and used widely."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Rai Ayu Saraswati
"Biological Oxygen Demand (BOD) is generally used for determining water pollution levels in bodies of water. Estuary is a semi-enclosed body of water that can be polluted via land areas or rivers. This study was conducted to determine the spatial distribution of water pollution levels in the Suwung Estuary in Bali based on BOD5 analyses conducted in January and February 2016. Samples were taken in 20 points (19 points in the Suwung Estuary and 1 outside the Suwung Estuary as control). BOD5 samples were then analysed in the laboratory. Our BOD5 analyses used the amperometric method based on the National Field Manual for the Collection of Data Water-Quality, Chapter A7. BOD5 samples were taken at all tide cycles, during low to high tide and high to low tide. BOD5 values ranged from 0.84 mg/L–9.47 mg/L during lowto high tide and 0.96 mg/L–8.75 mg/L during high to low tide. Results of the BOD5 analyses showed slight contamination in the Suwung Estuary during both tidal conditions. The BOD5 values’ spatial distribution showed higher values around cage aquacultures, rivers, the Suwung Landfill, and around the Benoa Harbour."
Bogor: Seameo Biotrop, 2018
634.6 BIO 25:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Artika Novrianti
"Air limbah domestik merupakan air buangan yang berasal dari dapur, toilet, wastafel dan sebagainya yang mengandung zat tertentu dan berbahaya bila dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa diolah sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui efisiensi dari variasi diameter dan konfigurasi bioball sebagai media filter dalam metode biofilter anaerob-aerob dalam mengolah air limbah domestik yang berasal dari Perpustakaan UI. Proses penelitian ini meliputi seeding yaitu proses pembiakan bakteri Biotech (bakteri kultur anaerob-aerob berbentuk bubuk) sebagai starter untuk perkembangbiakan bakteri dalam air limbah Perpustakaan UI, dilanjutkan dengan proses aklimatisasi selama 29 hari dan proses feeding yang bertujuan untuk memodifikasi lingkungan bakteri dengan suplai nutrisi dan pada proses tersebut diamati efisiensi removal COD sampel air limbah selama 21 hari. Dengan variasi diameter dan konfigurasi dari kedua bioball menghasilkan efisiensi penurunan kadar pencemar organik yang berbeda dengan rata-rata efisiensi COD feeding sebesar 74% (reaktor 1 dengan ∅= 5 cm dan berbahan HDPE) dan 81% (reaktor 2 dengan ∅= 3,5 cm dan berbahan PVC) dengan pH optimum 7-7,5, suhu optimum 26-300C, kandungan VSS 10-98 mg/l, waktu tinggal 24 jam dengan rasio BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) senilai 0,61.

Domestic wastewater is the waste water that comes from the kitchen, toilet, sink and so on that contain certain substances and dangerous when disposed into the environment without being processed first.The purpose of this study was to determine the efficiency of diameter and configuration variation bioball as filter media in anaerobic-aerobic biofilter method in treating domestic wastewater from the UI Library. The research process includes seeding is the process of breeding bacteria Biotech (anaerobic-aerobic bacteria cultures) as a starter for the proliferation of bacteria in wastewater UI Library, followed by a process of acclimatization for 29 days and the which aims to modify the environment of the bacteria with nutrients supplied and on the process observed COD removal efficiency of wastewater samples for 21 days. With variations in diameter and configuration of both bioball generating efficiency decreased levels of organic pollutants in contrast to the average efficiency of COD feeding by 74% (reactor 1 with ∅ = 5 cm and made from HDPE) and 81% (reactor 2 with ∅ = 3.5 cm and made from PVC) with the optimum pH 6.5-7.5, the optimum temperature of 25-300C, VSS content of 10-98 mg/l, 24-hour residence time ratio of BOD (Biological Oxygen Demand) and COD (Chemical Oxygen Demand) worth 0.61."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Muziono
"Kanal Tarum Barat (West Tarum Canal) memegang peranan penting dalam hal pasokan air baku ke DKI Jakarta, dimana 80% suplai air baku ke DKI Jakarta yang diambil dari Bandung Jatiluhur mengalir melalui kanal ini.
Beberapa tahun terakhir, tingkat kekeruhan (turbidity) air di Kanal Tarum Barat menjadi masalah yang sangat dominan pada lnstalasi Pengolahan Air Buaran. Seringkali Kanal Tarum Barat yang berpotongan dengan sungai Bekasi mensuplai air dengan tingkat sedimen (suspended load) yang tinggi. Dari data tahun 2001 tercatat terjadi tingkat kekeruhan dengan angka tertinggi 8456,17 NTU (sumber : INTO Monitoring Research). Angka ini jauh melampaui ambang batas kekeruhan yang disyaratkan pada Instalasi Pengolahan Air Buaran yaitu 1000 NTU.
Dari sari data yang ada, puncak kekeruhan pada IPA Buaran terjadi dengan waktu yang singkat (terjadi spike), jadi untuk memproses air dengan membuat instalasi pengolahan air baru yang mempunyai kemampuan pengolahan diatas 1000 NTU secara ekonomis tidak layak karena instalasi pengolahan air ini hanya beroperasi pada saat-saat tertentu saja. Untuk itu apabila terjadi puncak kekeruhan (spike) pintu intake Buaran harus ditutup dan air baku disuplai dan penampungan sementara (temporary pond) yang telah dipersiapkan hingga tingkat kekeruhan kurang dart 1000 NTU.
Untuk melakukan penutupan dan pembukaan pintu intake Buaran, kajian mengenai pola dan karakteristik penyebaran kekeruhan mulai dan pintu Bekasi sampai intake Buaran perlu dilakukan. Dan Kajian ini didapatkan prediksi sebaran tingkat kekeruhan pada intake Buaran berdasarkan tingkat kekeruhan yang terjadi pada pintu air Bekasi, sehingga tingkat kekeruhan yang melampaui ambang batas pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Buaran dapat diketahui."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Pande Ayuningdyah
"Pengolahan dan pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang telah menggunakan metode sanitary landfill. Lindi yang dihasilkan sampah diolah di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS). Namun, tidak semua IPAS beroperasi sehingga masih ada lindi yang tidak terolah. Lindi yang tidak diolah berpotensi mencemari air tanah di sekitar TPST. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik air lindi, kualitas air tanah, dan hubungan antara jarak sumur dari TPST Bantar Gebang dengan kualitas air tanah di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air lindi di inlet IPAS. Pengambilan sampel air tanah pada 5 lokasi dengan mempertimbangkan jarak lokasi dengan TPST. Hasil yang diperoleh dari analisis dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku serta menghitung Indeks Pencemaran (IP). Hasil penelitian menunjukkan parameter BOD, COD, Besi, dan Total Coliform dari air lindi melampaui baku mutu. Parameter BOD untuk air sumur jarak 250 m sampai 750 m melebihi baku mutu. Untuk parameter COD, seluruh sumur melebihi ambang batas. Kadar besi pada sumur jarak 500 m melebihi baku mutu. Kandungan total coliform air sumur dengan jarak 750 m sampai 1250 m melebihi baku mutu. IP untuk lindi adalah 8,6 yang tergolong tercemar sedang dan IP untuk semua sumur tergolong tercemar ringan. Jarak dari TPST memengaruhi tingkat pencemaran pada air tanah. Sampel yang berjarak 250 m, 750 m sampai 1250 m menunjukkan adanya penurunan tingkat pencemaran tetapi terjadi peningkatan di jarak 500 m. Hal ini dapat terjadi karena ada sumber pencemar lain seperti SPALD.

Solid waste treatment in Bantar Gebang Landfill has used the sanitary landfill method. Leachate produced by waste is processed at the Leachate Treatment Plant (IPAS). However, not all IPAS operated so there is still untreated leachate. Untreated leachate has the potential to pollute groundwater around the landfill. This study was conducted to analyze the characteristics of leachate, groundwater quality, and the relationship between well distance from Bantar Gebang Landfill and groundwater quality in the vicinity. This research was conducted by taking leachate samples at the inlet of the IPAS. Groundwater samples were taken at 5 locations by considering the distance of the location from the landfill. The results obtained from the analysis were compared with the applicable quality standards and calculated the Pollution Index (PI). The results showed that the BOD, COD, Iron, and Total Coliform parameters of leachate exceeded the quality standards. The BOD parameter for well water at a distance of 250 m to 750 m exceeded the quality standard. For the COD parameter, all wells exceeded the threshold. Iron levels in wells 500 m away exceeded the quality standard. The total coliform content of well water at a distance of 750 m to 1250 m exceeded the quality standard. The pollution index for leachate is 8.6 which is classified as moderately polluted and the PI for all wells is classified as lightly polluted. The distance from the landfill affects the level of groundwater contamination. Samples at 250 m, 750 m and 1250 m showed a decrease in pollution levels but an increase at 500 m. This can occur because there are other sources of pollution such as SPALD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Nurul Haqoh
"Perkembangan teknologi membuat proses industrialisasi di wilayah DKI Jakarta dan seluruh Indonesia semakin cepat. Proses industrialisasi yang pesat memiliki dampak yang negatif yaitu terjadinya pencemaran terhadap air, laut, udara dan tanah. Pencemaran lingkungan salah satunya berupa pencemaran oleh logam berat seng (Zn). Selain limbah logam berat, Indonesia dengan produksi jagung sebanyak 19,6 juta ton berpotensi menghasilkan limbah tongkol jagung yang tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan kedua masalah tersebut, limbah berupa tongkol jagung dimanfaatkan sebagai bahan baku ekstraksi silika. Silika diekstraksi menggunakan larutan alkali dan larutan asam untuk membentuk xerogel. Karakterisasi yang digunakan yaitu X-ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared (FTIR), Braun Emmet Teller (BET), Energy Dispersive X-Ray (EDX) dan X-ray Fluorosence (XRF). Silika yang telah diekstraksi menghasilkan luas permukaan optimum sebesar 360,5 m2/g. Selanjutnya silika difungsionalisasi menggunakan CPTMS agar lebih aktif dan dapat digunakan sebagai material remediasi logam cair Zn. Proses fungsionalisasi menurunkan luas permukaan silika menjadi 301,8 m2/g. Meskipun demikian, berdasarkan uji serapan tembaga dengan AAS, silika CPTMS memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi.

Technological developments make the industrialization process in the DKI Jakarta region and throughout Indonesia even faster. The rapid industrialization process has a negative impact, namely the occurrence of pollution to water, sea, air and land. One of the environmental pollution is pollution by heavy metal zinc (Zn). On the other hand, Indonesia with corn production of 19,6 million tons has the potential to produce corn hump waste that has no economic value. Based on these two problems, corn cobs are used as raw material for silica synthesis. Silica is synthesized using an alkaline solution and an acid solution to form xerogel. Characterization used was X-ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared (FTIR), Braun Emmet Teller (BET), Energy Dispersive X-Ray (EDX) and X-ray Fluorence (XRF). The synthesized silica produces an optimum surface area of 360,5 m2/g. Furthermore, silica functionalized using CPTMS to be more active and can be used as Zn liquid metal remediation material. The functionalization process reduced the silica surface area to 301,8 m2/g. However, based on copper absorption tests with AAS, silica CPTMS has a higher adsorption ability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Laili Sahwan
"Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam mesin kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl lead), yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara. Di Indonesia, jumlah TEL yang ditambahkan ke dalam bensin Premium SB ataupun Premix sebanyak 1,5 ml per gallon. Penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber utama Pb di lingkungan.
Penggunaan bensin untuk 1,5 juta kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 5,3 juta liter per hari dengan TEL yang ditambahkan sebanyak 2.088 liter (3.403 kg). Di dalam TEL tersebut, terdapat 2.182 kg Pb. Dari Pb yang dibakar, 75% akan dikeluarkan kembali, sehingga diperkirakan ada sejumlah 1.636 kg Pb per harinya akan diemisikan dari keseluruhan kendaraan bermotor di Jakarta.
Tingginya emisi Pb menyebabkan udara, pakan hijauan dan air minum ternak sapi perah, rawan untuk tercemar Pb. Jika hal tersebut benar, maka di dalam tubuh ternak akan terjadi akumulasi Pb, yang pada akhirnya sebagian dari Pb tersebut dikeluarkan kembali melalui air susu. Apabila kandungan Pb di air susu sapi perah melebihi ambang batas aman, maka air susu tersebut akan berpengaruh negatif bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Untuk kota Jakarta, kandungan Pb di udara pernah terdeteksi di atas ambang batas (0,06 mg/m3). Kandungan Pb di rumput dan dedaunan yang pernah dianalisa, nilainya di atas normal (2,5 ppm). Rata-rata kandungan Pb di air tanah sebesar 0,04 ppm. Sedangkan kandungan Pb di lingkungan peternakan sapi perah (udara, pakan hijauan dan air minum) serta di air susu sapi perah belum diketahui jumlahnya.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan lokasi peternakan terhadap kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah.
3. Mengetahui hubungan antara kandungan Pb di udara, pakan hijauan dan air minum dengan kandungan Pb pada air susu sapi perah.
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, mulai tanggal 13 Mei sampai dengan tanggal 15 Agustus 1991 di 4 (empat) lokasi yaitu:
1. Jalan Industri, Kelurahan Gunung Sahari (lokasi I).
2. Kelurahan Kuningan Timur (lokasi II)
3. Sekitar Jalan Buncit Raya (lokasi III)
4. Kecamatan Jagakarsa (lokasi IV)
Pada setiap lokasi, dipilih secara acak 5 (lima) peternakan yang memiliki ternak sapi perah minimal 20 ekor, sehingga secara keseluruhan diperoleh 20 sampel peternakan. Terhadap 20 sampel tersebut, dilakukan pengukuran kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah. Data yang diperoleh dilakukan analisis statistik menggunakan analisis varian dan regresi berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan:
1. Rata-rata kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah sudah cukup tinggi. Rata-rata kandungan Pb di udara terdeteksi sebesar 34,2 mikrogram/m3 (lokasi I), 45,8 mikrogram/m3 (lokasi II), 26,4 mikrogram/m3 (lokasi III) dan 16,8 mikrogram/m3 (lokasi IV). Rata-rata kandungan Pb di pakan hijauan terukur sebesar 20,49 ppm (lokasi I), 21,14 ppm (lokasi II), 17,75 ppm (lokasi III) dan 12,85 ppm (lokasi IV). Untuk air minum sapi perah rata-rata kandungan Pb-nya sebesar 0,09 ppm (lokasi I), 0,10 ppm (lokasi II), 0,08 ppm (lokasi III) dan 0,07 ppm (lokasi IV). Sedangkan di air susu sapi perah rata-rata kandungan Pb-nya tercatat 0,77 ppm (lokasi I), 1,03 ppm (lokasi II), 0,74 ppm (lokasi III) dan 0,37 ppm (lokasi IV).
2. Lokasi peternakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah. Hal ini berarti bahwa perbedaan lokasi peternakan dapat menyebabkan perbedaan pada kandungan Pb di udara, pakan hijauan, air minum dan air susu sapi perah dengan kecenderungan bahwa apabila lokasi peternakan semakin ke pusat kota, maka kandungan Pb-nya semakin tinggi.
3. Antara kandungan Pb di air minum dengan kandungan Pb pada air susu sapi perah tidak ada hubungan yang nyata karena adanya multicollinearity, sedangkan kandungan Pb di udara dan pakan hijauan berhubungan nyata dengan kandungan Pb pada air susu sapi perah. Besarnya hubungan tersebut terlihat dari persamaan:
Y = - 0,698 + 0,018X1 + 0,041X2 + 0,221D3 + 0,232D4 (Y = kandungan Pb di air susu; X1 = kandungan Pb di udara; X2 kandungan Pb di pakan hijauan; D3 = variabel dummy lokasi III dan D4 = variabel dummy lokasi IV).
Mengingat sudah cukup tingginya kandungan Pb pada air susu sapi perah, maka upaya yang paling penting dilakukan untuk menurunkan kandungan Pb tersebut adalah menghilangkan kandungan TEL dalam bensin. Apabila upaya tersebut belum dapat dilakukan, maka upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah:
1. Lokasi peternakan sapi perah sebaiknya jauh dari jalan raya atau pusat kota.
2. Pakan hijauan sebaiknya diambil dari lokasi yang jauh dari jalan raya atau pusat kota.
3. Melakukan pencucian dengan air terhadap pakan hijauan yang diduga mengandung Pb tinggi.
4. Melakukan penambahan mineral Ca atau Mg pada makanan ternak, karena mineral tersebut dapat menekan penyerapan Pb oleh alat pencernakan.
5. Menggantikan sebagian pakan hijauan dengan makanan konsentrat."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elizabeth Tia Putri Octaviani Halim
"QUAL2K merupakan pemodelan numerik yang biasa digunakan untuk badan air permukaan. Model ini dinilai sederhana dengan hasil yang didapat cukup akurat. Walau cukup sederhana, variabel yang diperlukan untuk QUAL2K cukup banyak, sehingga pada umumnya parameter yang digunakan sudah bersifat default. Dimana hal ini menyebakan tidak diketahuinya sensitivitas atau seberapa berpengaruhnya suatu parameter terhadap objek studi. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan kualitas dan perubahan amonia, total nitrogen, BOD, dan DO pada Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir dengan aplikasi QUAL2K dan menganalisis hubungan antara sensitivitas parameter laju reaksi kinetik dan variabel input terhadap kualitas amonia, total nitrogen, BOD, dan DO pada Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk analisis pada penelitian ini adalah metode QUAL2K. Melalui simulasi pada kondisi eksisting, diketahui bahwa untuk konsentrasi amonia hanya segmen satu yang memenuhi baku mutu PP No.22 Tahun 2021. Seluruh segmen pada untuk parameter total nitrogen memenuhi baku mutu. Untuk konsentrasi dari BOD hanya segmen satu yang memenuhi baku mutu kelas IV. Dan terakhir untuk DO hanya ada segmen satu memenuhi baku mutu untuk kelas II, III, dan IV. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diketahui untuk amonia paling sensitif dengan konsentrasi amonia, debit diffuse source, koreksi temperatur reaerasi oksigen. Untuk total nitrogen paling sensitif dengan konsentrasi amonia, debit diffuse source, dan koreksi temperatur nitrifikasi amonia. BOD paling sensitif dengan koreksi temperatur CBOD Fast, konsentrasi BOD diffuse source, debit diffuse source. Parameter yang terakhir yaitu DO paling sensitif dengan koreksi temperatur reaerasi oksigen, air temperature, koreksi temperatur CBOD Fast. Sehingga berdasarkan analisis sensitivitas, parameter debit diffuse source dan koreksi temperatur paling sensitif terhadap seluruh parameter.

QUAL2K is a numerical model commonly used for surface water bodies. This model is regarded as being clear, and the outcomes are relatively accurate. Although QUAL2K is very basic, there are a number of variables that must be used, hence default values are typically used. Where this results in undetermined sensitivity or how important a parameter is to the study's subject. The purpose of this study is to use the QUAL2K application to simulate the quality and change of ammonia, total nitrogen, BOD, and DO in the Ciliwung River from upstream to downstream and to examine the relationship between the sensitivity of the kinetic reaction rate parameters and input variables on the quality of ammonia, total nitrogen, BOD, and DO on the Ciliwung River. The method used for analysis in this study is the QUAL2K method. Through simulations under existing conditions, from ammonia concentration only segment one meets PP No. 22 of 2021 quality standards. For the total nitrogen, all segments meet the quality standards. For the concentration of BOD, only segment one meets class IV quality standards. And finally, for DO there is only segment one that meets the quality standards for class II, III and IV. Based on the results of the sensitivity analysis, it is known that ammonia is most sensitive to ammonia concentration, diffuse source discharge, oxygen reaeration temperature correction. While for total nitrogen, the parameter is sensitive to ammonia concentration, diffuse source discharge, and ammonia nitrification temperature correction. For the next parameter which is BOD is sensitive the most to temperature correction CBOD Fast, diffuse source BOD concentration, diffuse source discharge. And the final parameter is DO that is sensitive to oxygen reareration temperature correction, air temperature, CBOD Fast temperature correction. Therefore, based on the study, diffuse source discharge and temperature correction will be the most dependent on water quality parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Bachrul Hayat
"Pencemaran terhadap air danau semakin marak terjadi saat ini. Dua senyawa pencemar yang umum ditemui di danau adalah amonia dan nitrat. Penerapan metode pengolahan air menjadi salah satu solusi dari masalah pencemaran air permukaan. Dua metode yang dapat digunakan adalah floating constructed wetland (FCW) dan aerasi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kinerja dua metode tersebut dalam menyisihkan amonia dan nitrat serta pengaruhnya terhadap suhu, pH dan Dissolved Oxygen (DO). Dengan menggunakan skala pilot berupa dua buah reaktor yang berisi air danau Mahoni dan menerapkan dua metode berbeda yaitu aerasi dan FCW dilakukan pengamatan selama tujuh hari. Hasilnya diperoleh kemampuan dua metode tersebut dalam menyisihkan amonia tidak jauh berbeda. FCW memiliki efisiensi penyisihan amonia sebesar 85% sedangkan efisiensi aerasi sebesar 99%. Kemampuan penyisihan nitrat di kedua reaktor sangat berbeda karena reaktor FCW mampu menyisihkan 55% nitrat dalam air sedangkan aerasi justru memiliki efisiensi -41% (meningkat). Sementara itu kondisi suhu di kedua reaktor mengalami fluktuasi yang hampir sama, sedangkan untuk pH berbeda karena reaktor FCW cenderung mengalami penurunan dan reaktor aerasi justru meningkat. Konsentrasi DO di kedua reaktor juga berbeda karena pada reaktor FCW secara perlahan mengalami penurunan, sedangkan reaktor aerasi mengalami fluktuasi namun konsentrasinya cenderung meningkat.

Pollution of lake water is increasingly prevalent at this time. Two common pollutant compounds found in lakes are ammonia and nitrate. The application of water treatment methods is one solution to the problem of surface water pollution. Two methods that can be used are floating constructed wetlands (FCW) and aeration. The purpose of this study was to compare the performance of the two methods in removing ammonia and nitrate and their effects on temperature, pH and Dissolved Oxygen (DO). By using a pilot scale in the form of two reactors filled with Lake Mahoni water and applying two different methods, namely aeration and FCW, observations were made for seven days. As a result, the ability of the two methods to remove ammonia is not much different. FCW has an ammonia removal efficiency of 85% while an aeration efficiency of 99%. The ability to remove nitrate in the two reactors was very different because the FCW reactor was able to remove 55% of nitrate in water, while aeration had an efficiency of -41% (increased). Meanwhile, the temperature conditions in the two reactors experienced almost the same fluctuations, while the pH was different because the FCW reactor tended to decrease and the aeration reactor actually increased. The concentration of DO in the two reactors is also different because in the FCW reactor it slowly decreases, while in the aeration reactor it fluctuates but its concentration tends to increase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>